Anda di halaman 1dari 23

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KASUS NON

INFESI DAN MASALAH KHUSUS (HIPERAKTIVITAS)

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak
yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan
bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Gangguan hiperaktivitas atau kurang konsentrasi adalah perilaku yang
ditandai dengan kurang konsentrasi, sifat impulsif dan hiperaktivitas.
Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai gangguan kekurangan
perhatian yang menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada
anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperkinesis,
kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan
perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficitand
hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan
hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction
syndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul
pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama
tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini
mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. Dr. Seto
Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan
pengertian istilah anak hiperaktif adalah: Hiperaktif menunjukkan adanya
suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai
dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak
sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat
kompleks; gejalanya berbeda-beda.

B. ETIOLOGI
Berikut ini adalah factor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
1. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang
lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses
persalinan, distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,
toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan
dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang
lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang
merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam
bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya
disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama
dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk
memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah
di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah
orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah
kanan
2. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan
pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada
anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang
meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena
sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
3. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada
keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari
orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun
pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
4. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap
keliru antara orang tua dengan anaknya.
C. KLASIFIKASI
Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak
hiperaktif atau impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif.
Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Anak dalam tipe ini
memiliki cirri-ciri: tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh,
tidak mampu mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian
dari satu hal ke lain hal, sering melamun dan dapat digambarkan
sedang berada “diawang-awang”, tidak bisa diajak bicara atau
menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah,
pelupa dan kacau.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif,
tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada
anak-anak kecil. Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu
energik, lari kesana kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat,
banyak bicara, berisik.
Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu
saja bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak
sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia
menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti
pelajaran
3. Tipe gabungan (kombinasi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan
impulsif. Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam
tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan
aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas,
perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif
secara berlebihan dan impulsif.
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku
pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali,
tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya).
Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya
permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang
lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan
mengasikkan namun tidak kunjung datang.

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang dapat dilihat pada anak hiperaktif adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi awal anak hiperaktif umumnya terjadi pada anak usia
taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Para guru mereka akan
melaporkan bahwa anak tersebut tidak dapat dikendalikan, tidak dapat
duduk diam, memasuki ruangan-ruangan serta mengganggu kegiatan
anak-anak yang lain, suka ribut dan tidak mempunyai perhatian, tidak
bersedia mengikuti petunjuk atau perintah yang diberikan, seolah-olah
tidak mendengar, tidak mau belajar dari kesalahan-kesalahan yang
diperbuat dimasa lalu serta tidak memberikan tanggapan terhadap
peraturan yang ada.

2. Ukuran obyektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena


gangguan ini memperlihatkan aktivitas fisik yang lebih banyak, jika
dibandingkan dengan anak-anak control yang normal, tetapi gerakan-
gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta
mereka selalu resah dan gelisah.
3. Mereka mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan
serta bersifat impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa
mempertimbangkan atau merenungkan akibat tindakan mereka
tersebut.
4. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan frustasi
dan secara emosional suasana hatinya sangat labil, beberapa menit
terlihat gembira, mendadak marah-marah dan ngambek serta mudah
terangsang, perhatiannya gampang teralihkan, tidak tahan fustasi, dan
kurang dapat mengontrol diri.
5. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau
bertentangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial
mereka bersikap kaku, bersifat permusuhan dan negatif.
6. Mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta
mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami
depresi.
7. Mengalami kegagalan dalam akademik dan kadang perkembangan
motorik dan bahasanya juga terlambat, seperti ketidakmampuan belajar
membaca, matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik
mereka dapat tertinggal 1-2 tahun dan lebih sedikit daripada yang
sesungguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.
8. Apa yang dilakukan tidak satu pun diselesaikan, anak cepat sekali
beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.
9. Gejala lainnya, adalah tidak mampu mengontrol gerakan, tidak bisa
duduk tenang, bergoyang-goyang, atau merosot hingga terjatuh dari
tempat duduk dan sepertinya tidak kenal lelah, seakan energinya
digerakan oleh mesin, kalau anak lain diam karena capek sehabis
berlarian, ia paling cuma minum lalu bergerak lagi.

Sedangkan menurut Betz, Cecily, 1996 dalam buku Ilmu


Keperawatan Anak, terdapat dua macam gejala hiperaktif, yakni gejala
kurang konsentrasi dan gejala hiperaktivitas impulsif, adalah sebagai
berikut :

1. Gejala kurang konsentrasi meliputi :

a) Gagal memberi perhatian secara penuh pada hal-hal yang


mendetail atau membuat kesalahan sembrono dalam tugas-tugas
sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya.
b) Sering mengalami kesulitan dalam memfokuskan perhatian pada
tugas atau aktivitas bermain.
c) Sering tampak tidak mendengarkan bila di ajak bicara langsung.
d) Sering tidak mentaati instruksi dan tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan rumah,tugas atau pekerkaan ditempat kerja (bukan
karena sikap menentang atau karena tidak mengerti intruksi).
e) Sering mengalami kesulitan dalam mengatur tugas-tugas aktivitas
f) Sering menghindar, tidak menyukai atau enggan terlibat dalam
tugas-tugas yang memerlukan usaha mental terus-menerus (seperti
pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah).
g) Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk
mengerjakan tugas atau aktivitas (misal : mainan, tugas sekolah,
pensil, buku, atau alat-alat sekolah )
h) Sering mudah terdistraksi oleh stimulus luar.
i) Pelupa dalam aktivitas sehari-hari.

2. Gejala Hiperaktivitas impulsive, meliputi :

a) Tangan dan kaki sering tidak bisa diam karena gelisah atau
menggeliat di tempat duduk.
b) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain
atau dalam situasi lain yang seharusnya tidak diperkenankan.
c) Sering berlarian atau memanjat berlebihan pada situasi yang tidak
semestinya.
d) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam
aktivitas dalam waktu senggang dengan tenang.
e) Sering tampak repot atau sering seperti diburu-buru.
f) Bicara sering berlebihan.
g) Sering menjawab pertanyaan tanpa pikir sebelum pertanyaan
belum selesai.
h) Sering tidak sabar menunggu giliran.
i) Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain (memotong
percakapan atau permainan orang lain)
E. PATOFISIOLOGI
Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan
gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti
yang meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan
biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta
yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan yang
baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat
perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf
pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang
berhasil diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial–
potensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit.
Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian
mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas.
Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angka–angka laboratorik
menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru
mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

F. KOMPLIKASI
1. Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan penyakit
ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan
mengejakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif
dan kata-kata yang diungkapkan)

G. PEMERIKSAAN
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang
bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan
adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi
penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis
oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak itu.

H. PENATALAKSANAAN
a. Keperawatan
1. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang
mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial
lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak
tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri.
2. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara
teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan
rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
3. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat
haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai
setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik
yang kuat dan keras
4. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan
cara menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang,
permainan-permainan yang keras dan jungkir balik.
5. Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa,
barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6. Teknik-teknik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat
membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa
bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam
tingkah laku mereka.
b. Medis
1) Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang
mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan
adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta
fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan
yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah
dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan
fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas.
Oleh karena respon yang akan mereka berikan terhadap pengobatan
tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu
masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu
dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah
akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
2) Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang,
agar hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan
dan tidur penderita.
a. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia
masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak berpengaruh
terhadap dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan
pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak ada respon yang
diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu
3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif
adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia lebuh
lanjut akan memerlukan dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini
akan berlangsung selama 2-4 hari. Biasanya anak akan bersifat rewel
dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung lama dan
dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan
mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang diharapkan.
b. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan
(showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10
mg dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya
membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi.
Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar
antara 10-20 mg/jam.
c. Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal
sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah
tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk
menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat tersebut
adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot
yang meningkat.
d. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang
bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta
distonia.

Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut


diatas adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut
bagian atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka
terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat
serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka
pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan perlu
dihentikan.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Menurut videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami
AttentionDeficyHiperactivityDisorder (ADHD) antara lain :
1. Pengkajian riwayat penyakit
a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai
anak berusia todler atau masuk sekolah atau daycare.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang
utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif
atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak.
d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian
besar tidak berhasil.
2. Penampilan umum dan perilaku motorik
a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-
goyang saat mencoba melakukannya.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain
dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum
pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah
dikatakan.
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik
yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat
perkembangannya
3. Mood dan afek
a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau
tempertantrum.
b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan
dan kemarahan.
4. Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk
mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat
perkembangan.

5. Sensorium dan proses intelektual


a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2
atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya
tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau
tidak dapat berhenti memikirkan sesuati.
e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang
mampu menyelesaikan tugas.
6. Penilaian dan daya tilik diri
a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang
buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan
impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama
sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku
di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman
dengan perilaku mereka sendiri.
7. Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapi secara
umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak
teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah,
mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri
sebagai orang yang buruk dan bodoh
8. Peran dan hubungan
a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun
sosial.
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis
dan diterapi.
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan
yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara
fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki
keluarga.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara
fisik.
f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh
atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami
ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak
meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat
duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur
juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku
ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan
hiperaktif mencakup :
1) Rambut yang halus
2) Telinga yang salah bentuk
3) Lipatan-lipatan epikantus
4) Langit-langit yang melengkung tinggi serta
5) Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja
6) Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis serta
permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang halus.

C. Pemeriksaan penunjang
1 Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan dapat menegakan
diagnosis gangguan hiperaktif. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang lambat yang bertambah
banyak pada elektroensefalogram (EEG). Suatu EEG yang dianalisis oleh
komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak.
2 Alat-alat berikut ini dapat untuk mengidentifikasi anak-anak dengan
gangguan ini.
a. Bebas dari distraksibilitas (aritmatika, rentang anka, dan pengkodean)
b. Daftar periksa gangguan (misal: Copeland symptom checklist for
attention. Defisit Disorders, attention Deficit Disorders Evaluation Scale)
c. Wechsler Intelligence Scale for Children, edisi 3 (WISC_III) juga sering
digunakan, sering terlihat kesulitan meniru rancangan.

D. DIAGNOSA
1. Resiko Cedera D/D Perubahan Sensasi
2. Resiko Gangguan Perkembangan D/D Kelainan Genetic/ Kongenital
3. Gangguan Interaksi Social B/D Perilaku Menentang D/D Kurang
Responsive Atau Terkait Pada Orang Lain.
4. Koping Tidak Efektif B/D Disfungsi System Keluarga D/D Partisipasi
Social Kurang

E. INTERVENSI
1. Resiko cedera d/d perubahan sensasi
Intervensi utama : pencegahan cedera
Tindakan observasi:
 Identifikasi area lingkungan yang berpontensi menyebabkan cedera
 Identifikasi obat yang berpontensi menyebabkan cedera
 Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada ekstremitas
bawah
o Terapeutik
 Sediakan pencahayaan yang memadai
 Gunakan lampu tidur selama jam tidur
 Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang rawat (mis.
penggunaan telepon,tempat tidur penerangan ruangan dan lokasi kamar
mandi)
 Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cedera serius
 Sediakan alas kaki antislip
 Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi di temempat tidur, jika perlu
 Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
 Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
 Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat digunakan
 Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam kondisi terkunci
 Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
 Pertimbangkan penggunaan alaram elektronik pribadi atau alaram sensor
pada tempat tidur atau kursi
 Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang diperlukan
 Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai (mis. tongkat atau
alat bantu jalan)
 Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
 Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
edukasi
 Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
 Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri

Intervensi Utama : Manajemen keselamatan lingkungan

Tindakan Observasi

 Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis. kondisi fisik ,fungsi kongnitif,


dan riwayat perilaku)
 Monitor perubahan status keselamatan lingkungan

Teraupetik
 Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis. fisik, biologi, dan kimia),
jika memungkinkan
 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
 Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis.commode chair dan
pegangan tangan )
 Gunakan perangkat pelindung (mis.pengekangan fisik, rel samping ,pintu
terkunci, pagar )
 Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (mis. puskesmas ,
polisi , damkar )
 Fasilitas relokasi ke lingkungan yang aman
 Lakukan program skrining bahaya lingkungan (mis. timbal )

Edukasi
 Ajarkan individu , keluarga dan kelompok resiko tinggi bahaya lingkungan
2. resiko gangguan perkembangan d/d kelainan genetic/ kongenital
Intervensi Utama: Promosi perkembangan Anak
Tindakan Observasi:
 Identifikasi kebutuhan khusus anak dan kemampuan adaptasi anak

Teraupeik
 Fasilitasi hubungan anak dengan teman sebaya
 Dukung anak berinteraksi dengan anak lain
 Dukung anak mengeskspresikan perasaannya secara positif
 Dukung anak dalam bermimpi atau berfantasi sewarjarnya
 Dukung partisipasi anak di sekolah , ekstrakulikuler dan aktivitas
komunitas
 Berikan mainan yang sesuai dengan usia anak
 Beryanyi bersama anak lagu-lagu yang disukai anak
 Bacakan cerita / dongeng untuk anak
 Sediakan kesempatan dan alat-alat untuk menggambar . melukis, dan
mewarnai
 Sediakan mainan berupa puzzle dan maze

Edukasi
 Jelaskan nama-nama benda objek yang ada di lingkungan sekitar
 Ajarkan pengasuh milestones perkembangan dan perilaku yang dibentuk
 Ajarkan sikap kooperatif , bukan kompetisi diantara anak
 Ajarkan anak cara meminta bantuan dari anak lain , jika perlu
 Ajarkan teknik asertif pada anak
 Demonstrasikan kegiatan yang meningkatkan perkembangan pada
pengasuh

Kolaborasi
 Rujuk untuk konseling , jika perlu
3. gangguan interaksi social b/d perilaku menentang d/d kurang responsive atau
tertaik pada orang lain
Intervensi Utama: Modifikasi perilaku keterampilan sosial
Tindakan observasi:
 Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial
 Identifikasi fokus pelatihan keterampilan sosial

Terapeutik
 Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial
 Beri umpan balik positif (mis. pujian atau penghargaan) terhadap
kemampuan sosialisasi
 Libatkan keluarga selama latihan keterampilan sosial, jika perlu

Edukasi
 Jelaskan tujuan melatih keterampilan sosial
 Jelaskan respons dan konsekuensi keterampilan sosial
 Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang dialami
 Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi
 Edukasi keluarga untuk dukungan keterampilan sosial
 Latih keterampilan sosial secara berharap
4. koping tidak efektif b/d disfungsi system keluarga d/d partisipasi social kurang
Intervensi Utama: dukungan pengambilan keputusan
Tindakan observasi
 Identifikasi persepsi mengenai ,masalah dan informasi yang memicu
konflik

Terapeutik
 Fasilitasi mengklarisikasi nilai dan harapan yang membantu membuat
pilihan
 Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi
 Fasiltasi melihat situasi secara realistik
 Motivasi mengunggukapkan tujuan perawatan yang diharapkan
 Fasilitasi pengambilan keputusan secara klaboratif
 Hormati hak pasian untuk menerima atau menolak informasi
 Fasilitasi menjelaskan keputusan kepada orang lain , jika perlu
 Fasilitasi hubungan antara pasien , keluarga, dan tenanga kesehatan
lainnya

Edukasi
 Informasikan alternatif solusi secara jelas
 Berikan informasi yang diminta pasien

Kolaborasi
 Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam menfasilitasi pengambilan
keputusan

Intervensi utama : dukungan penampilan peran


Tindakan observasi
 Identifikasi berbagai peran dan periode transisi sesuai tingkat
perkembangan
 Identifikasi peran yang ada dalam keluarga
 Identifikasi adanya peran yang tidak terpenuhi

Terapeutik
 Fasilitasi adaptasi peran keluarga terhadap perubahan peran yang tidak
diinginkan
 Fasilitasi bermain peran dalam mengantisipasi reaksi orang lain terhadap
perilaku
 Fasilitasi diskusi perubahan peran anak terhadap bayi baru lahir jika perlu
 Fasilitasi diskusi tentang peran orang tua jika perlu
 Fasilitasi diskusi tentang adaptasi peran saat anak meninggalkan rumah
,jika perlu
 Fasilitasi diskusi harapan dengan keluarga dalam peran timbal balik
Edukasi
 Diskusikan perilaku yang dibutuhkan untuk pengembangan peran
 Diskusikan perubahan peran yang diperlukan akibat penyakit atau
ketidakmampuan
 Diskusikan perubahan peran dalam menerima ketergantungan orang tua
 Diskusikan strategi positif untuk mengelola perubahan peran
 Ajarkan perilaku baru yang dibutuhkan oleh pasien / orang tua untuk
memenuhi peran

Kolaborasi
 Rujuk dalam kelompok untuk mempelajari peran baru
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Betz, Cecily L. Buku saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:


Salemba Medika.

Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.

McCloskey, Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.

NANDA. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
Pathway :

Faktor neurologic, toksik, genetic,


factor psikososial dan lingkungan

Kortek Frontal

Mekanisme inhibitor tidak dapat Aktivitas sistem limbik berlebih


berfungsi baik

Perilaku impulsif, membuat keputusan Mood yang labil, temperamen


yang buruk, hiperaktif yang meledak-ledak, mudah
terkejut, selalu menyentuh di
sekitar

gangguan interaksi
Resiko cedera sosial koping tidak efektif

Resiko gangguan
perkembangan
MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK

ASKEP ATTENTION DEFICITAND HYPERACTIVITY DISORDER


(ADHD) / ANAK HIPERAKTIF

Dosen: Winarsi Molintao S.kep,.M.Kep

Di susun oleh kelompok 2 :

- Feibe David
- Santa Wowiling
- Jefry Laira
- Reka Poluan
- Rafika Dirangga
- Gearti karmomiyanan
- Fransiska ligow
- Angel Pongsumben

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2019

Anda mungkin juga menyukai