Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN
SYOK HIPOVOLEMIK
DI RUANG DAHLIA RSUD. MARGONO SOEKARJO
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu


Tugas KGD

OLEH :

ARI ASEP PANGESTU


1611040088

PROGRAM PENDIDIKAN NERS’ XII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017
A. Definisi
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian
diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan
metabolik selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk
mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk
menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik,
kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).
Syok hipovolemik didefinisikan sebagai penurunan perfusi dan oksigenasi
jaringan disertai kolaps sirkulasi yang disebabkan oleh hilangnya volume
intravaskular akut akibat berbagai keadaan bedah atau medis (Greenberg, 2005).
Syok hipovolemik adalah suatu keadaan akut dimana tubuh kehilangan cairan
tubuh, cairan ini dapat berupa darah, plasma, dan elektrolit (Grace, 2006).
Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara
langsung karena perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang
berasal dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat
berlebihan)
B. Etiologi
Penurunan volume intravaskular yang terjadi pada syok hipovolemik dapat
disebabkan oleh hilangnya darah, plasma atau cairan dan elektrolit, penyebab syok
hipovolemik, antara lain:
1. Kehilangan darah
a. Hematom subkapsular hati
b. Aneurisma aorta pecah
c. Perdarahan gastrointestinal
d. Trauma
2. Kehilangan plasma
a. Luka bakar luas
b. Pankreatitis
c. Deskuamasi kulit
d. Sindrom Dumping
3. Kehilangan cairan ekstraselular
a. Muntah (vomitus)
b. Dehidrasi
c. Diare
d. Terapi diuretik yang agresif
e. Diabetes insipidus
f. Insufisiensi adrenal
C. Manifestasi Klinis
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi
premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung.
Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi.
Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan
jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup
besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat
ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau
singkat.Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali
dalam beberapa menit.
Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah:
a. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
b. Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran
darah ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan kecepatan
aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
c. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah
sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang
esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah
otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70
mmHg.
d. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik.
Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.
D. Patofisiologi
Respon dini terhadap kehilangan darah adalah mekanisme kompensasi tubuh
yang berupa vasokonstriksi di kulit, otot, dan sirkulasi viseral untuk menjaga aliran
darah yang cukup ke ginjal, jantung, dan otak. Respon terhadap berkurangnya volume
sirkulasi akut yang berkaitan dengan trauma adalah peningkatan detak jantung sebagai
usaha untuk menjaga cardiac output. Dalam banyak kasus, takikardi adalah tanda
syok paling awal yang dapat diukur (American College of Surgeons Committee on
Trauma, 2008). Pelepasan katekolamin endogen akan meningkatkan tahanan vaskular
perifer. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah diastolik dan menurunkan tekanan
nadi tetapi hanya sedikit meningkatkan perfusi organ. Hormon-hormon lainnya yang
bersifat vasoaktif dilepaskan ke sirkulasi selama kondisi syok, termasuk histamin,
bradikinin, dan sejumlah prostanoid dan sitokin-sitokin lainnya. Substansi-substansi
ini mempunyai pengaruh besar terhadap mikrosirkulasi dan permeabilitas vaskular
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
Pada syok perdarahan yang dini, mekanisme pengembalian darah vena
dilakukan dengan mekanisme kompensasi dari kontraksi volume darah dalam sistem
vena yang tidak berperan dalam pengaturan tekanan vena sistemik. Namun
kompensasi mekanisme ini terbatas. Metode yang paling efektif dalam
mengembalikan cardiac output dan perfusi end-organ adalah dengan menambah
volume cairan tubuh/darah (American College of Surgeons Committee on Trauma,
2008).
Pada tingkat selular, sel-sel dengan perfusi dan oksigenasi yang tidak
memadai mengalami kekurangan substrat esensial yang diperlukan untuk proses
metabolisme aerobik normal dan produksi energi. Pada tahap awal, terjadi
kompensasi dengan proses pergantian menjadi metabolisme anaerobik yang
mengakibatkan pembentukan asam laktat dan berkembang menjadi asidosis
metabolik. Bila syok berkepanjangan dan pengaliran substrat esensial untuk
pembentukan ATP tidak memadai, maka membran sel akan kehilangan kemampuan
untuk mempertahankan kekuatannya dan gradien elektrik normal pun akan hilang
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
Pembengkakan retikulum endoplasma adalah tanda struktural pertama dari
hipoksia seluler, menyusul segera kerusakan mitokondria, robeknya lisosom, dan
lepasnya enzim-enzim yang mencerna elemen-elemen struktur intraseluler lainnya.
Natrium dan air masuk ke dalam sel dan terjadilah pembengkakan sel. Penumpukan
kalium intraseluler juga terjadi. Bila proses ini tidak membaik, maka akan terjadi
kerusakan seluler yang progresif, penambahan pembengkakan jaringan, dan kematian
sel. Proses ini meningkatkan dampak kehilangan darah dan hipoperfusi jaringan
(American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
E. Penatalaksanaan
a. Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah :
1) memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa
sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat.
2) meredistribusi volume cairan
3) memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat
mungkin.
b. TerapiFarmakologi
Obatanlgetika yang direkomendasikan :
1) Morfin 10-15 mg IM atau 15 mg IV
2) Petidin 50-100 mg per oral
3) Parasetamol 500 mg per oral
4) Parasetamoldancodein 30 mg per oral
5) Tradamol oral atau IM 50 mg atausupossitaria 100 mg
c. Terapi non farmakologi
1) Pengobatan penyebab yang mendasari
Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk
menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan pada tempat
perdarahan atau mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan
perdarahan internal.
2) Penggantiancairandandarah
Pemasangan dua jalur intra vena dengan kjarum besar dipasang untuk
membuat akses intra vena guna pemberian cairan. Maksudnya
memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen
darah jika diperlukan.
Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid (albumin
dan dekstran 6 %).
3) RedistribusiCairan
Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan
tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus horizontal dan
kepala agak dinaikan. Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena
yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
4) Military anti syoc trousersn(MAST)
Adalah pakain yang dirancang untuk memperbaiki perdarahan internal dan
hipovolemia dengan memberikan tekanan balik disekitar tungkai dan
abdomen.Alat ini menciptakan tahanan perifer artificial dan membantu
menahan perfusi coroner.
F. Komplikasi
Menurut Greenberg (2005), Komplikasi dari syok hipovolemik meliputi
sepsis, sindrom gawat napas akut, koagulasi intravaskular diseminata, kegagalan
multiorgan, hingga kematian. Selain itu dapat menyebabkan:
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan yang
berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler
karena hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan yang
luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
G. Asuhan Keperawatan sesuai kasus

1. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
asupan makanan tidak adekuat , mual muntah
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat di
alveoli akibat edema paru.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kongesti
sistemik, kerusakan transpor oksigen, hipervolemia, hipoventilasi, gangguan
aliran arteri, gangguan aliran vena
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan perfusi-
ventilasi, perubahan membran kapiler alveoli karena adanya penumpukan
cairan di rongga paru
e. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan/ tahanan
f. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan imobilitas
g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang
informasi
h. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit, ancaman atau perubahan pada
status kesehatan

2. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
asupan makanan tidak adekuat , mual muntah
Kriteria Hasil :
- Status Gizi : Asupan Gizi : Keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya
- Selera Makan : Keinginan untuk makan dalam keadaan sakit atau sedang menjalani
pengobatan
Intervensi :
- Manajemen Nutrisi : membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet
seimbang Aktivitas Keperawatan
- Ketahui makanan kesukaan pasien
Rasional : makanan kesukaan biasanya meningkatkan selera makan
- Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Rasional : Kandungan nutrisi yang tepat untuk meningkatkan energi klien beraktivitas
- Berikan informasi mengenai kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
Rasional : agar klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi secara mandiri
- Kolaborasi dengan ahli gizi (jika perlu) jumlah kalori dan jenis zat gizi yang
dibutuhkan
Rasional : pemenuhan nutrisi klien secara tepat melalui gizi klinik
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat
di alveoli akibat edema paru.
Kriteria Hasil:
- Bernapas dengan mudah dan tanpa dispnea
- Menunjukkan kapasitas ventilasi yang membaik
- Melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi:
- Instruksikan dan/ atau awasi latihan pernapasan dan pernapasan terkontrol
Rasional : untuk meningkatkan pernapasan disfragmatik yang tepat, ekspansi sisi, dan
perbaikan mobilitas dinding dada.
- Instruksikan pasien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk
Rasional : Batuk yang tidak terkontrol melelehkan dan in efektif dapat menimbulkan frustasi
- Observasi TTV
Rasional : Mengetahui keadaan umum pasien
- Dorong postur tubuh yang baik untuk ekspansi paru maksimum.
Rasional : Posisi tubuh yang tepat dapat membantu ekspansi paru maksimum
- Bantu klien dalam memilih aktivitas yang tepat sesuai kemampuan.
Rasional : Aktivitas yang dapat ditoleransi agar tidak memperberat kondisi klien
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kongesti
sistemik, kerusakan transpor oksigen, hipervolemia, hipoventilasi,
gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena
Kriteria Hasil :
- Perfusi jaringan : perifer : keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil
ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan
Intervensi :
- Perawatan Sirkulasi : Meningkatkan sirkulasi arteri dan vena
Aktvitas Keperawatan :
- Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer (edema, CFR, warna, suhu, nadi perifer)
Rasional : untuk membantu penegakan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat
- Letakkan ekstremitas pada posisi menggantung, jika perlu
Rasional : untuk mencegah edema pada area luka
- Pantau parestesia (kebas, kesemutan, hiperestesia, dan hipoestesia)
Rasional : untuk mengetahui tingkat sensasi perifer
- Lakukan modalitas terapi kompresi, jika perlu
Rasional : untuk memperbaiki aliran darah arteri dan vena
- Kolaborasi pemberian obat anti trombosit atau antikoagulan, jika perlu
Rasional : untuk mencegah pembekuan darah atau terbentuknya emboli
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan
perfusi-ventilasi, perubahan membran kapiler alveoli karena adanya
penumpukan cairan di rongga paru
Kriteria Hasil :
- Terlihat adekuatnya ventilasi dan oksigenasi dari jaringan dimana dalam batas-batas normal
dan bebas dari gejala respiratory distress
- Berpartisipasi dalam pengobatan
Intervensi :
- Auskultasi suara pernafasan, catat adanya wheezing
Rasional : Menandakan adanya kongestif paru/pengumpulan sekresi
- Ajarkan klien untuk batuk secara efektif dan bernafas dalam
Rasional : Membersihkan jalan nafas dan memudahkan pertukaran oksigen
- Support klien untuk merubah posisi
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia
- Atur posisi tidur dengan bagian kepala ditinggikan 200 - 300, semi fowler, beri bantal
pada siku
Rasional : Mengurangi kebutuhan oksigen dan meningkatkan pengembangan paru secara
maksimal
- Kolaborasi pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveoli dimana dapat mengurangi hipoksemia
jaringan
e. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan
imobilitas
Kriteria Hasil :
- Ketahanan : Kapasitas untuk menyelesaikan aktivitas
- Penghematan energi : tindakan individu untuk mengelola energi untuk memulai dan
menyelesaikan aktivitas
Intervensi :
- Kaji penyebab kelemahan
Rasional : untuk pemberian intervensi yang tepat mengatasi penyebab
- Pantau TTV sebelum, selama dan setelah aktivitas
Rasional : untuk melihat aktivitas yang dapat ditoleransi oleh dan tidak dapat ditoleransi
misalnya nyeri dada, pucat, vertigo, dispnea.
- Anjurkan periode untuk istirahat dan aktivitas secara bergantian.
Rasional : untuk pengaturan energi sehingga energi cukup untuk beraktivitas
- Bantu klien melakukan Range of Motion
Rasional : untuk melatih fleksibiltas sendi
- Kolaborasi pengobatan pereda nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah
satu penyebab
Rasional : agar nyeri tidak mengganggu aktivitas

DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn.E dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC
Grace, Pierce A. & Neil R. Borley. 2006. At A Glance Ilmu Bedah Edisi 3.Jakarta:
Erlangga.
Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosa NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC
Greenberg, M. I. 2005. Hypovolemic Shock. In: Greenberg's Text Atlas of
Emergency Medicine. Philadelphia: Lippicott Williams & Willkins
American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008. Abdominal and Pelvic
Trauma. In: Advanced Trauma Life Support for Doctors ATLS Student Course Manual

8thEdition. USA: American College of Surgeons


Toni Ashadi, (2006). Syok Hipovolemik. (online). Http:// www. Medicastore.
Com/med/.detail-pyk. Phd?id. diakses pada tanggal 1 februari 2017

Anda mungkin juga menyukai