Anda di halaman 1dari 33

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada

An L dengan AML di ruang 7B anak


RS Dr. Saiful anwar
Malang

Oleh :
ZAKY S A
NIM. 0810720078

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan adan asuhan keperawatan pada an L
dengan AML di ruang 7B Anak RSU Dr. Saiful Anwar
MALANG

Mahasiswa

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

____________________ _____________________

LAPORAN PENDAHULUAN
AKUT MIEOBLASTIK LEUKEMIA

1. DEFINISI AML
Leukemia akut baik granulositik atau mielositik merupakan jenis leukemia yang banyak terjadi

2
pada orang dewasa. Manifestasi klinis berkaitan dengan berkurangnya atau tidak adanya sel
hematopoietik (Clarkson, 1983).
2. ETIOLOGI AML
Penyebab leukemia sampai sekarang belum jelas, tapi beberapa faktor diduga menjadi penyebab,
antara lain :
1) Genetik
(1) Keturunan
1. Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada
sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconis Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich,
sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von
Reckinghausen, dan neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson, 1991). Kelainan-kelainan
kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada
kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada
aneuploidy.
2. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-
kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada
keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi (Wiernik,1985).

(2) Faktor Lingkungan


Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan,
misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat
pada leukemia akut, khususnya ANLL (Wiernik,1985; Wilson, 1991).
2) Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata.
Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-
sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C
yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik, 1985). Salah
satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell
Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia. Virus ini
ditemukan oleh Takatsuki dkk (Kumala, 1999).
3) Bahan Kimia dan Obat-obatan
3
1) Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan dengan peningkatan insidensi
leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. (Wiernik,1985; Wilson,
1991)
Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain :
produk produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
(Fauci, et. al, 1998).

2) Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat
mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML. Kloramfenikol,
fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang
lambat laun menjadi AML (Fauci, et. al, 1998).

4) Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada pasien-pasien
anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan
insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan
resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran
thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .

5) Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary Acute
Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin,
limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan
termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA .

3. KLASIFIKASI AML
Berdasarkan klasifikasi French American British (FAB)
AML terbagi menjadi 8 tipe :
- Mo ( Acute Undifferentiated Leukemia )
Merupakan bentuk paling tidak matang dari AML, yang juga disebut sebagai AML dengan
diferensiasi minimal.
- M1 ( Acute Myeloid Leukemia tanpa maturasi )
4
Merupakan leukemia mieloblastik klasik yang terjadi hampir seperempat dari kasus AML.
Pada AML jenis ini terdapat gambaran azurophilic granules dan Auer rods. Dan sel
leukemik dibedakan menjadi 2 tipe, tipe 1 tanpa granula dan tipe 2 dengan granula, dimana
tipe 1 dominan di M1.
- M2 ( Akut Myeloid Leukemia )
Sel leukemik pada M2 memperlihatkan kematangan yang secara morfologi berbeda, dengan
jumlah granulosit dari promielosit yang berubah menjadi granulosit matang berjumlah lebih
dari 10 %. Jumlah sel leukemik antara 3090 %. Tapi lebih dari 50 % dari jumlah sel-sel
sumsum tulang di M2 adalah mielosit dan promielosit.
- M3 ( Acute Promyelocitic Leukemia )
Sel leukemia pada M3 kebanyakan adalah promielosit dengan granulasi berat, stain
mieloperoksidase + yang kuat. Nukleus bervariasi dalam bentuk maupun ukuran, kadang-
kadang berlobul . Sitoplasma mengandung granula besar, dan beberapa promielosit
mengandung granula berbentuk seperti debu. Adanya Disseminated Intravaskular
Coagulation (DIC) dihubungkan dengan granula-granula abnormal ini .

- M4 ( Acute Myelomonocytic Leukemia )


Terlihat 2 (dua) type sel, yakni granulositik dan monositik, serta sel-sel leukemik lebih dari
30 % dari sel yang bukan eritroit. M4 mirip dengan M1, dibedakan dengan cara 20% dari sel
yang bukan eritroit adalah sel pada jalur monositik, dengan tahapan maturasi yang berbeda-
beda.
Jumlah monosit pada darah tepi lebih dari 5000 /uL. Tanda lain dari M4 adalah peningkatan
proporsi dari eosinofil di sumsum tulang, lebih dari 5% darisel yang bukan eritroit, disebut
dengan M4 dengan eoshinophilia. Pasienpasien dengan AML type M4 mempunyai respon
terhadap kemoterapi-induksi standar.
- M5 ( Acute Monocytic Leukemia )
Pada M5 terdapat lebih dari 80% dari sel yang bukan eritroit adalah monoblas, promonosit,
dan monosit. Terbagi menjadi dua, M5a dimana sel monosit dominan adalah monoblas,
sedang pada M5b adalah promonosit dan monosit. M5a jarang terjadi dan hasil
perawatannya cukup baik.
- M6 ( Erythroleukemia )
Sumsum tulang terdiri lebih dari 50% eritroblas dengan derajat berbeda dari gambaran
morfologi Bizzare. Eritroblas ini mempunyai gambaran morfologi abnormal berupa bentuk
multinukleat yang raksasa. Perubahan megaloblastik ini terkait dengan maturasi yang tidak
5
sejalan antara nukleus dan sitoplasma . M6 disebut Myelodisplastic Syndrome ( MDS )
jika sel leukemik kurang dari 30% dari sel yang bukan eritroit . M6 jarang terjadi dan
biasanya kambuhan terhadap kemoterapi-induksi standar.
- M7 ( Acute Megakaryocytic Leukemia )
Beberapa sel tampak berbentuk promegakariosit/megakariosit.
( Yoshida, 1998; Wetzler dan Bloomfield, 1998 ).

4. MANIFESTASI KLINIS AML


Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah :
- Anemia : pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
- Leukopenia (karena penurunan fungsi) : infeksi lokal atau umum (sepsis) dengan gejala panas
badan (Demam) dan penurunan keadaan umum.
- Trombositopeni : Perdarahan kulit, mukosa dan tempat- tempat lain.

Akibat infiltrasi ke organ lain :


- Nyeri tulang.
- Pembesaran kelenjar getah bening.
- Hepatomegali dan splenomegali
(Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr
Soetomo Surabaya,1994).
Gejala lain seperti Purpura, epistaksis ( sering ), hematoma, infeksi oropharingeal, pembesaran
nodus limfatikus, lemah ( weakness ), faringitis, gejala mirip flu ( flu like syndrome ) yang
merupakan manifestasi klinis awal, limfadenopati, ikterus kejang sampai koma (Cawson 1982; De
Vita Jr,1985, Archida, 1987, Lister, 1990, Rubin,1992).

5. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS MEDIS LEUKEMIA AKUT


Penegakan diagnosa leukemia akut dilakukan dengan berdasarkan pada anamnesa,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah dan pemeriksaan sumsum tulang pada beberapa kasus.
Pada pemeriksaan darah, sel darah putih menunjukkan adanya kenaikan jumlah, penurunan jumlah,
maupun normal.
Pemeriksaan trombosit menunjukkan penurunan jumlah.
Pemeriksaan hemoglobin menunjukkan penurunan nilai
Adanya sel leukemik sejumlah 5 % cukup untuk mendiagnosa kelainan darah sebagai leukemia, tapi
sering dipakai nilai yang mencapai 25 % atau lebih
6
Pemeriksaan dengan pewarnaan Sudan Black, PAS, dan mieloperoksidase untuk pembedaan AML
dan ALL.
Hapusan darah : normokrom, normositer, hampir selalu dijumpai blastosit abnormal.
Sumsum tulang hiperseluler, hampir selalu penuh dengan blastosit abnormal, sistem hemopoitik
normal terdesak.
(Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr
Soetomo Surabaya,1994).

6. PENATALAKSANAN MEDIS
Perbaiki keadaan umum :
- Anemia : transfusi sel darah merak padat (PRC) 10 ml/kg BB/dosis, hingga Hb 12 g/dl.
- Perdarahan hebat : transfusi darah sesuai jumlah yang hilang, bila perlu dapat diberi transfusi
trombosit (biasanya diperlukan bila jumlah trombosit < 10.000/mm3).
- Infeksi sekunder : bila dapat lakukan biakan kuman (dari bisul, air kemih, darah, cairan serebro
spinal) dan segera mulai dengan antibiotika spektrum luas/dosis tinggi, sesuai dengan dugaan
kuman penyebab.
- Status gizi perlu diperhatikan/diperbaiki.

Pengobatan sfesifik :
Protokol untuk AML :
Untuk jenis AML, protokol yang dipakai bervariasi, terdiri dari bermacam-macam kombinasi obat,
seperti :
Sitosin arabinosid + daunomisin + 6 tioguanin.
Prednison + vinkristin + metotreksat + merkaptopurin.

7. KOMPLIKASI
Penyulit yang paling sering didapatkan adalah :
Perdarahan.
Sepsis.

7
Konsep asuhan keperawatan pada pasien AML

1. PENGKAJIAN
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
a. Faktor Keturunan ; yaitu faktor gen yang diturunkan dari kedua orang tuanya.
b. Faktor Hormonal ; banyak hormon yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, namun yang paling berperan adalah Growth Hormon (GH).
c. Faktor Gizi ; Setiap sel memerlukan makanan atau gizi yang baik. Untuk mencapai
tumbuh kembang yang baik dibutuhkan gizi yang baik.
d. Faktor Lingkungan; Terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan
psikososial.
e. Tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson.
Erikson mengemukakan bahwa dalam tahap-tahap perkembangan manusia mengalami 8
fase yang saling terkait dan berkesinambungan
TUGAS PERKEMBANAGAN BILA TUGAS
PERMKEMBANGAN
TIDAK TERCAPAI
Bayi (0 - 1 tahun) Tidak percaya
Rasa percaya mencapai harapan,
Dapat menghadapi frustrasi dalam jumlah
kecil
Mengenal ibu sebagai orang lain dan berbeda
dari diri sendiri.
Usia bermain (1 - 3 Tahun) Malu dan ragu-ragu
Perasaan otonomi.
Mencapai keinginan
Memulai kekuatan baru
Menerima kenyataan dan prinsip kesetiaan
Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun) Rasa bersalah.
Perasaan inisiatif mencapai tujuan

8
Menyatakan diri sendiri dan lingkungan
Membedakan jenis kelamin.
Usia sekolah ( 6 - 12 Tahun) Rasa rendah diri
Perasaan berprestasi
Dapat menerima dan melaksanakan tugas dari
orang tua dan guru
Remaja ( 12 tahun lebih) Difusi identitas
Rasa identitas
Mencapai kesetiaan yang menuju pada
pemahaman heteroseksual.
Memilih pekerjaan
Mencapai keutuhan kepribadian
Remaja akhir dan dewasa muda Isolasi
Rasa keintiman dan solidaritas
Memperoleh cinta.
Mampu berbuat hubungan dengan lawan jenis.
Belajar menjadi kreatif dan produktif.
Dewasa Absorpsi diri dan stagnasi
Perasaan keturunan
Memperoleh perhatian.
Belajar keterampilan efektif dalam
berkomunikasi dan merawat anak
Menggantungkan minat aktifitas pada
keturunan
Dewasa akhir keputusasaan
Perasaan integritas
Mencapai kebijaksanaan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

9
sekunder
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan Kehilangan
berlebihan, mis ; muntah, perdarahan
3. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan agen fiscal ; pembesaran organ / nodus limfe,
sumsum tulang yang dikmas dengan sel leukaemia.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :

Suhu normal 36,5-37,5 C


Tanda-tanda inflamasi (tumor, rubor, kolor, dolor, funtio lesa) tidak terjadi
Pasien tidak gelisah
Rencana tindakan :
1. Tempatkan anak pada ruang khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional : Melindungi anak dari sumber potensial patogen / infeksi.
2. Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua staf petugas.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / menurunkan risiko infeksi.
3. Awasi suhu. Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan chemoterapi.
Observasi demam sehubungan dengan tachicardi, hiertensi.
Rasional : Hipertermi lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi dan demam terjadi pada
kebanyakan pasien leukaemia.
4. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, batuk.
Rasional : Mencegah statis secret pernapasan, menurunkan resiko atelektasisi/
pneumonia.
5. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut secara periodic. Gunakan sikat gigi
halus untuk perawatan mulut.
Rasional : Rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
patogen.
6. Awasi pemeriksaan laboratorium : WBC, darah lengkap
Rasional : Penurunan jumlah WBC normal / matur dapat diakibatkan oleh proses
penyakit atau kemoterapi.
7. Berikan obat sesuai indikasi, misalnya Antibiotik
10
Rasional : Dapat diberikan secara profilaksis atau mengobati infeksi secara khusus.
Dx : 2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan
berlebihan, mis ; muntah, perdarahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam cairan dalam tubuh seimbang
Kriteria hasil Volume
cairan tubuh adekuat
dehidrasi tidak ada
mual muntah berkurang sampai normal
haluaran urine normal dan stabil
Rencana Tindakan :
1. Awasi masukan dan pengeluaran. Hitung pengeluaran tak kasat mata dan keseimbangan
cairan. Perhatikan penurunan urine pada pemasukan adekuat. Ukur berat jenis urine dan
pH Urine.
Rasional : Penurunan sirkulasi sekunder terhadap sel darah merah dan pencetusnya pada
tubulus ginjal dan / atau terjadinya batu ginjal (sehubungan dengan
peningkatan kadar asam urat) dapat menimbulkan retensi urine atau gagal
ginjal.
2. Timbang BB tiap minggu.
Rasional : Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal. Pemasukan
lebih dari keluaran dapat mengindikasikan memperburuk / obstruksi ginjal.
3. Awasi Tekanan Darah dan frekuensi jantung.
Rasional : Perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemik (perdarahan/dehidrasi).
4. Inspeksi kulit / membran mukosa untuk petike, area ekimotik, perhatikan perdarahan
gusi, darah warna karat atau samar pada feces atau urine; perdarahan lanjut dari sisi
tusukan invesif.
Rasional : Supresi sumsum dan produksi trombosit menempatkan pasien pada resiko
perdarahan spntan tak terkontrol.
5. Evaluasi turgor kulit, pengiisian kapiler dan kondisi umum membran mukosa.
Rasional : Indikator langsung status cairan / dehidrasi.
6. Berikan diet halus.
Rasional : Dapat membantu menurunkan iritasi gusi.
7. Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan / elektrolit pada tak adanya
pemasukan melalui oral; menurunkan risiko komplikasi ginjal.

11
8. Berikan sel darah Merah, trombosit atau factor pembekuan.
Raional : Memperbaiki jumlah sel darah merah dan kapasitas O2 untuk memperbaiki
anemia. Berguna mencegah / mengobati perdarahan.
Dx 3 :Nyeri ( akut ) berhubungan dengan agen fiscal ; pembesaran organ / nodus limfe,
sumsum tulang yang dikmas dengan sel leukaemia.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan 30 menit nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria Hasil :
Skala nyeri berkurang (1-10)
Pasien tidak mengeluh kesakitam
Pasien bisa istirahat dengan tenang
Rencana Tindakan :
1. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan petunjuk nonverbal,rewel, cengeng, gelisah.
Rasional : Dapat membantu mengevaluasi pernyatan verbal dan ketidakefektifan
intervensi.
2. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stress.
Rasional : Meingkatkan istirahat.
3. Tempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi, ekstremitas denganan bantal.
Rasional : Menurunkan ketidak nyamanan tulang/ sensi.
4. Ubah posisi secara periodic dan berikan latihan rentang gerak lembut.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilisasi sendi.
5. Berikan tindakan ketidaknyamanan; mis : pijatan, kompres.
Rasional : Meminimalkan kebutuhan atau meningkatkan efek obat.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic
Rasional : membantu penyembuhan klien

12
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan).
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI :
Media Aescullapius. Jakarta.

Matondang, Corry S. (2000) Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke 2, PT. Sagung Seto. Jakarta.

Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sumijati M.E, dkk, (2000). Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada
Anak. PERKANI. Surabaya.

13
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK A
DENGAN ACUTE MYELOBLASTIC LEUKEMIA
DI RUANG HND RSU DR SAIFUL ANWAR
MALANG

Nama Mahasiswa : Tempat Praktik : R. HND Anak


NIM : Tgl Praktik : 18-Juni- 2012

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Tgl.MRS :29 juni 2012
Nama : An. A
Tgl Pengkajian :18 Juni 2012
Usia : 4,5th
Sumber informasi :Orangtua
Jenis Kelamin : Perempuan
Keluarga yang bisa dihubungi
Alamat : Ponggok- Blitar
Ayah : Tn. K
Ibu : Ny. M
B. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan saat MRS : perut membesar, pucat, lebam-lebam di kaki
dan nyeri sendi diikuti dengan panas, batuk, pilek dan
penurunan nafsu makan
2. Keluhan saat Pengkajian : mual-muntah,sariawan, nyeri sendi dan
panas
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
pas
Ibu klien mengatakan anaknya sakit panas, muntah, kembung 1 bulan,
lalu diperiksakan ke dokter atau pelayanan kesehatan, makin hari gak
kunjung sembuh, dan perutnya makin besar, nyeri sendi dan penurunan
. nafsu makan lalu pasien dibawa ke RS Mardi Waluyo-Blitar pada tgl 25-
05-2012 dengan keluhan perut membesar, pucat, dan nyeri sendi diikuti
dengan panas, batuk, pilek dan penurunan nafsu makan, di Mardi waluyo
di diagnosa Anemia. Pasien lalu dirujuk ke RSSA pada tgl 29-05-2012
dan kemudian MRS di 7B ruang hematologi selama 4 hari untuk melakukan
terapi kemoterapi. Saat kemoterapi pasien muntah-muntah dan tidak mau
4. Diagnosa Medis :
makan serta diare bercampur darah (berwarna kehitaman) pasien lalu
AML
dipindah ke HND sampai sekarang. Saat dilakukan pengkajian orang tua
Pneumoni
Febrile
mengatakan neurotropenia
klien muntahnya sudah berkurang tapi masih nyeri sendi dan
sariawan. Klien dipuasakan karena direncanakan untuk usg abdomen
C. RIWAYAT KESEHATAN TERDAHULU
besok. Klien tampak lemah dan terpaang IVFD, NGT dan O2 via NC 2 lpm.
1. Penyakit yang pernah dialami :
Klien kadang terlihat merengek kesakitan sambil menunjuk ke kaki
(persendian kaki) dan batuk serta mengeluarkan dahak (sputum)
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami masalah
kesehatan yg serius sebelumnya, anaknya hanya sakit batuk
pilek.
2. Kecelakaan (Bayi/anak: termasuk Kecelakaan Lahir/Persalinan,
Bila pernah: Jenis dan Waktu, siapa Penolong kelahirannya.) :
Pasien lahir pada tanggal 17 desember 2008 dengan persalinan
normal, penolong Bidan, dengan berat badan lahir 2600 gram

3. Operasi (Jenis dan Waktu) :tidak pernah


4. Penyakit kronis/akut :-
Kronis:-
5. Imunisasi :keluarga mengatakan imunisasi klien lengkap (BCG,
hepatitis B, campak, DPT, polio)

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1. Penyakit yang pernah diderita keluarga:


Keluarga mengatakan bahwa dalam keluarganya (neneknya) ada
yang menderita kencing manis dan hipertensi. Keluarga hanya
pernah sakit batuk, pilek dan panas yang sembuh dengan
diberikan obat di warung.

2. Lingkungan rumah dan komunitas:


Pasien tinggal di daerah ponggok yang jauh dari pabrik, dekat
dengan kandang ayam. Lingkungan sekitar dan keadaan rumah
cukup bersih dan medapat cahaya matahari yang cukup serta
ventilasi yang baik.

3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan:

Keluarga pasien jarang berobat ke pelayanan kesehatan ketika


ada anggota keluarga yang sakit. Biasanya diobati seadanya
dahulu dan jika sudah lama tidak sembuh-sembuh baru dibawa ke
dokter, bidan, ataupun puskesmas.

4. Persepsi keluarga terhadap penyakit anak:


Keluarga sudah mengetahui tentang penyakit anaknya, keluarga
menyerahkan semua pada tenaga kesehatan asalkan anaknya cepat
sembuh.

E. POLA NUTRISI-METABOLIK
Item Deskripsi
di Rumah di Rumah Sakit
Jenis diet/makanan/ Nasi, sayur, tahu, Diit cair
Komposisi menu tempe, daging D5-1/2 NS
Frekuensi/pola 3x sehari Tiap 3 jam
Porsi/jumlah Makan habis 1/2 porsi 15-20cc
Mengurangi makanan -
Pantangan
yang mengandung MSG
Nafsu makan Menurun Menurun
Peningkatan/Penurunan Menurun Menurun
BB 6 bulan terakhir
Sukar menelan Tidak Ya

F. POLA ELIMINASI

Deskripsi
Item
di Rumah di Rumah Sakit
BAB
2-3 hr sekali 1 hr 2-3 kali
Frekuensi/pola
Konsistensi Lembek Cair
Kuning kecoklatan Kekuningan bercampur
Warna/bau
darah sedikit
Kesulitan - -
Upaya mengatasi - -
BAK
4-5 kali/hari 285cc
Frekuensi/pola
Konsistensi Cair Cair
Warna/bau Kuning jernih/bau khas Kuning jernih/bau khas
Kesulitan - -
Upaya mengatasi - -

. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


BB saat ini : 13 kg
BBI : 15 kg
% BBI : 85%
BB saat pertama masuk RS : 14 kg
BB lahir : 2600 gr
LK : 44,5cm
TB : 100 cm
LLA : 15,5 cm
Pengkajian Perkembangan DDST
Klien berusia 4 tahun 5 bulan, banyak tugas perkembangan
sudah dapat dilewati klien
Motorik kasar
Klien sudah dapat berjalan dengan baik,bisa mengangkat
dengan 1 kaki
Bahasa
Klien sudah bisa menyusun kata-kata
Adaptif-motorik halus
Klien sudah bisa menyusun menara dan bisa mencoret-coret
Personal sosial
Klien sudah bisa memakai baju dan membantu dirumah

Tahap Perkembangan psikososial (erickson):


Tahap Perkembangan Psikosexual(freud):
Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun)
Pasien sudah mampu mengungkapkan perasaannya pada saat
mengeluh kesakitan , sudah bisa embedakan jenis kelamin laki-
laki dan perempuan,

H. GENOGRAM
Keterangan :

::perempuan

H. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
GCS : 456
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 37,9 oc
RR : 28x/menit
1. Kepala:
Normal, rambut tipis, warna kemerahan, masaa (-), lesi (-)
2. Mata :
Simetris, ikterus (-), anemis (-), edema palpebra (-),
3. Hidung:
Bentuk normal, simetris, lesi (-), warna sama dengan wajah,
tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada pernapasan cuping
hidung, terpasang NGT, menggunakan nasal kanul
4. Mulut dan Tenggorokan:
Mukosa bibir kering,stomatitis (+) lidah berwarna putih, gigi
kotor, hipersalifa (+)
5. Telinga:
Simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada pengeluaran sekret
6. Leher:
Warna kulit merata, trakhea berada ditengah, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran tiroid.
7. Dada

Inspeksi
Bentuk thorak normal, simetris, tidak ada retraksi dada
Pergerakan dada simetris antara dextra dan
Palpasi
sinistra,tak teraba massa, ktrepitasi (-)
Vocal fremitus Tidak ada
Perkusi Sonor
Auskultasi Paru
Suara Nafas Deskripsi
o Bronkial Normal, simetris pada paru
kanan & kiri
o Bronkovesikuler Normal, simetris pada paru
kanan & kiri
o Vesikuler Normal, simetris pada paru
kanan & kiri
Suara Ucapan Dextra Sinistra
o Bronkoponi/Pectoryloquy/Egophoni - -
Suara Tambahan Dextra Sinistra
o Rales/Rhonchi/Wheezing/Pleural Rh (+) Rh (+)
Friction Weezing (-)
Wh (-)
Batuk dengan sputum/tidak Batuk (+)sputum putih
kehijauan

Pemeriksaaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi Prekordium
Area Aorta-Pulmonum Tidak ada pulsasi
Area tricuspid-Ventrikel Tidak ada pulsasi
kanan
Letak Ictus Cordis Ictus cordis tidak terlihat, tapi
teraba pulsasi (+)

Perkusi
Batas jantung Apek , basal
Suara Dullness
Auskultasi
Bunyi Jantung I (+) tunggal
Bunyi Jantung II (+) tunggal
Bunyi Jantung III (-) tidak ada
Bunyi Jantung IV (-) tidak ada
Keluhan tidak ada (sulit di evaluasi)

8. Punggung:
Tidak terdapat iritasi pada daerah punggung
9. Mamae dan Axila:
Tidak ada benjolan/massa dan nyeri
10. Abdomen
Inspeksi Lesi (-) Scar (-) Massa (-) Distensi (+)
Asites (-)
Auskultas Peristalstik 20 x/menit
i
Palpasi Pembesaran Hati (+) dan Limpa (-)
Perkusi timpani
Lain-lain (-)

11. Genetalia

Pengkajia Data/Gejala Deskripsi


n
Inspeksi Lesi(-) Scar Tidak ada lesi, scar, massa dan
Massa Distensi distensi
Palpasi Nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
Ada Tidak Ada
Keluhan o Ada Tidak Ada Tidak ada keluhan
Lain-lain

12 Ekstremitas

Lesi Scar Kontraktur Deformitas Edema Nyeri


Clubbing finger
Atas Tidak ada lesi, scar, kontraktur, deformitas edema,
nyeri dan clubbing finger
Terpasang infus pada tangan kiri
Lesi Scar Kontraktur Deformitas Edema Nyeri

Bawah Tidak ada lesi, scar, kontraktur, deformitas edema,


nyeri dan clubbing finger

Kekuatan Ekstremitas Atas : lesi (-), edema (-),tonus otot 5/5


Ekstremitas Bawah : lesi (-), edema (-),tonus otot 5/5
Otot

13.METABOLISME/INTEGUMEN
Kulit
Warna : Pucat (-), Sianotik (-), Abu-abu (-), Ikterik(-)
Suhu : normal, 37,1oc akral hangat
Turgor : baik, CRT < 2 detik
Edema : Tidak ada
Memar : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Pruritus : tidak ada

14. NEUROSENSORI
1) Reaksi pupil terhadap cahaya
Saat pupil (kanan dan kiri) diberi cahaya maka pupil
mengecil/meiosis (isokor)
2) Reflek-reflek
a. Menghisap (+)
e. Babinsky (+)
b. Menoleh (+)
f. Patella (+)
c. Menggenggam (+)
d. Kejang (-)

15. DATA PENUNJANG (EKG,EEG,Pemeriksaan Radiologi, Laboratorium,


dan lain-lain)

Hasil Lab saat pengkajian


Sumsum tulang
Selularitas hiperseluler
Rasio M:E 100:1
Eritropoisis aktivitas menurun
Granulopoisis aktivitas sangat meningkat terdiri dari
myeloblast 80%
Megakoriopoisis aktivitas sangat menurun

Kesimpulan : Dari gambaran darah tepi dan sumsum tulang


menunjukkan suatu Acute Myeoloblastic Leukemia with maturation
(AML, M2)
KIMIA KLINIK
Pemeriksaan ginjal
As. Urat 1,7 (2,6)
Elektrolit
Calsium 8,3 (7,6-11,6)
Phosphor 3,3
Elektrolit serum
Na 132 (136-145)
K 4,45 (3,5-5,6)
Clor 112 (98-106)
Hematologi tanggal 15 juni 2012
Hb 11,70 (11,4-15,1)
Erit 4,24 (4.0-5,0)
Leuko 1,02 (4,7-11,3)
Trombosit 11 (142-424)
Hitung jenis
Eosinofil 3,9% (0-4)
Basofil 0,0 (0-1)
Neutrofil 18,7 (51-67)
Limfosit 63,7 (25-33)
Monosit 10,8 (2-5)
Foto thorax
- Hepatomegali : hepar = 1/3 1/3
Lien = tidak ada pembesaran

16. TERAPI tanggal 18 juni 2012


02 nasal canul 2 lpm
IVFD D 12,5% (+) Nacl 3% 20 cc; kcl 7,4% 4 cc : 20
Injeksi
Aminosteril 60%
Ceftriaxone 2x750 mg
Ranitidine 1x15 mg
Fluconazole 1x40 mg
Per oral:
Sucrlatfat 2x3 cc
Lactulosa 3x4 cc
Colistin 2x450 10 10
Neomisin 4x 100g
Zn s04 1x20 mg
Condistatin 3x0,3cc
Oralit 130cc/diare
Nebul PZ + forbiven/6jam
ANALISIS DAN SINTESIS DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS:ibu klien mengatakan Stem cell Resiko perdarahan
kalau buang air besar
keluar darah Sel blas
DO:
(mieloblast)
Stomatitis pada area
bibir (+)
Proliferasi SDP
Trombosit : 11
imatur
CRT < 2

Hematopoesis
terganggu

Trombositopenia

Resiko
perdarahan

2. DS: keluraga mengatakan Stem cell Nyeri akut


klien terkadang berhubungan dengan
keskitan dan masih Sel pembesaran kelenjar
nyeri sendi limfe, efek
blas(mieloblast)
DO: sekunder pemberian
k/u lemah anti leukemic
Proliferasi SDP
kesadaran agents
composmentis imatur
skala nyeri 2-4
grimace (+)
Akumulasi sel
pasien tampak
merengek kesekitan
sambil menunjuk
kaki infilrasi
TTV:
TD : 100/70 mmHg
N : 100x/menit tulang
S : 37,9oc
RR : 28x/menit

3. DS: keluarga mengatakan Stem cell Nutrisi kurang dari


anak mual muntah, nafsu kebutuhan
makan menurun Proliferasi SDP berhubungan dengan
DO: imature penurunan nafsu
Bibir kering makan, stomatitis
Stomatitis (+)
Akumulasi sel
Hipersaliva (+)
Hepatomegali (+)
BB saat MRS 14 kg Hematomegali
BB sekarang 13 Kg
IMT : 13%
Menekan rongga
Lemak subkutan
tipis abdomen
Mual(+)
Muntah(+)
Turgor < 2 detik Penurunan nafsu
makan

Nutrisi kurang
dari kebutuhan
4. DS: keluarga mengatakan Stem cell Intoleransi
akivitas
anaknya masih lemah
dan hanya berbaring Proliferasi SDP
di tempat tidur saja terganggu
DO:
k/u lemah hematopoesis
kes : compos
mentis terganggu
px bedrest
kebutuhan harian
O2 dalam darah
dibantu keluarga
sepenuhnya berkurang
tonus otot
5/5/5/5
aktivitas di
tempat tidur

5. DS : ibu mengatakan Proliferasi SDP Resiko infeksi


suhu tubuh anaknya immature
sering naik dan
kadang terasa panas
Mekanisme imun
DO:
terganggu
S : 37,9oc
Leukosit : 1,02
(N : 4,7-11,3)
Resiko infeksi
Neutrofil 18,7
Limfosit 63,7
Monosit 10,8

6. DS: ibu klien Stem cell Resiko kehilangan


volume cairan
mengatakan anaknya
mual, muntah dan Proliferasi SDP
diare
imature
DO:
Mual-muntah (+)
Akumulasi sel
mukosa bibir
kering pecah-
pecah
Hematomegali
hipersalifasi (+)
BAb 2x warna
hijau mulai ada Menekan rongga
ampas.
BAK 285 cc abdomen
Turgor kulit
normal
mual muntah

7. DS: ibu klien Stem cell Tidak efektifnya


bersihan jalan
mengatakan anaknya
nafas
batuk Mieloblas
DO:
Sekret (+)
Warna sputum :
putih agak
Proliferasi SDP
kehijauan
Ronchi(+) imature
Wheezing(-)
RR: 28x/menit
Mekanisme imun
terganggu
Daftar prioritas masalah keperawatan:
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret, sekret kental
2. Resiko perdarahan b.d trombositopeni
3. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe,
efek sekunder pemberian anti leukemic agents
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual-muntah,
stomatitis
5. Resiko kehilangan volume cairan berhubungan dengan diare
6. Intoleransi aktivitas b.d intake nutrisi tidak adekuat,
perjalanan proses penyakit
7. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tubuh inadekuat

INTERVENSI 1

DX.KEP

Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekret kental

Tujuan: setelah dilakukan perawatan 2x24 jam bersihan jalan klien


dapat teratasi

Kriteria hasil :
Tidak ada sputum
Batuk yang efektif dan mengeluarkan sekret

Intervensi Rasional

1. kaji / pantau frekuensi1.Tachipneu biasanya ada pada beberapa


pernafasan. Catat rasio derajat dapat ditemukan pada
inspirasi dan ekspirasi penerimaan atau selama
stress/proses infeksi akut.
Pernafasn melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang dibanding
inspirasi
2. Auskultasi bunyi nafas
2.Derajat spasme bronkus terjadi
dan catat adanya bunyi dengan obstruksi jalan nafas dan
nafas dapat atau tidak dimanifestasikan
adanya bunyi nafas
3. Bantu tindakan untuk3.Mengetahui keefektifan batuk
efektifan upaya batuk

4. Kolaborasi dengan tim


medis dlm pemberian
nebulizer
INTERVENSI 2

DX.KEP

Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek


sekunder pemberian anti leukemic agents

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam diharapkan nyeri


berkurang atau teradaptasi
Kriteria hasil :
1. Skala nyeri berkurang (1-10)
2. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
3. Memperlihatkan perilaku positif dalam mengatasi nyeri
4. Pasien merasa tenang
5. Pasien tidak merintih kesakitan

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat nyeri, gunakan 4.Berguna mengkaji kebutuhan


skala 1 10 intervensi , bisa berindikasi
perkembangan komplikasi
5.Berguna dalam validasi verbal dan
2. Monitor vital signs, catat mengevaluasi keefektifan
reaksi non verbal intervensi
6.Meningkatkan kemampuan istrahat dan
3. Ciptakan lingkungan yang memperkuat kemampuan koping
tenang dan kurangi stimulus 7. Menurunkan gangguan pada tulang dan
sendi
4. Berikan posisi yang nyaman 8. Penggunaan persepsi pribadi untuk
mengatasi nyeri dapat membantu
5. Evaluasi mekanisme koping klien memiliki koping yang lebih
efektif
klien
6. Kolaborasi dengan dokter
9.Membantu mngurangi nyeri dengan
blokade mediator nyeri
dalam pemberian : Analgetik

INTERVENSI 3

DX.KEP

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu


makan, stomatitis
TUJUAN:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam nutrisi klien


dapat terpenuhi
Kriteria hasil
BB meningkat
Mual, muntah (-)
Porsi makan habis
Nafsu makan meningkat

Intervensi Rasional

1. Kaji kemampuan klien dalam Faktor-faktor tersebut menentukan


menelan, batuk dan adanya kemampuan menelan klien dan klien
secret harus dilindungi dari resiko
aspirasi
2. Auskultasi bowel sounds, Fungsi gastro intestinal tergantung
amati penurunan atau pula pada kerusakan otak, bowelll
hiperaktivitas suara bpowell sounds menentukan respon feeding
atau terjadinya komplikasi misalnya
illeus
3. Timbang berat badan sesuai Untuk megevaluasi efektifitas dari
indikasi asupan makanan
4. Berikan makanan dengan cara Menurunkan resiko regurgitasi atau
meninggikan kepala aspirasi
5. Pertahankan lingkungan Membuat klien merasa aman sehingga
tenang dan anjurkan keluarga asupan dapat dipertahankan
atau orang terdekat untuk
memberikan makanan pada
klien

INTERVENSI 4

DX.KEP

Resiko kehilangan volume cairan berhubungan dengan diare,muntah


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam cairan dalam
tubuh seimbang
Kriteria hasil Volume
cairan tubuh adekuat
dehidrasi tidak ada
mual muntah berkurang sampai normal
haluaran urine normal dan stabil

Intervensi Rasional

1. Obervasi intake dan oupu1. Penurunan sirkulasi sekunder


cairan maupun makanan terhadap sel darah merah dan
pencetusnya pada tubulus ginjal
dan / atau terjadinya batu ginjal
(sehubungan dengan peningkatan
kadar asam urat) dapat
2. Timbang BB tiap hari. menimbulkan retensi urine atau
gagal ginjal.
2. Mengukur keadekuatan penggantian
cairan sesuai fungsi ginjal.
3. Inspeksi kulit / membran
Pemasukan lebih dari keluaran
mukosa untuk petike, area dapat mengindikasikan memperburuk
ekimotik, perhatikan / obstruksi ginjal.
perdarahan gusi,
3. Perdarahan spntan tak terkontrol.
4. Evaluasi turgor kulit,
4. Indikator langsung status cairan /
pengiisian kapiler dan
dehidrasi
kondisi umum membran mukosa.
5. Dapat membantu menurunkan iritasi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
gusi.
untuk diet halus.

IMPLEMENTASI
TGL,JAM DX.KEP TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
18 juni Nyeri akut1. Mengevaluasi tingkat nyeri dan
2012 berhubunga intensitas nyeri
n dengan2. Mengukur TTV, mengamati dan
pembesaran mencatat reaksi verbal (keluhan
kelenjar subjektif) dan non
limfe, verbal(grimace)
efek 3. Memberikan lingkungan yang tenang
sekunder (membatasi jumlah pengunjung)
pemberian dan mengurangi stimulus
anti 4. Memberikan posisi yang nyaman
leukemic (miring ke kiri)
agents

Nutrisi 1. Mengkaji kemampuan klien dalam


kurang menelan, mencatat adanya batuk
dari dan produksi secret
kebutuhan 2. Mengauskultasi abdomen dan
berhubunga mencatat frekuensi bising usus
n dengan 3. Mengobservasi kondisi pasien dan
mual- mencatat adanya muntah
muntah, 4. Menganjurkan keluarga memberikan
stomatitis asupan nutrisi D5-1/2NS,
5. Kolaborasi : diit cair
Resiko 1. Mengobservasi tetesan cairan
kehilangan infuse
volume 2. Mencatat produksi bak
cairan 3. Mencatat adanya diare dan muntah
berhubunga 4. Mengobservasi adanya mukosa
n dengan kering, penurunan turgor kulit
diare
EVALUASI

TGL JAM DX.K CATATAN PARAF


EP
19 08. 1 S: ibu klien mengatakan anaknya masih
/0 00 batuk
6/ O:
12 Sekret (+)
Warna sputum : putih agak kehijauan
Ronchi (+)
Wheezing
RR: 30x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1-4

19 07. 2 S : keluraga mengatakan klien terkadang


ju 00 keskitan dan masih nyeri sendi
ni o :
20 k/u lemah
12 kesadaran composmentis
skala nyeri 2-4
grimace (+)
pasien tampak merengek kesekitan
sambil menunjuk kaki
TTV:
TD : 100/70 mmHg
N : 100x/menit
S : 37,9oc
RR : 30x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6

3 S :keluarga mengatakan anak mual muntah,


nafsu makan menurun
O :
Bibir kering
Stomatitis (+)
Hipersaliva (+)
BB saat MRS 14 kg
BB sekarang 13 Kg
IMT : 13%
Lemak subkutan tipis
Mual(+)
Muntah(+)

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
4 S: ibu klien mengatakan anaknya mual,
muntah dan diare
O:
Mual-muntah (+)
mukosa bibir kering pecah-pecah
hipersalifasi (+)
BAb 2x warna hijau mulai ada ampas.
BAK 285 cc
Turgor kulit normal
A: Masalah teratasi sebagia
P: lanjutkan intervensi
20 08. 1 S: ibu klien mengatakan anaknya masih
/0 00 batuk, dan sekretnya sulit keluar
6/ O:
12 Sekret (+)
Warna sputum : putih agak kehijauan
Ronchi (+)
Wheezing
RR: 26x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
2 S : keluraga mengatakan klien terkadang
keskitan dan masih nyeri sendi
o :
k/u lemah
kesadaran composmentis
skala nyeri 2-4
grimace (+)
pasien tampak merengek kesekitan
sambil menunjuk kaki
TTV:
TD : 100/70 mmHg
N : 100x/menit
S : 37,9oc
RR : 26x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6

3 S :keluarga mengatakan anak mual muntah,


nafsu makan menurun
O :
Bibir kering
Stomatitis (+)
Hipersaliva (+)
BB saat MRS 14 kg
BB sekarang 13 Kg
IMT : 13%
Lemak subkutan tipis
Mual(+)
Muntah(+)

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
4 S: ibu klien mengatakan anaknya mual,
muntah dan diare berkurang
O:
Mual-muntah (+)
mukosa bibir kering pecah-pecah
hipersalifasi (+)
BAb 2x warna hijau ada ampas.
Turgor kulit normal
A: masalah teratasi sebagian
P: kanjutkan intervensi
21 08. 1 S: ibu klien mengatakan anaknya masih
/0 00 batuk tapi sudah berkurang
6/ O:
12 Sekret (+)
Warna sputum : putih agak kehijauan
Ronchi (-)
Wheezing (-)
RR: 26x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1-4

2 S : keluraga mengatakan klien terkadang


keskitan dan masih nyeri sendi
o :
k/u lemah
kesadaran composmentis
skala nyeri 2-4
grimace (+)
pasien tampak merengek kesekitan
sambil menunjuk kaki
TTV:
TD : 100/70 mmHg
N : 100x/menit
S : 37,9oc
RR : 26x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6

3 S :keluarga mengatakan anak mual muntah


berkurang,
O :
Bibir kering
Stomatitis (+)
Hipersaliva (+)
BB saat MRS 14 kg
BB sekarang 13 Kg
IMT : 13%
Lemak subkutan tipis
Mual(+)
Muntah(+)

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
4 S: ibu klien mengatakan anaknya mual,
muntah berkurang dan sudah tidak diare
DO:
Mual-muntah 1x/hari
mukosa bibir kering pecah-pecah
hipersalifasi (+)
BAb 3x warna kuning kehijauan ada
ampas.
Turgor kulit normal

Anda mungkin juga menyukai