Anda di halaman 1dari 11

HIGHLIGHT KETENTUAN UMUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PP NOMOR 35 TAHUN 2023 TENTANG KETENTUAN UMUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH (PP KUPDRD)

Disampaikan pada acara Coaching Clinic Rakernas Akuntansi 2023

DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN


TIM MATERI PP KUPDRD - 2023
Pict https://blog.pengajartekno.co.id/
PRINSIP UTAMA PENGATURAN PP KUPDRD
PP KUPDRD yang dalam tahap penetapan akan menjadi pedoman teknis pemungutan bagi Pemda.

Mengatur berbagai aspek umum pengelolaan PDRD sebagai panduan bagi Pemda dalam pengelolaan PDRD secara efektif dan efisien

SIMPLIFIKASI & INTEGRASI


DAMPAK TERHADAP WAJIB PAJAK
Menghubungkan NPWPD dengan NIK dan NIB
Simplifikasi pembayaran dan pelaporan Pajak Daerah

AKUNTABILITAS Penyesuaian kewajiban pembukuan untuk omzet di atas Rp4,8 M


Kewajiban pencatatan/pembukuan Wajib Pajak Rasionalisasi tarif sanksi administratif bunga dan imbalan sesuai jenis
pelanggaran
OPTIMALISASI
Kerjasama optimalisasi pemungutan pajak dan
pemanfaatan data dengan Pemerintah Pusat, DAMPAK TERHADAP PEMERINTAH DAERAH
Pemerintah Daerah lainnya, dan pihak ketiga.
Efisiensi anggaran dalam pemungutan PDRD
SINERGI Optimalisasi SDM perpajakan daerah dalam fungsi pelayanan,
Sinergi pemungutan opsen antara pemerintah pengawasan, dan penagihan dengan integrasi data dan pelaporan
provinsi dan kabupaten/kota Integrasi pendataan potensi Pajak Daerah yang lebih baik

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2


HIGHLIGHT PENGATURAN UMUM PDRD
Mengatur lebih lanjut masa pajak, dasar pengenaan, saat terutang, wilayah pemungutan, ketentuan terkait assessment ratio PBB-P2,
bagi hasil Pajak, earmarking Pajak, dan pengaturan lebih lanjut terkait Retribusi Daerah.

DISKRESI PENETAPAN BAGI HASIL DAN


EARMARKING PAJAK PENCATATAN PENERIMAAN
NJKP dalam PBB-P2 SEBAGAI RETRIBUSI
DAERAH
NJKP= NJOP-NJOPTKP
 Percepatan penyaluran bagi hasil PAP,
 Mendorong daerah melakukan updating PBBKB, dan Pajak Rokok: Max. 7 hari  Pendapatan BLUD yang merupakan
NJOP. kerja setelah berakhirnya jangka waktu objek Retribusi dan pemanfaatan aset
 Pengenaan pajak yang lebih berkeadilan yang menjadi dasar penghitungan bagi daerah yang sebelumnya dicatatkan
dengan memperhatikan kemampuan hasil Pajak. sebagai lain-lain PAD yang sah,
membayar Wajib Pajak (ability to pay).  Pengaturan Baru Earmarking: diamanatkan dicatat sebagai retribusi
10% dari PBJT-TL untuk penyediaan  Penerimaan BLUD tetap dapat
penerangan jalan umum. langsung dimanfaatkan untuk
Dasar pengenaan PBB-P2 sebesar 20% s.d. 10% dari PAT untuk pencegahan, mendanai kegiatan pelayanan yang
100% dari NJOP setelah dikurangi penanggulangan, dan pemulihan bersangkutan.
NJOPTKP, dengan mempertimbangkan: pencemaran dan/atau kerusakan
a. kenaikan NJOP hasil penilaian; lingkungan hidup.
b. bentuk pemanfaatan objek Pajak;
c. klasterisasi NJOP dalam satu wilayah
Kabupaten/Kota.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 3


INSTRUMEN KEBIJAKAN PAJAK DAERAH: OPSEN PKB DAN BBNKB #1
Konsepsi Dasar
DEFINISI OPSEN : Pungutan tambahan Pajak menurut persentase tertentu  dengan tetap memperhatikan beban WP
Menggantikan bagi hasil PKB dan BBNKB dari prov ke kab/kota, menjadi split langsung ke RKUD prov dan RKUD kab/kota

TUJUAN
• Percepatan penerimaan kab/kota atas PKB
dan BBNKB  selama ini dalam bentuk bagi
hasil dari provinsi secara periodik
(tergantung provinsi masing-masing) PKB & BBNKB
• Sinergi penagihan PKB, BBNKB, dan
pengawasan mobilitas dan pengguna Objek, Pengecualian • Sama dengan PKB & BBNKB
kendaraan bermotor antara provinsi dan Objek, Subjek & Wajib • Dipungut bersamaan dengan
kab/kota  piutang PKB/BBNKB prov akan
Pajak, Saat Terutang pemungutan PKB & BBNKB
menjadi piutang opsen bagi kab/kota
• Memperbaiki postur APBD kab/kota 
selama ini diterima dalam bentuk penerimaan Besaran PKB & BBNKB terutang
Dasar Pengenaan (Bukan NJKB)
bagi hasil, dengan opsen akan dicatat
sebagai PAD.
• Memperkuat sumber Penerimaan Tarif 66%
Kabupaten/Kota
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4
INSTRUMEN KEBIJAKAN PAJAK DAERAH: OPSEN PKB DAN BBNKB #2
Penerapan Opsen memperhatikan beban para pihak, baik WP maupun Pemerintah Daerah

Penerapan Opsen relatif tidak menambah beban  Sebuah kendaraan bermotor memiliki NJKB sebesar Rp 200 juta.
 Kendaraan tersebut merupakan kendaraan pertama WP.
maksimal WP, khususnya beban administrasi,
 Tarif PKB berdasarkan UU PDRD = 1,8%.
sehingga tax compliance akan meningkat Beban WP = Rp200 juta X 1,8% = 3,6 juta.
Opsen memberikan kepastian penerimaan
Kab/Kota atas bagiannya dari penerimaan PKB Contoh #1 (Beban WP Tetap) Contoh #2 (Peningkatan Tarif)
dan BBNKB
Pajak terutang Pajak terutang
Tarif Opsen yang relatif lebih besar dibandingkan Tarif PKB kepemilikan I dalam Perda PDRD Tarif PKB kepemilikan I dalam Perda
mekanisme bagi hasil, sebagai upaya penguatan Provinsi ybs berdasarkan UU HKPD = PDRD Provinsi ybs berdasarkan UU
peran kabupaten/kota. 1,1%. HKPD = 1,2%.
Penurunan belanja mandatory bagi provinsi (PKB PKB terutang = 1,1% x Rp 200 juta = Rp PKB terutang = Rp200juta X 1,2% =
dan BBNKB yang diterima netto). 2,2 juta (masuk ke RKUD Pemda Provinsi Rp2,4juta.
Pengaturan opsen PKB dan opsen BBNKB serta ybs). Opsen PKB = Rp2,4juta X 66%
penghapusan BBNKB II: Opsen PKB = 66% x Rp 2,2 juta = 1,45 =Rp1,58juta.
 Pemkot/kab membantu penagihan tunggakan juta (masuk ke RKUD Pemda kab/kota Beban WP = Rp 3,98 juta.
sesuai regident).
PKB.
Beban WP = Rp 3,62 juta (setara dengan
tarif PKB 1,8% jika menggunakan UU
28/2009).
40 juta kendaraan belum melakukan
pembayaran PKB (Jasa Raharja, 2022)  Administratif Perpajakan
Pembayaran PKB dan Opsen PKB dilakukan secara
merupakan potensi penerimaan Pemda. bersamaan di SAMSAT, bank tempat pembayaran
 Penghapusan BBNKB II akan meringankan WP melakukan split ke RKUD Prov dan Kab/kota.
melakukan pendaftaran kendaraan bermotor.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 5
INSTRUMEN KEBIJAKAN PAJAK DAERAH: OPSEN PKB DAN BBNKB #3
Penerapan Opsen meningkatkan sinergitas pemungutan antarlevel pemerintahan

SINERGI PEMUNGUTAN OPSEN


SINERGI Pendataan Bersama
Pendaftaran PROVINSI
Penagihan Bersama
WAJIB Pembayaran
PAJAK PKB + Opsen PKB Rekonsiliasi Penerimaan
BBNKB + Opsen BBNKB PIHAK TERKAIT • PKB + Opsen PKB
KAB/KOTA (SAMSAT : PKB + BBNKB)
• BBNKB + Opsen BBNKB

Kemudahan Pembayaran Perluasan Cakupan KSWP Pengaturan hak dan


(bertambah kanal pembayaran (lintas kewajiban perpajakan kewajiban WP yang
dan pelayanan lainnya) provinsi dan Kab/Kota) lebih jelas

Sense of belonging Pemda penerima Opsen Peningkatan Tax Kenaikan Sumber Pendanaan
(peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi) Compliance WP Penerimaan Pajak Pembangunan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 6


HIGHLIGHT PENGATURAN KETENTUAN DAN TATA CARA PEMUNGUTAN PDRD

PENGATURAN BARU PENGATURAN UPAYA PEMBERIAN INSENTIF,


KERINGANAN, PENGURANGAN, KERJA SAMA OPTIMALISASI
BESARAN SANKSI BUNGA HUKUM WAJIB PAJAK
PEMBEBASAN, PENGHAPUSAN PEMUNGUTAN PDRD DAN
ATAU PENUNDAAN PEMANFAATAN DATA

 Besaran sanksi bunga  Dilaksanakan dengan


variatif 0,6% s.d. 2,2%.  Insentif sebagai bentuk Pemerintah Pusat, Pemda lain,
 Memberikan keadilan dukungan kepada usaha dan/atau pihak ketiga.
bagi WP melalui  Meliputi keberatan, mikro ultra mikro.  Meliputi pertukaran data,
pengenaan besaran banding, dan gugatan.  Mendukung kebijakan pengawasan bersama hingga
sanksi berbeda  Pengaturan baru terkait berusaha dan peningkatan kemampuan SDM.
berdasarkan jenis gugatan mempertegas hak berinvestasi.
pelanggaran. WP atau Penanggung  Pemberian melalui Mendorong digitalisasi
 Mendukung kemudahan Pajak. permohonan WP atau pengelolaan PDRD melalui
berusaha dan berinvestasi  Penyelarasan mekanisme secara jabatan oleh pemanfaatan sistem elektronik
dengan besaran sanksi yang harus ditempuh Kepala Daerah dan kerja sama pihak ketiga.
yang relatif lebih kecil. dengan Pajak Pusat (sesuai  Tata cara diatur lebih Permintaan data dan/atau
 Diharapkan mendorong UU Pengadilan Pajak). lanjut dalam Perkada informasi kepada pelaku usaha
kepatuhan sukarela dari PMSE.
WP.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 7


OVERVIEW PENGATURAN BARU KETENTUAN PEMUNGUTAN PDRD
Highlight Kebijakan Prioritas dalam Pemungutan PDRD
Sinkronisasi Pendataan dan Pendaftaran, Tata Kelola Opsen Kerjasama Pemanfaatan Pengurangan, Keringanan, Pembebasan,
Pengaturan dengan serta Pelaporan dengan - PKB dan BBNKB Data dalam Pemungutan Penghapusan atau Penundaan 8Pokok
KUP Pusat NPWPD Terintegrasi - Pajak MBLB Pajak Pajak, Pokok Retribusi dan/atau Sanksinya
Mekanisme Pemungutan PDRD

Pendaftaran dan
Pembukuan Pembayaran Pelaporan
Pendataan
dan Penyetoran
Satu NPWPD
Termasuk mendata bumi dan/atau Update treshold kewajiban Mendorong pembayaran Pelaporan terintegrasi
bangunan serta kendaraan bermotor, pembukuan min. omzet Rp4,8M berbasis elektronik berbasis satu NPWPD
yang bukan Objek PBB-P2, PKB, dan Mendorong digitalisasi melalui pemanfataan sarana elektronik
PAB

Sanksi Gugatan Penagihan

Penyesuaian jangka waktu dan persentase Mempertegas hak Wajib Pajak Dimulai dengan imbauan  Surat
pengenaan sanksi denda dan bunga. sesuai UU Pengadilan Pajak Teguran  Surat Paksa  Penyitaan, dst

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 8


MUATAN PERDA PDRD DAN KETENTUAN PERALIHAN

SELURUH PDRD DITETAPKAN DALAM 1 (SATU) PERDA


(MUATAN MINIMAL)

Tingkat Saat Terutang Wilayah Tarif PDRD


Subjek dan Wajib Objek PDRD Dasar
Jenis PDRD Pajak Pemungutan
PDRD Pengenaan Pajak Penggunaan Jasa
Pajak

• Perda PDRD yang disusun berdasarkan UU 28/2009 tentang PDRD berlaku maks 4 Jan 2024.
KETENTUAN PERALIHAN • Khusus PKB, BBNKB, Pajak MBLB, bagi hasil PKB, dan bagi hasil BBNKB dalam Perda yang
disusun berdasarkan UU 28/2009 tentang PDRD berlaku maks 4 Januari 2025.

Pemda diharapkan segera mempersiapkan langkah antisipatif terkait penyusunan Perda PDRD sesuai UU HKPD seiring dengan
proses penetapan PP KUPDRD.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 9
TERIMA KASIH

www.djpk.kemenkeu.go.id
OPSEN PKB DAN BBNKB
Perbandingan Beban WP berdasarkan UU 28/2009 dan UU 1/2022

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 11

Anda mungkin juga menyukai