Disusun Oleh:
Didik Prasetyo Suli
Nim. 201720461011052
MENGETAHUI,
……………………… ………………………
LAPORAN PENDAHULUAN
ACUTE MYELOID LEUKEMIA
A. PENGERTIAN
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang, ditandai
oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi.
Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leukosit. Leukosit dalam darah berproliferasi
secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi tidak normal. Oleh karena
proses tersebut fungsi-fungsi lain dari sel darah normal juga terganggu hingga menimbulkan gejala
leukemia yang dikenal dalam klinik. Leukemia akut baik granulositik atau mielositik merupakan
jenis leukemia yang banyak terjadi pada orang dewasa. Manifestasi klinis berkaitan dengan
Patogenesis utama LMA adalah adanya blokade maturitas yang menyebabkan proses
diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda (blas) dengan akibat terjadi akumulasi sel
blas di sumsum tulang. Akumulasi sel blas didalam sumsum tulang menyebabkan gangguan
hematopoesis normal dan pada gilirannya mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang (bone
marrow failure syndrome) yang ditandai dengan adanya sitopenia (anemia, lekopenia dan
trombositopenia).
B. ETIOLOGI
Penyebab leukemia sampai sekarang belum jelas, tapi beberapa faktor diduga menjadi
1) Genetik
(1) Keturunan
sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von
Reckinghausen, dan neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson, 1991). Kelainan-
kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal
pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil,
2. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana
kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga
2) Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan leukemia
Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-
sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C
yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik, 1985). Salah
satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell
Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia. Virus ini
1) Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan dengan peningkatan
insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen.
Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara
lain : produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang
2) Obat-obatan
menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML (Fauci, et. al,
1998).
4) Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada pasien-
pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti
peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom.
Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal :
pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .
5) Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary
Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin,
limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan
Merupakan bentuk paling tidak matang dari AML, yang juga disebut sebagai AML
Merupakan leukemia mieloblastik klasik yang terjadi hampir seperempat dari kasus AML.
Pada AML jenis ini terdapat gambaran azurophilic granules dan Auer rods. Dan sel leukemik
dibedakan menjadi 2 tipe, tipe 1 tanpa granula dan tipe 2 dengan granula, dimana tipe 1
dominan di M1.
dengan jumlah granulosit dari promielosit yang berubah menjadi granulosit matang
berjumlah lebih dari 10 %. Jumlah sel leukemik antara 30–90 %. Tapi lebih dari 50 % dari
Sel leukemia pada M3 kebanyakan adalah promielosit dengan granulasi berat, stain
mieloperoksidase + yang kuat. Nukleus bervariasi dalam bentuk maupun ukuran, kadang-
Terlihat 2 (dua) type sel, yakni granulositik dan monositik, serta sel-sel leukemik lebih dari
30 % dari sel yang bukan eritroit. M4 mirip dengan M1, dibedakan dengan cara 20% dari
sel yang bukan eritroit adalah sel pada jalur monositik, dengan tahapan maturasi yang
berbeda-beda.
Jumlah monosit pada darah tepi lebih dari 5000 /uL. Tanda lain dari M4 adalah
peningkatan proporsi dari eosinofil di sumsum tulang, lebih dari 5% darisel yang bukan
Pada M5 terdapat lebih dari 80% dari sel yang bukan eritroit adalah monoblas, promonosit,
dan monosit. Terbagi menjadi dua, M5a dimana sel monosit dominan adalah monoblas,
sedang pada M5b adalah promonosit dan monosit. M5a jarang terjadi dan hasil
- M6 ( Erythroleukemia )
Sumsum tulang terdiri lebih dari 50% eritroblas dengan derajat berbeda dari gambaran
morfologi Bizzare. Eritroblas ini mempunyai gambaran morfologi abnormal berupa bentuk
multinukleat yang raksasa. Perubahan megaloblastik ini terkait dengan maturasi yang tidak
sejalan antara nukleus dan sitoplasma . M6 disebut Myelodisplastic Syndrome ( MDS ) jika sel
leukemik kurang dari 30% dari sel yang bukan eritroit . M6 jarang terjadi dan biasanya
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah :
- Leukopenia (karena penurunan fungsi) : infeksi lokal atau umum (sepsis) dengan gejala panas
- Nyeri tulang.
(Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD
dr Soetomo Surabaya,1994).
Gejala lain seperti Purpura, epistaksis ( sering ), hematoma, infeksi oropharingeal, pembesaran
nodus limfatikus, lemah ( weakness ), faringitis, gejala mirip flu ( flu like syndrome ) yang
merupakan manifestasi klinis awal, limfadenopati, ikterus kejang sampai koma (Cawson 1982;
beberapa kasus.
2. Pada pemeriksaan darah, sel darah putih menunjukkan adanya kenaikan jumlah,
5. Adanya sel leukemik sejumlah 5 % cukup untuk mendiagnosa kelainan darah sebagai
8. Sumsum tulang hiperseluler, hampir selalu penuh dengan blastosit abnormal, sistem
hemopoitik normal terdesak. (Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.
F. PENATALAKSANAAN
- Anemia : transfusi sel darah merak padat (PRC) 10 ml/kg BB/dosis, hingga Hb 12 g/dl.
- Perdarahan hebat : transfusi darah sesuai jumlah yang hilang, bila perlu dapat diberi transfusi
- Infeksi sekunder : bila dapat lakukan biakan kuman (dari bisul, air kemih, darah, cairan serebro
spinal) dan segera mulai dengan antibiotika spektrum luas/dosis tinggi, sesuai dengan dugaan
kuman penyebab.
- Status gizi perlu diperhatikan/diperbaiki.
Pengobatan sfesifik :
Untuk jenis AML, protokol yang dipakai bervariasi, terdiri dari bermacam-macam
Terapi Induksi
Terapi induksi bertujuan untuk mencapai remisi komplit yang didefinisikan sebagai blast dalam
sumsum tulang <5%, tidak terdapat blast dengan Auer Rods atau penyakit ektrameduler persisten,
ANC > 1.000/μL, dan trombosit _ 100.000/μL. Untuk pasien usia 18-60 tahun terapi yang
diberikan adalah: Tiga hari anthracycline (daunorubicin 60 mg/m2, idarubicin 10-12 mg/m2, atau
anthracenedione mitoxantrone 10-12mg/m2), dan 7 hari cytarabine (100-200 mg/m2 infus kontinu) atau
Respons komplit tercapai pada 60-80% pasien dewasa yang lebih muda. Untuk pasien usia 60-74
tahun terapi yang diberikan serupa dengan pasien yang lebih muda, terapi induksi terdiri dari 3 hari
anthracycline (daunorubicin 45-60 mg/m2 atau alternatifnya dengan dosis ekuivalen) dan 7 hari
cytarabine 100-200 mg/m2 infus kontinu). Penurunan dosis dapat dipertimbangkan secara
individual.8 Pada pasien dengan status performa kurang dari 2 serta tanpa komorbiditas, respons
Terapi Konsolidasi
Terapi konsolidasi atau pasca-induksi diberikan untuk mencegah kekambuhan dan eradikasi
minimal residual leukemia dalam sumsum tulang. Secara umum, terdapat 2 strategi utama terapi
ini, yaitu kemoterapi dan transplantasi sel punca hematopoietik. Pertimbangan pemberian terapi
didasarkan pada risiko penyakit yang dinilai dengan profil sitogenetika dan molekuler.
Pasien usia 16-60 tahun dengan risiko favorable mendapat terapi cytarabine 1-1,5 g/ m2 IV setiap 12
jam selama 3 hari atau 1-1,5 g/ m2 IV hari 1-6 sebanyak 2-4 siklus. Pasien dengan risiko intermediate
I, intermediate II, atau adverse, dipertimbangkan untuk dilakukan transplantasi sel hematopoietik
alogeneik. Jika tidak mungkin, diberi terapi konsolidasi seperti berikut: cytarabine 1-1,5 g/m2 IV
setiap 12 jam selama 3 hari atau 1-1,5 g/ m2 IV hari 1-6 sebanyak 2-4 siklus. Pasien usia di atas 60
tahun dengan risiko favorable tanpa kondisi penyulit mendapat terapi cytarabine 0,5-1 g/m2 IV setiap
12 jam hari 1-3 atau 0,5-1 g/m2 IV hari 1-6 sebanyak 2-3 siklus.
Terapi Kekambuhan
Pada sebagian besar pasien AML yang mencapai remisi komplit, leukemia akan kambuh dalam
3 tahun setelah diagnosis. Secara umum, prognosis pasien setelah kambuh adalah buruk.8 Pasien
dengan kekambuhan dini (respons komplit pertama kurang dari 6 bulan), sitogenetika adverse, atau
usia lebih tua memiliki outcome buruk.Terapi disesuaikan dengan kondisi pasien.8 Skor prognostik
Terapi kekambuhan bertujuan untuk mencapai remisi baru dan mengarah pada
„ MEC (mitoxantrone 8 mg/m2 hari 1-5, etoposide 100 mg/m2 hari 1-5, cytarabine 100 mg/m2 hari 1-
5)
„ FLAG-IDA (fludarabine 30 mg/m2 IV hari 1-5, cytarabine 1,5 g/m2 IV diberikan 4 jam setelah
infus fludarabine hari 1-5, idarubicin 8 mg/m2 IV hari 3-5, GCSF 5 μg/ kg subkutan dari hari 6
Beberapa studi melaporkan data harapan hidup sekitar 5-15 bulan dengan pemberian regimen
terapi salvage.11 Jika pasien tidak dapat menerima terapi salvage intensif, diberi terapi dengan
intensitas lebih rendah (misalnya cytarabine dosis rendah, agen hipometilasi) atau perawatan suportif
terbaik. Transplantasi sel punca hematopoietik termasuk terapi konsolidasi terpilih jika remisi
kedua tercapai.11 The International Bone Marrow Transplant Registry menunjukkan bahwa pada lebih
dari 3.500 transplantasi sel punca alogeneik pada pasien AML, 3-year leukemia free survival rate sekitar
60%, 35%, dan 25% selama remisi komplit pertama, remisi komplit berikutnya, dan kekambuhan.
G. KOMPLIKASI
4. Ginjal à gagal ginjal akibat perdarahan yg à obstruksi & deposit as. Urat akibat pemecahan
sel leukimia
H. ASUHAN KEPERAWATAN
ILUSTRASI KASUS
An.D kelihatan lesu, lemas dan pucat. Pasien baru masuk bagian anak untuk yangke dua kalinya
Pemeriksaan Fisik :
I. Identitas Pasien
No.RM : 613096
Pekerjaan : Ibu RT
Pendidikan : D3
Alasan masuk ke RS: An.D kelihatan lesu, lemas dan pucat dan diindikasikan ALL.
Prositostatika.
1. Prenatal:
Ibu dari anak mengatakan selama hamil an. D, ia tidak mengalamikelainan dan gizinya cukup.
2. Intranatal:
Ibu mengatakan, an.D lahir dengan normal di bantu oleh bidan. Lahir dengan cukup umur yaitu 9
bulan. Berat badan lahir 3500 gram dan panjang badan 42cm. Saat lahir, An. R menangis spontan.
3. Postnatal:
normal.
2. Pernah dirawat di RS :
4. Alergi :
An.D tidak pernah jatuh yang sampai mencederai kepalanya.Kalaupun jatuh, an.D tidak sampai
6. Riwayat imunisasi :
I II III
POLIO 9BLN
CAMPAK 1BLN
Tanggal 21 Oktober 2009 kemaren, an.D telah mendapatkan kemo terapi.Saat pengkajian tanggal
22 Oktober 2009, an. D sedang demam, suhu 38,6 C. An.D tidak mau makan, perutnya kembung
dan lidahnya terdapatsariawan.. Setelah diberi roti, an.D muntah. An.D mengeluhkan nyeri
padasendinya dan terasa pegal-pegal. An.D meraba-raba perutnya danmengatakan sakit pada
perutnya.
Ibu an.D mengatakan, tidak ada penyakit keturunan, apalagi penyakit turunan yang seperti dialami
oleh an.D
Sebelum sakit, an.D mampu melakukan aktivitas sehari-hari sepertimakan sendiri, pasang baju
sendiri. An.D berteman baik dengan temansebaya. Tapi semenjak sakit, An. D sudah tidak mampu
2. Motorik kasar :
Umur 3 bulan, an.D sudah bisa tengkurap. Umur 8 bln anak sudah bisaduduk, umur 9 bln berdiri
3. Motorik halus :
Umur 5 tahun ini, an.D sudah bisa memahami perintah dari orang lain,an.D mengerti apa yang
ditanyakan orang padanya. Perkembanganbahasa normal, anak mulai bisa bicara umur 12 bulan.5.
Psikososial :Saat pengkajian, An.D mau berinteraksi dengan orang lain selain orangtua bila di beri
An.D merupakan anak kandung dari Ibu Nike dan Bpk mahatir. Saatpengkajian, Bapak dari An.D
sering memaksa anaknya makan-minumdengan paksa dan sedikit marah-marah pada an.DMenurut
Ibunya, An.D sangat sayang sama adiknya. Mereka jarang sekali ribut.
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang lemah(anak tidak sinroma down)
5. Lingkungan rumah :
- Luas rumah 8 x 10 m
3. Kepala :46 cm
a. Lingkar kepala :
b. Rambut :
ü kebersihan.(bersih)
ü warna. (hitam)
ü Tekstur (kasar)
ü distribusi rambut.(merata)
4. Mata :
b) Konjungtiva : anemis
c) Palpebra :
d) Pupil : ukuran ........ 2mm ......... bentuk ..... isokor ......... reaksi cahaya ........+ / normal .........
5. Telinga :
a) Simetris : ya
b) Serumen : Ada
c) Pendengaran : Baik
6. Hidung :
b) Sekret :tidak
c) Polip :tidak
b) Gigi : caries pada gigi atasnya (keropos semua gigi yangdi atas)
8. Leher :
a) Kelenjer getah bening :Teraba di colli dextra diameter 1x1/2x1 ½ cm dan diinguinal dextra ada
3 bh diameter ½ x 1 ½ x 2 cm
9. Dada :
a) Inspeksi :Normal
b) Palpasi :Normal
10. Jantung :
b) Auskultasi :-
c) Palpasi :-
11. Paru-paru :
a) Inspeksi :simetris
c) Perkusi :-
d) Auskultasi :vesikuler
12. Perut :
15. Genitalia :-
16. Kulit :
a) Warna :sawo matang
d) Elastisitas :elastis
a. DDST (terlampir)
An. D saat dilakukan pengkajian, kurang mau berinteraksi denganorang lain. Ketika diberi mainan,
Orang tua anak mengatakan mereka juga berdoa untuk kesembuhan anaknya.
a. - Leukosit : 1800/mm3 - Ht : 26 %
b. Rontgen :-
c. Lain-lain :-
disuruh makan
ANALISA DATA
- Keluarga mengatakan
yang diberikan
DO :
- Berat badan anak turun dari
kurang yaitu76,19%
cm
anak 14 cm
DO :
- Leukosit :1800/mm3
- Hb : 8,4 gr %
- imunosupresi
- gusi terlihatberwarna
leukemia
tidak teratur ).
DO :
(ALL.Prositostatika )
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA 1. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d inadekuat pertahanansekunder atau penurunan
respon kekebalan.
Tujuan :
· Melaporkan tanda dan gejala infeksi serta mengikuti prosedur pernafasan dan pemantauan
Intervensi :
Rasional :
dengan mengistirahatkan pada ruangan isolasi dapat menghindari terkontaminasi dengan klien
Rasional : dengan memelihara kebersihan diri dan lingkungan dapat menghambat perkembang
biakan kuman.
DIAGNOSA 2 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
Intervensi :
lambung.
Rasional : menambah pengetahuan klien dan orang tua tentang pentingnya makanan bagi tubuh
pengobatan
Batasan Karakteristik
· Subjektif:
gejala sisa
ü Pengungkapan secara verbal kesulitan pengaturan atau integrasi dari salahsatu atau lebih efek atau
pencegahan komplikasi
ü Pengungkapan secara verbal bahwa keluarga tidak dapat bertindak untuk mengurangi factor resiko
· Objektif
ü Aktivitas keluarga yang tidak tepat dalam mencapai tujuan programpengobatan untuk pencegahan
ü Mengatur kegiatan yang biasa dibutuhkan ke dalam program pengobatananggota keluarga, misalnya
· Intervensi
disarankan
ü Tentukan sumber pemberi perawatan utama secara fisik, emosional, dan pen didikan
ü Tentukan tingkat ketergantungan pasien pada keluarga, dengan cara yangsesuai dengan usia dan
penyakit
ü Berikan keterampilan yang dibutuhkan untuk terapi pasien kepada pemberi perawatan
ü Bantu pemberi perawatan utama untuk mendapatka persediaan perawatan yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit
buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI
:
Media Aescullapius. Jakarta.
Matondang, Corry S. (2000) Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke 2, PT. Sagung Seto. Jakarta.
Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sumijati M.E, dkk, (2000). Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi
Pada Anak. PERKANI. Surabaya.