Anda di halaman 1dari 16

STANDARD OPERATING PROCEDURES

DINAS PENDAPATAN KOTA DENPASAR


TAHUN 2011

Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Denpasar merupakan salah satu Satuan Kerja Pemerintah Kota
Denpasar. Salah satu tugas pokok Dispenda Kota Denpasar adalah mengelola pajak-pajak daerah
dengan cara-cara tertentu sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku. Agar tugas pengelolaan
pajak daerah tersebut dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka disusunlah SOP yang akan
menjadi pedoman pelaksanaan teknis semua pekerjaan yang terkait dengan proses penetapan,
penagihan, pemungutan, dam pencatatan pajak daerah.

Pajak daerah yang menjadi tanggung jawab Dispenda Kota Denpasar tahun 2011 adalah pajak hotel,
pajak restoran, pajak hiburan, pajak air tanah, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
karena pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan memiliki karakteristik yang sama maka dibuat
satu SOP untuk ketiga pajak tersebut. Pajak air tanah (PAT), dan bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (BPHTB) masing-masing memerlukan SOP tersendiri. SOP yang disusun mencakup 3
(tiga) SOP yakni: SOP Pajak Hotel, Hiburan dan Restoran; SOP Pajak Air Tanah, dan SOP Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

1.1 SOP Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan


1.1.1 Dasar Hukum
1)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049)

2)

Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Pajak Restoran.

3)

Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pajak Hiburan.

4)

Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Pajak Hotel.

1.1.2 Bagian-bagian terlibat


1)

SOP Penerbitan NPWPD


a) Kasi Pendataan
b) Kabid Pendataan dan Penetapan
c) Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis)

2) SOP Pembayaran dan Pelaporan dan Penetapan


a) Kasir/tempat pembayaran yang ditunjuk
b) Kasi Pemeriksaan
c) Kasi Penetapan
d) Kabid Pendataan dan Penetapan
e) Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis)
3) SOP Penagihan
a) Petugas Pungut
Standard Operating Procedures
Dinas Pendapatan Kota Denpasar

b) Kasir/Bendahara Penerima
c) Kasi Penagihan dan Perhitungan
d) Kasi Pertimbangan dan Keberatan
e) Kasi Pembukuan, Restitusi dan Verifikasi
f) Kabid Penagihan
g) Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis)

1.1.3. Formulir-formulir yang Digunakan


1) Permohonan NPWPD
2) Tanda Terima
3) Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD)
4) Surat Pemberitahuan Tagihan Pajak Daerah (SPTPD)
5) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPD) KB/N/LB
6) Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)
7) Surat Permohonan Keberatan Pajak
8) Surat Penolakan Keberatan Pajak
9) Surat Keputusan Keberatan Pajak
10) Surat Perjanjian Angsuran
11) Surat Teguran
12) Surat Peringatan
13) Surat Paksa
14) Surat Berita Acara Penyampaian Surat Paksa
15) Surat Perintah Pelaksanaan Penyitaan
16) Surat Berita Acara Pelaksanaan Sita
17) Surat Permintaan Lelang

1.1.4 Deskripsi SOP Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan


1) SOP Pendataan dan Penerbitan NPWPD
NPWPD adalah nomor pokok wajib pajak daerah yang merupakan nomor identifikasi wajib pajak
hotel, restoran, dan hiburan.
Format NPWPD: NPWPD terdiri atas dua belas digit angka yang dipisahkan oleh tiga digit titik
sebagai berikut:
satu digit angka sesuai jenis usaha wajib pajak,
titik
tujuh digit angka nomor register wajib pajak
titik
dua digit angka koda kecamatan
titik
dua digit angka koda desa atau kelurahan.
Contoh NPWPD: 3.0001234.01.02

Standard Operating Procedures


Dinas Pendapatan Kota Denpasar

Prosedur Pemberian NPWPD


A. Untuk Wajib Pajak yang mendaftarkan diri
(1) Wajib Pajak diminta mengisi dan menandatangani formulir permohonan NPWPD.
(2) Seksi pendataan membuat SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib
pajak kemudian mencatat dalam Buku Induk.
(3) SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib pajak diajukan kepada Kepala
Dinas Pendapatan untuk ditandatangani.
(4) Mendistribusikan SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD kepada wajib pajak
dengan mengisi formulir Tanda Terima.
B. Untuk Wajib Pajak yang teridentifikasi oleh Petugas Pendataan
(1) Petugas Pendataan memberikan informasi mengenai kewajiban pajak daerah.
(2) Wajib Pajak diminta mengisi dan menandatangani formulir permohonan NPWPD.
(3) Seksi pendataan membuat SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib
pajak kemudian mencatat dalam Buku Induk.
(4) SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib pajak diajukan kepada Kepala
Dinas Pendapatan untuk ditandatangani.
(5) Mendistribusikan SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD kepada wajib pajak
dengan mengisi formulir Tanda Terima.
C. Untuk Wajib Pajak yang teridentifikasi dari informasi pihak ketiga
(1) Petugas Pendataan mendatangi Wajib Pajak ke lokasi usahanya.
(2) Petugas Pendataan memberikan informasi mengenai kewajiban pajak daerah.
(3) Wajib Pajak diminta mengisi dan menandatangani formulir permohonan NPWPD.
(4) Seksi pendataan membuat SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib
pajak kemudian mencatat dalam Buku Induk.
(5) SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib pajak diajukan kepada Kepala
Dinas Pendapatan untuk ditandatangani.
(6) Mendistribusikan SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD kepada wajib pajak
dengan mengisi formulir Tanda Terima.
2) SOP Pembayaran, Pelaporan dan Penetapan
(1) Wajib Pajak menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan sendiri pajak yang terutang
dengan mengisi SPTPD untuk satu masa pajak.
(2) Pajak yang terhutang berdasarkan perhitungan sendiri oleh Wajib Pajak dibayar dengan
menggunakan formulir SSPD ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk.
(3) SPTPD dan salinan SSPD disetor/dilaporkan ke Loket Dispenda. Loket penerimaan SPTPD
dan SSPD membuat Tanda Terima rangkap 2, lembar 1 diserahkan kepada Penyetor/Wajib
Pajak dan lembar 2 di arsip urut nomer.
(4) Setiap periode tertentu dilakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak, berdasarkan hasil
pemeriksaan maka dapat diterbitkan:
a. SKPDKB, jika berdasarkan hasil pemeriksaan pajak terhutang tidak atau kurang dibayar.
b. SKPDKBT, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang.
Standard Operating Procedures
Dinas Pendapatan Kota Denpasar

c. SKPDN, jika jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak.
(5) SKPDKB/SKPDKBT/SKPDN kemudian dikirim ke wajib pajak.
(6)

Wajib pajak yang menerima SKPDKB bisa mengajukan keberatan apabila tidak setuju
terhadap SKPDKB tersebut dengan mengajukan surat keberatan.

(7) Berdasarkan hasil verifikasi seksi keberatan akan mengeluarkan surat penolakan atau surat
keputusan baru.
(8) Berdasarkan hasil tersebut maka wajib pajak melunasi tagihan tersebut dengan mengisi
formulir

SURAT

SETORAN

PAJAK

DAERAH

(SSPD)

dan

membayar

melalui

kasir/bendaharawan penerima.

3)

SOP Penagihan

Terhadap Wajib Pajak yang tidak melakukan pembayaran pajak terhutang maka dilakukan prosedur
penagihan sebagai berikut:
(1) Setiap pagi Bidang Penagihan meminta sejumlah Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) untuk
didistribusikan kepada petugas yang akan melakukan pemungutan PHR dan Hiburan.
(2) Petugas pungut diberi Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) dalam jumlah sesuai dengan jumlah
WP yang akan ditagih hari itu. Pengambilan tersebut dicatat dalam Buku Ekspedisi Petugas
Pungut. Sore harinya, petugas pungut menyerahkan uang hasil pungutan beserta tembusan
Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) kepada Bidang Penagihan (melalui kepala seksi terkait atau
koordinator petugas pungut) serta mengembalikan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) yang
batal dipakai.
(3) Bidang Penagihan
a. merekap hasil tagihan pajak dan mencocokkannya dengan jumlah yang tertera pada Surat
Setoran Pajak Daerah (SSPD),
b. mengarsip tembusan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) dalam arsip masing-masing WP
secara urut-tanggal,
c. menyerahkan lembar 2 beserta uang hasil penagihan kepada Bendahara Penerima, dan
d. menyerahkan lembar 4 kepada Bidang Pembukuan.
e. Mengembalikan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) yang tidak atau belum terpakai kepada
Bendahara Penerima.
(4) Bendahara Penerima
a. mencocokkan jumlah uang yang diserahkan oleh Bidang Penagihan dengan jumlah yang
tertera pada Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD),
b. mencatat Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) secara urut nomor pada Buku Register,
c. menyimpan uang hasil penagihan di brankas,
d. menyetorkan hasil penagihan ke bank pada keesokan harinya,
e. melengkapi isian Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) pada tempat yang disediakan untuk
Bendahara Penerima.
f. menginput Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) ke dalam SISINFO PHR.

Standard Operating Procedures


Dinas Pendapatan Kota Denpasar

4) SOP Penetapan Denda dan Bunga


(1) Tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 20 (dua puluh)
hari kerja setelah terutang pajak.
(2) Apabila wajib pajak tidak membayar sesuai SKPDKB/SKPDKBT maka akan diterbitkan STPD,
dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
(3) Jumlah kekurangan pajak terutang dalam STPD dikenakan sanksi administratif berupa bunga 2%
(dua perseratus) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terhutangnya
pajak.
(4) Jumlah kekurangan pajak yang terutang SKPDKB dikenakan sanksi administratif berupa bunga
2% (dua perseratus) setiap bulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk
jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
(5) umlah kekurangan pajak yang terutang SKPDKBT dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan
sebesar 100% (seratus perseratus) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Kenaikan ini tidak
dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
(6) Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, selain pajak terhutang dihitung secara jabatan, juga
dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) dari
pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga 2% (dua perseratus) setiap bulan
dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan
dihitung sejak saat terutangnya pajak.
(7) Setiap Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPTPD secara benar dan lengkap kepada Walikota,
diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Standard Operating Procedures


Dinas Pendapatan Kota Denpasar

1.1.5 Flow Chart Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan


1) Flow Chart Pendataan dan Penerbitan NPWPD
Gambar 1. Prosedur Pemberian NPWPD Bagi Wajib Pajak
CALONWAJIBPAJAK

SEKSIPENDATAAN/KABID

KADIS

MULAI

PERMOHONAN
NPWPD

PERMOHONAN
NPWPD

KARTUNPWPD

KARTUNPWPD

SKPENUNJUKAN

SKPENGUKUHAN

SKPENUNJUKAN
SKPENGUKUHAN

KARTUNPWPD

SKPENGUKUHAN

DITANDA
TANGANI

Mencatatke
BukuInduk

SKPENUNJUKAN

TANDATERIMA

TANDATERIMA
DITANDA
TANGANI

N
SELESAI

Standard Operating Procedures


Dinas Pendapatan Kota Denpasar

Standard Operating Procedures


Dinas Pendapatan Kota Denpasar

1.2 SOP PAJAK AIR TANAH


1.2.1 Dasar Hukum
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049).
2) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pajak Air Tanah.

1.2.2 Bagian-bagianTerlibat
1) SOP Penerbitan NPWPD
a. Kasi Pendataan
b. Kabid Pendataan dan Penetapan
c. Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis)
2) SOP Pembayaran, Pelaporan, Penetapan, dan Penagihan
a. UPTD
b. Kasi Pemeriksaan
c. Kasi Penetapan
d. Kabid Pendataan dan Penetapan
e. Petugas Pungut
f.

Kasi Penagihan dan Perhitungan

g. Kasi Pertimbangan dan Keberatan


h. Kasi Pembukuan, Restitusi dan Verifikasi
i.

Kabid Penagihan

j.

Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis)

1.2.3 Formulir-formulir yang Digunakan


Formulir-formulir yang digunakan dalam SOP Pajak Air Tanah adalah:
1)

Permohonan NPWD

3)

Lembar Penetapan Pajak Air Tanah (LP-PAT)

3)

Surat Setoran Pajak Daerah-Pajak Air Tanah (SSPD-PAT)

4)

Surat pemberitahuan Pajak Daerah (SPTD)

5)

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) LB/KB/N/KBT

6)

Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)

7)

Formulir Pendaftaran Wajib Pajak

8)

Kartu Pencatatan Stand Meter Air Tanah

10) SKPD- Pajak Air Tanah


11) SSPD- Pajak Air Tanah
12) Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
13) Berita Acara Pelaksanaan Sita
14) Surat Keputusan Penolakan Keberatan
15) Surat Permohonan Keberatan Pajak
16) Surat Permintaan Pelaksanaan Lelang Barang-Barang Sitaan atas Tunggakan Pajak
Standard Operating Procedures
Dinas Pendapatan Kota Denpasar

17) Formulir Surat Perjanjian Anggaran


18) Berita Acara Penyampaian Surat Paksa

1.2.4 Deskripsi SOP Pajak Air Tanah


SOP pendataan dan penerbitan Pajak Air Tanah secara alur sama dengan SOP Pendataan
dan penerbitan NPWD PHR. sehingga pada bagian berikut akan dipaparkan SOP pembayaran,
pelaporan dan penetapan Pajak Air Tanah dan SOP penagihan pajak air tanah.

1) SOP Pembayaran, Pelaporan dan Penetapan Pajak Air Tanah


(1) Petugas pembaca water meter berdasarkan tugasnya mencatat dalam laporan pemakaian air
tanah. Berdasarkan data pemakaian air tanah seksi penetapan dan pembukuan membuat
SKPD dalam rangkap 7. Sebelum di distribusikan di tandatangani oleh Kabid Pendtaan dan
Penetapan. Distribusi SKPD-PAT:
- lembar 1 untuk wajib pajak
- lembar 2 untuk untuk Bank BPD
- lembar 3 untuk bagian keuangan Stda Kota Denpasar
- lembar 4 untuk bidang pengaihan seksi pembukuan Dispenda
- lembar 5 untuk bidang pendataan dan penetapan Dispenda
- lembar 6 untuk bidang Penagihan seksi perhitungan Dispenda
- lembar 7 untuk Bendahara Penerima Dispenda
(2) Apabila wajib pajak tidak keberatan, maka dilakukan pembayaran ke bendahara penerima
atau langsung ke kas daerah Kas daerah/Bed. Penerima menerbitkan SSPD dan dicata oleh
Sie Penetapan dari Pembukuan selanjutnya dilakukan verifikasi terhadap jumlah setoran
yang menjadi kewajiban wajib pajak, apabila nihil, maka disampaikan SKPDN, apabila tidak,
maka diterbitkan STPD atas pajak terhutang.
(3) Apabila wajib pajak tidak keberatan, maka dilakukan pembayaran ke bendahara penerima
atau langsung ke kas daerah daerah/Bedahara Penerima dengan lampirkan SSPD-PAT dan
dicata oleh Sie Penetapan dari Pembukuan. SSPD-PAT dibuat dalam rangkap 7 dengan
distribusi:
- lembar 1 untuk wajib pajak
- lembar 2 untuk Bank BPD
- lembar 3 untuk Bagian Keuangan Setda Kota Denpasar
- lembar 4 untuk Bidang Penagihan seksi Pembukuan Dispenda
- lembar 5 untuk Bidang Pendataan dan Penetapan Dispenda
- lembar 6 untuk Bidang Penagijanseksi Perhitungan Dispenda
- Lembar 7 untuk Bendahara Penerima Dispenda
Selanjutnya dilakukan verifikasi terhadap jumlah setoran yang menjadi kewajiban wajib pajak,
apabila nihil, maka disampaikan SKPDN, apabila tidak, maka diterbitkan STPD atas pajak
terhutang
(4) Wajib Pajak yang merasa keberatan dapat mengajukan permohonan keberatan UPT,
kemudian dokumen dikirimkan kepada Sie Pelayanan & Pengaduan untuk selanjutnya
Standard Operating Procedures
Dinas Pendapatan Kota Denpasar

diadakan verifikasi atas keberatan pajak oleh Sie Penetapan dan Pembukuan. Apabila
keberatan diterima akan diterbitkan SKPD baru atas jumlah pajak yang harus disetorkan,
apabila keberatan ditolak, maka diterbitkan surat penolakan dan Wajib Pajak harus tetap
membayar pajak..
(5) Setiap periode tertentu dilakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak, berdasarkan hasil
pemeriksaan maka dapat diterbitkan
a. SKPDLB, jika berdasarkan hasil pemeriksaan menentukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak terutang
b.

SKPDKB, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan jumlah pajak yang terhutang.

c.

SKPDKBT, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang.

d.

SKPDN, jika jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak.

(6) SKPDLB/SKPDKB/SKPDKBT/SKPDN kemudian dikirim ke wajib pajak.


(7) Wajb Pajak mengisi formulir SSPD sesuai berdasarkan SKPDLB/ SKPDKB/SKPDKBT dan
menyetorkan/restitusinya ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk.

2) SOP Penagihan Pajak Air Tanah


Terhadap Wajib Pajak yang tidak melakukan pembayaran pajak terhutang maka dilakukan prosedur
penagihan sebagai berikut:
(1) Bidang Penagihan meminta sejumlah SSPD-PAT untuk didistribusikan kepada petugas yang
akan melakukan pemungutan Pajak Air Tanah.
(2) Petugas pungut diberi SSPD-PAT dalam jumlah sesuai dengan jumlah WP yang akan ditagih hari
itu. Pengambilan tersebut dicatat dalam Buku Ekspedisi Petugas Pungut. Sore harinya, petugas
pungut menyerahkan uang hasil pungutan beserta tembusan SSPD-PAT kepada Bidang
Penagihan (melalui kepala seksi terkait atau koordinator petugas pungut) serta mengembalikan
Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) yang batal dipakai.
(3) Bidang Penagihan
a. merekap hasil tagihan pajak dan mencocokkannya dengan jumlah yang tertera pada SSPDPAT,
b. mengarsip tembusan SSPD-PAT dalam arsip masing-masing WP secara urut-tanggal,
c. menyerahkan lembar 2 beserta uang hasil penagihan kepada Bendahara Penerima, dan
menyerahkan lembar 4 kepada Bidang Pembukuan.
d. Mengembalikan SSPD-PAT yang tidak atau belum terpakai kepada Bendahara Penerima.
(4) Bendahara Penerima
a. mencocokkan jumlah uang yang diserahkan oleh Bidang Penagihan dengan jumlah yang
tertera pada SSPD-PAT,
b. mencatat SSPD-PAT secara urut nomor pada Buku Register,
c. menyimpan uang hasil penagihan di brankas,
d. menyetorkan hasil penagihan ke bank pada keesokan harinya,
Standard Operating Procedures
Dinas Pendapatan Kota Denpasar

10

e. melengkapi isian SSPD-PAT pada tempat yang disediakan untuk Bendahara Penerima.
f. menginput SSPD-PAT ke dalam SISINFO Pajak Air Tanah.

1.2.5 Flow Chart Pajak Air Tanah


1)

Flow Chart Pendataan dan Penerbitan NPWD Pajak Air Tanah sama dengan Flow Chart
pendataan dan Penerbitan NPWD PHR, sehingga Flow Chart Pendataan dan Penerbitan NPWD
Pajak Air Tanah tidak digambarkan pada bagian ini

2)

Flow Chart Pajak Air Tanah disajikan pada halaman 12

Standard Operating Procedures


Dinas Pendapatan Kota Denpasar

11

Standard Operating Procedures


Dinas Pendapatan Kota Denpasar

12

1.3 SOP BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN


1.3.1 Dasar Hukum
1)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049).

2)

Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 7 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan

1.3.2 Bagian-BagianTerlibat
1)) SOP Pembayaran dan Pelaporan dan Penetapan
a. UPTD
b. Kabid Retribusi dan Penetapan Lain-Lain
c. Sekretaris
d. Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis

1.3.3 Formulir-formulir yang Digunakan


Formulir-formulir yang digunakan dalam SOP Bea perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah:
1) Tanda Terima/Legalisir SSPD
2) Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang-Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT-PBB)
3) Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD-BPHTB)
4) Formulir Permohonan Penelitian SSPD-BPHTB
5) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) KB/N/LB
6) Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)
7) Surat Keputusan Keberatan (SKK)
8) Formulir Surat Tagihan Pajak Daerah
9) SKPD- BPHTB
10) SSPD- BPHTB
11) Formulir Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
12) Bentuk Formulir Berita Acara Pelaksanaan Sita
13) Bentuk Formulir Surat Keputusan Penolakan Keberatan
14) Bentuk Surat Permohonan Keberatan Pajak
15) Bentuk Surat Permintaan Pelaksanaan Lelang Barang-Barang Sitaan atas Tunggakan Pajak
16) Bentuk Formulir Surat Perjanjian Anggaran
17) Bentuk Formulir Berita Acara Penyampaian Surat Paksa

1.3.4 Deskripsi SOP Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
1) SOP Pembayaran, Pelaporan dan Penetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(1) Wajib pajak menghitung, memperhitungkan dan menetapkan sendiri BPHTB yang terutang
berdasarkan SSPD untuk satu masa pajak (sesuai Pasal 13 ayat 1 Perda No.7 Tahun 2010)
(2) Wajib Pajak/Kuasa Wajib Pajak membawa berkas SSPD-BPHTB dan dokumen pendukung
lainnya ke Dispenda u.p Unit Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD) ke bagian penerima berkas.
Standard Operating Procedures
Dinas Pendapatan Kota Denpasar

13

Bagian penerima berkas melakukan ceklist pada formulir legalisisr SSPD untuk ceklist
kelengkapan dokumen pendukung BPHTB, selanjutnya di dibukukan pada buku agenda.
(3) Pajak yang terhutang berdasarkan perhitungan sendiri oleh Wajib Pajak dibayar dengan
menggunakan formulir SSPD-BPHTB ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk,
namun terlebih dahulu mengisi formulir permohonan penelitian SSPD-BPHTB. Berdasarkan
formulir penelitian Petugas Peneliti melakukan pemeriksaan dan penelaahan SSPD-BPHTB dan
dokumen pendukung dari wajib pajak, dan apabila telah sesuai data objek pajak, nilai BPHTB
yang tercantum dalam SSPD-BPHTB dan dokumen pendukung telah lengkap maka petugas
peneliti menandatangani formulir permohonan penelitian.
(4) Apabila SSPD-BPHTB dan dokumen pendukungnya dinyatakan lengkap selanjutnya divalidasi
oleh Kabid Retribusi/Pendapatan lain-lain.
(5) Wajib membayar ke Bendahara Penerima dengan melampiri SSPD-BPHTB ke Loket penerimaan
SSPD-BPHTB membuat Tanda Terima rangkap 2, lembar 1 diserahkan kepada Penyetor/Wajib
Pajak dan lembar 2 di arsip urut nomer. SSPD-BPHTB dibuat dalam rangkap 6 dengan distribusi:
Lembar 1 untuk wajib pajak sebagai bukti pembayaran
Lembar 2 untuk Dispenda melalui Bank BPD Cabang Utama Denpasar
Lembar 3 untuk Dispenda disampaikan oleh Wajib pajak
Lembar 4 untuk Tempat Pembayaran BPHTB
Lembar 5 untuk PPAT/Notaris/ka.Kantor Lelang/Pejabat Lelang/Pejabat Pertanahan
Lembar 6 Untuk Pembukuan pada Dispenda Kota Denpasar
Lembar 1 dan Lembar 5 setelah pembayaran diserahkan ke Wajib Pajak.
(6) Berdasarkan hasil pemeriksaan Disependa Kota Denpasar dapat menerbitkan:
a.

SKPDLB, jika berdasarkan hasil pemeriksaan menentukan jumlah kelebihan pembayaran


pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak terutang

b.

SKPDKB, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan jumlah pajak yang terhutang.

c.

SKPDKBT, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang.

d.

SKPDN, jika jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak.

(7) SKPDLB/SKPDKB/SKPDKBT/SKPDN kemudian dikirim ke wajib pajak.


(8) Wajib Pajak mengisi formulir SSPD-BPHTB berdasarkan SKPDLB/ SKPDKB/SKPDKBT dan
menyetorkan/restitusinya ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk. Selanjutnya
distribusi SSPD-BPHTB sesuai dengan prosedur (5)
(9) Apabila jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB/SKPDKBT terlambat dibayar paling lama 24
(dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak maka akan diterbitkan Surat
Tagihan Pajak Daerah (STPD).
(10) Bagi Wajib Pajak penerima Waris/Hibah Wasiat yang keberatan atas pajak terutang/STPD
BPHTB dapat mengajukan Permohonan Keringanan dan Pengurangan BPHTB.
(11) Apabila dalam pemeriksaan ditemukan, maka Bidang Pendataan dan Penetapan dapat
menerbitkan SKPD
Standard Operating Procedures
Dinas Pendapatan Kota Denpasar

14

2) SOP Penagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangungan


Terhadap Wajib Pajak yang tidak melakukan pembayaran pajak terhutang maka dilakukan prosedur
penagihan sebagai berikut:
(1) Bidang Penagihan meminta sejumlah SSPD-BPHTB untuk didistribusikan kepada petugas yang
akan melakukan pemungutan BPHTB.
(2) Petugas pungut diberi SSPD-BPHTB dalam jumlah sesuai dengan jumlah WP yang akan ditagih
hari itu. Pengambilan tersebut dicatat dalam Buku Ekspedisi Petugas Pungut. Sore harinya,
petugas pungut menyerahkan uang hasil pungutan beserta tembusan Surat Setoran Pajak
Daerah (SSPD) kepada Bidang Penagihan (melalui kepala seksi terkait atau koordinator petugas
pungut) serta mengembalikan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) yang batal dipakai.
(3) Bidang Penagihan
a. merekap hasil tagihan pajak dan mencocokkannya dengan jumlah yang tertera pada Surat
Setoran Pajak Daerah SSPD-BPHTB,
b. mengarsip tembusan SSPD-BPHTB dalam arsip masing-masing WP secara urut-tanggal,
c. menyerahkan lembar 2 beserta uang hasil penagihan kepada Bendahara Penerima, dan
menyerahkan lembar 4 kepada Bidang Pembukuan.
d. Mengembalikan SSPD-BPHTB yang tidak atau belum terpakai kepada Bendahara Penerima.
(4) Bendahara Penerima
a. mencocokkan jumlah uang yang diserahkan oleh Bidang Penagihan dengan jumlah yang
tertera pada SSPD-BPHTB,
b. mencatat SSPD-BPHTB secara urut nomor pada Buku Register,
c. menyimpan uang hasil penagihan di brankas,
d. menyetorkan hasil penagihan ke bank pada keesokan harinya,
e. melengkapi isian SSPD-BPHTB pada tempat yang disediakan untuk Bendahara Penerima.
f. menginput SSPDBPHTB ke dalam SISINFO Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

1.3.5 Flow Chart SOP Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
.Flow Chart Pembayaran, Pelaporan Dan Penetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
pada halaman 16

Standard Operating Procedures


Dinas Pendapatan Kota Denpasar

15

Standard Operating Procedures


Dinas Pendapatan Kota Denpasar

16

Anda mungkin juga menyukai