Anda di halaman 1dari 17

ESSAY

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN


“SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU (SPGDT)”

Dosen Pembimbing: Ns.Misbah Nurjannah,M.Kep

Disusun Oleh:

Annisa Septiyani NIM:17.11.4066.E.A.0005


Firda NIM:
Jemi Setiawan.P.U NIM:17.11.4066.E.A.0014

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI SAMARINDA

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU

(SPGDT)

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang mempunyai risiko tinggi terhadap terjadinya


berbagai bencana alam, antara lain gempa bumi dan letusan gunung berapi karena
terletak dalam rangkaian “Ring Of Fire”. Indonesia berada diantara empat pusat zona
aktif gunung berapi yaitu Zona Sunda, Minahasa, Halmahera, dan Banda, sehingga
risiko terjadinya tsunami, maupun bencana-bencana jenis lain cukup besar termasuk
didalamnya Emerging Infectious Disease .

sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep


Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), telah memadukan
penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra Rumah Sakit sampai tingkat Rumah
Sakit dan rujukan antar Rumah Sakit dengan prinsip Time Saving is Life and Limb
Saving.

Public Safety Care (PSC) sebagai ujung tombak safe community adalah sarana
public/masyarakat yang merupakan perpaduan dari unsur pelayanan ambulan gawat
darurat,unsure pengamanan (kepolisian) dan unsure penyelamatan. PSC merupakan
penanganan pertama kegawatdaruratan yang membantu memperbaiki pelayanan pra
RS untuk menjamin respons cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan
mencegah kecacatan, sebelum dirujuk ke Rumah Sakit yang dituju. Pelayanan di
tingkat Rumah Sakit pelayanan gawat darurat meliputi suatu sistem terpadu yang di
persiapkan mulai dari IGD,HCU,ICU dan kamar jenazah serta rujukan antar RS
mengingat kemampuan tiap-tiap Rumah Sakit untuk pananganan efektif ( pasca gawat
darurat ) di sesuaikan dengan Kelas Rumah Sakit.

2
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat(SPGDT)

SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat)merupakan sistem yang


didesign berdasar Siskesnas untuk memberi pertolongan yang cepat ,tepat ,cermat
pada penderita gawat darurat untuk mencegah kematian dan kecacatan.

SPGDT akan melibatkan berbagai unsur seperti tenaga kesehatan, pelayanan


ambulans, sistem komunikasi dan masyarakat umum. Untuk mewujudkan SPGDT perlu
dibentuk suatu sistem yang terintegrasi, mulai dari pra-Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
intra Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yangterdiri dari
unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit danantar Rumah Sakit.
Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan
Sistem Penaggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) adalah Sistem
penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur pra RS, RS dan antar RS.
Berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving,
yang melibatkan masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan
ambulans gawat darurat dan komunikasi.

Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep


Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan
gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan
antara rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral.
Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip
Time Saving is Life and Limb Saving mengandung unsur kecepatan atau ”quick
response” dan ketepatan berupa pertolongan pertama ditempat kejadian oleh awam
dan awam khusus yang terlatih, dan oleh tenaga kesehatan profesional ke-gawat
darurat-an ambulans dan dokter sebagai ujung tombak , dan bila perlu rujukan ke
rumah sakit.

Pelayanan di tingkat Rumah Sakit Pelayanan gawat darurat meliputi suatu system
terpadu yang dipersiapkan mulai dari IGD, HCU, ICU dan kamar jenazah serta rujukan
antar RS mengingat kemampuan tiap-tiap Rumah Sakit untuk penanganan efektif
(pasca gawat darurat) disesuaikan dengan Kelas Rumah Sakit.

3
Safe Community

Bencana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak (bisa perlahan) disertai


jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat,
mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan.
Indonesia merupakan super market bencana. Bencana pada dasarnya karena gejala
alam dan akibat ulah manusia. Untuk mencegah terjadinya akibat dari bencana,
khususnya untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan suatu
cara penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala
sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana. Ditingkat
nasional ditetapkan BNPB, BPBD Propinsi dan BPBD dikabupaten kota. Unsur
kesehatan tergabung didalamnya.

Dalam keadaan sehari-hari maupun bencana, penanganan pasien gadar


melibatkan pelayanan pra RS, di RS maupun antar RS. Memerlukan penanganan
terpadu dan pengaturan dalam sistem. Ditetapkan SPGDT-S dan SPGDT-B (seharihari
dan bencana) dalam Kepres dan ketentuan pemerintah lainnya. Disadari untuk peran
jajaran kesehatan mulai tingkat pusat hingga desa memerlukan kesiapsiagaan dan
berperan penting dalam penanggulangan bencana, mengingat dampak yang sangat
merugikan masyarakat.

PSC (Public Safety Care)

Didirikan masyarakat untuk kepentingan masyarakat. Pengorganisasian


dibawah Pemda. SDM berbagai unsur tsb. ditambah masyarakat yang bergiat dalam
upaya pertolongan bagi masyarakat. Biaya dari masyarakat. Kegiatan menggunakan
perkembangan teknologi, pembinaan untuk memberdayakan potensi masyarakat,
komunikasi untuk keterpaduan kegiatan. Kegiatan lintas sektor. PSC berfungsi sebagai
respons cepat penangggulangan gadar.

Safe Community, (SC) adalah keadaan sehat dan aman yang tercipta dari, oleh
dan untuk masyarakat. Pemerintah dan teknokrat merupakan fasilitator dan pembina.
Pelayanan kasehatan di Indonesia beralih ke dan berorientasi pada paradigma sehat.
Untuk mencapai hal tsb. dicanangkan program Safe Community oleh Depkes pada

4
HKN 36 di Makassar adalah gerakan agar masyarakat merasa sehat, aman dan
sejahtera dimanapun mereka berada yang melibatkan peran aktif himpunan profesi
maupun masyarakat. Gerakan ini juga terkandung dalam konstitusi WHO. Mempunyai
dua aspek, care dan cure, Care adalah adanya kerja-sama lintas sektoral terutama
jajaran non kesehatan untuk menata perilaku dan lingkungan di masyarakat untuk
mempersiapkan, mencagah dan melakukan mitigasi dalam menghadapi berbagai hal
yang berhubungan dengan kesehatan, keamanan dan kesejahteraan. Cure adalah
peran utama sektor kesehatan dibantu sektor lain terkait dalam upaya melakukan
penanganan keadaan dan kasus-kasus gadar. Kemampuan masyarakat melakukan
pertolongan pertama yang cepat dan tepat pra RS merupakan Universitas Sumatera
Utara 45 awal kegiatan penanganan dari tempat kejadian dan dalam perjalanan ke RS
untuk mendapatkan pelayanan yang lebih efektif di RS.

Jenis-jenis SPGDT
SPGDT dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
SPGDT-S (Sehari-Hari)
SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait
yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit, di Rumah Sakit, antar Rumah Sakit dan
terjalin dalam suatu sistem yang bertujuan agar korban/pasien tetap hidup.

SPGDT-B (Bencana)

SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah
Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai khususnya pada
terjadinya korban massal yang memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan
sehari-hari dan bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak banyaknya.

5
Sistem Pelayanan Medik Pra Rumah Sakit

Rosita,(2002) menjelaskan komponen Pra Rumah Sakit ( Luar Rumah Sakit )


meliputi:

1) Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Orang Awam


dan Petugas Kesehatan (Sub-Sistem Ketenagaan), Pada umumnya
yang pertama menemukan penderita gawat darurat ditempat musibah
adalah masyarakat yang dikenal dengan istilah orang awam. Oleh
karena itu, sangatlah bermanfaat sekali bila orang awam diberi dan
dilatih pengetahuan dan keterampilan dalam penanggulangan penderita
gawat darurat.
a. Klasifikasi orang awam Ditinjau dari segi peranan dalam masyarakat
orang awam dibagi 2 (dua) golongan : Golongan awam biasa antara
lain seperti, guru, pelajar, ibu rumah tangga, petugas hotel dan lain-lain.
Dan Golongan awam khusus antara lain : Anggota polisi ,Petugas
Dinas Pemadam Kebakaran , Satpam/hansip , Petugas DLLAJR,
Petugas SAR (Search and Rescue) , Anggota pramuka (PMR).
Kemampuan penanggulangan penderita gawat darurat (Basic
LifeSupport) yang harus dimiliki oleh orang awam adalah degan cara :

meminta pertolongan yaitu dengan meminta bantuan oleh warga


sekitar untuk memanggil tenaga keshatan secepatnya seperti jika
disana terdapat puskesmas sebaiknya memanggil tenaga kesehatan
yang bekerja disana.
Resusitasi kardiopulmoner sederhana adalah dengan meminta
warga atau masyaraat melakukan mengembalikan aliran darah dan
pernapasn dengan cara CPR, menekan dada pada kurang lebih
kedalaman 5cm dan pada kadar 100 kali setiap menit.
Cara menghentikan perdarahan yaitu dengan cara menekan
atau menutup luka yang terbuka dengan kasa atau handuk.

6
Cara memasang balut/bidai yaitu dengan alat yang sesuai dan
sudah di tentukan seperti spalak dan memasang nya juga harus hati
hati jika tidak akan mengalami syok atau cidera parah.
Cara transportasi penderita gawat darurat, ini meliput penderita
seseorang penderita gawat darut dapat di transportasikan bila siap
memenuhi syarat ,dengan tempat tujuan sudah jelas.
Tenaga perawat/ paramedic, ini adalah profesi yang memberikan
pelayanan medis pra rumah sakit dan gawat darurat.

Di samping pengetahuan dasar keperawatan yang telah dimiliki


oleh prawat, mereka memperoleh tambahan pengetahuan
penanggulangan penderita gawat darurat (Advance Life Suport) untuk
melanjutkan pertolongan yang sudah diberikan.
b. Tenaga Medis (Dokter Umum)
Disamping pengetahuan medis yang telah dikuasai, dokter
umum perlu mendapat pengetahuan dan keterampilan tambahan
agar mampu menanggulangi penderita gawat darurat.
Dalam memasyarakatkan penanggulangan penderita gawat
darurat yang penting adalah :
a. Semua pusat pendidikan penanggulangan penderita gawat
darurat mempunyai kurikulum yang sama
b. Mempunyai sertifikat dan lencana tanda lulus yang sama
Dengan demikian instansi manapun yang menyelenggarakan
pendidikan penanggulangan penderita gawat darurat, para siswa
akan mempunyai kemampuan yang sama. Lencana akan
memudahkan mereka memberikan pertolongan dalam keadaan
sehari-hari maupun bila ada bencana.

7
2) Upaya Pelayaan Transportasi Penderita Gawat Darurat (Sub-
Sistem Transportasi)
AGD 118, Basic Trauma And Cardiac Life Support menguraikan
bahwa tujuan transportasi adalah memindahkan menderita gawat
darurat dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana
kesehatan yang memadai. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk
transportasi penderita gawat darurat adalah: Sebelum diangkat:
Gangguan pernapasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi,
Perdarahan telah dihentikan,Luka-luka telah ditutup ,Patah tulang telah
difiksasi. Selama perjalanan, harus dimonitor kesadaran, pernapasan,
tekanan darah, denyut nadi dan keadaan luka.

c. Ambulans
Ambulans gawat darurat harus mencapai tempat kejadian 6-8 menit
supaya dapat mencegah kematian karena sumbatan jalan napas, henti
napas, henti jantung, dan perdarahan massif.

3) Upaya Pelayanan Komunikasi Medik untuk Penanggulangan Penderita


Gawat Darurat (Sub-Sistem Komunikasi)
Pada dasarnya pelayanan komunikasi di sektor kesehatan terdiri
dari: Komunikasi Kesehatan Sistim komunikasi ini digunakan untuk
menunjang pelayanan kesehatan di bidang administratif. Komunikasi
Medis Sistim komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan
kesehatan di bidang teknis-medis.
Tujuan : untuk mempermudah dan mempercepat penyampaian dan
penerimaan informasi dalam menanggulangi penderita gawat darurat.
Fungsi komunikasi medis dalam penanggulangan penderita gawat
darurat ; Untuk memudahkan masyarakat dalam meminta pertolongan
ke sarana kesehatan (akses kedalam sistem gawat darurat). Untuk
mengatur dan membimbing pertolongan medis yang diberikan di tempat
kejadian dan selama perjaanan ke sarana kesehatan yang lebih

8
memadai. Untuk mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat
darurat dari puskesmas ke rumah sakit atau antar rumah sakit. Untuk
mengkoordinir penanggulangan medis korban bencana. Jenis
Komunikasi yang digunakan adalah: Komunikasi tradisionil, seperti
kentongan, beduk, trompet dll . Komunikasi modern, seperti telepon/
telepon genggam, radio, computer dll Sarana komunikasi yang
digunakan adalah berupa Sentral komunikasi (pusat komunikasi).
Fungsi Pusat komunikasi adalah untuk mengkoordinir penanggulangan
penderita gawat darurat mulai dari tempat kejadian sampai ke sarana
kesehatan yang sesuai yaitu dengan: Menerima dan menganalisa
permintaan pertolongan, Mengatur ambulans terdekat ke tempat
kejadian , Menghubungi rumah sakit terdekat untuk mengetahui fasilitas
yang tersedia (tempat tidur kosong) pada saat itu ,Mengatur /
memonitor rujukan penderita gawat darurat ,Menjadi pusat komando
dan mengkoordinir penanggulangan medis korban bencana.
Syarat-syarat sentral komunikasi antara lain : harus mempunyai
nomor telepon khusus (sebaiknya 3 digit), mudah dihubungi dan
memberikan pelayanan 24 jam sehari, dilayani oleh tnaga medis yang
trampil dan berpengalaman. Syarat alat sentral komunikasi, yaitu
telepon, radio komunikasi, faksimile, komputer (bila diperlukan), tenaga
yang trampil dan komunikatif, dan konsulen medis yang menguasai
masalah kedaruratan medis.

Pelayanan Ambulans Terpadu

Dalam koordinasi dengan memanfaatkan ambulans Puskesmas,


klinik, RB, RS, non kesehatan. Koordinasi melalui pusat pelayanan yang
disepakati bersama untuk mobilisasi ambulans terutama dalam bencana.

Komunikasi

Terdiri dari jejaring informasi, koordinasi dan pelayanan gadar


hingga seluruh kegiatan berlangsung dalam sistem terpadu.

9
Sistem Pelayanan Medik Rumah Sakit
1) Upaya Pelayanan Penderita Gawat Darurat di Unit Gawat
Darurat Rumah Sakit (Sub-Sistem Pelayanan Gawat Darurat)
Seringkali Puskesmas berperan sebagai pos terdepan
dalam menanggulangi penderita sebelum memperoleh
penanganan yang memadai di rumah sakit. Oleh karena itu
Puskesmas dalam wilayah tertentu harus buka selama 24 jam
dan mampu dalam melakukan hal-hal dibawah ini : Melakukan
resusitasi dan “life support”, Melakukan rujukan penderita-
penderita gawat darurat sesuai dengan kemampuan ,
Menampung dan menanggulangi korban bencana, Melakukan
komunikasi dengan pusat komunikasi dan rumah sakit rujukan
,Menanggulangi “false emergency” baik medical dan surgical
(bedah minor).
Puskesmas tersebut harus dilengkapi dengan laboratorium
untuk menunjang diagnostic.
Seperti : Hb, Ht, leukosit, urine dan gula darah. Tenaga yang
harus dimiliki adalah : 1 dokter umum dan paramedis (2-3 orang
paramedis yang sudah mendapatkan pendidikan tertentu dalam
PPGD). Rumah sakit merupakan terminal terakhir dalam
menanggulangi penderita gawat darurat. Oleh karena itu fasilitas
rumah sakit, khususnya gawat darurat harus dilengkapi
sedemikian rupa sehingga mampu menanggulangi penderita
gawat darurat (“to save life and limd”).
Unit gawat darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit
yang memberikan pelayanan kepada penderita gawat darurat
dan merupakan bagian dari rangkaian upaya penanggulangan
penderita gawat darurat yang perlu diorganisir. Tidak semua
rumah sakit harus mempunyai bagian gawat darurat yang

10
lengkap dengan tenaga memadai san peralatan canggih, karena
dengan demikian akan terjadi peghamburan dana dan sarana.
Oleh karena itu pengembangan unit gawat darurat harus
memperhatikan 2 (dua) aspek yaitu:
a. Sistem rujukan penderita gawat darurat.,rujukkan ini
merupakan suatu jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara
timbale balik atas masalah yang timbul ke unit yang lebih
mampu.
b. Beban kerja rumah sakit dalam menanggulangi penderita
gawat darurat Dengan memperhatikan kedua aspek tersebut,
maka kategorisasi (akreditasi) unit gawat darurat tidak selalu
sesuai dengan kelas rumah sakit yang bersasngkutan. Rumah
sakit tertentu dapat mengembangkan unit gawat darurat dengan
kategorisasi yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kelas rumah
sakit tersebut.
2) Unit Pelayanan Intensif / ICU
ICU adalah ruang rawat rumah sakit dengan staf dan
perlengkapan khusus ditujukan untuk mengelola pasien
dengan penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam
jiwa.

Sistem Pelayanan Medik Antar RS

Jejaring rujukan dibuat berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan


kuantitas,Evakuasi. Antar RS dan dari pra RS ke RS, Sistem Informasi Manajemen,
SIM. Untuk menghadapi kompleksitas permasalahan dalam pelayanan. Perlu juga
dalam audit pelayanan dan hubungannya dengan penunjang termasuk keuangan.
Koordinasi dalam pelayanan terutama rujukan, diperlukan pemberian informasi
keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan sebelum pasien ditranportasi ke RS
tujuan.

11
Hal-hal khusus yang perlu diperhatikan yaitu:

Petunjuk Pelaksanaan Permintaan dan Pengiriman bantuan medik dari RS


rujukan, dalam hal ini jika korban perlu penangan khusus jika tidak ada alat nya di
tempat kejadian segera di larikan ke unit yang mampu menangani korban.

Protap pelayanan Gadar di tempat umum, protap yang sesuai sudah di atur oleh RS,
karena pada Rumah Sakit tipe A akan bereda dengan Rumah Sakit tipe B.

Pedoman pelaporan Penilaian Awal/Cepat.,jika korban dalam situasi harus segera di


tangani segeralah melaporkan ke pihak unit Rs.

Pengembangan Pelayanan Gawat Darurat di Rumah Sakit

Tujuan

Tujuan suatu unit gawat darurat (UGD) harus mampu memberikan pelayanan
dengan kualitas tinggi pada masyarakat dengan problem medis akut. Interpretasi nya
adalah harus mampu: Mencegah kematian dan cacat , Melakukan rujukan,
Menanggulangi korban bencana.

Kriteria :

Unit Gawat Darurat harus buka 24 jam,Unit Gawat Darurat juga harus melayani
penderita-penderita “false emergency” tetapi tidak boleh mengganggu/ mengurangi
mutu pelayanan penderita-penderita gawat darurat,Unit Gawat Darurat sebaiknya
hanya melakukan “primary care”. Sedangkan “definitive care” dilakukan di tempat lain
dengan kerjasama yang baik.Unit Gawat Darurat harus meningkatkan mutu personalia
maupun masyarakat sekitarnya dalam penanggulangan penderita gawat darurat.
Interpretasi nya, mengadakan kursus-kursus untuk personalianya sendiri maupun
penyuluhan kepada masyarakat dalam penanggulangan penderita gawat darurat

12
(PPGD).Unit Gawat Darurat harus melakukan riset guna meningkatkan mutu/kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat sekitarnya.

Faktor yang Memengaruhi SPGDT

Ada beberapa hal yang mempengaruhi SPGDT pada penanggulangan bencana di


Rumah Sakit, yaitu:

Akses

Telepon 118 untuk pertolongan GD Medik , Telepon 110 dan 113 untuk pertolongan
kepolisian dan kebakaran. Ketiga akses ini merupakan panduan yang dapat
memberikan respons bersama, baik untuk sehari-hari maupun bila terjadi bencana
karena itu akses ketiga nomor ini harus ditempatkan di dalam suatu ruangan. Adapun
tempatnya dapat dipilih di suatu RS, Polda/Polres, Pemda, dll. Sedangkan untuk daerah
rurai di Puskesmas, Polsek dll.

Komunikasi

Komunikasi adalah saran hubungan antara :

Masyarakat (minta tolong) ke system/akses, jika terjadi bencana dan menyebabkan


terjadi banyak korban sesegera mungkin melaporkan ke petugas kesehatan di daerah.

Komunikasi antar lembaga/unit dalam SPGDT ,“Alarm Center” yang bertugas


sebagai pusat komunikasi operasional SPGDT , Mempunyai kemampuan secara local,
nasional maupun internasional , Design dari alarm center , Jenis alat komunikasi
berupa radio, telpon, internet, dll ,Bahasa menggunakan “Ten Code” ada berwarna
pink,kuning,hitam,ungu dan memiliki arti yang berbeda-beda. Bila terjadi bencana
dibentuk : “Outside Command:” dan “Onsite Command” ,Kedua sistem komando ini
mempunyai komunikasi dengan frekuensi yang berbeda tetapi terkoordinasi. Secara
nasional dikenal Crisis Center yang berada di DEPKES dapat mempunyai fungsi di
bawah koordinasi “Outside Command”

13
Penaggulangan di Tempat Kejadian

Awam/Awam Khusus , Penderita umumnya ditemukan oleh orang terdekat


dapat dikategorikan sebagai awam (guru sekolah, orang tua, supir sekretaris dll) atau
awam khusus (petugas pemadam kebakaran, pramuka, polisi, satpam dll)

Paramedik I, II, III , Keberhasilan Paramedik AGD 118 sangat ditentukan oleh
waktu tanggap (Response Time). Penanggulangan terdiri atas assessment, resusitasi,
ekstrikasi, stabilisasi. Keempat komponen penanggulangan ini dilakukan secara
simultan dengan prioritas ABCDE dengan selalu memperhatikan tulang belakang.
Universitas Sumatera Utara 34 Pengamanan “Airway” dan “C-Spine” serta memberikan
“High Flow” 02, mengatur posisi kepala penderita, penggunaan “Oropharyngeal Tube”,
“Endotraceal Tube”, serta tindakan “Cricothyroidotomy” sambil tetap menjaga “C-
Spine”. Pada kasus cedera toraks, paramedic dapat melakukan
:Needlethoracocenthesis: sampai pemasangan “Chest Tube”. Mengontrol pendarahan,
mengatasi syok hipovolemik dengan pemasangan jalur intravena, pemasangan PASG
pada frkatur pelvis, pembalut tekan, stabilisasi frkatur dengan traction splint, air splint.
Terhadap gangguan neurologis, paramedic dapat menilai pupil, tingkat kesadaran
dengan AVPU/Glasgow Coma Scale dan Revised Trauma Score. Penggunaan obat-
obatan sesuai dengan protocol tetap. Stabilisasi penderita sampai siap untuk di
transportasi dengan prissip kerja “Do Not Further Harm”.

Transportasi , Prinsip transportasi pra RS ialah untuk mengangkut penderita GD


dengan cepat dan aman ke RS/sarana yang sesuai, tercepat dan terdekat. Sarana
angkutan umum ialah kedaraan darat: Tradisional, Modern,Khusus/medic disebut
sebagi ambulan darat, terdiri atas ambulan gawat darurat, ambulan transportasi dan
ambulan mobile unit (pelayanan medik bergerak).

14
Personil , Jenis personil yang diikutsertakan adalah: Dokter Paramedik Tingkat
I, II, III Universitas Sumatera Utara 37 Perawat Non Medik: Administrator, mekanik,
pekarya dll. Paramedik

Organisasi , Keberhasilan penanggulangan penderita dengan keadaan yang


berat sangat bergantung pada pengembalian dan mempertahankan oksigenisasi
jaringan tubuh, sehingga dapat dipengaruhi oleh kecepatan memulai resusitasi.

Pendidikan, Lembaga dari Pendidikan AGD adalah untuk: Mendidik petugas


paramedic dari lulusan SPK/AKPER untuk menjadi paramedic. Lama pendidikan 2-3
tahun (120-300 jam ditambah magang). Mendidik perawat di bidang P3K, resusitasi,
stabilisasi, evakuasi darat, laut, udara, dan mengemudi. Mendidik awam/awam khusus
dalam bidang P3K dan cara meminta tolong. Menjalin hubungan dan “Fellowship”
dengan luar negeri untuk pendidikan “Paramedik”, kursus-kursus dll.

15
SIMPULAN

Untuk terwujudnya masyarakat yang sehat dan aman (safe community) ,


penanganan mulai dari tingkat masyarakat, pra rumah sakit, di rumah sakit maupun
antar rumah sakit : HARUS TERPADU & TERINTEGRASI,Bencana atau musibah
kejadiannya tidak bisa dipastikan, MUTLAK PERLU KESIAP SIAGAAN SETIAP SAAT.
Implementasi SPGDT membutuhkan: komitmen semua stakeholder sistem monitoring &
evaluasi pelatihan yang berkesinambungan didukung keterlibatan dari sektor terkait
jejaring komunikasi & sistem e-health.

Untuk meningkatkan pelayanan gawat darurat sehari-hari maka diperlukan


langkah-langkah: Meningkatkan kompetensi SDM sesuai dengan standard dan jenis
tenaga dan perlu dibuat akreditasi kompetensi ,Perlu standar minimal gawat darurat.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/bf3faeb781a177b0eb02789fb607053a.pdf

https://id.scribd.com/doc/246458171/Makalah-SPGDT-Bencana

https://www.academia.edu/34627220/Pelayanan_Gawat_Darurat_Yang_Baik

https://www.academia.edu/36514903/Konsep_Kep_Gadar

https://media.neliti.com/media/publications/21258-ID-pengembangan-model-safe-community-
berbasis-masyarakat.pdf

https://edoc.site/makalah-sitem-penanggulangan-gawat-darurat-pdf-free.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57487/Chapter%20II.pdf;jsessionid=B4D7B29F
2A42D8E776F7E086FB6CF7FA?sequence=4

17

Anda mungkin juga menyukai