Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUHAN PADA NY.

DENGAN DIAGNOSA MEDIS POLIP ENDOMETRIUM

DI RUANG BAJI GAU RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

OLEH :

FERA METEKOHY
7120491811

CI LAHAN CI INSTITUSI

(.................................) (.................................)

PROGRAM PROFESI NERS STIK FAMIKA

MAKASSAR

2022
A. Konsep Dasar Polip Endometrium

1. Pengertian Polip Endometrium

Polip endometrium juga disebut polip rahim. Ini adalah pertumbuhan kecil
yang tumbuh sangat lambat dalam dinding rahim. Mereka memiliki basis datar
besar dan mereka melekat pada rahim melalui gagang bunga memanjang. Mereka
dapat bulat atau oval dalam bentuk dan mereka biasanya berwarna merah. Besar
yang muncul menjadi warna lebih gelap dari merah. Seorang wanita dapat
memiliki satu atau polip endometrium banyak, dan mereka kadang-kadang
menonjol melalui vagina menyebabkan kram dan ketidaknyamanan. Mereka
dapat menyebabkan kram karena mereka melanggar pembukaan leher rahim.
Polip ini dapat terjangkit jika mereka bengkok dan kehilangan semua pasokan
darah mereka. Ada kejadian langka saat ini polip menjadi kanker. Wanita yang
telah mereka sulit di kali untuk hamil (Kemenkes RI, 2018).

Polip endometrium merupakan salah satu penyebab pasangan sulit


mendapatkan keturunan. Tindakan pengangkatan polip endometrium dapat
dilakukan dengan "office hysteroscopy", yaitu tindakan teropong ke dalam rahim
tanpa pasien dibius (dikerjakan di poliklinik). Dengan tindakan ini polip
endometrium dapat terlihat dan diangkat langsung.

2. Etiologi

Polip rahim lebih sering terjadi pada wanita yang berusia 40 an dan 50 an.
Polip ini dapat terbentuk pada wanita yang telah pascamenopause akan tetapi
jarang muncul kepada wanita yang berusia di bawah 20 tahun. Polip juga lebih
sering terjadi kepada wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas dengan
tekanan darah yang tinggi. Wanita yang mengkonsumsi tamoxifen ( obat yang
memiliki fungsi untuk mengobati kanker payudara ) dan Terapi Penggantian
Hormon juga memiliki resiko yang lebih tinggi terkena polip Rahim (Nugroho, T.
2011).

Penyebab terbentuknya polip belum dapat diketahui. Endometrium berada di


bawah pengaruh hormon estrogen dan estrogen yang berlebihan yang dapat
menyebabkan terjadinya polip. tetapi ada beberapa teori yang telah
dikemukakan :

a. Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.


b. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
c.  Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi,
sampai ke rongga pelvis
d.  Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga
mengalami endometriosis (Mary Baradero dkk, 2015).
3. Tanda Dan Gejala

Tidak ada penyebab pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhan mereka
dapat dipengaruhi oleh kadar hormon, terutama estrogen. Seringkali tidak ada
gejala, tetapi beberapa gejala dapat diidentifikasi terkait dengan pembentukannya.

Polip rahim bisa juga tanpa adanya gejala dan hanya terdeteksi saat
pemeriksaan USG rutin. Gejala lainnya adalah:

a. Perdarahan atau bercak di antara siklus haid (pendarahan intermenstrual)


b. Pendarahan setelah berhubungan seks (pendarahan pasca senggama)

c. Haid berat

d. Nyeri haid (dismenore) Ini dapat terjadi ketika polip menonjol melalui
serviks dan ke dalam vagina
e. Ketidakmampuan untuk hamil . Adanya polip mungkin dapat menjadi
penyebab ketidakmampuan untuk hamil. Polip dapat mencegah implantasi
embrio dan kadang juga polip dapat meningkatkan resiko keguguran

f. Perdarahan atau bercak setelah menopause Adanya polip mungkin dapat


menjadi penyebab ketidakmampuan untuk hamil. Polip dapat mencegah
implantasi embrio dan kadang juga polip dapat meningkatkan resiko
keguguran.

g. Sebuah kesenjangan antara perdarahan haid

h. Tidak teratur atau perdarahan menstruasi yang berkepanjangan

i. Perdarahan haid yang terlalu berat

4. Patofisiologi

Polip endometrium juga dikenal sebagai polip uterus, adalah pertumbuhan dari
lapisan dalam rahim ( endometrium ) yang menonjol kedalam rongga
endometrium. Polip melekat pada rongga rahim dengan batang tipis ( polip
bertangkai ) atau dasar yang luas ( polip sessile ). Polip bertangkai biasanya lebih
sering terjadi dibandingkan dengan polip sessile. Ukurannya berkisar antara
beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter. Mungkin hanya ada satu atau
beberapa polip. Kadang polip bertangkai dapat menonjol melalui serviks dan ke
dalam vagina. Pembuluh darah kecil mungkin dapat ditemukan terutama pada
polip besar. Polip endometrium biasanya jinak ( non kanker ) akan tetapi suatu
hari bisa berubah menjadi ganas ( kanker ).
Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi
dinding rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim.
Lokasi tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii,
jaringan yang menunjang uterus, daerah di antara vagina dan rectum, juga di
kandung kemih. Dalam setiap siklus menstruasi lapisan dinding rahim menebal
dengan tumbuhnya pembuluh darah dan jaringan, untuk mempersiapkan diri
menerima sel telur yang akan dilepaskan oleh indung telur yang terhubungkan
dengan rahim oleh saluran yang disebut tuba falopii atau saluran telur. Apabila
telur yang sudah matang tersebut tidak dibuahi oleh sel sperma, maka lapisan
dinding rahim tadi luruh pada akhir siklus. Lepasnya lapisan dinding rahim inilah
yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Keseluruhan proses ini diatur oleh
hormon, dan biasanya memerlukan waktu 28 sampai 30 hari sampai kembali lagi
ke awal proses. Salah satu teori mengatakan bahwa darah menstruasi masuk
kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim,
sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim.
Teori lain mengatakan bahwa sel-sel jaringan endometrium keluar dari rahim
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, kemudian mulai tumbuh di
lokasi baru. Namun, ada pula teori yang mengatakan bahwa beberapa perempuan
memang terlahir dengan sel-sel yang “salah letak”, dan dapat tumbuh menjadi
endometrial implant kelak. Dalam kasus endometriosis, walaupun jaringan
endometrium tumbuh di luar rahim dan menjadi “imigran gelap” di rongga perut
seperti sudah disebutkan tadi, struktur jaringan dan pembuluh darahnya juga sama
dengan endometrium yang berada di dalam rahim. Si imigran gelap (yang
selanjutnya akan kita sebut endometrial implant) ini juga akan merespons
perubahan hormon dalam siklus menstruasi.
Menjelang masa menstruasi, jaringannya juga menebal. Namun, bila
endometrium dapat luruh dan melepaskan diri dari rahim dan ke luar menjadi
darah menstruasi, endometrial implant ini tidak punya jalan ke luar. Sehingga,
mereka membesar pada setiap siklus, dan gejala endometriosis (yaitu rasa sakit
hebat di daerah perut) cenderung makin lama makin parah. Intensitas rasa sakit
yang disebabkan oleh endometriosis ini sangat tergantung pada letak dan
banyaknya endometrial implant yang ada pada kita. Walaupun demikian,
endometrial implant yang sangat kecil pun dapat menyebabkan kita kesakitan luar
biasa apabila terletak di dekat saraf (Utamadi, Gunadi, 2014).
5. Diagnostik/pemeriksaan penunjang

Polip endometrium dapat dideteksi melalui pelebaran dan kuretase (D & C),

a. USG Transvagina

Ini adalah prosedur dimana probe USG ditempatkan ke dalam vagina


untuk membuat visualisasi rahim dan rongga rahim. Setiap ditemukan
adanya ketidakberesan pada rongga rahim dapat diindikasikan sebagai
polip endometrium. Namun, pada beberapa wanita yang memiliki lapisan
rahim yang menebal, polip mungkin dapat terlewatkan.

b. Sonohisterografi

Sebuah tabung tipis dimasukkan ke dalam rongga rahim dan cairan steril
( saline-cairan kontras ) disuntikkan untuk membesarkan rongga. USG
transvaginal atau transabdominal dilakukan pada waktu yang bersamaan.
Dengan adanya cairan di dalam rongga endometrium akan dapat
memberikan gambaran pertumbuhan di dalam rongga endometrium yang
jelas

c. Histeroskopi

Prosedur ini dilakukan dengan cara menempatkan teleskop tipis


(histeroskop) melalui servis dan ke dalam rongga uterus melalui vagina.
Ini biasanya dilakukan tanpa anestesi ( pembiusan ).Histeroskop terpasang
dengan sistem kamera dan rongga endometrium dapat divisualisasikan
pada monitor. Semua polip dapat dilihat dan bahkan dapat diangkat secara
bersamaan
6. Komplikasi dan Faktor Risiko

Polip endometrium biasanya sel jinak. Mereka dapat menjadi prakanker atau
kanker. Sekitar 0,5 persen dari polip endometrium mengandung sel-sel
adenokarsinoma. Sel-sel ini akhirnya akan berkembang menjadi kanker. Polip
dapat meningkatkan risiko keguguran pada wanita yang menjalani fertilisasi in
vitro dalam perawatan. Jika mereka mengembangkan dekat saluran telur, mereka
dapat menjadi penyebab kesulitan dalam menjadi hamil.

Polip rahim biasanya terjadi pada wanita di usia 40-an dan 50-an. Wanita
yang memiliki faktor risiko tinggi adalah mereka yang mengalami obesitas,
memiliki tekanan darah tinggi. dan memiliki sejarah polip serviks dalam keluarga
mereka.

Mengambil di tamoxifen atau terapi penggantian hormon dapat meningkatkan


faktor risiko terjadinya polip endometrium. Wanita yang menggunakan hormonal
Intra Uterine Device yang tingkat tinggi levonorgestrel dapat mengurangi
kejadian polip. Satu dari setiap sepuluh perempuan dapat memiliki polip
endometrium, dan diperkirakan bahwa sekitar 25 persen dari mereka yang
mengalami pendarahan vagina abnormal memiliki polip endometrium.

7. Penatalaksanaan

Apabila laporan histeropatologi (g) telah menyatakan bahwa polip jinak, maka
diperlukan pengamatan secara teratur untuk memastikan agar tidak terulang
kembali. Jarang-jarang polip endometrium kembali terulang. Namun, apabila
polip nya bersifat pra-kanker atau ganas ( kanker ) maka pengobatan lebih lanjut
akan diperlukan :
a. Menunggu dan berjaga-jaga

Polip asimptomatik ( tidak menimbulkan gejala ) dapat diatasi sendiri.


Mengulangi USG dapat dilakukan setelah 3 hingga 6 bulan untuk melihat
apakah polip masih ada.

b. Obat

Hormon seperti progestin (g) dapat diberikan untuk mengecilkan polip.


Bahkan jika polip menyusut, polip mungkin dapat muncul kembali ketika
hormon dihentikan.

c. Histeroskopi dan pengangkatan polip

Operasi kecil ini umumnya dilakukan di bawah pengaruh bius. Sehingga


histeroskopi dapat dilakukan dan polip bisa dieksisi dengan menggunakan
alat yang ramping seperti grasper dan gunting

d. Kuret / kuretase

Kuretase merupakan Instrumen ramping / kecil yang ditempatkan ke


dalam rongga endometrium dan lapisan dalam rahim dan digunakan untuk
mengikis dan mengangkat semua polip. Kuretase dapat dilakukan dengan
bantuan histerokopi untuk memastikan bahwa semua polip telah diangkat
dan rongga endometrium telah kosong
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal atau dasar dalam proses keperawatan
dan merupakan tahap paling menentukan bagi tahap berikutnya yang
berasal dari berbagai macam sumber data.
Mengumpulkan data subyektif dan data obyektif, berupa data
focus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan
kondisinya, menggunakann anamnesa, pemeriksaan fisik,
penimbangan berat badan, tinggi badan, dan pemeriksaan
laboratorium
2. Biodata
a. Identitas klien
Identitas klien yaitu nama, umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, lamanya menikah, alamat, termasuk tanggal
pengkajian.

b. Identitas penanggung jawab


Nama ayah dan ibu atau penanggung jawab, usia, pendidikan,
pekerjaan, sumber penghasilan, agama, alamat.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga
professional.
b. Riwayat keluhan utama
Hal yang berhubungan dengan keluhan utama:
 Munculnya keluhan
Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan
(gradual/tiba-tiba), presipitasi/predisposisi (perubahan
emosional, kelelahan, kehamilan, lingkungan,
toksin/allergen, infeksi).
 Karakteristik
Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi,
timing (terus menerus/intermiten, durasi setiap kalinya), Biasanya
ibu datang dengan keluhan nyeri di perut pada setiap menstuasi
dan mengeluh ibu mengalami datang bulan yang berkepanjangan.

c. Riwayat Keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik
berhubungan/tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita
klien), gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol
dan 3 generasi).
4. Riwayat bio-psiko-sosial, spiritual

a. Biologis

 Bernapas : ada/tidaknya adanya perubahan dalam pernafasan.


 Pola nutrisi: jenis makanan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan
pantangan dan kesukaan klien. Minuman : jenis dan jumlah
minuman.
 Pola eliminasi : BAB ; frekuensi, warna, konsistensi. BAK ;
frekuensi, jumlah, warna, bau, nyeri pada saat BAK, poli uri,
retensi urine.
 Pola istirahat : pola aktivitas, waktu serta jumlah jam tidur
malam maupun siang, keluhan.
 Pola hubungan seksual: frekuensi, posisi, keluhan.
b. Data Psikologis/Sosiologis :
Ibu biasanya akan merasa cemas dan takut dengan keadaannya, sehingga
perlu dikaji.
c. Spiritual
Pada klien dengan perdarahan di luar haid karena polip endometrium dikaji
tentang :
Usaha ibu berdoa terhadap penyakitnya, pantangan menurut keyakinan ibu.

5. PemeriksaanFisik

a. Kedaan umum

b. Tanda-tanda vital

c. Kepala dan muka

 Kepala : bersih/ kotor


 Muka : oedem ada/tidak, pucat/tidak, tidak ada masalah.

d. Mata :

 Conjungtiva : merah muda, pucat, merah


 Sklera : merah, putih, kuning

e. Telinga: ada pengeluaran/tidak


f. Hidung : ada pengeluaran/tidak terdapat masalah
g. Mulut dan Gigi :
 Mukosa mulut: kering/ lembab
 Bibir : pucat, biru, segar
d. Leher : pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tiroid, pelebaran
vena jugularis.
e. Dada : Wheezing, nyeri dada, payudara dan aksila (bentuk, putting susu,
kolostrum, kelainan, kebersihan, aksila)
f. Abdomen: bekas luka operasi, arah pembesaran, linea dan strie (striae
gravidarum), tinggi fundus uteri (lebih kecil dari umur kehamilan),
perkiraan berat janin, nyeri tekan.
g. Genetalia :
Pengeluaran: ada/tidak. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali
bahkan tidak ada yang keluar. Biasanya cairan kental, keruh, berwarna
kuning kehijau-hijauan.
h. Ekstremitas atas dan bawah: oedema/tidak, varises/tidak, warna kuku.

6. Pemeriksaan Penunjang :
a. USG ibu (menunjukkan adaanya polip pada daerah endometrium).
b. Histereskopi
c. CT Scan.

7. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (SDKI.D.0077)
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit
(SDKI.D.0074)
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi (SDKI.D.
0080)
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
(SDKI.D.0083)
8. Intervensi Keperawatan

Diagnosa SLKI SIKI

Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


pencedera fisiologis keperawatan 3x24 jam diharapkan
masalah nyeri akut dapat teratasi (I.08238)
dengan kriteria hasil : 1. Observasi
1. Keluhan nyeri menurun  Identifikasi lokasi
2. Meringis menurun karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
3. Gelisah menurun intensitas nyeri

4. Kesulitan tidur menurun  Identifikasi skala nyeri

5. Frekuensi nadi membaik  Identifikasi respon nyeri


non verbal
6. Pola napas membaik
 Identifikasi faktor yang
7. Tekanan darah membaik
memperberat dan
memperingan nyeri

2. Terapeutik

 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(terapi pijat, aroma terapi,
kompres hangat/dingin,
relaksasi napas dalam)
3. Edukasi

 Jelaskan penyebap, periode


dan pemicu nyeri

 Jelaskan strategi
meredakan nyeri

4. Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi


b.d proses penyakit keperawatan 3x24 jam diharapkan
masalah gangguan rasa nyaman (I.09326)
dapat teratasi dengan kriteria 1. Observasi
Hasil :  Mengobservasi penurunan
1. Keluhan tidak nyaman tingkat energi,
menurun ketidakmampuan
berkosentrasi atau gejala
2. Gelisah menurun lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
3. Keluhan sulit tidur
menurun menurun  Identifikasi teknik relaksasi
yang pernah efektif
4. Kewaspadaan membaik
digunakan
5. Pola tidur membaik
 Identifikasi kesediaan,
kemampuan dan peggunaan
teknik sebelumnya

 Periksa ketegangan otot,


frekuensi, nadi, tekanan
darah, suhu, sebelum dan
sesudah latihan
 Monitor respon terhadap
terapi relaksasi

2. Terapeutik

 Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruangan nyaman

 Berikan informasi tentang


persiapan dan prosedur
teknik relaksasi

 Gunakan pakaian longgar

 Gunakan nada suara lembut


dengan irama lambat dan
berirama

 Gunakan relaksasi sebagai


strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis

3. Edukasi

 Jelaskan tujuan, manfaat


batasan, dan jenis relaksasi
(mis, musik dan napas
dalam)

 Jelaskan secara rinci,


intervensi, relaksasi yang
dipilih

 Anjurkan mengambil posisi


nyaman

 Anjurkan rileks dan


merasakan sensai relaksasi

 Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih

Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas


kuranganya terpapar keperawatan 3x24 jam diharapkan (I.09314)
masalah ansietas teratasi dengan 1. Observasi
informasi
kriteria hasil :  Identifikasi saat tingkat
1. Verbalisasi kebingungan ansietas berubah (mis,
menurun kondisi waktu dan stressor)
2. Verbalisasi khawatir  Identifikasi kemampuan
akibat kondisi yang mengambil keputusan
dihadapi menurun  Monitor tanda-tanda
3. Perilaku gelisah menurun ansietas
4. Perilaku tegang menurun 2. Terapeutik
5. Konsentrasi membaik  Ciptakan suasana
6. Pola tidur membaik terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
 Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
 Pahami situasi yang
membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
3. Edukasi
 Jelaskan prosedur termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
 Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis
pengobatan dan prognosis
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat

Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi Koping


berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan (I.09312)
perubahan fungsi masalah gangguan citra tubuh 1. Observasi
tubuh teratasi dengan kriteria hasil :  Identifikasi kegiatan jangka
1. Melihat bagian tubuh pendek dan panjang sesuai
membaik tujuan
2. Verbalisasi kecacatan  Identifikasi kemampuan
bagian tubuh membaik yang dimiliki
3. Verbalisasi perasaan  Identifikasi sumber daya
negatif tentang perubahan yang tersedian dan
tubuh menurun memenuhi tujuan
4. Verbalisasi kekhawatirann  Identifikasi pemahaman
pada penolakan/reaksi proses penyakit
orang lain menurun  Identifikasi metode
5. Hubungan sosial membaik penyelesaian masalah
 Identifikasi kebutuhan dan
keinginan terhadap
dukungan sosial
2. Terapetik
 Diskusikan perubahan
peran yang dialami
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Diskusikan alasan
mengkritik diri sendiri
 Berikan pilihan realistis
mengenai aspek-aspek
tertentu dalam perawatan
 Motivasi untuk
menentukan harapan yang
realistis
 Hindari mengambil
kepurusan saat pasien
berada di bawah tekanan
 Motivasi terlibat dalam
kegiatan sosial
 Dampingi saat berduka
(mis, penyakit kronis,
kecacatan)
3. Edukasi
 Anjurkan menjalin
hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan
sama
 Anjurkan pengunaan
sumber spiritual, jika perlu
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Anjurkan keluarga terlibat
9. Implementasi

Implementasi merupakan fase ketika perawat


mengimplementasikan rencana keperawatan. Implementasi terdiri
atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan intervensi. (Kozier et al, 2010). Tindakan-
tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,
terapeutik, edukasi, dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
10. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai
keberhasilan rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila
hasil yang diharapkan belum tercapai, intervensi yang sudah
ditetapkan dapat dimodifikasi. Evaluasi dapat berupa struktur,
proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu
menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai
dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.
Evaluasi asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam bentuk
SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning) (Achjar, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Obstetri Patologi. Jakarta: EGC

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

http://womenshealth.about.com/od/abnormalbleeding/a/causemenorrhagi.htm

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. ilmu kandungan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.

Manuaba, 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit


Dalam. Yogyakarta:Nuha Medika.

Tim Pokja. SDKI DPP PPNI, (2016), Standar diagnosis keperawatan indoensia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja. SIKI DPP PPNI, (2016), Standar diagnosis keperawatan indoensia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja. SLKI DPP PPNI, (2016), Standar diagnosis keperawatan indoensia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai