Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Denpasar merupakan salah satu Satuan Kerja Pemerintah Kota
Denpasar. Salah satu tugas pokok Dispenda Kota Denpasar adalah mengelola pajak-pajak daerah
dengan cara-cara tertentu sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku. Agar tugas pengelolaan
pajak daerah tersebut dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka disusunlah SOP yang akan
menjadi pedoman pelaksanaan teknis semua pekerjaan yang terkait dengan proses penetapan,
penagihan, pemungutan, dam pencatatan pajak daerah.
Pajak daerah yang menjadi tanggung jawab Dispenda Kota Denpasar tahun 2011 adalah pajak hotel,
pajak restoran, pajak hiburan, pajak air tanah, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
karena pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan memiliki karakteristik yang sama maka dibuat
satu SOP untuk ketiga pajak tersebut. Pajak air tanah (PAT), dan bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (BPHTB) masing-masing memerlukan SOP tersendiri. SOP yang disusun mencakup 3
(tiga) SOP yakni: SOP Pajak Hotel, Hiburan dan Restoran; SOP Pajak Air Tanah, dan SOP Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049)
2)
Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Pajak Restoran.
3)
Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pajak Hiburan.
4)
Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Pajak Hotel.
b) Kasir/Bendahara Penerima
c) Kasi Penagihan dan Perhitungan
d) Kasi Pertimbangan dan Keberatan
e) Kasi Pembukuan, Restitusi dan Verifikasi
f) Kabid Penagihan
g) Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis)
c. SKPDN, jika jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak.
(5) SKPDKB/SKPDKBT/SKPDN kemudian dikirim ke wajib pajak.
(6)
Wajib pajak yang menerima SKPDKB bisa mengajukan keberatan apabila tidak setuju
terhadap SKPDKB tersebut dengan mengajukan surat keberatan.
(7) Berdasarkan hasil verifikasi seksi keberatan akan mengeluarkan surat penolakan atau surat
keputusan baru.
(8) Berdasarkan hasil tersebut maka wajib pajak melunasi tagihan tersebut dengan mengisi
formulir
SURAT
SETORAN
PAJAK
DAERAH
(SSPD)
dan
membayar
melalui
kasir/bendaharawan penerima.
3)
SOP Penagihan
Terhadap Wajib Pajak yang tidak melakukan pembayaran pajak terhutang maka dilakukan prosedur
penagihan sebagai berikut:
(1) Setiap pagi Bidang Penagihan meminta sejumlah Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) untuk
didistribusikan kepada petugas yang akan melakukan pemungutan PHR dan Hiburan.
(2) Petugas pungut diberi Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) dalam jumlah sesuai dengan jumlah
WP yang akan ditagih hari itu. Pengambilan tersebut dicatat dalam Buku Ekspedisi Petugas
Pungut. Sore harinya, petugas pungut menyerahkan uang hasil pungutan beserta tembusan
Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) kepada Bidang Penagihan (melalui kepala seksi terkait atau
koordinator petugas pungut) serta mengembalikan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) yang
batal dipakai.
(3) Bidang Penagihan
a. merekap hasil tagihan pajak dan mencocokkannya dengan jumlah yang tertera pada Surat
Setoran Pajak Daerah (SSPD),
b. mengarsip tembusan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) dalam arsip masing-masing WP
secara urut-tanggal,
c. menyerahkan lembar 2 beserta uang hasil penagihan kepada Bendahara Penerima, dan
d. menyerahkan lembar 4 kepada Bidang Pembukuan.
e. Mengembalikan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) yang tidak atau belum terpakai kepada
Bendahara Penerima.
(4) Bendahara Penerima
a. mencocokkan jumlah uang yang diserahkan oleh Bidang Penagihan dengan jumlah yang
tertera pada Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD),
b. mencatat Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) secara urut nomor pada Buku Register,
c. menyimpan uang hasil penagihan di brankas,
d. menyetorkan hasil penagihan ke bank pada keesokan harinya,
e. melengkapi isian Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) pada tempat yang disediakan untuk
Bendahara Penerima.
f. menginput Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) ke dalam SISINFO PHR.
SEKSIPENDATAAN/KABID
KADIS
MULAI
PERMOHONAN
NPWPD
PERMOHONAN
NPWPD
KARTUNPWPD
KARTUNPWPD
SKPENUNJUKAN
SKPENGUKUHAN
SKPENUNJUKAN
SKPENGUKUHAN
KARTUNPWPD
SKPENGUKUHAN
DITANDA
TANGANI
Mencatatke
BukuInduk
SKPENUNJUKAN
TANDATERIMA
TANDATERIMA
DITANDA
TANGANI
N
SELESAI
1.2.2 Bagian-bagianTerlibat
1) SOP Penerbitan NPWPD
a. Kasi Pendataan
b. Kabid Pendataan dan Penetapan
c. Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis)
2) SOP Pembayaran, Pelaporan, Penetapan, dan Penagihan
a. UPTD
b. Kasi Pemeriksaan
c. Kasi Penetapan
d. Kabid Pendataan dan Penetapan
e. Petugas Pungut
f.
Kabid Penagihan
j.
Permohonan NPWD
3)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
diadakan verifikasi atas keberatan pajak oleh Sie Penetapan dan Pembukuan. Apabila
keberatan diterima akan diterbitkan SKPD baru atas jumlah pajak yang harus disetorkan,
apabila keberatan ditolak, maka diterbitkan surat penolakan dan Wajib Pajak harus tetap
membayar pajak..
(5) Setiap periode tertentu dilakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak, berdasarkan hasil
pemeriksaan maka dapat diterbitkan
a. SKPDLB, jika berdasarkan hasil pemeriksaan menentukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak terutang
b.
SKPDKB, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan jumlah pajak yang terhutang.
c.
SKPDKBT, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang.
d.
SKPDN, jika jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak.
10
e. melengkapi isian SSPD-PAT pada tempat yang disediakan untuk Bendahara Penerima.
f. menginput SSPD-PAT ke dalam SISINFO Pajak Air Tanah.
Flow Chart Pendataan dan Penerbitan NPWD Pajak Air Tanah sama dengan Flow Chart
pendataan dan Penerbitan NPWD PHR, sehingga Flow Chart Pendataan dan Penerbitan NPWD
Pajak Air Tanah tidak digambarkan pada bagian ini
2)
11
12
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049).
2)
Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 7 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan
1.3.2 Bagian-BagianTerlibat
1)) SOP Pembayaran dan Pelaporan dan Penetapan
a. UPTD
b. Kabid Retribusi dan Penetapan Lain-Lain
c. Sekretaris
d. Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis
1.3.4 Deskripsi SOP Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
1) SOP Pembayaran, Pelaporan dan Penetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(1) Wajib pajak menghitung, memperhitungkan dan menetapkan sendiri BPHTB yang terutang
berdasarkan SSPD untuk satu masa pajak (sesuai Pasal 13 ayat 1 Perda No.7 Tahun 2010)
(2) Wajib Pajak/Kuasa Wajib Pajak membawa berkas SSPD-BPHTB dan dokumen pendukung
lainnya ke Dispenda u.p Unit Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD) ke bagian penerima berkas.
Standard Operating Procedures
Dinas Pendapatan Kota Denpasar
13
Bagian penerima berkas melakukan ceklist pada formulir legalisisr SSPD untuk ceklist
kelengkapan dokumen pendukung BPHTB, selanjutnya di dibukukan pada buku agenda.
(3) Pajak yang terhutang berdasarkan perhitungan sendiri oleh Wajib Pajak dibayar dengan
menggunakan formulir SSPD-BPHTB ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk,
namun terlebih dahulu mengisi formulir permohonan penelitian SSPD-BPHTB. Berdasarkan
formulir penelitian Petugas Peneliti melakukan pemeriksaan dan penelaahan SSPD-BPHTB dan
dokumen pendukung dari wajib pajak, dan apabila telah sesuai data objek pajak, nilai BPHTB
yang tercantum dalam SSPD-BPHTB dan dokumen pendukung telah lengkap maka petugas
peneliti menandatangani formulir permohonan penelitian.
(4) Apabila SSPD-BPHTB dan dokumen pendukungnya dinyatakan lengkap selanjutnya divalidasi
oleh Kabid Retribusi/Pendapatan lain-lain.
(5) Wajib membayar ke Bendahara Penerima dengan melampiri SSPD-BPHTB ke Loket penerimaan
SSPD-BPHTB membuat Tanda Terima rangkap 2, lembar 1 diserahkan kepada Penyetor/Wajib
Pajak dan lembar 2 di arsip urut nomer. SSPD-BPHTB dibuat dalam rangkap 6 dengan distribusi:
Lembar 1 untuk wajib pajak sebagai bukti pembayaran
Lembar 2 untuk Dispenda melalui Bank BPD Cabang Utama Denpasar
Lembar 3 untuk Dispenda disampaikan oleh Wajib pajak
Lembar 4 untuk Tempat Pembayaran BPHTB
Lembar 5 untuk PPAT/Notaris/ka.Kantor Lelang/Pejabat Lelang/Pejabat Pertanahan
Lembar 6 Untuk Pembukuan pada Dispenda Kota Denpasar
Lembar 1 dan Lembar 5 setelah pembayaran diserahkan ke Wajib Pajak.
(6) Berdasarkan hasil pemeriksaan Disependa Kota Denpasar dapat menerbitkan:
a.
b.
SKPDKB, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan jumlah pajak yang terhutang.
c.
SKPDKBT, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang.
d.
SKPDN, jika jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak.
14
1.3.5 Flow Chart SOP Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
.Flow Chart Pembayaran, Pelaporan Dan Penetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
pada halaman 16
15
16