Anda di halaman 1dari 22

KEBIJAKAN UMUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

SESUAI UU HKPD DAN PP KUPRD

Disampaikan oleh
Direktorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

Surabaya, 6 Maret 2024

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1


OUTLINE

1 HIGHLIGHT PENGATURAN PDRD


DALAM UU HKPD

2 PENGATURAN UMUM KUPDRD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2


01
HIGHLIGHT PENGATURAN PDRD
DALAM UU HKPD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 3


FRAMEWORK DESENTRALISASI FISKAL
Pelaksanaan kebijakan Otonomi daerah dan Desentralisasi Fiskal dilakukan melalui penyerahan kewenangan diikuti dengan penyerahan
sumber-sumber pendanaan atau berdasarkan prinsip money follows functions dan money follows program.

Kewenangan Pengelolaan Belanja

Pemerintah Pusat Sumber Pendanaan Pemerintah Daerah

Money Follows Function & Penyerahan Penyerahan sumber Pengelolaan


Program Kewenangan pendanaan belanja

Pendidikan PAD (dominan PDRD) Belanja Pendidikan


Transfer dari Pusat
Kesehatan Belanja Kesehatan
(TKDD)
Pekerjaan Umum Pembiayaan Belanja Infrastruktur

dll. Lain-lain Pend. dll. sesuai prioritas

Penyerahan kewenangan ke daerah diikuti dengan revenue assignment dan expenditure assignment sebagai
instrumen dasar desentralisasi fiskal.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4
KEY POLICIES UU HKPD
UU HKPD Meningkatkan Local Taxing Power Dengan Tetap Menjaga Kemudahan Berusaha di Daerah

MENURUNKAN ADMINISTRATION DAN COMPLIANCE COST


• Restrukturisasi Jenis Pajak Daerah, khususnya yang berbasis konsumsi
(Hotel, Restoran, Hiburan, Parkir, dan PPJ) menjadi Pajak Barang dan
Jasa Tertentu (PBJT)
• Rasionalisasi retribusi dari 32 jenis layanan menjadi 18 jenis layanan
HKPD
MEMPERLUAS BASIS PAJAK
• Opsen
Make a Pajak Provinsi
big impact dan Kab/Kota sebagai penggantian skema bagi
with our
hasil dan penyesuaian
professional slides. kewenangan (Opsen PKB, BBNKB, MBLB) dengan
tetap memperhatikan beban WP
• Perluasan objek melalui sinergitas Pajak Pusat dan Daerah (valet
parkir, objek rekreasi, dsb)

HARMONISASI DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN LAIN


• Putusan
Make MK Terkait
a big impact Alat Berat/Alat Besar → Pajak
with our Alat Berat
• Putusan MK
professional Terkait PPJ → PBJT Tenaga Listrik
slides.
• UU 23/2014 dan UU 3/2020 terkait sinkronisasi kewenangan
• UU Cipta Kerja → Mendukung Kemudahan Berusaha
• dsb

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 5


HIGHLIGHT PENGATURAN PAJAK DAERAH
Integrasi, simplifikasi, dan perluasan basis pajak daerah dengan tetap memberikan dukungan insentif fiskal bagi pelaku usaha

SINERGI PEMUNGUTAN PAJAK BARANG DUKUNGAN PADA PERUBAHAN KEBIJAKAN


GREEN POLICY
PROV-KAB/KOTA DAN JASA USAHA MIKRO JENIS, OBJEK, DPP, &
PKB DAN BBNKB
MELALUI OPSEN TERTENTU (PBJT) DAN ULTRA MIKRO TARIF PAJAK
✓ Opsen dengan ✓ PBJT mengintegrasikan ✓ Kendaraan bermotor ✓ Insentif fiskal dapat ✓ Memperkenalkan Pajak
memperhatikan beban WP pajak-pajak daerah berbasis berbasis energi terbarukan diberikan kepada WP Alat Berat (PAB)
✓ Opsen PKB dan BBNKB konsumsi (Pajak Hotel, (nonfosil) dikecualikan dari pelaku usaha dengan ✓ Tarif maks PBB-P2 menjadi
menggantikan bagi hasil Restoran, Hiburan, PPJ, dan PKB dan BBNKB kriteria tertentu, termasuk 0,5%, dengan assessment
PKB dan BBNKB, sekaligus Parkir) ✓ Contoh: Kendaraan usaha mikro dan ultra ratio (NJKP Kena Pajak
mempercepat penerimaan ✓ Tujuannya untuk: Bermotor Tenaga Listrik, mikro 20%-100%)
kab/kota • mempermudah Surya, dsb ✓ Pemberian Insentif Fiskal ✓ BBNKB hanya atas
✓ Opsen MBLB untuk administrasi pembayaran ✓ Mendukung program melalui permohonan WP Kendaraan Bermotor baru
mendanai kewenangan dan pelaporan dari sisi WP, percepatan Kendaraan atau secara jabatan oleh ✓ Earmarking sebagian
provinsi dalam penerbitan • meningkatkan efisiensi Bermotor Listrik Berbasis Kepala Daerah penerimaan PKB, PBJKT
dan pengawasan izin MBLB layanan perpajakan dan Baterai (KBLBB) ✓ Pemberian Insentif Fiskal Listrik, Pajak Rokok, dan
✓ Menuntut sinergi yang baik pengawasan dari sisi ✓ NJKB lebih tinggi untuk ditetapkan dalam PAT, yang detilnya diatur
antara Provinsi dan Pemda Kendaraan Bermotor Fosil Peraturan Kepala Daerah dalam PP
kab/kota ✓ Termasuk perluasan objek yang menghasilkan emisi dan diberitahukan kepada ✓ NPOPTKP paling rendah
(valet parkir, rekreasi, dsb) lebih besar DPRD Rp 80 juta

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 6


STRUKTUR PDRD DALAM UU HKPD

PAJAK DAERAH PROVINSI KAB/KOTA


1. PKB
2. BBNKB 1. PBB-P2 5. Pajak Reklame
3. PAB 2. PBJT (Hotel, 6. PAT
4. PBBKB Restoran, Hiburan, 7. Pajak Sarang Burung
5. PAP Listrik, Parkir) Walet
6. Pajak Rokok 3. BPHTB 8. Opsen PKB dan
7. Opsen Pajak MBLB 4. Pajak MBLB Opsen BBNKB

JASA UMUM JASA USAHA PERIZINAN TERTENTU


RETRIBUSI DAERAH
1. Tempat kegiatan usaha, 6. Jasa Kepelabuhanan
1. Pelayanan Kesehatan 1. Persetujuan Bangunan
grosir, pertokoan 7. Rekreasi, pariwisata,
2. Pelayanan Gedung (PBG)
2. Pelelangan ikan, olahraga
Kebersihan 2. Penggunaan Tenaga
ternak, hasil bumi, dan 8. Penyeberangan orang
3. Pelayanan Parkir Kerja Asing (PTKA)
hasil hutan dan barang di air
Tepi Jalan Umum 3.Pengelolaan
3. Tempat khusus parkir 9. Penjualan hasil
4. Pelayanan Pasar Pertambangan
4. Tempat penginapan/ produksi usaha
5. Pengendalian Lalu Rakyat
pesanggrahan/ vila 10.Pemanfaatan
Lintas
5. Rumah potong hewan (optimalisasi) aset
ternak daerah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 7


INSTRUMEN KEBIJAKAN PAJAK DAERAH: OPSEN PKB DAN BBNKB #1
Konsepsi Dasar
DEFINISI OPSEN : Pungutan tambahan Pajak menurut persentase tertentu → dengan tetap memperhatikan beban WP
Menggantikan bagi hasil PKB dan BBNKB dari prov ke kab/kota, menjadi split langsung ke RKUD prov dan RKUD kab/kota

TUJUAN
• Percepatan penerimaan kab/kota atas PKB
dan BBNKB → selama ini dalam bentuk bagi
hasil dari provinsi secara periodik
(tergantung provinsi masing-masing) PKB & BBNKB
• Sinergi penagihan PKB, BBNKB, dan
pengawasan mobilitas dan pengguna
kendaraan bermotor antara provinsi dan Dipungut bersamaan dengan
kab/kota → piutang PKB/BBNKB prov akan Pemungutan pemungutan PKB & BBNKB
menjadi piutang opsen bagi kab/kota
• Memperbaiki postur APBD kab/kota → Besaran PKB & BBNKB terutang
selama ini diterima dalam bentuk penerimaan Dasar Pengenaan (Bukan NJKB)
bagi hasil, dengan opsen akan dicatat
sebagai PAD.
Tarif 66%
• Memperkuat sumber Penerimaan
Kabupaten/Kota
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 8
INSTRUMEN KEBIJAKAN PAJAK DAERAH: PENGUATAN PBB-P2 #2
PBB-P2 semakin diperkuat melalui penyesuaian tarif dan pengenalan assessment ratio

KENAIKAN TARIF : dari semula max 0.3% menjadi max 0.5%

NJOP
- Ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan Perkada
- Ditetapkan setiap 3 th, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap
th sesuai perkembangan wilayahnya.
- Memperkenalkan Assessment Ratio (NJKP) : pengenaan PBB P2 sebesar 20% sd
100% dari NJOP setelah dikurangi NJOPTKP → untuk memberikan diskresi bagi
Pemda dalam melakukan pemutakhiran NJOP secara berkala dengan tetap
menjaga beban PBB-P2 masyarakat agar tidak meningkat signifikan.
- NJOPTKP tetap sebesar Rp10 juta dan ditegaskan bahwa jika WP
memiliki/menguasai lebih dari satu objek PBB-P2 dalam satu wilayah kab/kota,
NJOPTKP hanya diberikan atas salah satu objek PBB-P2 untuk setiap tahun
DISKRESI PENETAPAN NJKP dengan Perkada, dengan mempertimbangkan beberapa
faktor antara lain pemanfaatan objek Pajak, klasterisasi NJOP, dan transisi kenaikan
NJOP hasil penilaian.

TATA CARA PENILAIAN diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan


- Penilaian Massal (Zona Nilai Tanah)
- Penilaian Individu : dengan tiga pendekatan yaitu Data Pasar, Biaya, dan
Kapitalisasi Pendapatan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 9


INSTRUMEN KEBIJAKAN PAJAK DAERAH: SIMPLIFIKASI PBJT #3
Kebijakan simplifikasi pajak daerah berbasis konsumsi menjadi Pajak Barang Dan Jasa Tertentu (PBJT) disertai perluasan objek

Simplifikasi lima jenis pajak berbasis konsumsi dalam UU 28/2009 merupakan salah satu nilai tambah bagi Pemda dan Wajib Pajak
Daerah dalam mendorong penyederhanaan administrasi perpajakan untuk menurunkan administrative dan compliance cost.

PBJT mengintegrasikan pajak-pajak daerah berbasis DAMPAK BAGI PEMDA


konsumsi (Pajak Hotel, Restoran, Hiburan, PPJ, dan Parkir).
Selain integrasi pajak-pajak Daerah berbasis konsumsi, • Efisiensi Anggaran untuk kegiatan pemungutan dari 5 jenis pajak
menjadi 1 jenis pajak
PBJT mengatur perluasan Objek Pajak.
• Optimalisasi SDM Fiskus Daerah : mengurangi beban kerja SDM
Perluasan objek tersebut yaitu :
untuk Fungsi Pelayanan, Pengawasan , Penagihan, dll
➢ Objek rekreasi seperti wahana permainan air • Penyederhanaan dokumentasi pemungutan pajak
(waterboom, waterpark), wahana ekologi (ecopark) • Integrasi pendataan potensi pajak yang lebih baik
dan bentuk rekreasi lainnya yang sejenis; • Peningkatan kepatuhan pajak (tax compliance) melalui
➢ Objek olahraga permainan (persewaan sarana dan kemudahan administrasi pelaporan dan pembayaran pajak
prasarana olahraga); dan
➢ Jasa memarkirkan kendaraan (valet parking). DAMPAK BAGI WAJIB PAJAK

• Penyederhanaan tarif, pembayaran, dan pelaporan pajak


• Penyederhanaan administrasi pengusaha
• Mendorong pertumbuhan industri hiburan keluarga melalui
penurunan tarif menjadi 10% (dalam UU 28/2009 tarif s.d. 35%)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 10


INSTRUMEN KEBIJAKAN PAJAK DAERAH: PAJAK ALAT BERAT #4

• PAB merupakan nomenklatur pajak baru sesuai amanat Putusan MK Nomor 15/PUU-XV/2017,
menggantikan PKB Alat Berat/Alat Besar.
• Pajak Alat Berat yang selanjutnya disingkat PAB adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan alat
berat.

PRINSIP PEMUNGUTAN TARIF MAKSIMUM


• PAB merupakan property tax murni

0,2 %
(kepemilikan/penguasaan), berbeda dengan
PKB dan BBNKB yang berbasis pada
pendaftaran.
• Hanya bisa mulai dipungut jika Pemda telah
menetapkan Perda baru sesuai UU HKPD. Sama dengan tarif maksimum
PKB Alat Berat/Alat Besar
• untuk kepemilikan dan/atau penguasaan AIat dalam UU 28/2009
Berat selama jangka waktu 12 (dua belas)
bulan berturut-turut → dibayar di muka. Tidak diatur lagi tarif minimum
• keadaan kahar yang mengakibatkan sebagaimana dalam UU 28/2009, untuk
memberikan diskresi yang luas bagi
penggunaan Alat Berat belum sampai 12
Pemda dalam mendukung kemudahan
bulan → restitusi secara proporsional. berusaha

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 11


HIGHLIGHT PENGATURAN RETRIBUSI DAERAH

Rasionalisasi jenis retribusi


didasari pertimbangan
merupakan layanan yang
wajib disediakan Pemda Rasionalisasi jenis Retribusi
tanpa pungutan kompensasi dikompensasi dengan kebijakan
Pajak Daerah yang berpotensi
meningkatkan penerimaan
RASIONALISASI Penyederhanaan Retribusi daerah.
JENIS RETRIBUSI Perizinan Tertentu
PENERIMAAN PAD
(semangat UU Cipta Kerja) TETAP TERJAGA

Penambahan jenis retribusi baru


Pengaturan detil objek, (selain retribusi yang telah dihapus
tingkat penggunaan jasa, UU HKPD) dimungkinkan melalui PP,
prinsip dan sasaran yang mengatur minimal:
penetapan tarif* a. Objek, subjek, dan wajib
retribusi;
PENGATURAN b. prinsip dan sasaran penetapan PENAMBAHAN
DETIL DALAM PP tarif; dan RETRIBUSI BARU
KUPDRD c. tata cara penghitungan retribusi.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 12


RASIONALISASI DAN SIMPLIFIKASI JENIS RETRIBUSI

RASIONALISASI SIMPLIFIKASI
JENIS RETRIBUSI JENIS RETRIBUSI

• Rasionalisasi Retribusi untuk efisiensi pelayanan publik di daerah Terdapat beberapa jenis Retribusi yang
serta mendukung iklim investasi dan kemudahan berusaha dengan pemungutannya disimplifikasi menjadi satu
tetap menjaga penerimaan PAD daerah. jenis retribusi, seperti:
• Dihapuskannya beberapa jenis retribusi bukan menghapuskan
layanan oleh Pemda. Layanan publik tetap disediakan, tanpa
pungutan kepada masyarakat. Retribusi
Retribusi
Penyediaan Retribusi
Pelayanan
dan/atau Pengolahan
UU 28/2009 ttg PDRD UU 1/2022 ttg HKPD Persampahan/
Penyedotan Limbah Cair
Kebersihan
Pungutan atas layanan publik yang Pungutan atas beberapa Kakus
pada dasarnya wajib disediakan layanan publik dimaksud tidak
Pemerintah daerah kepada lagi dibebankan kepada
masyarakat, seperti: wajib retribusi, melainkan
a. Biaya Cetak KTP dan Akta menjadi kewajiban atau
Catatan Sipil; tanggung jawab pemerintah Retribusi Pelayanan
b. Pelayanan Tera/Tera Ulang; dan daerah Kebersihan
c. Pengujian Kendaraan Bermotor.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 13
02 PENGATURAN UMUM
KUPDRD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 14


PENGATURAN UMUM KUPDRD
PP KUPDRD merupakan pedoman teknis pemungutan bagi Pemda

Mengatur berbagai aspek umum pengelolaan PDRD sebagai panduan bagi Pemda dalam pengelolaan PDRD secara efektif dan efisien

SIMPLIFIKASI & INTEGRASI


Menghubungkan NPWPD dengan NIK dan NIB DAMPAK TERHADAP WAJIB PAJAK
Simplifikasi pembayaran dan pelaporan Pajak Daerah
AKUNTABILITAS
Peningkatan akuntabilitas melalui penyesuaian Penyesuaian kewajiban pembukuan untuk omzet di atas Rp4,8 M
karakteristik pungutan serta pertanggungjawaban
pembayaran dan pelaporan pajak oleh WP melalui Rasionalisasi tarif sanksi administratif bunga dan imbalan bunga
pencatatan/pembukuan dalam rangka mendukung sesuai jenis pelanggaran
kemudahan pemenuhan kewajiban perpajakan

OPTIMALISASI DAMPAK TERHADAP PEMERINTAH DAERAH


Intensifikasi, Ekstensifikasi, dan Kerjasama optimalisasi
pemungutan pajak dan pemanfaatan data dengan Efisiensi anggaran dalam pemungutan PDRD
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lainnya, dan Optimalisasi SDM perpajakan daerah dalam fungsi pelayanan,
pihak ketiga pengawasan, pemeriksaan, dan penagihan dengan integrasi data
dan pelaporan
SINERGI
Integrasi pendataan potensi Pajak Daerah yang lebih baik
Sinergi pemungutan opsen antara pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 15
HIGHLIGHT PENGATURAN UMUM PDRD
Mengatur lebih lanjut masa pajak, dasar pengenaan, saat terutang, wilayah pemungutan, ketentuan terkait assessment ratio PBB-P2,
bagi hasil Pajak, earmarking Pajak, dan pengaturan lebih lanjut terkait Retribusi Daerah.

DISKRESI PENETAPAN BAGI HASIL DAN


EARMARKING PAJAK PENCATATAN PENERIMAAN
NJKP dalam PBB-P2 SEBAGAI RETRIBUSI
DAERAH
NJKP= NJOP-NJOPTKP
❑ Percepatan penyaluran bagi hasil PAP
❑ Mendorong daerah melakukan updating dan PBBKB: Max. 7 hari kerja setelah ❑ Pendapatan BLUD yang merupakan
NJOP. berakhirnya jangka waktu yang menjadi objek Retribusi dan pemanfaatan aset
❑ Pengenaan pajak yang lebih berkeadilan dasar penghitungan bagi hasil Pajak. daerah yang sebelumnya dicatatkan
dengan memperhatikan kemampuan ❑ Pengaturan Baru Earmarking: sebagai lain-lain PAD yang sah,
membayar Wajib Pajak (ability to pay). 10% dari PBJT-TL untuk penyediaan diamanatkan dicatat sebagai retribusi
penerangan jalan umum. ❑ Penerimaan BLUD tetap dapat
10% dari PAT untuk pencegahan, langsung dimanfaatkan untuk
penanggulangan, dan pemulihan mendanai kegiatan pelayanan yang
Dasar pengenaan PBB-P2 sebesar 20% s.d.
pencemaran dan/atau kerusakan bersangkutan.
100% dari NJOP setelah dikurangi
lingkungan hidup.
NJOPTKP, dengan mempertimbangkan:
a. kenaikan NJOP hasil penilaian;
b. bentuk pemanfaatan objek Pajak;
c. klasterisasi NJOP dalam satu wilayah
Kabupaten/Kota.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 16
EARMARKING PENERIMAAN PAJAK DAERAH
UU HKPD
Peningkatan Kualitas Pengalokasian
Belanja Daerah PKB & Sanksi
untuk pembangunan dan/atau
Pasal 86 ayat (1) OPSEN PKB
pemeliharaan jalan serta peningkatan
Hasil penerimaan atas • Pemerintah Daerah dikenakan
a. PKB dan Opsen PKB; 10% moda dan sarana transportasi umum.
b. PBJT atas Tenaga Listrik sanksi sesuai dengan ketentuan
c. Pajak Rokok; dan peraturan perundang-undangan
d. PAT
untuk penyediaan penerangan jalan jika tidak melaksanakan
Baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota
umum meliputi penyediaan dan
PBJT
dapat dialokasi untuk mendanai kegiatan yang telah kewajiban dalam pengalokasian
ditentukan penggunaannya. pemeliharaan infrastruktur PJU serta TL hasil penerimaan jenis Pajak
pembayaran biaya atas konsumsi TL
PP KUPDRD untuk PJU.
10% tersebut.

Pasal 25
Penggunaan Hasil Penerimaan Pajak untuk PAJAK untuk mendanai pelayanan kesehatan
Kegiatan yang Telah Ditentukan ROKOK untuk masyarakat dan penegakan
hukum Tindak Lanjut
50%
PP HKFN
Pasal 8 ayat (2) huruf d untuk pencegahan,penanggulangan, dan PAJAK
pemulihan pencemaran dan/atau • Pemerintah menyusun bagan
AIR
Belanja Wajib yang didanai dari pendapatan akun standar dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang TANAH
pajak daerah dan retribusi daerah yang telah
berdampak terhadap kualitas dan melakukan penandaan atas
ditentukan penggunaannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. kuantitas Air Tanah. 10% belanja yang didanai dari hasil
penerimaan pajak daerah.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 17


HIGHLIGHT PENGATURAN KETENTUAN DAN TATA CARA
PEMUNGUTAN PDRD

PEMBERIAN INSENTIF,
PENGATURAN BARU PENGATURAN UPAYA KERINGANAN, PENGURANGAN, KERJA SAMA OPTIMALISASI
BESARAN SANKSI BUNGA HUKUM WAJIB PAJAK PEMBEBASAN, PENGHAPUSAN PEMUNGUTAN PDRD DAN
ATAU PENUNDAAN PEMANFAATAN DATA

Besaran sanksi bunga ❑ Dilaksanakan dengan


variatif 0,6% s.d. 2,2%. Insentif sebagai bentuk Pemerintah Pusat, Pemda lain,
Memberikan keadilan bagi dukungan kepada usaha dan/atau pihak ketiga.
WP dan mendukung Meliputi keberatan, mikro ultra mikro. ❑ Meliputi pertukaran data,
kemudahan berusaha dan banding, dan gugatan. Mendukung kebijakan pengawasan bersama hingga
berinvestasi melalui Pengaturan baru terkait berusaha dan peningkatan kemampuan SDM.
pengenaan besaran sanksi gugatan mempertegas hak berinvestasi.
yang berbeda WP atau Penanggung Pemberian melalui Mendorong digitalisasi
berdasarkan jenis Pajak. permohonan WP atau pengelolaan PDRD melalui
pelanggaran. Penyelarasan mekanisme secara jabatan oleh pemanfaatan sistem elektronik
Diharapkan mendorong yang harus ditempuh Kepala Daerah dan kerja sama pihak ketiga.
kepatuhan sukarela dari dengan Pajak Pusat (sesuai Tata cara diatur lebih Permintaan data dan/atau
WP. UU Pengadilan Pajak). lanjut dalam Perkada informasi kepada pelaku usaha
PMSE.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 18


OVERVIEW PENGATURAN BARU KETENTUAN PEMUNGUTAN PDRD
Highlight Kebijakan Prioritas dalam Pemungutan PDRD
Sinkronisasi Pendataan dan Pendaftaran, Tata Kelola Opsen Kerjasama Pemanfaatan Pengurangan, Keringanan, Pembebasan,
Pengaturan dengan serta Pelaporan dengan - PKB dan BBNKB Data dalam Pemungutan Penghapusan atau Penundaan19Pokok
KUP Pusat NPWPD Terintegrasi - Pajak MBLB Pajak Pajak, Pokok Retribusi dan/atau Sanksinya
Mekanisme Pemungutan PDRD

Pendaftaran dan Pembayaran


Pembukuan Pelaporan
Pendataan
dan Penyetoran
Satu NPWPD
Termasuk mendata bumi dan/atau Update treshold kewajiban Mendorong pembayaran Pelaporan terintegrasi
bangunan serta kendaraan bermotor, pembukuan min. omzet Rp4,8M berbasis elektronik berbasis satu NPWPD
yang bukan Objek PBB-P2, PKB, dan Mendorong digitalisasi melalui pemanfataan sarana elektronik
PAB

Sanksi Gugatan Penagihan

Penyesuaian jangka waktu dan persentase Mempertegas hak Wajib Pajak Dimulai dengan imbauan → Surat
pengenaan sanksi denda dan bunga. sesuai UU Pengadilan Pajak Teguran → Surat Paksa → Penyitaan, dst

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 19


PENGAWASAN PELAKSANAAN PERDA PDRD

Mendagri dan Menkeu melakukan pengawasan Perda PDRD dan/atau peraturan pelaksanaannya,
YANG BERPOTENSI: DASAR PENGAWASAN
Bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan
1 ✔ laporan hasil pemantauan
Per-UU-an yang lebih tinggi
✔ laporan masyarakat
Berkoordinasi dengan ✔ pemberitaan media
Tidak sesuai dengan Kebijakan Fiskal Nasional; dan/atau
2 ✔ kunjungan lapangan
K/L teknis dan/atau ✔ analisis perkembangan PDRD
Pemda terkait Menghambat ekosistem investasi dan kemudahan ✔ sumber informasi lainnya.
3 dalam berusaha.

TINDAK LANJUT APABILA TERJADI PELANGGARAN DAN/ATAU KETIDAKSESUAIAN

Menkeu Mendagri: Kepala Daerah:


merekomendasikan • mengirimkan surat pemberitahuan kepada Kepala Daerah • menghentikan pungutan;
max 5 hari sejak rekomendasi diterima, berisi: • menyetorkan ke kas negara atas seluruh hasil pungutan atau
perubahan Perda
1. pelanggaran dan/atau ketidaksesuaian Perda sebutan lain di luar yang diatur oleh UU HKPD;
dan/atau peraturan
2. rekomendasi perubahan Perda • menyusun perubahan Perda max 15 hari kerja sejak tanggal surat
pelaksanaannya
3. rekomendasi penghentian pungutan pemberitahuan diterima;
kepada Mendagri.
• menyampaikan rekomendasi kepada Menkeu dalam hal • menyampaikan perubahan Perda kepada Mendagri dan Menkeu
Kepala Daerah tidak melakukan perubahan Perda PDRD max 7 hari kerja sejak tanggal ditetapkan.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 20


2
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
TERIMA KASIH
Direktorat Jenderal Kementerian Keuangan RI
Perimbangan
Keuangan

direktorat jenderal
ditjenpk DitjenPK Kemenkeu RI @DitjenPK perimbangan keuangan 08111504207 150420

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 22

Anda mungkin juga menyukai