B. ETIOLOGI
Berikut ini adalah factor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
1. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang
lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses
persalinan, distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,
toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan
dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang
lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang
merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam
bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya
disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama
dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk
memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah
di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah
orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah
kanan
2. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan
pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada
anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang
meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena
sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
3. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada
keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari
orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun
pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
4. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap
keliru antara orang tua dengan anaknya.
C. KLASIFIKASI
Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak
hiperaktif atau impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif.
Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Anak dalam tipe ini
memiliki cirri-ciri: tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh,
tidak mampu mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian
dari satu hal ke lain hal, sering melamun dan dapat digambarkan
sedang berada “diawang-awang”, tidak bisa diajak bicara atau
menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah,
pelupa dan kacau.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif,
tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada
anak-anak kecil. Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu
energik, lari kesana kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat,
banyak bicara, berisik.
Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu
saja bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak
sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia
menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti
pelajaran
3. Tipe gabungan (kombinasi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan
impulsif. Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam
tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan
aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas,
perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif
secara berlebihan dan impulsif.
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku
pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali,
tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya).
Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya
permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang
lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan
mengasikkan namun tidak kunjung datang.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang dapat dilihat pada anak hiperaktif adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi awal anak hiperaktif umumnya terjadi pada anak usia
taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Para guru mereka akan
melaporkan bahwa anak tersebut tidak dapat dikendalikan, tidak dapat
duduk diam, memasuki ruangan-ruangan serta mengganggu kegiatan
anak-anak yang lain, suka ribut dan tidak mempunyai perhatian, tidak
bersedia mengikuti petunjuk atau perintah yang diberikan, seolah-olah
tidak mendengar, tidak mau belajar dari kesalahan-kesalahan yang
diperbuat dimasa lalu serta tidak memberikan tanggapan terhadap
peraturan yang ada.
a) Tangan dan kaki sering tidak bisa diam karena gelisah atau
menggeliat di tempat duduk.
b) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain
atau dalam situasi lain yang seharusnya tidak diperkenankan.
c) Sering berlarian atau memanjat berlebihan pada situasi yang tidak
semestinya.
d) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam
aktivitas dalam waktu senggang dengan tenang.
e) Sering tampak repot atau sering seperti diburu-buru.
f) Bicara sering berlebihan.
g) Sering menjawab pertanyaan tanpa pikir sebelum pertanyaan
belum selesai.
h) Sering tidak sabar menunggu giliran.
i) Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain (memotong
percakapan atau permainan orang lain)
E. PATOFISIOLOGI
Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan
gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti
yang meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan
biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta
yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan yang
baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat
perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf
pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang
berhasil diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial–
potensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit.
Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian
mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas.
Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angka–angka laboratorik
menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru
mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.
F. KOMPLIKASI
1. Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan penyakit
ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan
mengejakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif
dan kata-kata yang diungkapkan)
G. PEMERIKSAAN
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang
bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan
adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi
penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis
oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak itu.
H. PENATALAKSANAAN
a. Keperawatan
1. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang
mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial
lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak
tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri.
2. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara
teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan
rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
3. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat
haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai
setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik
yang kuat dan keras
4. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan
cara menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang,
permainan-permainan yang keras dan jungkir balik.
5. Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa,
barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6. Teknik-teknik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat
membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa
bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam
tingkah laku mereka.
b. Medis
1) Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang
mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan
adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta
fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan
yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah
dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan
fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas.
Oleh karena respon yang akan mereka berikan terhadap pengobatan
tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu
masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu
dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah
akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
2) Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang,
agar hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan
dan tidur penderita.
a. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia
masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak berpengaruh
terhadap dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan
pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak ada respon yang
diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu
3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif
adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia lebuh
lanjut akan memerlukan dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini
akan berlangsung selama 2-4 hari. Biasanya anak akan bersifat rewel
dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung lama dan
dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan
mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang diharapkan.
b. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan
(showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10
mg dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya
membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi.
Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar
antara 10-20 mg/jam.
c. Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal
sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah
tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk
menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat tersebut
adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot
yang meningkat.
d. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang
bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta
distonia.
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan
hiperaktif mencakup :
1) Rambut yang halus
2) Telinga yang salah bentuk
3) Lipatan-lipatan epikantus
4) Langit-langit yang melengkung tinggi serta
5) Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja
6) Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis serta
permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang halus.
C. Pemeriksaan penunjang
1 Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan dapat menegakan
diagnosis gangguan hiperaktif. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang lambat yang bertambah
banyak pada elektroensefalogram (EEG). Suatu EEG yang dianalisis oleh
komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak.
2 Alat-alat berikut ini dapat untuk mengidentifikasi anak-anak dengan
gangguan ini.
a. Bebas dari distraksibilitas (aritmatika, rentang anka, dan pengkodean)
b. Daftar periksa gangguan (misal: Copeland symptom checklist for
attention. Defisit Disorders, attention Deficit Disorders Evaluation Scale)
c. Wechsler Intelligence Scale for Children, edisi 3 (WISC_III) juga sering
digunakan, sering terlihat kesulitan meniru rancangan.
D. DIAGNOSA
1. Resiko Cedera D/D Perubahan Sensasi
2. Resiko Gangguan Perkembangan D/D Kelainan Genetic/ Kongenital
3. Gangguan Interaksi Social B/D Perilaku Menentang D/D Kurang
Responsive Atau Terkait Pada Orang Lain.
4. Koping Tidak Efektif B/D Disfungsi System Keluarga D/D Partisipasi
Social Kurang
E. INTERVENSI
1. Resiko cedera d/d perubahan sensasi
Intervensi utama : pencegahan cedera
Tindakan observasi:
Identifikasi area lingkungan yang berpontensi menyebabkan cedera
Identifikasi obat yang berpontensi menyebabkan cedera
Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada ekstremitas
bawah
o Terapeutik
Sediakan pencahayaan yang memadai
Gunakan lampu tidur selama jam tidur
Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang rawat (mis.
penggunaan telepon,tempat tidur penerangan ruangan dan lokasi kamar
mandi)
Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cedera serius
Sediakan alas kaki antislip
Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi di temempat tidur, jika perlu
Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat digunakan
Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam kondisi terkunci
Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
Pertimbangkan penggunaan alaram elektronik pribadi atau alaram sensor
pada tempat tidur atau kursi
Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang diperlukan
Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai (mis. tongkat atau
alat bantu jalan)
Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
edukasi
Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
Tindakan Observasi
Teraupetik
Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis. fisik, biologi, dan kimia),
jika memungkinkan
Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis.commode chair dan
pegangan tangan )
Gunakan perangkat pelindung (mis.pengekangan fisik, rel samping ,pintu
terkunci, pagar )
Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (mis. puskesmas ,
polisi , damkar )
Fasilitas relokasi ke lingkungan yang aman
Lakukan program skrining bahaya lingkungan (mis. timbal )
Edukasi
Ajarkan individu , keluarga dan kelompok resiko tinggi bahaya lingkungan
2. resiko gangguan perkembangan d/d kelainan genetic/ kongenital
Intervensi Utama: Promosi perkembangan Anak
Tindakan Observasi:
Identifikasi kebutuhan khusus anak dan kemampuan adaptasi anak
Teraupeik
Fasilitasi hubungan anak dengan teman sebaya
Dukung anak berinteraksi dengan anak lain
Dukung anak mengeskspresikan perasaannya secara positif
Dukung anak dalam bermimpi atau berfantasi sewarjarnya
Dukung partisipasi anak di sekolah , ekstrakulikuler dan aktivitas
komunitas
Berikan mainan yang sesuai dengan usia anak
Beryanyi bersama anak lagu-lagu yang disukai anak
Bacakan cerita / dongeng untuk anak
Sediakan kesempatan dan alat-alat untuk menggambar . melukis, dan
mewarnai
Sediakan mainan berupa puzzle dan maze
Edukasi
Jelaskan nama-nama benda objek yang ada di lingkungan sekitar
Ajarkan pengasuh milestones perkembangan dan perilaku yang dibentuk
Ajarkan sikap kooperatif , bukan kompetisi diantara anak
Ajarkan anak cara meminta bantuan dari anak lain , jika perlu
Ajarkan teknik asertif pada anak
Demonstrasikan kegiatan yang meningkatkan perkembangan pada
pengasuh
Kolaborasi
Rujuk untuk konseling , jika perlu
3. gangguan interaksi social b/d perilaku menentang d/d kurang responsive atau
tertaik pada orang lain
Intervensi Utama: Modifikasi perilaku keterampilan sosial
Tindakan observasi:
Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial
Identifikasi fokus pelatihan keterampilan sosial
Terapeutik
Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial
Beri umpan balik positif (mis. pujian atau penghargaan) terhadap
kemampuan sosialisasi
Libatkan keluarga selama latihan keterampilan sosial, jika perlu
Edukasi
Jelaskan tujuan melatih keterampilan sosial
Jelaskan respons dan konsekuensi keterampilan sosial
Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang dialami
Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi
Edukasi keluarga untuk dukungan keterampilan sosial
Latih keterampilan sosial secara berharap
4. koping tidak efektif b/d disfungsi system keluarga d/d partisipasi social kurang
Intervensi Utama: dukungan pengambilan keputusan
Tindakan observasi
Identifikasi persepsi mengenai ,masalah dan informasi yang memicu
konflik
Terapeutik
Fasilitasi mengklarisikasi nilai dan harapan yang membantu membuat
pilihan
Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi
Fasiltasi melihat situasi secara realistik
Motivasi mengunggukapkan tujuan perawatan yang diharapkan
Fasilitasi pengambilan keputusan secara klaboratif
Hormati hak pasian untuk menerima atau menolak informasi
Fasilitasi menjelaskan keputusan kepada orang lain , jika perlu
Fasilitasi hubungan antara pasien , keluarga, dan tenanga kesehatan
lainnya
Edukasi
Informasikan alternatif solusi secara jelas
Berikan informasi yang diminta pasien
Kolaborasi
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam menfasilitasi pengambilan
keputusan
Terapeutik
Fasilitasi adaptasi peran keluarga terhadap perubahan peran yang tidak
diinginkan
Fasilitasi bermain peran dalam mengantisipasi reaksi orang lain terhadap
perilaku
Fasilitasi diskusi perubahan peran anak terhadap bayi baru lahir jika perlu
Fasilitasi diskusi tentang peran orang tua jika perlu
Fasilitasi diskusi tentang adaptasi peran saat anak meninggalkan rumah
,jika perlu
Fasilitasi diskusi harapan dengan keluarga dalam peran timbal balik
Edukasi
Diskusikan perilaku yang dibutuhkan untuk pengembangan peran
Diskusikan perubahan peran yang diperlukan akibat penyakit atau
ketidakmampuan
Diskusikan perubahan peran dalam menerima ketergantungan orang tua
Diskusikan strategi positif untuk mengelola perubahan peran
Ajarkan perilaku baru yang dibutuhkan oleh pasien / orang tua untuk
memenuhi peran
Kolaborasi
Rujuk dalam kelompok untuk mempelajari peran baru
DAFTAR PUSTAKA
Kortek Frontal
gangguan interaksi
Resiko cedera sosial koping tidak efektif
Resiko gangguan
perkembangan
MAKALAH
KEPERAWATAN ANAK
- Feibe David
- Santa Wowiling
- Jefry Laira
- Reka Poluan
- Rafika Dirangga
- Gearti karmomiyanan
- Fransiska ligow
- Angel Pongsumben
FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2019