(SOP)
PAJAK HOTEL, PAJAK RESTAURANT, PAJAK HIBURAN, PAJAK AIR TANAH, BPHTB DAN PBB P2
DINAS PENDAPATAN KOTA DENPASAR
Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Denpasar merupakan salah satu Satuan Kerja Pemerintah Kota Denpasar.
Salah satu tugas pokok Dispenda Kota Denpasar adalah mengelola pajak-pajak daerah dengan cara-cara tertentu sesuai
dengan peraturan dan norma yang berlaku. Agar tugas pengelolaan pajak daerah tersebut dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien maka disusunlah SOP yang akan menjadi pedoman pelaksanaan teknis semua pekerjaan yang terkait
dengan proses penetapan, penagihan, pemungutan, dam pencatatan pajak daerah.
Pajak daerah yang menjadi tanggung jawab Dispenda Kota Denpasar adalah Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Air Tanah, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi Dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB). Karena Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan memiliki karakteristik yang
sama maka dibuat satu SOP untuk ketiga pajak tersebut. Pajak air tanah (PAT), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB) masing-masing memerlukan SOP
tersendiri. SOP yang disusun mencakup (Empat) SOP yakni: SOP Pajak Hotel, Hiburan dan Restoran; SOP Pajak Air
Tanah; SOP Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan SOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan.
A.
4. Deskripsi SOP Pendataan dan penetapan Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan
a. Pendataan Wajib Pajak
Untuk Wajib Pajak yang mendaftarkan diri
Wajib Pajak diminta mengisi dan menandatanggani formulir permohonan Kartu NPWPD
Seksi Pendataan membuat SK Pengukuhan, Sk Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib pajak
kemudian mencatat dalam Buku Induk
SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib pajak diajukan kepada Kepala Dinas
Pendapatan untuk ditandatangami
Mendistribusikan SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD kepada wajib pajak dengan
mengisi formulir Tanda Terima
Untuk Wajib Pajak yang teridentifikasi oleh Petugas Pendataan
Seksi pendataan membuat SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan kartu NPWPD wajib pajak
kemudian mencatat dalam Buku Induk
SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan kartu NPWPD wajib pajak diajukan kepada Kepala Dinas
Pendapatan untuk ditandatangani
Mendistribusikan SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD kepada wajib pajak dengan
mengisi formulir tanda terima
b. Pemerikasaan Ke Lokasi Wajib Pajak
Petugas Pendataan mendatangi wajib pajak ke lokasi usaha
Petugas Pendataan memberikan informasi mengenai kewajiban Pajak Daerah
Wajib Pajak diminta mengisi dan menandatangani formulir permohonan NPWPD
Seksi pendataan membuat SK pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib pajak kemudian
mencatat dalam Buku Induk
SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib pajak diajukan kepada Kepala Dinas
Pendapatan untuk ditandatangani
Mendistribusikan SK pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD kepada wajib pajak dengan
mengisi formulir Tanda Terima
c. Penetapan Pajak
Wajib Pajak menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan sendiri pajak yang tertuang dengan
mengisi SPTPD untuk satu masa pajak
Pajak yang terhutang berdasarkan perhitungan sendiri oleh wajib pajak dibayarkan dengan
menggunakan formulir SSPD ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk
SPTPD dan salinan SSPD disetor/dilaporkan ke Loket Dispenda. Loket penerimaan SPTPD dan SSPD
dengan SPTPD rangka 3, Lembar 3 diserahkan kepada Penyetor/Wajib Pajak dan lembar 1-2 di arsip
urut nomor. Sedangkan SSPD rangkap 6 lembar, lembar 1 diserahan ke penyetor, dan lembar 2-6 diarsip
urut nomor.
Setiap periode tertentu dilakukan pemerikasaan terhadap wajib pajak, berdasarkan hasil pemeriksaan
maka dapat diterbitkan :
SPKDKB, jika berdasarkan hasil pemerikasaan pajak terhutang tidak atau kurang dibayar
SKPDKBT, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan
penambahan jumlah pajak terhutang
SKPDN jika jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak
SKPDKB/SKPDKBT/SKPDN kemudian dikirim ke wajib pajak
Wajib pajak yang menerima SKPDKB bisa mengajukan keberatan apabila tidak setuju terhadap SKPDKB
tersebut dengan mengajukan surat keberatan
Berdasarkan hasil verifikasi seksi keberatan akan mengeluarkan surat penolakan atau surat keputusan
baru
Berdasarkan hasil tersebut maka wajib pajak melunasi tagihan tersebut dengan mengisi formulir Surat
Setoran Pajak Daerah (SSPD) dan membayar melalui kasir/bendahara penerima
5. Deskripsi SOP Penagihan Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan
a. Penagihan dan Perhitungan
Terhadap Wajib Pajak yang tidak melakukan pembayaran pajak terhutang maka dilakukan prosedur
penagihan sebagai berikut :
Setiap pagi Bidang Penagihan meminta sejumlah Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) untuk
didistribusikan kepada petugas yang akan melakukan pemungutan PHR dan Hiburan
Petugas pungut diberi Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) dalam jumlah sesuai dengan jumlah WP
yang akan ditagih hari ini. Pengambilan tersebut di catat dalam Buku Ekspedisi Petugas Pugut. Sore
harinya petugas pungut menyerahkan uang hasil pungutan beserta tembusan Surat Setoran Pajak
Daerah (SSPD) kepada Bidang Penagihan (melalui kepala seksi terkait atau koordinator petugas
pungut) serta mengembalikan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) yang batal dipakai
Merekap hasil tagihan pajak dan mencocokannya dengan jumlah yang tertera pada Surat Setoran Pajak
Daerah (SSPD)
Seksi Pembukuan Restitusi dan Verifikasi mengarsip tembusan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD)
dalam arsip masing-masing WP secara urut tanggal
Menyerahkan lembar 2 beserta uang hasil penagihan kepada Bendahara Penerima untuk disimpan di
brangkas, dan menyerahkan lembar 4 kepada Seksi Pembukuan Restitusi dan Verifikasi
Mengembalikan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) yang tidak atau belum terpakai kepada Bendahara
Penerima
Menyetorkan hasil penagihan ke bank pada saat hari tersebut. Namun bila telah lewat jam pelayanan
bank, maka uang hasil pungutan diserahkan ke Bendahara
Melengkapi isian Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) pada tempat yang disediakan untuk Bendahara
Penerima
Melaksanakan penerbitan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) yang merupakan Surat Ketetapan Pajak
Daerah (SKPD)
b. Bendahara Penerima
Selain harus disetorkan ke Bank persepsi dan/atau pada kondisi tertentu Bendahara Penerima dapat
menerima setoran pajak dengan:
Mencocokan jumlah uang yang diserahkan oleh Bidang Penagihan dengan jumlah yang tertera pada
Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD)
Mencatat Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) secara urut nomor pada Buku Register
Menyimpan uang hasil penagihan di brankas atas hasil penagihan yang tidak dapat disetorkan ke bank
pada hari itu
Menginput Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) ke dalam SISINFO PHR
Menyetorkan hasil penangihan pajak hari sebelumnya ke bank
c. Surat Ketetapan Pajak Daerah
Tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak terutang paling lama sampai dengan tanggal 20
(dua puluh) bulan bersangkutan setelah terutang pajak
Apablia wajib pajak tidak membayarkan sesuai SKPDKB/SKPDKBT maka akan diterbitkann STPD, dan
harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterbitkan
Jumlah kekurangan pajak terhutang dalam STPD dikenakan sanksi adminitratif berupa bunga 2% (dua
perseratus) setiap bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terhutangnya pajak
Jumlah kekurangan pajak terhutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi adminitratif berupa bunga 2%
(dua perseratus) setiap bulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayarkan untuk jangka
waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak terutangnya pajak
Jumlah kekurangan pajak yang terutang SKPDKBT dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan
sebesar 100% (seratus perseratus) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Kenaikan ini tidak dikenakan
jika wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan dindakan pemeriksaan
Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, selain pajak terhutang dihitung secara jabatan, juga
dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) dari pokok
pajak ditambah sanksi administratitif berupa bunga 2%( dua perseratus) setiap bulan dihitung dari pajak
yang kurang atau terlambat bayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat
terhutangnya pajak, dengan SKPDKB/SKPDBT/SKPDN
Setiap Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPTPD secara benar dan lengkap kepada Walikota,
diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
d. Pertimbangan dan Keberatan
Atas hasil pelaksanaan penagihan Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan yang sudah dilaporkan, dilakukan
analisa terhadap pajak-pajak yang belum terpungut
Hasil analisa dilaporkan dalam kajian piutang Pajak Daerah
Dilaksanakan penerbitan surat keringanan atas perhitungan pajak terhutang yang belum tertagih sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Walikota Denpasar Nomor 16 Tahun 2013
Dilakukan penerbitan surat peringatan kepada wajib pajak yang belum melakukan kewajiban
pembayaran pajak
B.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
uang hasil pungutan beserta tembusan SSPD-PAT kepada Bidang Penagihan (melalui Kepala Seksi
terkait atau Koordinator petugas pungut) serta mengembalikan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD)
yang batal dipakai
Bidang Penagihan
Merekap hasil tagihan pejak dan mencocokannya dengan jumlah yang tertera pada SSPD-PAT
Mengarsip tembusan SSPD-PAT dalam arsip masing-masing WO secara urut Tanggal
Menyerahkan lembar 2 beserta uang hasil penagihan kepada Bendahara Penerima dan menyertakan
lembar 4 kepada Bidang Pembukuan
Mengembalikan SSPD-PAT yang tidak atau belum terpakai kepada Bendahara Pemerim
Bendahara Penerima
Mencocokan jumlah uang yang diserahkan oleh Bidang Penagihan dengan jumlah yang tertera pada
SSPD-PAT
Mencatat SSPD-PAT secara urut nomor pada Buku Register
Menyimpan uang hasil penagihan di brankas
Menetorkan hasil penagihan ke bank pada keesokan harinya
Melengkapi isian SSPD-PAT pada tempat yang disediakan untuk Bendahara Penerima
Menginput SSPD-PAT ke dalam SISINFO Pajak Air Tanah
5. Flow Chart Pajak Air Tanah
Flow Chart Pendataan dan Penerbitan NPWD Pajak Air Tanah sama dengan Flow Chart pendataan dan
Penerbitan NPWD PHR, sehingga Flow Chart Pendataan dan Penerbitan NPWD Pajak Air Tanah tidak
digambarkan pada bagian ini
C.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
4. Deskripsi SOP Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
a. Wajib Pajak melakukan perhitungan sendiri BPHTB yang terhutang berdasarkan SSPD untuk satu masa
pajak (sesuai Pasal 13 ayat 1 Perda no.7 Tahun 2010), dan mengkonsulltasikannya dengan petugas
pelayanan di UPT BPHTB.
b. Bagi Wajib Pajak penerima Waris/Hibah Wasiat yang keberatan atas pajak terhutang / STPD BPHTB
terlebih dahulu mengajukan permohonan keringanan dan pengurangan BPHTB.
c. Berdasarkan hasil konsultasi, Wajib Pajak melakukan pembayaran dengan menggunakan formulir SSPD
BPHTB ke kas daerah melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD ) Bali Cabang Utama Denpasar, namun
terlebih dahulu mengisi Formulir Permohonan penelitian SSPD BPHTB
d. Wajib Pajak juga dapat membayar ke Bendahara Penerima dengan melampiri SSPD - BPHTB
e. SSPD BPHTB dibuat dalam rangkap 7 dengan distribusi :
Lembar 1 untuk Wajib Pajak sebagai bukti pembayaran
Lembar 2 untuk Dispenda melalui Bank BPD Cabang Utama Denpasar
Lembar 3 untuk Dispenda disampaikan oleh Wajib Pajak
Lembar 4 untuk Tempat Pembayaran BPHTB
Lembar 5 untuk PPAT/Notaris / Ka. Kantor Lelang/ Pejabat Pertanahan
Lembar 6 untuk Pembukuan pada Dinas Kota Denpasar
Lembar 7 untuk Bagian Keuangan Setda Kota Denpasar
Lembar 1 dan Lembar 5 setelah pembayaran diserahkan ke Wajib Pajak.
f. Wajib Pajak mempersiapkan berkas- berkas yang diperlukan bersama dengan notaris yang dipilih, dan
membawa berkas SSPD-BPHTB dan dokumen pendukung lainnya ke Dispenda u.p Unit Pelayanan Terpadu
(UPT) BPHTB ke Bangian Penerima Berkas
g. Bagian penerima berkas melakukan ceklist pada formulir legalisir SSPD untuk ceklist kelengkapan dokumen
pendukung BPHTB, selanjutnya dibukukan pada buku agenda dan diinput dalam sistem aplikasi BPTHB
h. Berdasarkan formulir penelitian, Petugas Peneliti melakukan pemeriksaan dan penelaahan SSPD-BPHTB
dan dokumen pendukung dari wajib pajak, dan apabila telah sesuai data objek pajak, nilai BPHTB yang
tercantum dalam SSPD-BPHTB dan dokumen pendukung telah lengkap maka petugas peneliti
menandatangani formulir permohoan penelitian
i. Apabila SSPD-BPHTB dan dokumen pendukungnya dinyatakan lengkap selanjutnya divalidasi oleh Kepala
UPT BPHTB atau Kepala Bidang PBB, BPTHB dan Pendapatan Lain-lain
j. Berdasarkan hasil pemerikasan, Dispenda Kota Denpasar dapat menerbitkan:
SKPDLB, jika berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan terjadi kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah pembayaran pajak lebih besar daripada pajak terhutang
SKPDKB, Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak terhutang tidak atau kurang
dibayar
SKPDKBT, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan
penambahan jumlah pajak yang terhutang
k. SKPDLB/SKPDKB/SKPDKBT kemudian dikirim ke wajib pajak
l. Wajib Pajak mengisi formulir SSPD_BPHTB berdasarkan SKPDLB/SKPDKB/SKPDKBT dan menyetorkan
restitusinya ke kas daerah melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali Cabang Utama Denpasar.
Selanjutnya distribusi SSPD-BPHTB sesuai dengan point e. Diatas
5. Flow Chart SOP Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Flow Chart Pembayaran, Pelaporan Dan Penetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dapat
dilihat pada gambar 5.
D.
c. Langkah ini merupakan pekerjaan lapangan untuk memperoleh data objek pajak. Bersamaan dengan
langkah ini, fungsi penilaian melakukan pekerjaanya (dijelaskan dibagian penilaian). Terdapat 4 alternatif
untuk memperoleh data wajib pajak, yaitu :
Menyampaikan dan Memantau Pengembalian SPOP
Fungsi pendataan membuat sket/ peta blok berdasarkan sket, peta desa/ keDesa/Lurahan. Sket/ peta
blok ini kemudian akan digunakan untuk membuat sket letak relatif bidang objek pajak dan
kelengkapan administrasi, fungsi pendataan akan memiliki daftar sementara daftar objek dan subjek
pajak serta sket letak relatif bidang. Daftar sementara data objek dan subjek pajak ini akan disimpan
didalam arsip
Fungsi pendataan akan memberi nomor objek pajak (NOP) terhadap objek pajak yang didata dan
juga mengedintifikasi kumpulan objek pajak tersebut berdasarkan batas rukun tetangga (RT) dan
rukun warga (RW)
Mengukur Bidang Objek Pajak
Berdasarkan sket, peta desa/ keDesa/Lurahan serta sket relatif bidang, fungsi pendataan mengukur
batas batas objek pajak dan menempelkan stiker NOP di bangunan yang sudah diukur
Fungsi pendataan akan mengisi SPOP berdasarkan data objek pajak yang telah diukur lalu
menyerahkan SPOP tersebut kepada wajib pajak
Wajib pajak mengecek data yang diisikan pada SPOP mereka kemudian menandatangani SPOP
tersebut. Setelah itu, wajib pajak akan mengembalikan SPOP ke fungsi pendataan
Mengidentifikasi Objek Pajak
Berdasarkan sket, peta keDesa/Lurahan serta sket relatif bidang, fungsi pendataan mengidentifikasi
data objek pajak dan memberi NOP berdasarkan data tersebut
Fungsi pendataan mengisi data objek pajak dan wajib pajak pada SPOP kemudian memberikan
SPOP yang telah diisi tersebut kepada wajib pajak untuk dikonfirmasi
Wajib pajak mengecek data yang telah diisikan pada SPOP mereka kemudian menandatangani
SPOP tersebut. Setelah itu, wajib pajak akan mengembalikan SPOP ke fungsi pendataan
Memferifikasi Data Objek Pajak
Berdasarkan sket, peta desa/ keDesa/Lurahan serta relatif bidang, fungsi pendataan meneliti dan
atau tidaknya perubahan data mengenai objek pajak terkait. Jika tidak ada, fungsi pendataan akan
menyalin data yang tersedia ke SPOP. Jika ada perubahan, maka fungsi pendataan akan melakukan
revisi terlebih dahulu. Setelah itu, SPOP yang telah diisi, baik dengan data lama yang tidak berubah
maupun data baru hasl revisi, akan diserahkan ke wajib pajak
Wajib pajak mengecek data yang diisikan pada SOP mereka kemudian menandatangani SPOP
tersebut. Setelah itu, wajib pajak akan mengembalikan SPOP ke fungsi pendataan
d. Fungsi pendataan memberi kode ZNT berdasarkan SPOP yang telah diisi. Kemudian, SPOP yang telah
memiliki kode ZNT ini akan diteliti dan diarsipkan. Kegiatan meneliti SPOP sendiri terdiri dari melengkapi
SPOP yang belum lengkap lalu mencocokan SPOP yang sudah lengkap dengan sket/ peta blok/ ZNT
e. Berdasarkan data pasar, daftar biaya komponen bangunan (DBKB), peta blok, SPOP, serta net konsep sket/
peta ZNT, fungsi pendataan akan meneliti data-data masukan ini kemudian menyerahkanya ke fungsi
pengolahan data
f. Fungsi pengolahan data menyimpan data data ini ke dalam basis data mereka lalu mengembalikan
dokumen dokumen aslinya ke fungsi pendataan. Fungsi pendataan kemudian akan menyimpan dokumen
dokumen ini kedalam arsip yang sesuai
4. Prosedur Pendataan Objek Pajak
Perosedur Pendataan Objek Pajak dilihat pada gambar 7.
7. Deskripsi SOP Penilaian Massal Bangunan dengan DBKB Objek Pajak Standar
a. Fungsi penilaian membuat volume jenis pekerjaan serta data harga satuan pekerjaan
dalam rangka
menyusun rencana anggaran biaya bangunan
b. Setelah memiliki biaya dasar total bangunan, fungsi penilaian menghitung biaya dasar keseluruhan
bangunan untuk mendapatkan DBKB objek pajak standar
c. Fungsi penilaian menentukan NJOP bangunan standar. NJOP bangunan standar merupakan keluaran dari
tahap ini. NJOP ini akan digunakan sebagai salah satu komponen dalam menghitung PBB terutang
8. Prosedur Penilaian Massal Bangunan dengan DBKB Objek Pajak Standar
Prosedur Penilaian Massal Bangunan dengan DBKB Objek Pajak Standar dapat dilihat pada gambar 9
9. Deskripsi SOP Penilaian Massal Bangunan dengan DBKB Objek Pajak Non Stand
a. Fungsi penilaian menyusun daftar komponen bangunan untuk menentukan nilai komponen utama bangunan,
nilai komponen material bangunan, serta nilai komponen fasilitas bangunan
b. Berdasarkan daftar nilai komponen utama bangunan, daftar nilai komponen material bangunan, serta daftar
nilai komponen fasilitas bangunan tersebut, fungsi penilaian membuat DBKB objek pajak non standar
c. Fungsi penilaian menentukan NJOP bangunan non standar. NJOP bangunan non standar merupakan
keluaran dari tahap ini. NJOP ini akan digunakan sebagai salah satu komponen dalam menghitung PBB
terutang3
10. Prosedur Penilaian Massal Bangunan dengan DBKB Objek Pajak Non Stand
Prosedur Penilaian Massal Bangunan dengan DBKB Objek Pajak Non Standar
gambar 10
11. Deskripsi SOP Penilaian Dengan Pendekatan Data Pasar (Untuk Pasar)
a. Fungsi penilaian melakukan persiapan kegiatan menilai objek pajak ; membuat rencana kerja serta
menyiapkan dokumen dokumen pendukung seperti SPOP dan lembar kerja objek khusus (LKOK)
b. Fungsi penilaian mengumpulkan data pasar tanah dan membandingkannya dengan objek pajak terkait. Jika
selisihnya kurang dari 10% terhadap NIR, fungsi penilaian akan menggunakan NIR sebagai dasar penetapan
PBB. Namun, jika selisihnya lebih dari 10%, fungsi penilaian akan membuat rekomendasi NIR untuk
penilaian periode berikutnya
c. Fungsi penilaian menentukan NJOP bumi. NJOP bumi merupakan keluaran dari tahap ini. NJOP ini akan
digunakan sebagai salah satu komponen dalam menghitung PBB terutang
12. Deskripasi SOP Penilaian Dengan Pendekatan Biaya (Untuk Tanah Dan Bangunan)
a. Fungsi penilaian melakukan penilaian berdasarkan SPOP dan LKOK objek pajak terkait. Untuk tanah,
penilaian yang dilakukan sama dengan pada tahap penilaian dengan pendekatan data pasar. Sementara itu,
untuk bangunan, fungsi penilaian perlu menghitung nilai perolehan baru bangunan terkait lalu dikurangi nilai
penyusutan
b. Fungsi penilaian menentukan NJOP, baik untuk bumi dan bangunan. NJOP bumi dan NJOP bangunan
merupakan keluaran dari tahap ini. NJOP ini akan digunakan sebagai salah satu komponen dalam
menghitung PBB terutang
13. Deskripsi SOP Penetapan PBB
Prosedur penetapan ini mencakup tahapan fungsi penetapan dalam mencetak dan menyampaikan surat
pemberitahuan pajak terutang (SPPT) kepada wajib pajak. Dalam proses distribusi SPPT, fungsi penetapan
dibantu oleh petugas ditempat pembayaran PBB. Disamping itu, prosedur ini juga mencakup proses
keberatan`yang mungkin diajukan oleh wajib pajak
a. Fungsi penetapan mencetak surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT),surat storan pajak daerah (SSPD),
serta dua lembar daftar himpunan ketetapan pajak (DHKP) berdasarkan data pasar, DBKB, peta blok,
SPOP, dan net konsep sket/ peta ZNT yang diperoleh dari fungsi pengolahan data
b. Fungsi penetapan menyerahkan DHKP serta SSPD ketempat pembayaran PBB. Tempat pembayaran PBB
akan menyimpan SSPD dan lembar pertama DHKP kedalam arsip masingmasing kemudian menyerahkan
lembar kedua DHKP kepada petugas pemungut. Fungsi penetapan juga akan mendistribusikan SPPT ke
wajib pajak melalui tempat pembayaran PBB
c. Wajib pajak yang merasa keberatan dalam jumlah pajak terutang mengajukan keberatan dengan cara
menyerahkan surat keberatan, SPPT/ surat ketetapan pajak (SKP) serta bukti pendukung yang diperlukan
kepada fungsi pelayanan
d. Fungsi pelayanan memverifikasi surat kebenaran keberatan, SPPT/ surat ketetapan pajak (SKP) serta bukti
pendukung yang diserahkan oleh wajib pajak. Jika tidak sesuai, keberatan tidak dapat diproses sehingga
data data tersebut dikembalikan kepada wajib pajak terkait. Namun jika sesuai, data data tersebut akan
diteruskan ke fungsi penetapan
e. Fungsi penetapan memeriksa surat keberatan, SPPT/ surat ketetapan pajak (SKP) serta bukti pendukung.
Jika dapat diproses lebih lanjut, fungsi penetapan akan menerbitkan berita acara (BA) pemeriksaan dan
memberikannya ke kepala dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah (DPPKA).
f. Kepala DPPKA membuat surat keputusan berdasarkan Berita Acara pemeriksaan dan menyerahkannya ke
fungsi penetapan untuk diteruskan ke wajib pajak
14. Prosedur Penilaian Dengan Pendekatan Biaya (Untuk Tanah Dan Bangunan)
Prosedur Penilaian dengan Pendekatan Biaya (Untuk Tanah dan Bangunan) dapat dilihat pada gambar 11
TPE membuat daftar pembayaran PBB berdasarkan bukti bayar kemudian mengembalikan bukti bayar
tersebut ke wajib pajak. Kwmudian, wajib pajak memberikan bukti bayar ke tempat pembayaran PBB
ntuk memperoleh SSPD
Tempat pembayaran yang di tunjuk melakukan verifikasi atas SPPT yang diserahkan oleh wajib pajak
dan kemudian menandatangani SSPD (tiga lembar). Lembar pertama SSPD diserahkan kepada wajib
pajak sebagai bukti pembayaran PBB
Tempat pembayaran PBB melakukan pencatatan PBB yang telah diterima baik di daftar realisasi serta
buku penerimaan dan penyetoran PBB
Tempat penyetoran PBB menyetorkan PBB yang telah dibayarkan ke kas bank. SSPD kedua akan
diserahkan kepada bendahara penerimaan dan yang ke tiga akan disimpan ke dalam arsip SSPD di
tempat pembayaran PBB. Setelah menyetorkan PBB ke bank, tempat pembayaran PBB akan menerima
surat tanda setoran (STS) sebanyak dua lembar
Tempat pembayaran PBB akan mencatat penyetoran pada buku penerimaan dan penyetoran kemudian
menyerahkan lembar pertama STS kepada bendahara penerimaan dan menyimpan lembar keduanya
didalam arsip
16. Prosedur Pembayaran PBB
Prosedur Pembayaran PBB dapat dilihat pada gambar 12