Anda di halaman 1dari 29

SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

NAMA : RACHMAD ALIANSYAH


KELAS : 3 C
NIM : SR132070055
HIPERSENSITIVITAS

APA KAH ITU ?????


PENGERTIAN

Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di


mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi
secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya
nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi
berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh
tubuh dianggap asing atau berbahaya.

Hipersensitivitas ini tebagi menjadi beberapa tipe ; tipe I


(langsung/anafilaksi), tipe II (sitotoksik), tipe III (imun kompleks),
tipe IV (lambat)
LANJUTAN.................

Alergen: antigen yg dpt memprovokasi respon


hipersensitif

Dosis sensitisasi: juml. Pemaparan khusus thd


alergen yg dpt menyebabkan respon imun

Dosis provokatif: juml. Pemaparan thd alergen yg dpt


menyebabkan gejala reaksi hipersensitif
ETILOGI

            Faktor yang berperan dalam alergi dibagi menjadi 2


yaitu :
1. Faktor internal
 Imaturitas usus secara fungsional
 Genetik berperan dalam alergi makanan
 Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang
menyebabkan penyerapan alergen bertambah.
Lanjutan.....
2. Faktor ekternal
 Faktor pencetus : faktor fisik /linkungan (dingin,
panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau beban
latihan (lari, olah raga).
 Makanan yang dapat memberikan reaksi alergi
 Barang atau benda yang dapat menimbulkan terjadi
alergi seperti , logam dan bahan bahan kimia
PATOFISIOLOGI
 Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T.
Sitokin memberikan efek terhadap berbagai sel
terutama dalam menarik sel – sel radang misalnya
netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi
peradangan yang menyebabkan panas.

 Alergen  tersebut akan langsung mengaktifkan


antibodi ( Ig E ) yang merangsang sel mast kemudian
melepaskan histamin dalam jumlah yang banyak,
kemudian histamin tersebut beredar di dalam tubuh
melalui pembuluh darah.
Tipe-Tipe Hipersensitivitas
1. Hipernsitivitas tipe I (anafilaktik)
 Adanya gangguan pada IgE (imunoglobulin E) yang terikat
pada sel masth atau sel basofil akibat terlepasya hitamin ,
sehingga menyebabkan antigen atau alergen bebas bereaksi
dengan antibodi.
 Reaksi ini berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring,
bronkopulmonari dan saluran gastrointestinal.
 Tanda dan gejala pada tipe I
Kulit urtikaria, eksem
Matakonjungtivitis
nasofaring rinitis, rinorea
bronko pulmonariasma
saluran cernagastro-enteritis
Reaksi 15-30 mnt sejak terpapar, kadang 10-12 jam
 2. Hipersensitivitas tipe II (sitotoksik)

 Kerusakan sel-sel sasaran yang diperantarai oleh antibodi


IgG (imunoglobulin G) dan IgE , yang mengaktifkan
komplemen sehingga terjadin lisis sel atau kerusakan sel
 Alergi ini terjadi diikuti dengan penghancuran sel-sel darah
merah. Biasanya terjadi sebagai bentuk penolakan tubuh
setelah transplantasi organ. Penyebabnya bisa juga karena
reaksi terhadap obat-obatan tertentu.
 reaksi tipe II umumnya berupa kelainan darah, seperti
anemia hemolitik, trombositopenia, eosinofilia dan
granulositopenia
 Terjadi antara beberapa menit dan jam
3. Hipersensitivitas tipe III (imun kompleks)

merupakan hipersensitivitas kompleks imun. Hal ini disebabkan


adanya pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan
terlarut di dalam jaringan. Hal ini ditandai dengan timbulnya
inflamasi atau peradangan. Pada kondisi normal, kompleks antigen-
antibodi yang diproduksi dalam jumlah besar dan seimbang akan
dibersihkan dengan adanya fagosit. Namun, kadang-kadang,
kehadiran bakteri, virus, lingkungan, atau antigen (spora fungi,
bahan sayuran, atau hewan) yang persisten akan membuat tubuh
secara otomatis memproduksi antibodi terhadap senyawa asing
tersebut sehingga terjadi pengendapan kompleks antigen-antibodi
secara terus-menerus.
 Hipersesitivias pada tipe III dpat mempengaruhi
beberapa organ seperti , gijal , kulit , paru-paru, sendi
dan bagian koroid pleksus otak
 tanda dan gejala untuk tipe III yaitu , Urtikaria,
angioedema, eritema, demam, kelainan sendi ,kejang
perut, sindrom lupus , neuritis optik, dll
 Reaksi 3-10 jam setelah pemaparan antigen
4. Hipersensitivitas tipe IV (lambat)

 Reaksi ini terjadi karena aktivitas perusakan jaringan oleh


sel T dan makrofag. terjadinya alergi bukan akibat IgE
melainkan sel T.
 Tanda dan gejala yang biasa terjadi
- pada saluran penafasa : sesak nafas / asma
- pada saluran cerna : mual, muntah , diare, nyeri perut
- pada kulit : urtikaria. angioderma, dermatitis,
pruritus, gatal, demam, gatal
- pada mulut : rasa gatal dan pembengkakan bibir
 Terjadi setelah beberapa hari pemaparan antigen
Manifestasi Alergen Pada Organ

1. Manifestasi Alergen Pada Saluran Pernafasan


alergen gastrointrtinal biasanya merupakan reaksi hiversensitivitas
terhadap substansi oksogen (umumnya berbentuk makanan dan
minuman) yang sebagian besar masuk melalui saluran pernafasan reaksi
tersebut dapat menimbulkann gejala muntah, diare atau nyeri perut atau
kadang-kadang gangguan penyerapan makanan. Kelainan ini dapat
dibarengi pula dengan gejala-gejala yang bermanifestasi dengan organ-
organ lain. Seperty sa;uran pernafasan sebagai sesak nafas atau pada kulit
sebagai gatal-gatal .Gejala muntah dan diare sebenarnya merupakan
mekanisme agar makanan yang mengandung arlegen dapat dikeluarkan
dari tubuh .
Adapun mekanisme hipersensitivitas pada saluran gastrointertinal
biasanya berbentuk reaksi tiper 1, yaitu melibatkan antibodi IGE yang
spesifik terhadap alergen sehingga terjadi degranulasi mastosut.
2. Manisfestasi Alergen Pada Kulit
kelainan pada kulit yang nampak dapat diakibatkan oleh alergen
sebagai ingestan, inhalan, injektan dan kontaktan. Manisfetasi disebabkan
olek kontaktan biasanya berlangsung lama oleh mekanismenya tergolong
hiversensitivitas 4 . Gejala yang nampak oleh kontaktan ini biasanya
menimbulkan gejala yang dinamakan contact dermatitis
dermatitiss atopik biasanya dikelmpokan dalam penyakit
hipersensitivitas 1 yang disertai dengan peningkatan kadar igE dalam
darah. Kerukan dasar dermatis atopik tidak diketahui tetapi diduga
mungkin berkurangnya cairan udem, penguapan air melalui epidermis ,
karena berkurangnya bahan pengikat air (urea) , sedangkan sangat
rendahnya abang rasa gatal karena adanya perbedaan genetik . Walaupun
pada dermatitis atopik ini terdapat peningkatan IgE serum , namun
gambaran histopatologi tidak mencerminkan reaksi hipersensitifitas tipe 1
jaringan pada dermatitis atopik dapat secara umum dicirikan adanya
eritema,bula, vesikula yang cairannya dapat merembes kepermukaan
(khususnya pada bayi).
3. Manifestasi Alergen Pada Saluran Pernafasan
reaksi hiversensitivitas yang tergolong dalam kelainanatopik ini, sebagian
besar alergennya dihirup melalui udara (dalam bentuk debu, tepung sari,
spora, kotoran hewan dll) disamping kadang-kadang melalui saluran
pencernaan dan suntikan
mekanisme yang berakar pada hipersensitivitas saluran nafas pada atopik
adalah reaksi tipe 1, bermanifestasi sebagai asma bronkial dan rinitis alergik
reaksi alergi yang menyerang saluran nafas bagian atas berbentuk sebagi
rinitis alergik dengan manifestasi sumbatan di hidung karena udema selaput
lendir dengan lendir yang berlebih
asma bronkial merupakan gejala sesak nafas yang datangnya akut.
Intermiten dan revensibel sebagi manifestasi dari sumbatan saluran nafas.
Sumbatan ini disebabkan karena spasme otot diding bronkiolus, udema dan
timbunan lendir . Penderita mengalami sumbatan ini obta-obatan yang efektif
adalah yang dapat merelaksasikan otot, mengurangi udema dan mencairkan
lendir , oleh karena itu rekasi tipe 1 yang semula berlangsung cepat biasanya
melanjutkan dalam reaksi tahap lambat, maka obat yang diperlukan misalnya
kortikasteroid.
Perbandingan beberapa tipe hipersensitiviti menurut reaksi yang timbul
Parameter Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV
(anafilaktik) (sitotoksik) (imun komplek) (delay)
Antibodi IgE IgG, IgM IgG, IgM Absen
Antigen Exogenous Permukaan sel Agen mudah larut Jaringan/organ
/biologik
Waktu respon 15-30 menit menit- jam 3-8 jam 48-72 jam

Gejala Kemerahan, Lysis dan erithema, edema, Erythema dan


seperti terbakar nekrosis nekrosis pembengkakan

Histologi Basofil dan Antibodi dan komplemen dan Monosit dan


eosinofil komplemen neutrofil limposit
Sel-T
Ditransfer dg Antibodi Antibodi
Contoh Allergik, Eritroblastosis, antibodi Tes
asthma, hay nefritis SLE, penyk paru tuberkulin,
fever racun
tanaman,
granuloma
Diagnostik

1. Gangguan saluran cerna dengan diare dan atau mual muntah,


misalnya : stenosis pilorik, Hirschsprung, defisiensi enzim,
galaktosemia, keganasan dengan obstruksi, cystic fibrosis, peptic
disease dan sebagainya.
2. Reaksi karena kontaminan dan bahan-bahan aditif, misalnya :
bahan pewarna dan pengawet, sodium metabisulfite, monosodium
glutamate, nitrit, tartrazine, toksin, bakteri ,virus, parasit, logam
berat, pestisida, kafein, histamin, serotonin, triptamin ,tiramin dan
sebagainya.
3. Reaksi psikolog
Asuhan Keprawatan
Pengkajian
 Data Demografi
 Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Alasan masuk rumah sakit
b. Keluhan utama
c. Kronologis keluhan
 Riwayat kesehatan masa lalu
 Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat pisiko sosial
Analisa Data

1. Data subjektif
 Sesak nafas
 Mual muntah
 Meringis, gelisah
 Terdapat nyeri pada bagian perut
 Gatal-gatal
 Batuk
2. Data objektif

 Penggunaan O2
 Adanya kemerahan pada kulit
 Terlihat pucat
 Pembengkakan pada bibir
 Demam ( suhu di atas 37,5C)
Pemeriksaan penunjang
 RAST (Radio Allergo Sorbent Test) atau ELISA (Enzym Linked
Immunosorbent Assay test )
 Skin Prick Test (Tes tusuk kulit)
 Skin Test (Tes kulit)
 Patch Test (Tes Tempel)
 Tes Provokasi
 Uji gores (scratch test)
 Uji intrakutan atau  intradermal yang tunggal atau berseri (skin
end-point titration/ SET)
 Darah tepi: bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi.
Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering
ditemukan pada alergi makanan.
 IgE total dan spesifik
Terapi
1. Menghidari allergan
2. Terapi farmakologi
 Adrenergik
 Antihistamin
 Kromolin Sodium
 Kortikosteroid
3. Imunoterapi
4. Profilaksis
Diagnosa keperwatan

 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan


Terpapar allergen
 Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
infalamasi dermal, intrademal sekunder
Intervensi Keperawatan
1. D: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan terpajan allergen
NOC :
a. Frekuensi pernafasan pasien normal (16-20X/mnt)
b. Pasien tidak merasakan sesak lagi
c. Pasien tidak menggunakan alat bantu pernafasan
d. Tidak terdapat tanda-tanda sianosis
NIC :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi paru. Catat
upaya pernapasan, termasuk pengguanaan otot bantu/ pelebaran masal
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventesius
sperty , krekel, mengi, gesekan pleura
c. Tinggikan kepala pasien dan bantu mengubah posisi
d. Observasi pola batuk dan krakter secret
e. Berikan oksigen tambahan
f. Berikan humidifikasi tambahan, mis: nebulizer ultrasonic
2. D: Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
NOC:
a. Suhu tubuh passien kembali normal
b. Bibir pasien tidak tampak membengkak lagi

NIC:
a. Pantau suhu pasien ( derajat dan pola )
b. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan
linen tempat tidur sesuai indikasi
c. Berikan kompres dingin , hindari penggunaan
alcohol
d. Observasi TTV
3. D: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,
intrademal sekunder
NOC :
a. Tidak terdapat kemerahan , bintul-bintul dan odema
b. Tidak terdapat tanda-tanda urtikaria, pruritus dan angioderma
c. kerusakan integritas kulit berkurang
NIC :
a. Lihat kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu atau
pigmentasi
b. Hindari obat intramaskular
c. Kolaborasi dengan tim dokter dan pemberian obat/ salep anti
gata
d. Observasi TTV
Daftar pustaka
 Kowlak, Welsh & Mayer . 2013. buku ajar patofisiologi
 Prof. Subowo, dr. MSC, Phd. Buku Imunologi Klinik.
Edisi 2
 Syliva A.price & lorrain Mwilson . Patofisiologi .edisi 6.
volume 2
 Guyton & hall. Buku ajar fisiologi kedokteran .edisi 11
 https://id.wikipedia.org/wiki/Hipersensitivitas
 http://www.scribd.com/doc/45935846/ASKEP
Hipersensitivitas
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai