Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Kanker lambung adalah sejenis kanker saluran cerna dengan insidensi paling tinggi.
akhir tahun 1997 telah dibuktikan bahwa Helicobacter pylori juga memegang peranan
kausal pada semua tumor ini. banyak pengidap kanker lambung semula melalui gastritis
kronis dan atrofia sel diduga berangsur-angsur menyebabkan berkembangnya tumor
ganas. pembedahan dan radiasi kini tidak diperlukan lagi karena kuman dapat dibasmi
dengan antibiotika. (Tjay, Tan Joan : 2002)
Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul paling sering sebagai massa
ireguler dengan penonjolan ulserasi sentral yang dalam ke lumen dan menyerang lumen
dinding lambung. (Harnawatiah : 2008)

B. ETIOLOGI
Penyebab dari kanker lambung masih belum diketahui, akan tetapi, sejumlah faktor
dihubungkan dengan penyakit tersebut juga dipercaya bahwa faktor eksogen dalam
lingkungan seperti bahan kimia karsinogen, virus onkogenik mungkin mengambil bagian
penting dalam karsinoma lambung. Karena lambung mempunyai kontak lama dengan
makanan. Ada yang timbul sebagai hubungan dengan konsumsi gram yang meningkat.
Ingesti nitrat dan nitrit dalam diet tinggi protein telah memberikan perkembangan dalam
teori bahwa senyawa karsinogen seperti nitrosamine dan nitrosamide dapat dibentuk oleh
gerak pencernaan.

C. FAKTOR-FAKTOR RESIKO
Masalah lingkungan dan nutrisi dapat mempengaruhi perkembangan dari kanker
lambung. Makan makanan tinggi nitrat dan nitrit makanan yang telah diasinkan, tidak
adanya makanan segar dan jumlah vit. C, A dan E yang kurang dalam diet, tampaknya
meningkatkan insiden tumor lambung. Perokok dan pengguna alkohol berhubungan
dengan perkembangan dari penyakit ini. Pekerja dalam industri tertentu juga mengalami
kejadian kanker lambung yang tinggi. Pekerjaan ini meliputi pabrik nikel, penambangan
batu bara, pengolahan tambaga dan karet, asbestos. Status ekonomi yang rendah
merupakan faktor resiko yang nyata dan mungkin dapat menjelaskan pengaruh pekerjaan
dan makanan. Ras dan usia juga merupakan faktor resiko

D. PATOFISIOLOGI
Beberapa faktor dipercaya menjadi precursor kanker yang mungkin, yaitu polip,
anemia pernisiosa, prostgastrektomi, gastritis artofi kronis dan ulkus lambung tidak
mempengaruhi individu menderita kanker lambung, tetapi kanker lambung mungkin ada
bersamaan dengan ulkus lambung dan tidak ditemukan pada pemeriksaan diagnostik
awal.
Tumor mungkin menginfiltrasi dan menyebabkan penyempitan lumen yang paling
sering di antrum. Infiltrsi dapat melebar ke seluruh lambung, menyebabkan kantong
tidak dapat meregang dengan hilangnya lipatan normal dan lumen yang sempit, tetapi hal
ini tidak lazim. Desi polipoid juga mungkin timbul dan menyebabkan sukar untuk
membedakan dari polip benigna dengan X-ray.
Kanker lambung mungkin timbul dari penyebaran tumor superficial yang hanya
melibatkan permukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler walaupun hal ini
jarang. Kira-kira 75% dari karsinoma ditemukan 1/3 distal lambung, selain itu
menginvasi struktur lokal seperti bagian bawah dari esofagus, pankreas, kolon
transversum dan peritonium. Metastase timbul pada paru, pleura, hati, otak dan lambung.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejala awal sering kali indefinitif, karena kebanyakan tumor mulai pada kulvatura
minor tempat dimana tumor ini hanya menyebabkan gangguan kecil pada fungsi lambung.

1. Tahap awal : gejala-gejala dapat saja tidak terlihat ; mungkin menyerupai gejala
gejala pada pasien dengan ulkus jinak , misalnya nyeri yang akan hilang dengan
pemberian antasida.
2. Gejala-gejala dari penyakit yang progresif: tidak dapat mencerna
anoreksia,dispepsia,penurunan berat badan,nyeri abdomen (biasanya merupakan
gejala akhr),konstipasi,anemia,dan mual serta muntah.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS UMUM

a. Kemoterapi
b. Terapi radiasi
c. Pembedahan:

a. Esofagogastrektomi subtotal-untuk tumor yang dapat dioperasi pada lambung proksimal


bagian bawah dari esofagus dianastomosiskan ke duodenum atau jejenum. Pasien sering
dipasang selang dada menyertai prosedur ini karena rongga dada dimasuki.

b. Gastrektomi total-untuk lesi di bagian bawah tengah lambung. Seluruh lambung diangkat,
dan esofagus dianastomosiskan ke jejenum.

c. Gastrektomi subtotal-untuk lesi di antrum lambung bila pasien lansia atau cacat. Ini adalah
operasi Billroth I di mana duodenum, lambung distal, pilorus, dan vaskuler dan struktur
penyokong diangkat, dan bagian lambung yang tersisa dijahit ke sisa duodenum.

d. Gastrektomi subtotal- operasi Billroth II, di mana prosedur lebih radikal daripada operasi
Billroth I. Operasi meliputi pengangkatan antrum, pilorus, duodenum atas, struktur vaskuler
penyokong, dan semua limfatik di sekitarnya. Sisa lambung dijahit dalam bentuk side-to-side
ke jejenum. Puntung duodenum dijahit tutup.

Komplikasi mayor dihubungkan dengan prosedur pembedahan gastrik adalah esofagitis


(disebabkan oleh refluks aspirasi), kebocoran anastomotik, defisiensi vitamin B12, penurunan
berat badan, dan pneumonia. Komplikasi tambahan berkenaan dengan gastrektomi subtotal
adalah sindrom dumping dan steatorea. (Lorenz, 1991)

H. KOMPLIKASI
Menurut Sudayo (2006 : 351) komplikasi dari tumor gaster adalah sebagai berikut :
1. Perforasi
2. Hematemesis
3. Obstruksi pada bagian bawah lambung dekat pylorus
4. Adhesi
5. Penyebaran pada berbagai organ seperti hati, pankreas dan kolon

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA.GASTER

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat atau adanya fakor resiko
 Aklorhidria atau anemia pernisiosa
 Riwayat ulkus gastrik
2. Pemeriksaan fisik berdasarkan survei umum (Apendiks F ) dapat menunjukkan
:
 Keluhan awal dari perasaan tak enak karena rasa penuh dan
ketidaknyamanan setelah makan. Pasien sering menginterpretasikan
gejala ini sebagai “kacau lambung” dan menggunakan obat dan
antasida, yang memberi penghilangan sementara.
Bila tumor membesar, pasien mengalami :
 Penurunan berat badan yang disebabkan oleh anoreksia, mual dan
muntah.
 Kelelahan dan kelemahan akibat anemia defisiensi nutrisi.
 Disfagia bila tumor terletak di lambung proksimal
 Nyeri epigastrik yang disebabkan oleh distensi gastrik karena
pembesaran tumor
 Massa epigastrik yang dapat teraba
3. Pemeriksaan Diagnostik
 Seri GI atas menunjukkan massa padat
 Acan CT abdomen menunjukkan massa padat
 Pemeriksaan endoskopi memberi visualisasi langsung terhadap lesi dan
memungkinkan pengambilan spesimen untuk biopsi dan pemeriksaan
sitologi
 JDL menunjukkan anemia
4. Kaji perasaan dan masalah pasien dan orang terdekat tentang penyakit
5. Kaji pemahaman pasien dan orang terdekat tentang penyakit, pemeriksaan
diagnostik, dan tindakan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien
dapat mencakup yang berikut ini :
1. Nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan syok atau hemoragi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
4. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.
5. Berduka diantisipasi dengan diagnosis kanker

C. RENCANA KEPERAWATAN

1. D.P 1 : Nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal

Data Penunjang Tujuan

Subyektif : Tidak mengalami atau mengurangi nyeri


yang ada.
Menyatakan nyeri
Kriteria :
Objektif :
Melaporkan nyeri berkurang, tak ada
Merintih dan meringis.
merintih, ekspresi wajah relaks.
INTERVENSI

1. Anjurkan periode istirahat.


2. Tenangkan pasien bahwa anda mengetahui nyeri yang dirasakan adalah nyata dan
bahwa anda akan membantu pasien mengurangi nyeri tersebut.
3. Ajarkan pasien strategi baru untuk meredakan nyeri.
4. Melakukan tindakan kolaboratif untuk mengubah penatalaksanaan nyeri jika
diperlukan.
5. Berikan analgesik untuk meningkatkan peredaran nyeri optimal dalam batas resep
dokter.

2. D.P 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan syok atau hemoragi.

Data Penunjang Tujuan

Subyektif : Tidak mengalami kekurangan volume


cairan.
Haus
Kriteria :
Objektif :
Tidak mengalami hemoragi, tanda vital
Penurunan tekanan darah, penurunan
dalam batas normal, memberi tahu
tekanan nadi, penurunan turgor kulit,
perawat tentang adanya tanda perdarahan,
penurunan keluaran urine, kulit membran
dan memberi tahu perawat tentang adanya
mukosa mengering, hematokrit meningkat,
pusing, peningkatan frekuensi jantung,
suhu tubuh meningkat, frekuensi nadi
kekacauan mental, kelelahan yang
meningkat.
berlebihan, dan kulit lembab.

INTERVENSI

1. Pantau terhadap tanda-tanda hemoragi.


2. Observasi aspirasi lambung terhadap bukti adanya darah.
3. Berikan produk darah sesuai program.
4. Kaji klien terhadap tanda-tanda syok.
5. Evaluasi drainase dari balutan dan penampung drainase
6. Evaluasi TD, nadi, dan frekuensi pernapasan.

3. D.P 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia.

Data Penunjang Tujuan

Subyektif : Mendapatkan dan mempertahankan status


nutrisi yang optimal.
Keluhan kelelahan menetap
Kriteria :
Objektif :
Penurunan berat badan tidak berlanjut,
 Penurunan berat badan progresif
pemeriksaan kimia serum dalam rentang
 Kemungkinan disfagia
normal, keluhan kelelahan berkurang.
 Kelemahan dan anemia

INTERVENSI

1. Pantau :

Jumlah makanan yang dikonsumsi dalam setiap makan.


Timbang berat badans setiap dua hari atau setiap minggu.

Hasil pemeriksaan kimia darah.

2. Berikan diet sering tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral.


3. Jamin lingkungan yang nyaman dan bebas bau saat makan.
4. Berikan antiemetik yang diberikan sedikitnya 30 menit sebelum makan bila mual.
5. Berikan sedikitnya 250 mL cairan setiap hari
4. D. P 4 : Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang
diantisipasi.

Data Penunjang Tujuan

Subyektif : Menurunkan ansietas.

Insomnia, takut, berkemih tidak lampias, Kriteria :


khawatir, marah, dan mengekspresikan
Pasien dapat mengekspresikan rasa takut,
keluhan karena perubahan kejadian
masalah, dan kemungkinan rasa marah
kehidupan.
akibat diagnosis dan prognosis dan
Objektif : memfasilitasi. Tampak rileks dan mende-
monstrasikan penggunaan mekanis- me
Gelisah, kesulitan untuk berkonsentrasi,
koping efektif dan partisipasi aktif dalam
mudah lupa, peningkatan berkeringat,
aturan pengobatan.
ketegangan wajah, muka merah, dilatasi
pupil, excitation kardiovaskular.

INTERVENSI

1. Dorong psien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.


2. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan
perasaan atau menolak untuk bicara.
3. Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh pasien bila tepat.
4. Sadari efek-efek isolasi pada pasien bila diperlukan untuk imunosupresi dan impian
radiasi.
5. Bantu pasien/orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut untuk
memulai mengembangkan strategi koping unuk menghadapi rasa takut ini.
6. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
7. Izinkan ekspresi marah tanpa konfrontasi dan diekpresikan secara tepat.
8. Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang.
5. D.P 5 : Antisipasi berduka berhubungan dengan penerimaan kemungkinan
kematian pasien, perubahan fungsi tubuh.

Data Penunjang Tujuan

Subyektif : Dapat melewati proses berduka dengan


baik.
 Menyangkal tentang potensial
kematian Kriteria :

 Menyangkal perasaan tersedak dan Mengidentifikasi dan mengekspresikan


perasaan marah. perasaan dengan tepat, melanjutkan
aktivitas kehidupan normal, dan
Objektif :
mengungkapkan pemahaman tentang
 Perubahan pada kebiasaan makan, proses mejelang ajal dan perasaan
pola tidur, tingkat aktivitas, dan didukung dalam melalui berduka.
pola komunikasi.

INTERVENSI

1. Dorong mengungkapkan ketakutan, kekhawatiran, pertanyaan mengenai penyakit,


pengobatan, dan implikasinya dimasa mendatang.
2. Berikan dorongan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga dalam keputusan
perawatan dan pengobatan.
3. Sisihkanw aktu untuk periode menangis dan mengekspresikan kesedihan.
4. Identifikasi aspek positif dari situasi.
5. Sadari perasaan sendiri tentang kanker, ancaman kematian. Terima metode apapun
yang dipilih pasien/orang terdekat untuk saling membantu selama proses.
6. Rujuk pada konselor yang tepat sesuai kebutuhan.
7. Rujuk pada program komunitas, bila perlu

Anda mungkin juga menyukai