Anda di halaman 1dari 28

PENGATURAN PDRD

DALAM UU HKPD

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

22 November 2022

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK


INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

1 OVERVIEW PDRD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK 2


FRAMEWORK DESENTRALISASI FISKAL
Pelaksanaan kebijakan Otonomi daerah dan Desentralisasi Fiskal dilakukan melalui penyerahan kewenangan diikuti dengan penyerahan
sumber-sumber pendanaan atau berdasarkan prinsip money follows functions dan money follows program.

Kewenangan Pengelolaan Belanja

Pemerintah Pusat Sumber Pendanaan Pemerintah Daerah

Money Follows Function & Penyerahan Penyerahan sumber Pengelolaan


Program Kewenangan pendanaan belanja

Pendidikan PAD (dominan Belanja


PDRD) Pendidikan
Kesehatan Transfer dari Belanja
Pusat Kesehatan
Pekerjaan (TKDD) Belanja
Pembiayaan
Umum Infrastruktur
dll. Lain-lain dll. sesuai
Pend. prioritas

Penyerahan kewenangan ke daerah diikuti dengan revenue assignment dan expenditure assignment sebagai
instrumen dasar desentralisasi fiskal.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA
3
PRINSIP DAN FUNGSI PAJAK
Pajak Daerah Selaras dengan Pajak Pusat Baik dari Prinsip maupun Fungsi
• UU PPh, UU PPN & PPnBM, UU Bea Meterai, UU PBB,
Pasal 18A dan Pasal 23A UUD 1945
UU Cukai (Pusat)
Tax Equivalence: Distribusi kewenangan pemajakan antara Pusat dan Daerah.
• UU PDRD (Daerah)

Prinsip-Prinsip Pajak Fungsi Pajak


Kepastian
(Certainty)
Keadilan (Equity)
Kepastian mengenai dasar
Keseimbangan
hukum, subjek, objek,
berdasarkan kemampuan
tarif, dasar pengenaan, dan
subjek pajak tanpa
tata cara pemungutan
diskriminasi Fungsi Pajak Khusus Pajak Daerah,
1. Budgetory Fungsi Utamanya:
• Budgetory untuk mengisi
Kemudahan 2. Regulatory kas daerah
(Convenience) • Regulatory sebagai
Efisiensi (Efficiency)
3. Redistributive instrumen untuk
Pemungutan di waktu yang Biaya pemungutan tidak mempengaruhi tingkat
tepat, pada saat wajib pajak lebih besar dari jumlah konsumsi barang jasa
menerima penghasilan pajak yang dipungut 4. Resource
tertentu
Allocation
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA
4
PRINSIP RETRIBUSI DAERAH
Dapat dipungut apabila ada jasa
Pihak yang membayar Retribusi Daerah
yang disediakan oleh pemerintah
mendapatkan imbalan/balas jasa secara

K
daerah dan dinikmati oleh orang

O
S IS

N
langsung dari pemerintah daerah

T R SI
atau badan, sesuai dengan objek A
RB AN

A
yang diatur dalam UU atau PP BE

LA
AY

PR
A SUN
L

ES
PE

G
AN

T
G

AN OR
Hasil penerimaan Retribusi
Wajib Retribusi yang tidak memenuhi

ET
daerah disetor secara bruto ke
EKO
SAN

A
kewajiban pembayarannya tidak

NY

SD
kas daerah sesuai pengaturan
memperoleh jasa yang diselenggarakan
KSI
NOM

KA
IS

PE
pengelolaan keuangan daerah
oleh pemerintah daerah

KE
EARMARKI
Digunakan untuk mendanai peningkatan
NG layanan publik yang berkaitan langsung
dengan jenis retribusinya (misal: Retribusi
Pelayanan Kesehatan untuk pendanaan
belanja kesehatan dalam APBD).

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK


INDONESIA
5
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

2 HIGHLIGHT PENGATURAN PDRD


DALAM UU HKPD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK 6


KEY POLICIES
RUU HKPD Meningkatkan Local Taxing Power Dengan Tetap Menjaga Kemudahan Berusaha di Daerah

MENURUNKAN ADMINISTRATION DAN COMPLIANCE COST


• Restrukturisasi Jenis Pajak Daerah, khususnya yang berbasis konsumsi
(Hotel, Restoran, Hiburan, Parkir, dan PPJ) menjadi Pajak Barang dan
Jasa Tertentu (PBJT)
• Rasionalisasi retribusi dari 32 jenis layanan menjadi 18 jenis layanan
HKPD
MEMPERLUAS BASIS PAJAK
• Opsen Pajak Provinsi dan Kab/Kota sebagai penggantian skema bagi
Make a big impact with our
hasil dan penyesuaian kewenangan (Opsen PKB, BBNKB, MBLB)
professional slides.
tanpa tambahan beban WP
• Perluasan objek melalui sinergitas Pajak Pusat dan Daerah (valet
parkir, objek rekreasi, dsb)

HARMONISASI DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN LAIN


• Make a big impact
Putusan with ourAlat
MK Terkait Berat/Alat Besar 🡪 Pajak Alat Berat
• Putusan MK
professional slides.Terkait PPJ 🡪 PBJT Tenaga Listrik
• UU 23/2014 dan UU 3/2020 terkait sinkronisasi kewenangan
• UU Cipta Kerja 🡪 Mendukung Kemudahan Berusaha
• dsb

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK


INDONESIA
7
STRUKTUR PDRD DALAM RUU HKPD
PAJAK DAERAH
Provins Kab/
i Kota
1. PKB
1. PBB-P2 6. PAT
2. BBNKB
2. PBJT (Hotel, 7. Pajak Sarang Burung Walet
3. PAB
Restoran, Hiburan, 8. Opsen PKB dan Opsen BBNKB
4. PBBKB
Listrik, Parkir)
5. PAP
3. BPHTB
6. Pajak Rokok
4. Pajak MBLB
7. Opsen Pajak
5. Pajak Reklame
MBLB

RETRIBUSI DAERAH
Jasa Jasa Usaha Perizinan
Umum 1. Tempat kegiatan usaha, grosir, Tertentu
1. Pelayanan Kesehatan 6. Jasa Kepelabuhanan 1. Persetujuan Bangunan
perotokan 7. Rekreasi, pariwisata, olahraga
2. Pelayanan Kebersihan 2. Pelelangan ikan, ternak, hasil Gedung (PBG)
3. Pelayanan Parkir Tepi 8. Penyeberangan orang dan 2. Penggunaan Tenaga
bumi, dan hasil hutan barang di air
Jalan Umum 3. Tempat khusus parkir Kerja Asing (PTKA)
4. Pelayanan Pasar 9. Penjualan hasil produksi usaha 3. Pengelolaan
4. Tempat 10. Pemanfaatan (optimalisasi) aset
5. Pengendalian Lalu penginapan/pesanggrahan/ vila Pertambangan
Lintas daerah Rakyat
5. Rumah potong hewan ternak
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA
8
HIGHLIGHT PENGATURAN PAJAK DAERAH
Pengaturan Opsen dimaksudkan untuk tidak menambah beban WP melainkan percepatan penerimaan bagian PKB dan BBNKB bagi
kab/kota dan sinergi pemungutan pajak antara provinsi dan kab/kota

SINERGI PAJAK DUKUNGAN


GREEN
PEMUNGUTAN BARANG PADA PERUBAHAN KEBIJAKAN
POLICY
PROV-KAB/KOTA DAN JASA USAHA MIKRO JENIS, OBJEK, DPP, &
PKB DAN TARIF PAJAK
TERTENTU DAN ULTRA
✔ MELALUI OPSEN
Opsen tidak menambah BBNKB
✔ Kendaraan bermotor ✔ Memperkenalkan Pajak Alat
(PBJT)
✔ PBJT mengintegrasikan MIKRO
✔ Insentif fiskal dapat
beban WP berbasis energi terbarukan Berat (PAB)
pajak-pajak daerah berbasis diberikan kepada WP
✔ Opsen PKB dan BBNKB (nonfosil) dikecualikan dari ✔ Tarif maks PBB-P2 menjadi
konsumsi (Pajak Hotel, pelaku usaha dengan
menggantikan bagi hasil PKB dan BBNKB 0,5%, dengan assessment
Restoran, Hiburan, PPJ, dan kriteria tertentu, termasuk
PKB dan BBNKB, ✔ Contoh: Kendaraan ratio (NJKP Kena Pajak
Parkir) usaha mikro dan ultra mikro
sekaligus mempercepat Bermotor Tenaga Listrik, 20%-100%)
✔ Tujuannya untuk: ✔ Pemberian Insentif Fiskal
penerimaan kab/kota Surya, dsb ✔ BBNKB hanya atas
• mempermudah administrasi melalui permohonan WP
✔ Opsen MBLB untuk ✔ Mendukung program Kendaraan Bermotor baru
pembayaran dan pelaporan atau secara jabatan oleh
mendanai kewenangan percepatan Kendaraan ✔ Earmarking sebagian
dari sisi WP, Kepala Daerah
provinsi dalam penerbitan Bermotor Listrik Berbasis penerimaan PKB, PBJT
• meningkatkan efisiensi ✔ Pemberian Insentif Fiskal
dan pengawasan izin Baterai (KBLBB) Listrik, Pajak Rokok, dan
layanan perpajakan dan ditetapkan dalam Peraturan
MBLB ✔ NJKB lebih tinggi untuk PAT, yang detilnya diatur
pengawasan dari sisi Pemda Kepala Daerah dan
✔ Menuntut sinergi yang Kendaraan Bermotor Fosil dalam PP
✔ Termasuk perluasan objek diberitahukan kepada
baik antara Provinsi dan yang menghasilkan emisi ✔ NPOPTKP paling rendah Rp
(valet parkir, rekreasi, dsb) DPRD
kab/kota lebih besar 80 juta
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA
9
HIGHLIGHT PENGATURAN RETRIBUSI DAERAH
Rasionalisasi Retribusi Daerah dilakukan dalam rangka efisiensi pelayanan publik di daerah, mendukung iklim investasi dan
kemudahan berusaha, namun dengan tetap menjaga penerimaan PAD daerah

01 02 03 04
RASIONALIS PENERIMAAN PENAMBAHA
PENGATURAN
ASI PAD N
DETIL
JENIS TETAP RETRIBUSI
DALAM PP
RETRIBUSI TERJAGA ✔ BARU
Penambahan jenis retribusi
✔ Retribusi Cetak KTP dan Akta ✔ RUU HKPD hanya ✔ Rasionalisasi beberapa
mengatur mengenai jenis jenis Retribusi Daerah baru dimungkinkan melalui PP
Capil sesuai amanat UU
retribusi dan objek secara dikompensasi dengan (bukan dimaksudkan untuk
24/2013 tentang Adminduk
umum kebijakan Pajak Daerah mengatur kembali dalam PP
✔ Penyederhanaan Retribusi
yang berpotensi atas retribusi yang sudah
Perizinan Tertentu melanjutkan ✔ Detil objek, tingkat
meningkatkan dihapus dalam UU HKPD)
semangat UU Cipta Kerja penggunaan jasa, prinsip
dan sasaran penetapan penerimaan khususnya ✔ PP tentang Retribusi baru
✔ Rasionalisasi jenis retribusi
tarif diatur dengan PP untuk kab/kota. mengatur minimal: objek
lainnya didasari pertimbangan
✔ Sehingga overall retribusi, subjek dan wajib
bahwa layanan dimaksud wajib
penerimaan PAD tetap retribusi, prinsip dan sasaran
disediakan Pemda tanpa
terjaga penetapan tarif, dan tata cara
Dihapuskannya beberapa jenis retribusi bukan berarti Pemda tidak melakukan layanan
pungutan dimaksud. Layanan publik tersebut tetap dilakukan Pemda namun tanpa
pungutan kepada masyarakat. penghitungan retribusi.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK


INDONESIA
10
RASIONALISASI JENIS RETRIBUSI

UU 28 Tahun 2009 mengatur 32 jenis retribusi daerah, beberapa di antaranya merupakan pungutan atas layanan publik, antara lain:
a. Retribusi Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil;
b. Retribusi Pengujian Alat Pemadam Kebakaran;
c. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; dan
d. retribusi lain yang dikenakan atas pelayanan wajib Pemerintah daerah.

Pungutan atas layanan publik yang pada dasarnya wajib disediakan Pemerintah daerah kepada masyarakat, apabila tetap
dipungut dapat menimbulkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy) bagi masyarakat

Dalam UU No. 1/2022 tentang HKPD pungutan atas beberapa layanan publik dimaksud tidak lagi dibebankan kepada wajib
retribusi, melainkan menjadi kewajiban atau tanggung jawab pemerintah daerah. Salah satu fokus pengurangan pungutan
retribusi adalah untuk jenis Retribusi Jasa Umum yang secara filosofis merupakan pelayanan yang harus disediakan oleh
Pemerintah Daerah untuk mengendalikan, mengawasi, dan melindungi kepentingan masyarakat luas

Selaras dengan UU Cipta Kerja, rasionalisasi Retribusi Daerah dilakukan dalam rangka efisiensi pelayanan publik di daerah,
mendukung iklim investasi dan kemudahan berusaha, namun dengan tetap menjaga penerimaan PAD daerah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK


INDONESIA
11
PERUBAHAN PENGATURAN RETRIBUSI DAERAH DALAM UU 1/2022 (1)

JENIS KETERANGAN
NO PERUBAHAN DALAM UU 1/2022
RETRIBUSI
1 Jenis Retribusi
A. Retribusi Jasa
Umum
Jenis Pelayanan 14 jenis menjadi 5: • Objek layanan retribusi yang dihapus tersebut merupakan kewajiban layanan
a. pelayanan kesehatan; publik yang memang harus diberikan oleh Pemda sehingga meskipun
b. pelayanan kebersihan; beberapa retribusi dimaksud tidak lagi dipungut Pemda, namun Jenis
c. pelayanan parkir di tepi jalan umum; Pelayanannya tetap wajib disediakan pemda kepada masyarakat
d. pelayanan pasar; dan • Retribusi Penyediaan/Penyedotan Kakus dan Pengolahan Limbah cair
e. pengendalian lalu lintas. digabungkan sebagai bagian objek Retribusi Pelayanan Kebersihan
B. Retribusi Jasa 11 menjadi 10, mengeluarkan retribusi terminal: • Retribusi Terminal dihapus dengan mempertimbangkan mengingat dalam
Usaha a. penyediaan tempat kegiatan usaha berupa pasar implementasinya selama ini telah banyak terdapat pungutan pada area terminal
grosir, pertokoan, dan tempat kegiatan usaha lainnya; yang berpotensi menimbulkan biaya ekonomi tinggi. Sebagai contoh, apabila
b. penyediaan tempat pelelangan ikan, ternak, hasil terdapat parkir khusus di dalam terminal, maka pada prinsipnya telah terdapat
bumi, dan hasil hutan termasuk fasilitas lainnya dalam jenis retribusi lain yaitu Retribusi Penyediaan Tempat Parkir Khusus. Apabila
lingkungan tempat pelelangan; terdapat pelayanan persampahan dalam terminal telah dikenakan Retribusi
c. penyediaan tempat khusus parkir di luar badan jalan; Kebersihan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan
d. penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/villa; terminal dan menghindari pungutan berlapis atas aktivitas yang sama, retribusi
e. pelayanan rumah pemotongan hewan ternak; ini dihapuskan.
f. pelayanan jasa kepelabuhanan;
g. pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga;
h. pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan
menggunakan kendaraan di air;
i. penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah;
j. pemanfaatan aset daerah yang tidak mengganggu
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
perangkat daerah dan/atau optimalisasi aset daerah
dengan tidak mengubah status kepemilikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

12
PERUBAHAN PENGATURAN RETRIBUSI DAERAH DALAM UU 1/2022 (2)

NO JENIS RETRIBUSI PERUBAHAN DALAM UU 1/2022 KETERANGAN


1 Jenis Retribusi
C. Retribusi Perizinan Tertentu 5 jenis menjadi 3: • Pada prinsipnya melanjutkan semangat UU Ciptaker
a. Persetujuan Bangunan Gedung; untuk menjaga iklim investasi. Dalam UU 11/2020
b. Penggunaan Tenaga Kerja Asing; dan Retribusi Izin Gangguan dihapuskan untuk meningkatkan
c. Pengelolaan Pertambangan Rakyat. kemudahan berusaha dan menjaga iklim investasi,
sementara dalam UU 1/2022 ini semangat tersebut
dilanjutkan dengan menghapuskan Retribusi Tempat
Penjualan Minuman Beralkohol, Retribusi Izin Trayek,
dan Retribusi Izin Usaha Perikanan.
• Mengubah Retribusi Izin Mendirikan Bangunan menjadi
Retribusi Perizinan Tertentu atas persetujuan bangunan
Gedung sesuai UU 11/2020;
• Pengaturan mengenai Retribusi IMTA yang sebelumnya
diatur dalam PP 97/2012, dan telah disesuaikan dengan
pengaturan dalam PP 34/2021 menjadi Retribusi
Perizinan Tertentu atas penggunaan tenaga kerja asing;
• Penambahan Retribusi Perizinan Tertentu atas
pengelolaan pertambangan rakyat sesuai yang diatur
dalam UU No. 3/2020 dan aturan pelaksanaannya.
2 Ketentuan Tarif UU 28/2009 mengatur bahwa tarif retribusi
adalah nilai rupiah atau persentase tertentu,
sedangkan dalam UU 1/2022 diubah menjadi
hanya rupiah tertentu saja.

13
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

3 RETRIBUSI DAERAH

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK 14


JENIS, OBJEK, DAN WAJIB RETRIBUSI

1 2 3 4
JENIS OBJEK WAJIB KONTRAPREST
RETRIBUSI RETRIBUSI RETRIBUSI ASI LANGSUNG
• Jasa Umum penyediaan/ pelayanan orang pribadi atau Wajib Retribusi wajib
• Jasa Usaha barang dan /atau jasa Badan yang membayar atas
• Perizinan Tertentu dan pemberian izin menggunakan/ layanan yang
tertentu kepada orang menikmati pelayanan digunakan/dinikmati.
pribadi atau Badan oleh barang, jasa, dan/ atau
Pemerintah Daerah. perizinan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK


INDONESIA
15
JENIS PELAYANAN RETRIBUSI
Jasa Jasa Usaha Perizinan
Umum 1. Tempat kegiatan usaha, grosir, Tertentu
1. Pelayanan Kesehatan 6. Jasa Kepelabuhanan 1. Persetujuan Bangunan
perotokan 7. Rekreasi, pariwisata, olahraga
2. Pelayanan Kebersihan 2. Pelelangan ikan, ternak, hasil Gedung (PBG)
3. Pelayanan Parkir Tepi 8. Penyeberangan orang dan 2. Penggunaan Tenaga
bumi, dan hasil hutan barang di air
Jalan Umum 3. Tempat khusus parkir Kerja Asing (PTKA)
4. Pelayanan Pasar 9. Penjualan hasil produksi usaha 3. Pengelolaan
4. Tempat 10. Pemanfaatan (optimalisasi) aset
5. Pengendalian Lalu penginapan/pesanggrahan/ vila Pertambangan
Lintas daerah Rakyat
5. Rumah potong hewan ternak

Retribusi dapat tidak dipungut apabila potensinya kecil dan/atau Retribusi pengelolaan pertambangan rakyat merupakan pungutan
1 dalam rangka pelaksanaan kebijakan nasional/daerah untuk 4 Daerah berupa iuran pertambangan rakyat kepada pemegang izin

memberikan pelayanan tersebut secara cuma-cuma pertambangan rakyat oleh Pemda dalam rangka menjalankan
delegasi Pemerintah di bidang minerba

2 Retribusi persetujuan bangunan gedung merupakan pungutan


atas penerbitan persetujuan bangunan gedung oleh Daerah
Penambahan jenis Retribusi selain yang diatur dalam UU HKPD,
dapat diatur dalam PP, dengan memuat ketentuan:

Retribusi penggunaan tenaga kerja asing merupakan dana 5 ✔ Objek Retribusi


✔ Subjek dan Wajib Retribusi
3 kompensasi penggunaan tenaga kerja asing atas pengesahan
rencana penggunaan tenaga kerja asing perpanjangan sesuai ✔ Prinsip dan sasaran penetapan tarif Retribusi

wilayah kerja tenaga kerja asing ✔ Tata Cara Penghitungan Retribusi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK


INDONESIA
16
TATA CARA PENGHITUNGAN RETRIBUSI

Besaran Retribusi yang


terutang dihitung berdasarkan Tarif Retribusi sebagaimana Ketentuan lebih lanjut mengenai
perkalian antara tingkat merupakan nilai rupiah yang Retribusi diatur dengan atau
penggunaan jasa dengan tarif ditetapkan untuk menghitung berdasarkan Peraturan Pemerintah

0 0
Retribusi. besarnya Retribusi yang
terutang
0
1 3 5
0 0
2 4
Tingkat penggunaan jasa Tarif Retribusi dapat ditentukan
merupakan jumlah penggunaan jasa seragam atau bervariasi menurut
yang dijadikan dasar alokasi beban golongan sesuai dengan prinsip
biaya yang dipikul Pemerintah dan sasaran penetapan tarif
Daerah untuk penyelenggaraan jasa Retribusi
yang bersangkutan.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA
17
PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI

Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama


3 (tiga) tahun sekali.

Peninjauan tarif Retribusi dilakukan


dengan memperhatikan indeks harga dan
perkembangan perekonomian, tanpa
melakukan penambahan objek Retribusi.

Penetapan tarif Retribusi ditetapkan


dengan Perkada

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK


INDONESIA
18
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

4 MUATAN PERDA PDRD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK 19


MUATAN PERDA PDRD: UNIFIKASI PERDA UNTUK SELURUH
JENIS PDRD

Seluruh jenis pajak daerah PERDA


Pasal 94 UU HKPD
Provinsi/ Kabupaten/ Kota …..
Substansi Muatan
• Jenis Pajak dan Retribusi
• Subjek Pajak dan Wajib Pajak
• Subjek Retribusi dan Wajib
Retribusi
• objek Pajak dan Retribusi, dasar
pengenaan Pajak
• tingkat penggunaan jasa Retribusi,
• saat terutang Pajak
• wilayah pemungutan Pajak
Seluruh Jenis
• tarif Pajak dan Retribusi
Retribusi Daerah
untuk seluruh jenis Pajak dan
Retribusi ditetapkan dalam 1 Perda

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK


INDONESIA
20
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

5 PENGATURAN UMUM KUPDRD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK 21


KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PEMUNGUTAN PDRD

01 02 03
Cakupan pengaturan dalam PP:
• Pada prinsipnya UU HKPD fokus Pemungutan Pajak dan Retribusi • pendaftaran dan pendataan
pada substansi pengaturan dilaksanakan sesuai dengan • penetapan besaran Pajak dan
materiil PDRD (pengaturan ketentuan umum dan tata cara Retribusi terutang
materiil = pengaturan yang pemungutan Pajak Daerah dan • pembayaran dan penyetoran
dibutuhkan untuk menghitung Retribusi Daerah (KUPDRD). • pelaporan
besaran pajak dan retribusi • pengurangan, pembetulan, dan
terutang) pembatalan
• Adapun pengaturan formil diatur • ketetapan
dalam PP aturan pelaksanaan UU • pemeriksaan Pajak
HKPD (pengaturan formil = • penagihan Pajak dan Retribusi

pengaturan administrasi atau • keberatan

ketentuan umum dan tatacara • gugatan

perpajakan dan retribusi = • penghapusan piutang Pajak dan


Retribusi
RPP KUPDRD saat ini dalam tahap Konsultasi Publik (8 Nov – 22 Nov 2022) 🡺 https://djpk.kemenkeu.go.id/?p=28827
KUPDRD)
• pengaturan KUPDRD lain
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA
22
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

TERIMA KASIH
Direktorat Jenderal Kementerian Keuangan RI
Perimbangan Keuangan

DitjenPK Kemenkeu RI @DitjenPK direktorat jenderal 150420


ditjenpk perimbangan keuangan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK 23


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

HIGHLIGHT PENGATURAN RETRIBUSI


I PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
DALAM UU 28/2009

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK 24


RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DALAM UU
28/2009

• Dalam UU No 28 Tahun 2009, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor termasuk dalam jenis
Retribusi Jasa Umum.
• Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah pelayanan pengujian kendaraan
bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. .
• Jenis Retribusi Jasa Umum, untuk Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota disesuaikan
dengan kewenangan Daerah masing-masing sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
• Sesuai UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, salah satu wewenang Pemerintah
daerah Kab/kota di bidang Perhubungan adalah Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK


INDONESIA
25
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

POTRET KINERJA PEMUNGUTAN


II RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN
BERMOTOR

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK 26


REALISASI PENERIMAAN DAN JUMLAH DAERAH YANG MEMUNGUT RETRIBUSI
PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
(dalam Rp miliar)

  2019 2020 2021 Rata-Rata

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Nasional 313,76 270,05 284,72 289,51

Retribusi Daerah Nasional 9.834,14 8.416,29 8.041,76 8.764,06

PDRD Nasional 218.720,85 187.574,97 200.185,29 202.160,37


% Pengujian Kendaraan Bermotor Nasional thd.
3,190% 3,209% 3,541% 3,303%
Retribusi Daerah Nasional
% Pengujian Kendaraan Bermotor thd. PDRD
0,143% 0,144% 0,142% 0,143%
Nasional

Jumlah Daerah
Kategori Penerimaan
2019 2020 2021
> 10 M 2 2 2
> 1 M s.d. 10 M 77 65 69
> 500 juta s.d. 1 M 65 53 61
> 100 s.d. 500 juta 154 141 107
> 10 juta s.d. 100 juta 85 100 62
s.d. 10 juta 25 21 17
Jumlah Daerah Yang Memungut 408 382 318

Sumber: Data SIKD, DJPK


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA
27
TOP 10 PENERIMAAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN
BERMOTOR

2019 2020 2021


% thd % thd % thd
NO NAMA PEMDA Rp miliar NO NAMA PEMDA Rp miliar NO NAMA PEMDA Rp miliar
PDRD PDRD PDRD

1 Provinsi DKI Jakarta 46,083 0,11% 1 Provinsi DKI Jakarta 35,090 0,11% 1 Provinsi DKI Jakarta 26,474 0,08%

2 Kota Surabaya 13,277 0,30% 2 Kota Surabaya 16,093 0,45% 2 Kota Surabaya 15,725 0,40%

3 Kota Semarang 8,989 0,54% 3 Kota Semarang 7,105 0,47% 3 Kab. Bekasi 7,478 0,35%

4 Kab. Bekasi 5,906 0,28% 4 Kab. Bekasi 5,279 0,25% 4 Kab. Tangerang 7,351 0,34%

5 Kota Medan 5,719 0,37% 5 Kota Medan 4,923 0,38% 5 Kota Semarang 6,233 0,40%

6 Kota Bandung 4,745 0,21% 6 Kota Tangerang 4,364 0,31% 6 Kab. Gresik 5,724 0,36%

7 Kota Tangerang 4,176 0,23% 7 Kab. Sidoarjo 4,356 0,44% 7 Kota Medan 5,571 0,34%

8 Kab. Bandung 3,841 0,69% 8 Kota Bekasi 4,173 0,26% 8 Kota Depok 5,565 0,47%

9 Kab. Karawang 3,840 0,36% 9 Kota Bandung 4,153 0,25% 9 Kota Bekasi 5,327 0,30%

10 Kota Bekasi 3,801 0,20% 10 Kab. Bandung 3,982 0,77% 10 Kota Palembang 4,445 0,51%
Sumber: Data SIKD, DJPK
28
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai