Anda di halaman 1dari 7

A.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)


1. Definisi
Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga
masalah pokok: (1) kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, (2) pengendalian
atau penghambatan impuls, dan (3) kegiatan berlebihan. Beberapa periset
seperti Barkley, menambahkan masalah lain seperti: (4) kesulitan mematuhi
peraturan dan instruksi, dan (5) adanya variabilitas berlebih dalam merespon
situasi, khususnya pekerjaan sekolah. ADHD merupakan suatu gangguan
perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku,
khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. anak
yang mengidap ADHD relatif tidak mampu menahan diri untuk merespon
situasi pada saat itu. Mereka benar-benar tidak bisa menunggu (Martin, 1998).
Attention Deficit Hyperactivity Disorder merupakan kesulitan dalam
memusatkan perhatian dan mempertahankan fokus pada kebanyakan tugas.
Seorang anak penyandang ADHD cenderung bergerak terus secara konstan dan
tidak bisa tenang, sehingga mereka sering kesulitan untuk belajar di sekolah,
mendengar dan mengikuti instruksi orang tua dan bersosialisasi dengan teman
sekelasnya. Anak penyandang ADHD menunjukkan kurangnya perhatian,
impulsifitas dan perilaku hiperaktif. Anak penyandang ADHD memiliki
berbagai masalah untuk dapat berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Masalah
ini termasuk kesulitan akademik, masalah dalam berteman, dan menjaga
persahabatan, masalah keluarga, dan perilaku melawan terhadap orang dewasa
dalam hal hubungan dengan orang lain, mereka sering kali bersikap bossy, dan
agresif yang mengakibatkan mereka dihindari oleh kebanyakan teman
sekelasnya (Flanagen, 2005).
Taylor (1998) mengatakan yang dimaksud dengan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) – yang kemudian sering disebut dengan hiperaktivitas,
digunakan untuk menyatakan suatu pola perilaku seseorang yang menunjukkan
sikap tidak mau diam, tidak menaruh perhatian dan impulsive (semaunya
sendiri). Anak-anak yang hiperaktif selalu bergerak, tidak mau diam bahkan
dalam berbagai situasi, misalnya ketika sedang mengikuti pelajaran di kelas
yang menuntut untuk bersikap tenang. Anak-anak hiperaktif tidak dapat
menikmati asyiknya bermain atau memainkan permainan yang sesuai dengan
usianya dan akan bergerak dari satu permainan ke permainan yang lain. Hal ini
mengisyaratkan bahwa anak-anak hiperaktif tidak memperoleh kepuasaan
sebanyak yang dikehendakinya.
Penelitian menunjukkan bahwa ADHD terdapat pada 3-5% dari populasi.
ADHD adalah masalah kesehatan mental yang paling sering terjadi pada anak-
anak. ADHD lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan
(Flanagen, 2005).

2. Faktor Penyebab
Belum dapat dipastikan penyebab sebenarnya dari ADHD. Flanagen (2005)
menyebutkan bahwa terdapat beberapa hipotesis penelitian dengan dukungan
kuat berkaitan dengan faktor penyebab, yaitu:
a. Keturunan/faktor genetik
Anak penyandang ADHD kebanyakan memiliki hubungan kekerabatan
yang dekat dengan individu yang tampak memiliki gejala serupa.hubungan
kekerabatan yang dimaksud meliputi orang tua, paman, atau bibi. Anak
yang mengidap ADHD empat kali lebih mungkin memiliki orang tua yang
mengidap ADHD daripada anak normal. Martin, 1998 menyebutkan bahwa
sejumlah penelitian menegaskan unsur genetis yang kuat sebagai penyebab
pada adanya gangguan perhatian. Jika seorang anak kembar identik
mengidap ADHD, maka kembar ynag satu akan berisiko memiliki gejala
kurang perhatian yang lebih tinggi.
b. Defisit neurotransmitter
Dua neurotransmiter pada otak tampaknya berperan dalam regulasi
jumlah pembangkitan dan perhatian. Kedua neurotransmiter tersebut adalah
noradrelanine dan dopamine. Walaupun mustahil melakukan penelitian
secara langsung terhadap pengaruh kedua neurotransmiter ini terhadap
perilaku anak, ada beberapa bukti tidak langsung yang mendukung
pendapat bahwa neurotransmiter berperan. Konsumsi pengobatan stimulan
memengaruhi regulasi kedua neurotransmiter ini. noradrenaline
membangkitkan sel berikutnya, sedangkan dopamine mengurangi respons
yang tak diinginkan.
c. Kelambatan perkembangan sistem pembangkitan di otak
Ada beberapa indikasi bahwa anak yang mengidap ADHD menderita
kelambatan pembangkitan yang membuat mereka tidak sensitif terhadap
rangsangan yang datang. Jadi, hiperaktivitas yang mereka alami mungkin
mencerminkan pencairan rangsangan dan bukan karena rangsangan yang
berlebihan
d. Perkembangan orak yang abnormal
Otak yang abnormal merujuk pada tidak berfungsinya lobus frontal.
Lobus frontal adalah area pada orak yang mengumpulkan input auditori dan
visual yang berlebihan. Hal ini menunjukkan bahwa lobus ini dibombardir
dengan banyak informasi yang tidak tersaring dan tidak sesuai. Otak
penderita ADHD tidak mempunyai kegiatan kimiawi yang cukup untuk
mengatur dan mengendalikan apa yang si penderita lakukan atau pikirkan.
Pengobatan akan menaikkan aktivitas otak dan memberikan tambahan
ëenergi pada otak untuk mengendalikan pikiran dan tingkah laku. Pada otak
penderita ADHD kegiatan / aktivitas otaknya lebih sedikit (warna
merah/oranye/putih) dibandingkan dengan otak anak yang tidak menderita
ADHD. 

3. Simtom dan Diagnosis


Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori utama, yaitu :
a. Kurangnya kemampuan memusatkan perhatian
Gejala ini dapat muncul dalam perilaku  :

 Ketidak mampuan memperhatikan detil atau melakukan kecerobohan


dalam mengerjakan tugas, bekerja, atau aktivitas lain.
 Kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain
 Kadang terlihat tidak perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain
 Tidak mengikuti perintah dan kegagalan menyelesaikan tugas
 Kesulitan mengorganisasikan tugas dan aktivitas
 Kadang menolak, tidak suka, atau enggan terlibat dalam tugas yang
memerlukan proses mental yang lama
 Sering kehilangan barang miliknya
 Mudah terganggu stimulus dari luar
 Sering lupa dengan aktivitas sehari-hari

b. Hiperaktivitas-Impulsivitas.
Perilaku yang disebabkan oleh hiperkativitas-impulsivitas antara lain:
 Gelisah atau sering menggeliat di tempat duduk
 Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau situasi lain dimana
seharusnya duduk tenang
 Berlari berlebihan atau menanjat-manjat yang tidak tepat sutuasi
 Kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas yag menyangkan
 Seolah selalu terburu-buru atau bergerak terus seperti mesin
 Berbicara terlalu banyak
 Sering menjawab pertanyaan sebelum selesai diberikan (impulsivitas)
 Terkadang gejala tersebut juga diikuti oleh agresifitas dalam bentuk
sering mendesak, mengancam, atau mengintimidasi orang lain; sering
memulai perkelahian; menggunakan senjata tajam yang dapat melukai
orang lain; berlaku kasar secara fisik terhadap orang lain; menyiksa
binatang; menyanggah jika dikonfrontasi dengan korban dari
perilakunya; memaksa orang lain melakukan aktivitas seksual

Berdasarkan PPDGJ III, gangguan ini dapat ditegakkan dengan


memenuhi kriteria umum mengenai gangguan hiperkinetik (F90).

F90. Gangguan Hiperkinetik


Pedoman diagnostik:
a. Ciri-ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan.
Kedua ciri ini menjadi syarat  mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata
ada pada lebih dari satu situasi (misalnya di rumah, di kelas, di klinik)
b. Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya
tugas dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai. Anak-
anak ini sering kali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya
kehilangan minatnya  terhadap tugas yang satu karena perhatiannya
tertarik pada hal lain. Berkurangnya ketekunan dan perhatian ini
seharunya hanya didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan
usia atau IQ yang sama.
c. Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang  berlebihan,
khususnya dalam situasi yang menuntut keadaan relatif tenang. Hal ini
tergantung pada situasinya, mencakup anak itu berlari-lari atau
melompat-lompat sekeliling ruangan, ataupun bangun dari duduk/kursi
dalam situasi yang menghendaki anak itu tetap duduk, terlalu banyak
bicara dan ribut, atau kegugupan/kegelisahan dan berputar-putar atau
berbelit-belit. Tolok ukur untuk penilaiannya ialah bahwa suatu aktivitas
disebut berlebihan dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi
dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dan dibandingkan
dengan anak-anak-anak yang sama umur dan nilai IQ-nya. Ciri khas
perilaku ini paling nyata di dalam suatu situasi yang berstruktur dan
diatur yang menuntun suatu tingkat sikap pengendalian diri yang tinggi.
d. Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi suatu
diagnosis, namun demikian ia ia dapat mendukung. Kecerobohan dalam
hubungan-hubungan sosial, kesembronoan dalam situasi yang berbahaya
dan sikap yang secara impulsif melanggar tata tertib sosial (yang
diperlihatkan dengan mencampuri urusan atau mengganggu kegiatan
orang lain, terlampau cepat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
belum lengkap diucapkan orang, atau tidak sabar menunggu gilirannya),
kesemuanya merupakan ciri khas dari anak-anak dengan gangguan ini.
e. Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi dan
haruslah di catat secara terpisah bila ada; namun demikian tidak boleh
dijadikan bagian dari diagnosis aktual mengenai gangguan hiperkinetik
yang sesungguhnya.
f.Gejala-gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan kriteria
eksklusi ataupun kriteria iklusi untuk diagnosis utamanya,tetapi ada
tidaknya gejala-gejala itu dijadikan dasar untuk subdivisi utama dari
gangguan tersebut.

4. Penanganan
Terdapat beberapa penanganan yang dapat dilakukan untuk
mengembalikan fungsi kerja anak yang mengidap ADHD dengan beberapa
terapi, yaitu :
a. Terapi Bermain
Terapi bermain sering digunakan untuk menangani anak-anak dengan
ADHD. Melalui proses bermain anak-anak akan belajar banyak hal,
diantaranya :
 Belajar mengenal aturan
 Belajar mengendalikan emosi
 Belajar menunggu giliran
 Belajar membuat perencanaan
 Belajar beberapa cara untuk mencapai tujuan melalui proses bermain
b. Terapi Medis
Beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa ADHD berhubungan dengan
fungsi otak, terutama pada bagian yang bertanggung jawab mengatur
pemusatan perhatian, konsentrasi, pengaturan emosi, dan pengendalian
perilaku. Terapi medis biasanya berupa pemberian beberapa macam obat
dengan sasaran area tersebut, yaitu membantu memusatkan perhatian dan
mengendalikan perilaku, termasuk perilaku agresif.
c. Terapi Back in Control
Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa cara terbaik untuk
menangani anak dengan  ADHD adalah dengan mengkombinasikan
beberapa pendekatan dan metode penanganan. Program terapi “Back in
Control” dikembangkan oleh Gregory Bodenhamer. Program ini berbasis
pada sistem yang berdasar pada aturan, jadi tidak tergantung pada
keinginan anak untuk patuh. Program ini lebih cenderung ke sistem training
bagi orang tua yang diharapkan dapat menciptakan sistem aturan yang
berlaku di rumah sehingga dapat mengubah perilaku anak.
Peningkatan efektivitas program, sebaiknya dilakukan dengan kerja sama
antara orang tua dengan pihak sekolah untuk melakukan proses yang sama
bagi anaknya ketika dia di sekolah. Orang tua harus selalu melakukan
monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan dan konsisten atas program
yang dijalankan. Begitu juga ketika program ini dilaksanakan bersama-
sama dengan pihak sekolah  maka orang tua sangat memerlukan
keterlibatan guru dan petugas di sekolah untuk melakukan proses
monitoring dan evaluasi. Dalam program ini, yang harus dilakuan orang
tua adalah :
 Buat aturan sejelas mungkin sehingga pengasuh pun dapat mendukung
pelaksanaan tanpa banyak penyimpangan.
 Jalankan aturan tersebut dengan ketat
 Jangan memberi imbalan atau hukuman atas tanggapan terhadap aturan
itu. Jalankan saja sesuai yang sudah ditetapkan
 Jangan pernah berdebat dengan anak tentang sebuah aturan. Gunakan
kata-kata kunci yang tidak akan diperdebatkan.

Dapus:
Davidson, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2010). Psikologi abnormal (ed.
9.). Terjemahan oleh Noermalasari Fajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Kosasih, E. (2012). Cara bijak memahami anak berkebutuhan khusus.
Bandung: Yrama Widya

Anda mungkin juga menyukai