Anda di halaman 1dari 8

Kajian Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum

“Tulisan ini disusun secara sadar yang mengandung penderitaan ataupun keresahan yang
dialami secara langsung maupun tidak langsung secara umum pada mahasiswa dan secara khusus
pada mahasiswa UNM. Tujuan tulisan ini untuk menyadarkan para pembaca terkait dampak yang
akan dialami ketika Perguruan Tinggi Negeri Berubah Status Menjadi Perguruan Tinggi Negeri
Berbadan Hukum. Tulisan ini dibuat juga secara seksama dalam tempo yang sesingkat –
singkatnya”

A. Latar Belekang
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar Focus
Group Disscussion (FGD) Pembekalan Menuju Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH), di
Menara Pinisi, Sabtu (25/6/2022).
Pada kesempatan itu, hadir sebagai narasumber, yakni Staf Khusus Wakil Presiden RI, Prof.
Mohamad Nasir. Hal ini sesuai dengan kebijakan Kampus Merdeka yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Perubahan Perguruan Tinggi Negeri
menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum.
Rektor UNM Prof Husain Syam mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan untuk menjadi PTN
BH sejak Januari 2022 lalu. Apalagi, menurut dia, sudah seharusnya UNM menjadi PTN BH. Sebab,
sudah masuk 27 PTN Unggul dari 4.500 PTN dan PTS se-Indonesia. Sehingga dirinya
menargetkan UNM ke depan akan masuk dalam 24 PTN BH.
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dari pemenuhan hak-hak asasi manusia yang
dilakukan oleh setiap negara untuk mencapai cita-cita dan tujuan yang bersangkutan, hal ini juga telah
diwujudkan oleh Indonesia yang menjadi salah satu negara yang mengkui pemenuhan hak pendidikan
yang telah termuat dalam Konstitusi Negara yaitu Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Selain yang telah termaktub dalam Konstitusi Negara tersebut juga telah dikeluarkan berbagai
pengaturan terkait di bidang pendidikan, diantaranya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional atau disebut UU Sindiknas. Sistem Pendidikan Nasional merupakan
keseluruhan komponen pendidikan yang terkait secara terpadu untuk mencapai pendidikan nasional.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila yang berakar pada
nilai-nilai agama,kebudayan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tantangan zaman.
Sebelum beranjak lebih jauh terlebih dahulu membahas konsep badan hukum. Definisi badan
hukum itu sendiri menurut R. Soebekti (1979) adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki
hak-hak dan melakukan perbuatan seperti manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat menggugat
atau digugat di depan hukum. Sedangkan istilah badan hukum dapat ditemukan dalam Pasal 1 Angka 1
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas: “Perseroan adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksananya”.
Kedudukan subyek hukum sebagai subyek hukum berdasarkan pada doktrin yang disebut
communis opinium doctorum yang menjadikan suatu instansi atau organisasi sebagai bagian dari subyek
hukum yang sama seperti manusia. Jika menurut Von Savigny pencetus teori Fictie, badan hukum bukan
semata dibentuk oleh negara saja dan masuk dalam kategori sebagai subyek hukum saja namun badan
hukum merupakan perkara yang sebelumnya tidak ada kemudian orang menciptakan suatu subyek hukum
baru yang digambarkan sebagaimana manusia.
Berdasarkan ilmu hukum ada 2 (dua) jenis badan hukum menurut kewenangan yang dimilikinya
yaitu:
1. Badan hukum publik yang mempunyai kewenangan kebijakan publik yang mengikat secara umum dan
tidak mengikat secara umum .
2. Badan hukum privat yang tidak memiliki kewenangan mengeluarkan kebijakan publik yang mengikat
secara umum.
Sedangkan menurut pendapat Chidir Ali mengungkapkan bahwa badan hukum publik dibagi
menjadi 2 (dua) pertama, badan hukum publik yang mempunyai teritorial yaitu harus memperhatikan
kepentingan mereka yang tinggal diwilayahnya dan kedua, badan hukum publik yang tidak memiliki
teritorial yaitu yang dibentuk oleh kewenangan tertentu dalam melaksanakan tujuan tertentu saja.
Sedangkan badan hukum privat yaitu badan hukum yang didirikan berdasarkan kehendak
perseorangan .Hal inilah yang kemudian digunakan untuk menganalisis status badan hukum dalam
pendidikan dikti, bahwa hakikat status badan hukum yang dimiliki oleh beberapa perguruan tinggi tidak
sama dengan badan hukum dalam perseroan yang bertujuan untuk mencari keuntungan sedangkan bila
badan hukum perguruan tinggi negeri memiliki tujuan tidak untuk memupuk keuntunga atau nirlaba dan
memiliki modal kekayaan negara yang dipisahkan.
Dengan diterapkannya hal tersebut dapat disimpulakan bahwa perguruan tinggi yang berbasis
badan hukum itulah merupakan teori badan yang apabila diterapkan untuk membangun dunia pendidikan
dengan cara satuan pendidikan dijadikan suatu subyek hukum terdengar cukup relevan dengan harapan
bisa mewujudkan citacita kelembagaan satuan pendidikan sebagai wahana yang kuat dan berwibawa,
sebagaimana dinyatakan dalam UU Sisdiknas. Dengan menjadikannya badan hukum maka
penyelenggaraan pendidikan akan didukung oleh suatu organisasi yang memiliki hak-hak seperti
manusia, yang tidak mudah diperalat, diperdayai, ataupun diperbudak oleh pihak atau badan hukum lain,
apalagi oleh pihak yang kurang berkepentingan dengan pendidikan.
B. Pembahasan Penyelenggaraan dan Pengelolaan Perguruan Tinggi
Menurut Pasal 27 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi, terdapat tiga pola pengelolaan
PTN, yaitu: 1) PTN  dengan pola pengelolaan keuangan negara pada umunya (dikenal dengan PTN
Satker), 2) PTN dengan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum (BLU), 3) PTN sebagai Badan
Hukum (BH). Penetapan PTN BLU dilakukan dengan penetapan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan atas asal usul Menteri, sedangkan PTN BH dilakukan dengan Peraturan
Pemerintah.
NO RANAH PTN SATKER PTN BH PTN BLU
1 Status Unit Kerja di Badan Hukum Satuan Kerja
Bawah Kementerian
Kementerian Teknis
2 Visi misi sebagai Sesuai dengan Merupakan bentuk Mengacu Visi
pendidikan tinggi Visi Misi Pertanggungjawaban Misi Kementerian
yang nirlaba Kementerian ke Stakeholder (exp.
MWA)
3 Wewenang Otonomi luas baik Ada otonomi
pengelolaan Tidak ada akademik dan non dalam
otonomi dalam akademik pengelolaan dana
Keuangan yang berasal dari
masyarakat
4 Anggaran Disusun Disusun berdasarkan Disusun
berdasarkan renstra dan berdasarkan
renstra dan ditetapkan oleh renstra dan
diusulkan ke MWA diusulkan ke
kementerian Kementerian
5 Belanja Setiap belanja Belanja sesuai Belanja yang
harus melalui dengan RKAT yang berasal dari
mekanisme KPPN disusun masyarakat dapat
(Kantor digunakan
Pelayanan terlebih dahulu
Perbendaharaan
Negara)
6 Pendapatan Semua Pengelolaan Semua
pendapatan yang pendapatan diatur pendapatan yang
berasal dari PNBP oleh PT BHMN bukan PNBP
(Pendapatan harus disetor ke
Negara Bukan Bendahara
Pajak) yang harus Penerima Satuan
disetor ke kas Kerja BLU.
negara, tidak Setiap triwulan
boleh dilakukan
dipergunakan penesahan
terlebih dahulu. realisasi
pendaatan melalui
mekanisme
KPPN
Aset (Pencatatan, Melalui Menggunakan Melalui
Pengelolaan, persetujuan prosedur yang persetujuan
Pengalihan dan Menkeu ditetapkan oleh PTN Menkeu
Penghapusan) BH
Pemeriksaan dan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Pengawasan Eksternal oleh Eksternal oleh BPK Eksternal oleh
BPK , Pemeriksaan BPK Pemeriksaan
Pemeriksaan internal oleh SPI, internal oleh
internal oleh SPI namun ada lembaga internal BLU
audit di tingkat
MWA
Tarif Diatur oleh Tarif dana dari Diusulkan satker
Kementerian masyarakat diatur dan ditetapkan
Keuangan oleh Rektor oleh Kemenkeu

C. Model PTN BH dalam sistem pendidikan di Indonesia


Sebelum membahas lebih lanjut mengenai PTN BH, kita perlu mengetahui apa itu PTN BH.
Istilah PTN BH sendiri ditemui dalam Pasal 65 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi (Selanjutnya disebut UU PT), yang berbunyi; “Pengelolaan Otonomi Perguruan Tinggi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 dapat diberikan secara selektif berdasarkan evaluasi kinerja oleh
Menteri kepada PTN dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum atau
dengan membentuk PTN badan hukum untuk menghasilkan pendidikan bermutu.” Dari Pasal tersebut
dapat kita simpulkan bahwa, ada 2 pola pengelolaan keuangan oleh PTN yaitu Badan Layanan Umum
dan Berbadan Hukum sebagaimana yang diterangkan pada tabel diatas.
Pengertian PTN BH secara jelas tertuang dalam Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2013 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.
Menurut PP ini, Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum adalah Perguruan Tinggi Negeri yang didirikan
oleh Pemerintah yang berstatus sebagai subyek hukum yang otonom. Bentuk otonomi yang diberikan
oleh UU PT terdapat dalam Pasal 65 ayat (3) yang berbunyi :
(3) PTN Badan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki:
1. Kekayaan awal berupa kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah;
2. Tata kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri;
3. Unit yang melaksanakan fungsi akuntabilitas dan transparansi;
4. Hak mengelola dana secara mandiri, trasnparan, dan akuntabel;
5. Wewenang mengangkat dan memberhentikan sendiri Dosen dan tenaga kependidikan;
6. Wewenang mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi;
7. Wewenang untuk membuka, menyelenggarakan dan menutup program studi.

D. Pandangan BEM UNM Ketika UNM Menyandang Status PTN BH


Dalam bahasa Latin kata pendidikan berasal dari dua kata. Pertama, Educere yang berarti
‘melatih’ atau ‘membawa keluar dari’. Kedua, Educare yang berarti ‘melatih’ atau ‘memelihara’. Makna
diatas menunjukkan bahwa pendidikan adalah proses mengubah manusia menjadi lebih baik dari
sebelumnya. dalam sudut pandang yang lebih emansipatoris, pendidikan tidak semata-mata hanya dilihat
sebagai upaya mengubah manusia yang tak berpengetahuan menjadi berpengetahuan. Pendidikan juga
dimaknai sebagai upaya membebaskan manusia dari penindasan. Cita dari negara untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dalam konstitusi juga merupakan visi bagi pencapaian kemerdekaan yang permanen
dimana Indonesia yang sebelumnya tertindas menjadi Indonesia yang merdeka secara utuh.
Kesadaran betapa pentingnya pendidikan ini menyadarkan bahwa negara tidak dapat lepas tangan
terhadap persoalan pendidikan. Melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi, pemerintah berusaha untuk mengatur bagaimana terselenggaranya pendidikan sebagaimana
kehendak  dan cita bangsa yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 31 UUD 1945.
Dalam upaya untuk menjadikan suatu perguruan tinggi menjadi berstatus Berbadan Hukum.
UNM telah berupaya membuat diskusi-diskusi terkait status UNM akan menjadi PTN Berbadan Hukum.
Namun kita mahasiswa tentu amat perlu untuk mengkaji dampak dan efek dari akan berubahnya status
UNM akan menjadi PTN BH.
Dalam Pasal 65 ayat (3) UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, salah satu
wewenang yang dimiliki oleh PTN yang berstatus Badan Hukum adalah memiliki otonomi dalam bidang
akademik dan non akademik. Kewenangan ini memiliki potensi untuk disalahgunakan dalam hal
membuat kebijakan yang menyangkut mahasiswa. Perguruan Tinggi yang merupakan lembaga publik
haruslah berpihak dan melayani kepentingan publik agar tercapainya tujuan pendidikan yang adil dan
merata. Misalnya dalam menentukan besaran angka pada tiap level UKT. Ketika sumber pendapatan dari
badan usaha-badan usaha baik yang didirikan oleh Universitas maupun yang menginvestasikan modalnya
di Universitas tidak mencukupi biaya penyelenggaraan pendidikan, maka jalan satu-satunya yang akan
ditempuh untuk memenuhi kekurangan biaya operasional pendidikan adalah dengan menaikkan nominal
UKT pada level-level tertentu..
Dalam status BLU saja mekanisme untuk penurunan UKT sangat sulit. UKT bisa turun hanya
dalam beberapa kondisi, seperti kemalangan yang menimpa mahasiswa. Tidak mungkin ketika mahasiswa
ingin melakukan banding UKT dengan alasan sebenarnya adalah perekonomian harus menunggu
datangnya kemalangan menimpa mereka.
Dalam UU Pendidikan Tinggi terdapat salah satu asas yaitu keterjangkauan, artinya pendidikan
tinggi harus dapat diakses oleh setiap warga negara. Misalnya dengan adanya jalur mandiri untuk masuk
ke suatu kampus. Dengan dibukanya jalur mandiri telah membatasi hak warga negara untuk mengakses
pendidikan tinggi. Karena jalur mandiri memiliki dana pengembangan institusi yang wajib dilunasi
disamping UKT yang dibayar juga mahal, sehingga hanya bisa diakses oleh masyarakat ekonomi
menengah keatas. Hal ini tentu saja membatasi hak warga negara yang kemampuan ekonominya
menengah kebawah.
Jika pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 48 Tahun 2022 Tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma dan
Program Sarjana Pada Perguruan Tinggi Negeri Bab IV Tentang Daya Tampung Penerimaan
Mahasiswa Baru pada pasal 15 poin 6 menyatakann bahwa kuota untuk jalur non reguler (mandiri)
adalah maksimal sebesar 50 persen. Kebijakan menaikkan kuota jalur mandiri ini semakin memperjelas
bahwa akses warga negara untuk memperoleh pendidikan tinggi dibatasi dan melanggar asas
keterjangkauan pada UU Pendidikan Tinggi.
Kami tidak ingin Universitas Negeri Makassar berubah status menjadi PTN-BH, karena dari
beberapa kampus yang telah berubah status menjadi PTN BH, seperti Universitas Hasanuddin yang
berubah status menjadi PTN BH pada 2017. Dilansir Harian Fajar pada Hari Rabu, 15 Februari 2023
Universitas Hasanuddin (UNHAS) mengadakan kuliah umum bertema “Transformasi Digital dan Urgensi
Pengawasan Pelayanan Publik Dalam Menyongsong Era Society 5.0”. Kegiatan ini menghadirkan Ketua
Ombudsman RI, Mokhammad Najih SH MHum PhD sebagai pemateri.  Mahasiswa mengeluh karena
UKT kemahalan dan mereka tidak mampu membayar, Rektor UNHAS itu justru “curhat”, untuk tidak
bilang mengeluh, karena UKT tidak bisa dinaikkan lagi menjadi lebih mahal. Sebabnya, karena subsidi
yang semakin berkurang sejak UNHAS berstatus sebagai PTNBH, menyebabkan UNHAS butuh uang
untuk menutupi kekurangannya, sementara pendapatan mandiri juga tidak signifikan. Sehingga, jadilah
jalan termudah ditempuh, yaitu mengincar kantong Mahasiswa. UNHAS butuh duit, sementara negara
seolah lepas tangan, UNHAS disuruh cari uang sendiri. Sementara, cari uang sendiri belum mampu, ada
usaha dan pendapatan, tidak cukup – cukup. Jalan pintas, meski (dianggap) tak pantas, naikkan UKT.
UKT naik, sementara daya bayar lemah, Mahasiswa ramai tidak bisa bayar, banyak yang urus tunda
bayar, akhirnya cuti atau dicutikan. Barangkali juga, banyak yang diam – diam berhenti, karena tidak bisa
bayar UKT yang makin melambung tinggi.. Kejadian Universitas yang telah berubah status menjadi PTN
BH ini menyiratkan kepada kita bersama bahwa, ketika negara lepas tanggung jawab terhadap pendidikan
tinggi dengan status PTN BH, maka kewenangan membuat kebijakan oleh pimpinan dan stakeholder di
PTN cenderung merenggut hak mahasiswa untuk mendapatkan pendidikan secara tidak langsung.
Kemudian, ketika UNM berstatus menjadi PTN BH tentu akan mementingkan dan memfokuskan
pada bagaimana cara memperoleh biaya untuk operasional PTN. Ketika pimpinan memfokuskan pada
cara bagaimana mendapatkan dana, maka akan banyak perusahaan-perusahaan seperti franchise dan lain
sebagainya untuk menanamkan modal pada PTN Berbadan Hukum. Seketika itulah maka kampus yang
sejatinya sebagai tempat ditanamkannya roh pendidikan dengan memperhatikan lingkungan sekitar,
supaya tidak terjadi kesenjangan dan penindasan berubah menjadi sebuah perusahaan yang
memperlihatkan nilai kompetitif tanpa memperhatikan situasi dan kesenjangan yang terjadi disekitarnya.
Ketika perusahaan-perusaan seperti franchise makanan ataupun minuman masuk ke PTN, maka nasib
pedagang kaki lima yang berjualan di sekitaran kampus UNM akan punah seiring dengan tumbuh
suburnya perusahaan-perusahaan makanan atau minuman yang ada di kampus.
REFERENSI
Ali Ridha, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,
Koperasi, Yayasan, Wakaf (Alumni 1986).
Armansyah. (2022). https://rakyatsulsel.fajar.co.id/2022/06/26/fgd-menuju-ptn-bh-
rektor-unm-siapkan-program-unggulan/. Diakses pada tanggal 31 Maret 2023
Chidir Ali, Badan Hukum, (Alumni 1999)
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi. Diakses pada tanggal 31 Maret 2023
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2013 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Diakses pada tanggal 31 Maret 2023
Peraturan menteri pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi republik indonesia nomor 48
tahun 2022 tentang penerimaan mahasiswa baru program diploma dan program sarjana pada
perguruan tinggi. Diakses pada tanggal 31 Maret 2023
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Diakses pada tanggal 31
Maret 2023
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan.
Diakses pada tanggal 31 Maret 2023
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Diakses pada tanggal
31 Maret 2023
Wasi Ilham. (2023). https://harian.fajar.co.id/2023/02/17/rektor-unhas-curhat-ukt-suruh-siapa-
ptnbh/. Diakses pada tanggal 31 Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai