Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wr
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Anak Hiperaktif”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
yang diampu oleh Bu Aris Fitryani, S.Kep, NS. Selain itu, dapat dijadikan sebagai
buku pegangan / panduan belajar. Keberhasilan penyusun dalam menyusun makalah
ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu izinkanlah
penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada:

a. Bu Aris Fitriyani, S.Kep, NS. selaku dosen mata kuliah Keperawatan


Anak yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk menyusun
makalah ini.
b. Petugas perpustakaan yang telah memberi kemudahan dalam
memperoleh referensi.
c. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
akan penyusun terima dengan tangan terbuka .
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya mahasiswa Prodi
Keperawatan Purwokerto serta pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr wb
Purwokerto, 10 April 2008
Penyusun
KONSEP DASAR
HIPERAKTIF

A. PENGERTIAN
0 Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak
yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan
bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
1 Hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang
menunjukan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian
dan impulsif (bertindak sekendak hatinya)
2 Gangguan hiperaktivitas atau kurang konsentrasi adalah perilaku
yang ditandai dengan kurang konsentrasi, sifat impulsif dan hiperaktivitas.
3 Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai gangguan kakurangan
perhatian yang menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada
anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperkinesis,
kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal.

B. ETIOLOGI
Pandangan-pandangan serta pendapat-pendapat mengenai realitas daripada
gangguan ini masih berbeda-beda serta saling dipertentangkan satu sama lainnya,
beberapa pandangan mengenai penyebab hiperaktif adalah sebagai berikut :
 Adanya kerusakan kecil di dalam neurokimia atau neurologi susunan
sistem saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi menjadi sangat
pendek dan sulit dikendalikan
 Adanya temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak,
epilepsi. Dapat juga gangguan dikepala seperti gegar otak, trauma kepala
karena persalinan sulit atau kepala pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi
buruk, dan alergi makanan.
 Sindrom tersebut di duga disebabkan oleh faktor genetic, pembuahan
ataupun racun, bahaya-bahaya yang diakibatkan terjadinya prematuritas
ataupun immaturitas, maupun ruda paksa, anoksia atau penyulit kelahiran
lainnya.
 Anak hiperaktif biasanya disebabkan dari sikap orang tua yang
membesarkan mereka, jika orang tua memakai teknik pengurusan yang tidak
efektif, tidak konsisten atau dirumah kurang ada disiplin yang semestinya,
seringkali anak berperilaku berlebihan.

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang dapat dilihat pada anak hiperaktif adalah sebagai
berikut :
 Identifikasi awal anak hiperaktif umumnya terjadi pada anak usia
taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Para guru mereka akan melaporkan
bahwa anak tersebut tidak dapat dikendalikan, tidak dapat duduk diam,
memasuki ruangan-ruangan serta mengganggu kegiatan anak-anak yang lain,
suka ribut dan tidak mempunyai perhatian, tidak bersedia mengikuti petunjuk
atau perintah yang diberikan, seolah-olah tidak mendengar, tidak mau belajar
dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat dimasa lalu serta tidak memberikan
tanggapan terhadap peraturan yang ada.
 Ukuran obyektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena
gangguan ini memperlihatkan aktivitas fisik yang lebih banyak, jika
dibandingkan dengan anak-anak control yang normal, tetapi gerakan-gerakan
yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka selalu
resah dan gelisah.
 Mereka mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan
serta bersifat impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa
mempertimbangkan atau merenungkan akibat tindakan mereka tersebut.
 Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan frustasi
dan secara emosional suasana hatinya sangat labil, beberapa menit terlihat
gembira, mendadak marah-marah dan ngambek serta mudah terangsang,
perhatiannya gampang teralihkan, tidak tahan fustasi, dan kurang dapat
mengontrol diri
 Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau
bertentangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka
bersikap kaku, bersifat permusuhan dan negatif..
 Mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta
mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi.
 Mengalami kegagalan dalam akademik dan kadang perkembangan
motorik dan bahasanya juga terlambat.seperti : ketidakmampuan belajar
membaca, matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka
dapat tertinggal 1-2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesungguhnya
diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.
 Apa yang dilakukan tidak satu pun diselesaikan, anak cepat sekali
beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.
 Gejala lainnya, adalah tidak mampu mengontrol gerakan, tidak bisa
duduk tenang, bergoyang-goyang, atau merosot hingga terjatuh dari tempat
duduk dan sepertinya tidak kenal lelah, seakan energinya digerakan oleh
mesin, kalau anak lain diam karena capek sehabis berlarian, ia paling cuma
minum lalu bergerak lagi.

Sedangkan menurut Betz, Cecily, 1996 dalam buku Ilmu Keperawatan Anak,
terdapat dua macam gejala hiperaktif, yakni gejala kurang konsentrasi dan gejala
hiperaktivitas impulsif, adalah sebagai berikut :
1. Gejala kurang konsentrasi meliputi :
 Gagal memberi perhatian secara penuh pada hal-hal yang mendetail
atau membuat kesalahan sembrono dalam tugas-tugas sekolah, pekerjaan
atau aktivitas lainnya.
 Sering mengalami kesulitan dalam memfokuskan perhatian pada tugas
atau aktivitas bermain.
 Sering tampak tidak mendengarkan bila di ajak bicara langsung.
 Sering tidak mentaati instruksi dan tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan rumah,tugas atau pekerkaan ditempat kerja (bukan karena sikap
menentang atau karena tidak mengerti intruksi)
 Sering mengalami kesulitan dalam mengatur tugas-tugas aktivitas
 Sering menghindar, tidak menyukai atau enggan terlibat dalam tugas-
tugas yang memerlukan usaha mental terus-menerus (seperti pekerjaan
sekolah atau pekerjaan rumah).
 Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk mengerjakan
tugas atau aktivitas (misal : mainan, tugas sekolah, pensil, buku, atau alat-
alat sekolah )
 Sering mudah terdistraksi oleh stimulus luar.
 Pelupa dalam aktivitas sehari-hari.
2. Gejala Hiperaktivitas impulsive, meliputi :
 Tangan dan kaki sering tidak bisa diam karena gelisah atau menggeliat
di tempat duduk.
 Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain
atau dalam situasi lain yang seharusnya tidak diperkenankan.
 Sering berlarian atau memanjat berlebihan pada situasi yang tidak
semestinya.
 Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam
aktivitas dalam waktu senggang dengan tenang.
 Seing tampak repot atau sering seperti diburu-buru.
 Bicara sering berlebihan.
 Sering menjawab pertanyaan tanpa pikir sebelum pertanyaan belum
selesai,
 Sering tidak sabar menunggu giliran.
 Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain (memotong
percakapan atau permainan orang lain)

D. PATOFISIOLOGI
Tidak ada bukti yang meyakinkan tentang suatu mekanisme patofisiologi
ataupun ganguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang berusia antara 6-9
tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan
yang baik terhadap pengobatan-pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat
perangsangan yang rendah di dalam susunan saraf pusat mereka, sebelum pengobatan
tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan mempergunakan
elektroensefalografi, potensial-potensial yang dibangkitkan secara auditorik serta sifat
penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan,
mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta
impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angka-angka
laoratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para
guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

D. INSIDEN
1. Penelitian menunjukan insiden gangguan yang lebih tinggi pada anak
dengan hubungan biologis derajat pertama dengan orang yang didiagnosis
menderita gangguan.
2. Angka insiden diantara anak usia sekolah adalah 3 % - 5 %.
3. Insiden lebih tinggi pada individu laki-laki dari pada
perempuan,dengan rasio 9:1.

E. KOMPLIKASI
1. Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan penyakit
ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan
mengejakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku
agresif dan kata-kata yang diungkapkan)

F. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
 Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang
mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial
lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-
kebutuhan akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, suatu
penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut haruslah
diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.
 Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara
teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan
rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
 Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat
haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai
setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang
kuat dan keras
 Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan
cara menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-
permainan yang keras dan jungkir balik.
 Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa,
barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
 Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat
membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa
bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam
tingkah laku mereka.
2. Medis
Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami
gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah
dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin. obat
tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih sedikit. Cara
bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan mengadakan modifikasi
di dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian,
konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan mereka berikan
terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka biasanya
diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3
minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah
akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar
hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur
penderita.
 Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia
masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap
dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta
pada waktu makan siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka dosis
di naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak
yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam.
Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis
sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari.
Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini
sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam
rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang
diharapkan.
 Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan
(show released) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg
dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya
membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi.
Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara
10-20 mg/jam
 Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal
sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah
tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk
menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat tersebut
adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot
yang meningkat.
 Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang
bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta
distonia.
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas
adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta
sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka terhadap celaan ataupun
hukuman, detak jantung yang meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika
terjadi hal demikian maka pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan
obat-obatan perlu dihentikan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN HIPERAKTIF

A. PENGKAJIAN
1. Kaji riwayat keluarga melalui wawancara atau genogram
 Tanyakan kepada orang tua mengenai riwayat kesehatan anak
terdahulu, apakah anak pernah mengalami trauma ( cedera atau jatuh),
bagaimana dengan proses kelahirannya, tanyakan tentang asupan nutrisi
yang di berikan kepada anak.
 Tanyakan kepada orang tua/keluarga apakah ada anggota keluarga lain
yang menderita gangguan pusat perhatian atau gangguan mental yang
lain.
2. Kaji riwayat perilaku anak
 Tanyakan kepada orang tua anak mengenai aktivitas anaknya ; apakah
gesit, aktif, banyak menuntut, mempunyai tanggapan-tanggapan yang
mendalam dan kuat, apakah mengalami kesulitan dalam hal makan dan
tidur.
 Tanyakan kepada orang tua apakah pertumbuhan dan perkembangan
anaknya normal seperti : berdiri, berjalan, berbicara dan kemampuan
kognitif lainnya sesuai dengan tingkat usianya.
 Kaji riwayat perkembangan anak serta laporan guru mereka tentang
permasalahan-permasalahan akademis serta tingkah laku didalam kelas.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan
hiperaktif mencakup :
 Rambut yang halus
 Telinga yang salah bentuk
 Lipatan-lipatan epikantus
 Langit-langit yang melengkung tinggi serta
 Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja
 Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis
serta permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang halus.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan dapat menegakan
diagnosis gangguan hiperaktif. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang lambat yang bertambah
banyak pada elektroensefalogram (EEG). Suatu EEG yang dianalisis oleh
komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak.
 Alat-alat berikut ini dapat untuk mengidentifikasi anak-anak dengan
gangguan ini.
 Bebas dari distraksibilitas (aritmatika, rentang anka, dan pengkodean)
 daftar periksa gangguan (ex: Copeland symptom checklist for
attention. Defisit Disorders, attention Deficit Disorders Evaluation Scale)
 Wechsler Intelligence Scale for Children, edisi 3 (WISC_III) juga
sering digunakan, sering terlihat kesulitan meniru rancangan.
D. PATHWAY KEPERAWATAN

Gangguan dalam neurokimia/neurology SSP


Faktor genetik, Penyulit kelahiran
Sikap Orang Tua
Trauma Kepala yang tidak tepat

ResikoPerubahan Peran Menjadi Orang Tua


Hiperaktivitas

Gangguan Kurang Konsentrasi Hiperaktivitas


Impulsif

Kesulitan dalam Memfokuskan Perhatian


Resiko Keterlambatan Perkembangan
Tangan
Sering Kesulitan dalam bermain & Berinteraksi dan kaki
dg Orang laintidak bisa diam

Gangguan Proses Pikir


Resiko Cidera
Kerusakan Interaksi Sosial

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan
(hiperaktivitas).
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.
3. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan
gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas.
4. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)
5. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan. penyakit mental
(hiperaktivitas), kurang konsentrasi.
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1
NOC : Ketrampilan interaksi sosial
Tujuan : Pasien mampu menunjukan interaksi social yang baik.
Kriteria Hasil :
1. Menunjukan perilaku yang dapat meningkatkan atau memperbaiki
interaksi social
2. Mendapatakan atau meningkatkan ketrampilan interaksi social
(misalnya: kedekatan, kerja sama, sensitivitas dan sebagainya).
3. Mengungkapkan keinginan untuk berhubungan dengan orang lain.
Indicator skala : 1. Tidak ada 4. Banyak
2. Terbatas 5. Luas
3. Sedang
NIC : Peningkatan sosialisasi, aktivitas Keperawatan :
1. Kaji pola interaksi antara pasien dan orang lain
2. Anjurkan pasien untuk bersikap jujur dalam berinteraksi dengan
orang lain dan menghargai hak orang lain.
3. Identifikasi perubahan perilaku yang spesifik.
4. Bantu pasien meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan
keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
5. Berikan umpan balik yang positif jika pasien dapat berinteraksi
dengan orang lain.
DX II
NOC : Konsentrasi
Tujuan : Pasien dapat berkonsentrasi secara penuh terhadap obyek atau benda-
benda disekitarnya
Kriteria Hasil :
1. Menunjukan proses pikir yang logis, terorganisasi.
2. Tidak mudah terganggu / focus terhadap sesuatu
3. Berespon dengan baik terhadap stimulus.
Indikator skala : 1. Tidak pernah 4. Sering
2. Jarang 5. Konsisten
3. Kadang-kadang
NIC : Pengelolaan Konsentrasi, aktivitas keperawatan :
1. Berikan pada anak yang membutuhkan ketrampilan dan
perhatian
2. Kurangi stimulus yang berlebihan terhadap orang-orang dan
lingkungan dan orang/bebda-benda disekitarnya.
3. Berikan umpan balik yang positif dan perilaku yang sesuai.
4. Bantu anak untuk mengidentifikasikan benda-benda disekitarnya
seperti, memberikan permainan-permainan yang dapat merangsang pusat
konsentrasi.
5. Kolaborasi medis dalam pemberian terapi obat stimulan untuk
anak dengan gangguan pusat konsentrasi.
DX III
NOC : Menjadi orang tua
Tujuan : Orang tua mampu menghadapi kemungkinan resiko yang terjadi
terhadap anak dengan hiperaktivitas.
Kriteria Hasil :
1. Mempunyai harapan peran orang tua yang realistis
2. Mengidentifikasi factor-faktor resiko dirinya yang dapat
mengarah menjadi orang tua yang tidak efektif.
3. Mengungkapkan dengan kata-kata sifat positif dari anak.
Indikator skala : 1. Tidak sama sekali 4. Kuat
2. sedikit 5. Adekuat total
3. Sedang
NIC : Peningkatan Perkembangan, aktivitas keperawatan :
1. Berikan informasi kepada orang tua tentang bagaimana cara
mengatasi perilaku anak yang hiperaktif.
2. Ajarkan pada orang tua tentang tahapan penting perkembangan
normal dan perilaku anak.
3. Bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku
anak yang positif.
4. Bantu keluarga dalam membuat perubahan dalam lingkungan
rumah yang dapat menurunkan perilaku negative anak.
DX IV
NOC : Pengendalian Resiko
Tujuan : Klien dapat terhindar dari resiko cedera
Kriteria Hasil :
1. Mengubah gaya hidup untuk mengurangii resiko.
2. Pasien / keluarga akan mengidentifikasikan resiko yang dapat
meningkatkan kerentanan terhadap cedera.
3. Orang tua akan memilih permainan, memberi perawatan dan
kontak social lingkungannya dengan baik.
Indikator skala : 1. Tidak pernah 4. Sering
2. Jarang 5. Konsisten
3. Kadang-kadang
NIC : Mencegah Jatuh, aktivitas keperawatan :
1. Identifikasikan factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan,
misalnya: perubahan status mental, keletihan setelah beraktivitas, dll.
2. Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi
dan tindakan untuk mencegah cedera.
3. Berikan informasi mengenai bahaya lingkungan dan
karakteristiknya (misalnya : naik tangga, kolam renang jalan raya, dll )
4. Hindarkan benda-benda disekitar pasien yang dapat
membahayakan dan menyebabkan cidera.
5. Ajarkan kepada pasien untuk berhati-hati dengan alat
permainannya dan intruksikan kepada keluarga untuk memilih permainan
yang sesuai dan tidak menimbulkan cedera.

DX V
NOC: Child Development
Tujuan: Pasien tidak mengalami keterlambatan perkembangan
Kriteria Hasil:
Anak akan mencapai tahapan dalam perkembangan yaitu tidak mengalami
keterlambatan 25 % atau lebih area sosial/perilaku pengaturan diri atau
kognitif , bahasa, keterampilan motorik halus dan motorik kasar.
Indikator skala : 1. Tidak pernah menunjukkan 4. Sering
2. Jarang 5. Konsisten
3. Kadang-kadang
NIC: Meningkatan Perkembangan
1. Lakukan pengkajian kesehatan yang seksama (misalnya, riwayat anak,
temperamen, budaya, lingkungan keluarga, skrining perkembangan) untuk
menentukan tingkat fungsional.
2. Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung beraktivitas dengan anak
lain.
3. Kaji adanya faktor resiko pada saat prenatal dan pasca natal.
4. Berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tingkat kognitif pada
perkembangannya.
5. Berikan penguatan yang positif/umpan balik terhadap usaha-usaha
mengekspresikan diri.
6. Ajarkan kepada orang tua tentang hal-hal penting dalam perkembangan
anak.
G. EVALUASI
 Kemampuan interaksi sosial
 Proses pikir
 Fokus terhadap sesuatu
 Respon terhadap stimulus
 Harapan peran orang tua
 Mengungkapkan dengan kata sifat positif
 Gaya hidup untuk mengurangi resiko
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang
menunjukan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian
dan impulsif (bertindak sekendak hatinya)
 Hiperaktif dapat disebabkan karena adanya kerusakan kecil di dalam
neurokimia atau neurology SSP, factor bawaan, cedera kepala, sikap orang tua
yang tidak tepat.
 Tanda dan gejala anak hiperaktif antara lain anak tidak mau diam,
pelupa, sulit mengatur tugas-tugasnya, bicara sering berlebihan, tidak sabar,
gelisah, terburu-buru, mengganggu orang lain,dll.

B. SARAN
 Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang
mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan
rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan
akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang
terang mengenai keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua
orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.
 Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara
teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan
rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
 Berikan obat yang tepat dengan dosis yang tepat pula sesuai anjuran
dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC


Betz, Cecily L. Buku saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika.
Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.
McCloskey, Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.
NANDA. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
www. Google. Com. (Hiperaktivitas pada anak).

Anda mungkin juga menyukai