Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA

Mata Kuliah : Keperawatan Anak 2

Dosen : Ns. Winarsi Molintao, S. Kep, M. Kep

Disusn Oleh :

Kelompok 4

1. Reinaldy Mangapu
2. Chlarisa Ngala
3. Santa Wowiling
4. Risal Marehe

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
LEUKEMIA
A. Definisi
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sum-sum tulang
belakang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis darah putih dengan
menyingkirkan sel darah lain.
B. Anatomi Fisiologi
Tubuh kita mempunyai suatu system khusus untuk memberantas bermacam-
macam bahan yang infeksius dan toksik. Sistem ini terdiri dari leukosit ( sel darah putih )
dan sel-sel jaringan yang berasal dari leukosit. Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah
peranan utama dari leukosit atau sel darah putih.
C. Klasifikasi Leukemia
Klasifikasi leukemia dapat berdasarkan jenis sel ( limfositik atau mielositik ) dan
perjalanan penyakit ( akut atau kronik )
1. Leukemia Akut
Leukemia akut dapat dibagi menjadi dua kategori umum, leukemia myeloid akut (
AML ) dan leukemia limfoblastik akut ( ALL ). Pasien biasanya mengalami riwayat
penurunan berat badan yang cepat, memar, perdarahan, pucat, lelah dan infeksi ulang
di mulut dan tenggorokan.
2. Leukemia Mieloid Akut
AML jarang terjadi pada anak dan insidennya meningkat seiring pertambahan usia.
AML sekunder kadang terlihat pada orang yang diobati dengan kemoterapi sitotoksik
atau radioterapi.
3. Leukemia Limfoblastik Akut
ALL adalah bentuk keganasan hematologisnya yang umum terjadi pada anak. Akan
tetapi, ALL terjadi pada orang dewasa, dengan bertambah insiden sering bertambah
usia.
4. Leukemia Meiloid Kronik
CML adalah gangguan sel benih yang disebabkan produksi tidak beraturan sel darah
putih myeloid. CML dapat mengenai semua kelompok usia, namun terutama berusia
40 dan 60 tahun.
5. Leukemia Limfosit Kronik
CLL adalah gangguan proliferative limfosit. Sel ini terakumulasi di darah, sumsum
tulang, nodus limfe dan limfa. CLL adalah kasus dijumpai pada individu berusia di
atas 50 tahun.
D. Etiologi
1. Faktor genetic
Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak dari pada normal. Pada anak kembar identic yang akan beresiko tingi bila
kembaran yang lain mengalami leukemia.
Insidensi leukemia pada anak-anak penderita sindrom down 20 kali lebih banyak dari
pada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut insiden
leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya
agranulositosis kongenital, sindrom ellis van creveld.
2. Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan factor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukemia pada manusia akhir-akhir ini dibuktikan bahwa penderita yang diobati
dengan sinar radioaktif akan menderita leukemia pada 6% klien. Dan baru terjadi
sesudah 5 tahun
3. Virus
Sampai saat ini belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada manusia
adalah virus. Namun ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus
sebagai penyebab leukemia, yaitu enzyme reverse transcriptase ditemukan dalam
darah manusia.
E. Patofisiologis
Leukemia terjadi akibat dari beberapa factor antara lain factor genetika , sinar
radio aktif, dan virus . Leukemia tampak merupakan penyakit klonal , yang berarti 1 sel
kanker abnormal berkolaborasi tanpa terkendali , menghasilkan sekelompok sel anak
yang abnormal sehingga dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia.
Kemudian leukemia atau limfositik akut merupakan kanker jaringan yang menghasilkn
leukosit yang imanur dan berlebih sehingga jumlahnya yang menyusup ke berbagai organ
seperti sumsum tulang dan mengganti unsur sel yang normal sehingga mengakibatkan
jumlah eritosit kurang untuk mencukupi kebutuhan sel. Karna factor-faktor leukemia
disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan plonal pada akhirnya , sel-sel leukemik
mengambil ahli sumsum tulang. Didalam darah yang merupakan penyebab berbagai
gejala umum leukemia . trombositpun berkurang sehingga timbul oendarahan proses
masuknya leukosit yang berlebihan dapat menimbulkan hepatomegaly apabila terjadi
pada hati, splenomegaly dll.
Pathway
ANALISA DATA

1. DATA SUBJEKTIF
 Klien mengelu demam
 Klien mengelu nyeri pada tulang dan persendian
 Klien mengelu anoreksia
 Keluarga klien bertanya kenapa klien bisa terkena penyakit ini
 Klien tidak nafsu makan
 Klien mual dan muntah
2. DATA OBJEKTIF
 Suhu klien 38,5’c
 BB klien menurun
 Klien tampak gelisah
 Kulit terasa hangat
 Pembengkakan kelenjar lympa

DIAGNOSA KEPERAWATAN SDKI-SIKI :

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis ditandai dengan Nafsu makan
berubah.
2. Resiko Infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer kerusakan
integritas kulit.
3. Resiko Cedera ditandai dengan kegagalan mekanisme pertahanan tubuh.
4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai
dengan berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, Nafsu Makan
menurun.
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan mengeluh lelah
ketika selesai beraktivitas.
RENCANA KEPERAWATAN (INTERVENSI) :

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis ditandai dengan Nafsu makan
berubah.

- Manajemen Nyeri
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi rsepons nyeri non Verbal
 Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik

Teraupetik

 Berikan teknik nonfarmakologis, untuk mengurangi rasa nyeri


 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredahkan
nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredahkan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

- Pemberian Analgesik
Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis analgesik dengan tingkat keparahannya
 Minitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic
 Monitor efektivitas analgesic

Teraupretik

 Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia


optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus continue, atau bolusopioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
 Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respons
pasien
 Dokumentasikan respons terhadap efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan

Edukasi

 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic sesuai indikasi

2. Resiko Infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer kerusakan


integritas kulit.

- Pencegahan Infeksi
Observasi
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik

 Batasi jumlah pengunjung


 Berika perawatan kulit pada area adema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien

Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi


 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian imunisasi

- Manajemen imunisasi/vaksinasi
Observasi
 Identifikasi riwayat kesehatan dan riwat alergi
 Identifikasi kontra indikasi pemberian imunisasi
 Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan pelayanan kesehatan

Teraupetik

 Berikan suntikan pada bayi dibagian paha anterolateral


 Dokumentasikan informasi/vaksinasi
 Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat

Edukasi

 Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, terjadwal, dan efek samping
 Informasikan imunisasi yang diwajidkan oleh pemerintah
 Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan pemerintah

3. Resiko Cedera ditandai dengan kegagalan mekanisme pertahanan tubuh.

-Manajemen kesehatan lingkungan


Obsevasi
 Identifikasi kebutuhan keselamatan
 Monitor perubahn keselamatan lingkungan

Teraupetik

 Hilangkan bahaya keselamatan


 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
 Sediakan alat bantu aman lingkungan
Edukasi

 Ajarkan individu, keluarga dan kelompok dan resiko tinggi bahaya


lingkuingan

- Pencegahan Cedera
Observasi
 Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cidera
 Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
 Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada ekstremitas
bawah

Terapeutik

 Sediakan pencahayaan yang memadai


 Gunakan lampu tidur selama jam tidur
 Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang rawat ( mis.
Penggunaan telepon, tempat tidur, penerangan ruangan dan lokasi kamar
tidur )
 Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cidera serius
 Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan

Edukasi

 Jelaskan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga


 Ajurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa menit
sebelum berdiri

4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai


dengan berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, Nafsu Makan
menurun.

- Manajemen nutrisi
Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Monitor asupan makanan
Terapeutik

 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu


 Fasilitasi menentukan pedoman diet ( mis. Piramida makanan )
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah kontipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

Edukasi

 Anjurkan posisi duduk, jika mampu


 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan ( mis. Pereda nyeri,


antiemetic ), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

- Promosi berat badan


Observasi
 Identikasi kemungkinan penyebab BB kurang
 Monitor adanya anoreksia \
 Monitor albumin, limfosit, dan elektolit serum

Teraupetik

 Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu


 Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
 Berikan suplemen, jika perlu

Edukasi

 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau


 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan mengeluh lelah
ketika selesai beraktivitas.

- Terapi aktivitas
Observasi
 Identifikasi deficit tingkat aktifitas
 Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktifitas tertentu
 Identifikasi sumber daya untuk aktifitas yang diinginkan
 Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktifitas

Terapeutik

 Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan deficit yang alami


 Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang aktifitas
 Fasilitasi memilih aktifitas dan tetapkan tujuan aktifitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik, psikologi, dan social
 Koordinasikan pemilihan aktifitas sesuai usia
 Fasilitasi makna aktifitas yang dipilih
 Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktifitas yang dipilih

Edukasi

 Jelaskan metode aktifitas fisik sehari-hari, jika perlu


 Ajarkan cara melakukan aktifitas yang dipilih
 Anjurkan melakukan aktifitas fisik, social, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
 Anjurkan terlibat dalam aktifitas kelompok atau terapi, jika sesuai

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan monitor


program aktifitas, jika sesuai

- Manajemen energi
Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Teraupetik

 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus


 Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

Edukasi

 Anjurkan tirah baring


 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

Anda mungkin juga menyukai