Anda di halaman 1dari 25

Paham(i) PEMINDAHBUKUAN

www.pajak.go.id
Dasar Hukum

Pasal 16, 17, DAN 18 PMK 242/PMK.03/2014


Tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak

www.pajak.go.id
Definisi

Pemindahbukuan adalah suatu proses memindahbukukan penerimaan pajak


untuk dibukukan pada penerimaan pajak yang sesuai.
dapat dilakukan ke pembayaran PPh, PPN, PPnBM, PBB, dan Bea Meterai

Bukti Pemindahbukuan yang selanjutnya disebut Bukti Pbk adalah bukti yang
menunjukkan bahwa telah dilakukan Pemindahbukuan.

SSP Bukti Pbk

www.pajak.go.id
Alasan Pemindahbukuan

A. Pemindahbukuan karena adanya kesalahan dalam pengisian formulir SSP, SSPCP, baik
menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain

 dapat berupa kesalahan dalam pengisian formulir SSP berupa NPWP dan/atau nama Wajib
Pajak, NOP, kode akun pajak dan/atau kode jenis setoran, Masa Pajak dan/atau Tahun
Pajak, nomor ketetapan, dan/atau jumlah pembayaran.

 Kesalahan dalam pengisian formulir SSPCP dapat berupa kesalahan dalam pengisian NPWP
pemilik barang di dalam Daerah Pabean, Masa Pajak dan/atau Tahun Pajak, atau jumlah
pembayaran pajak

www.pajak.go.id
Alasan Pemindahbukuan

B. adanya kesalahan dalam pengisian data pembayaran pajak yang dilakukan melalui sistem
pembayaran pajak secara elektronik sebagaimana tertera dalam BPN

berupa NPWP dan/atau nama Wajib Pajak, NOP, kode akun pajak dan/atau kode jenis setoran,
Masa Pajak dan/atau Tahun Pajak, nomor ketetapan, dan/atau jumlah pembayaran

• Perhatikan Cetakan Billing sebelum melakukan


pembayaran
• Jika Cetakan Billing Tidak Benar, Silakan Membuat Kode
Billing yang Baru

www.pajak.go.id
Alasan Pemindahbukuan

C. adanya kesalahan perekaman atas SSP, SSPCP, yang dilakukan Bank Persepsi/Pos
Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing
terjadi apabila data yang tertera pada lembar asli SSP, SSPCP, berbeda dengan data
pembayaran yang telah divalidasi oleh Bank Persepsi/Pos Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank
Persepsi Mata Uang Asing

D. kesalahan perekaman atau pengisian Bukti Pbk oleh pegawai Direktorat Jenderal Pajak
terjadi dalam hal data yang tertera dalam Bukti Pbk berbeda dengan permohonan
Pemindahbukuan Wajib Pajak

E. dalam rangka pemecahan setoran pajak dalam SSP, SSPCP, BPN, atau Bukti Pbk menjadi
beberapa jenis pajak atau setoran beberapa Wajib Pajak, dan/atau objek pajak PBB

www.pajak.go.id
Alasan Pemindahbukuan

F. jumlah pembayaran pada SSP, BPN, atau Bukti Pbk lebih besar daripada pajak yang
terutang dalam Surat Pemberitahuan, surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang, Surat Ketetapan Pajak PBB atau Surat Tagihan Pajak PBB;

G. jumlah pembayaran pada SSPCP atau Bukti Pbk lebih besar daripada pajak yang terutang
dalam pemberitahuan pabean impor, dokumen cukai, atau surat tagihan/surat penetapan

H. Pemindahbukuan karena sebab lain yang diatur oleh Direktur Jenderal Pajak.

www.pajak.go.id
Yang Tidak Dapat Dilakukan
Pemindahbukuan

Pemindahbukuan tidak dapat dilakukan dalam hal

1. Pemindahbukuan atas SSP yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak,


yang tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (8) Undang-Undang
PPN
2. Pemindahbukuan ke pembayaran PPN atas objek pajak yang harus dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak dengan menggunakan SSP yang kedudukannya dipersamakan dengan
Faktur Pajak
3. Pemindahbukuan ke pelunasan Bea Meterai yang dilakukan dengan membubuhkan tanda
Bea Meterai Lunas dengan mesin teraan meterai digital

www.pajak.go.id
Pemindahbukuan Dalam Mata
Uang Dollar AS

Pemindahbukuan bagi Wajib Pajak yang melakukan pembayaran dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat hanya dapat dilakukan antar pembayaran pajak yang dilakukan dalam
mata uang Dollar Amerika Serikat.

www.pajak.go.id
Pengajuan Permohonan

diajukan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat pembayaran diadministrasikan


diajukan langsung atau melalui POS
Surat permohonan ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Pengurus yang berhak
mewakili Wajib Pajak Badan
dilampiri dengan bukti pendukung terjadinya kesalahan penyetoran:
a. asli SSP (lembar ke-1), asli SSPCP (lembar ke-1), asli Bukti Pbk (lembar ke-1), dokumen BPN
b. asli surat pernyataan kesalahan perekaman dari Bank apabila akibat kesalahan perekaman bank
c. asli pemberitahuan pabean impor, asli dokumen cukai, atau asli surat tagihan/surat penetapan dalam hal
permohonan Pemindahbukuan diajukan atas SSPCP
d. fotokopi Kartu Tanda Penduduk penyetor atau pihak penerima Pemindahbukuan, dalam hal tidak
mencantumkan NPWP atau mencantumkan angka 0 (nol) pada 9 (sembilan) digit pertama NPWP
e. fotokopi dokumen identitas penyetor atau dokumen identitas wakil badan dalam hal penyetor melakukan
kesalahan pengisian NPWP
f. Surat pernyataan dari Wajib Pajak yang nama dan NPWP-nya tercantum dalam SSP, yang menyatakan bahwa
SSP tersebut sebenarnya bukan pembayaran pajak untuk kepentingannya sendiri dan tidak keberatan
dipindahbukukan dalam hal nama dan NPWP pemegang asli SSP (yang mengajukan permohonan
Pemindahbukuan) tidak sama dengan nama dan NPWP yang tercantum dalam SSP www.pajak.go.id
Bentuk formulir PBK

www.pajak.go.id
Pihak Yang Mengajukan Pemindahbukuan

www.pajak.go.id
Belum Diperhitungkan Dengan Pajak Yang
Terhutang

Pembayaran pajak yang tercantum dalam SSP, SSPCP, BPN atau Bukti Pbk dapat diajukan
permohonan Pemindahbukuan dalam hal pembayaran tersebut belum
diperhitungkan dengan pajak yang terutang dalam SPT, Surat Tagihan Pajak dan/atau
surat ketetapan pajak, Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang, Surat Tagihan Pajak PBB
dan/atau Surat Ketetapan Pajak PBB, Pemberitahuan Impor Barang (PIB), dokumen cukai,
atau surat tagihan/surat penetapan

Penelitian Material

www.pajak.go.id
Kesalahan Penyetoran Yang Sering Terjadi

1. Kesalahan pengisian masa pajak terkait masa pelaporan/pembayaran, Wajib Pajak


perlu memperhatikan saat terhutang dan jangka waktu pembayaran dan pelaporan,
ketentuan terkait penyetoran dan pelaporan sebagai berikut :
No. Jenis Pajak Batas Pembayaran (Paling Lambat ...) Batas Pelaporan
(Pasal 2 PMK 242/PMK.03/2014) Undang Undang di bidang Perpajakan
1 PPh pasal 4(2) setor sendiri tgl 15 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
2 PPh pasal 4(2) pemotongan tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
3 PPh pasal 15 setor sendiri tgl 15 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
4 PPh pasal 15 pemotongan tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
5 PPh pasal 21 tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
6 PPh pasal 23/26 tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
7 PPh pasal 25 tgl 15 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya

PPh pasal 22 impor setor sendiri (dilunasi


8 saat penyelesaian dokumen PIB
bersamaan dg bea masuk, PPN, PPnBM)

9 PPh pasal 22 impor yang pemungutan oleh BC 1hari kerja berikutnya hari kerja terakhir minggu berikutnya

hari yang sama dg pembayaran atas


10 PPh pasal 22 pemungutan oleh bendaharawan 14 hari setelah masa pajak berakhir
penyerahan barang

www.pajak.go.id
No. Jenis Pajak Batas Pembayaran (Paling Lambat ...) (Pasal 2 PMK Batas Pelaporan Undang Undang di bidang Perpajakan
242/PMK.03/2014)
11 PPh pasal 22 migas tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya

12 PPh pasal 22 pemungutan oleh WP badan tertentu tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya

akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir & sebelum


13 PPN & PPnBM akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir
SPT masa PPN disampaikan

14 PPN atas kegiatan membangun sendiri tgl 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir

PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari Luar
15 tgl 15 bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Daerah Pabean

16 PPN & PPnBM Pemungutan Bendaharawan tgl 7 bulan berikutnya akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir

PPN dan/ atau PPnBM pemungutan oleh Pejabat Penandatanganan harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan
17
Surat Perintah Membayar sebagai Pemungut PPN pembayaran kepada PKP Rekanan Pemerintah melalui KPPN

18 PPN & PPnBM Pemungutan selain bendaharawan tgl 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir

PPh 25 WP kriteria tertentu yang dapat melaporkan beberapa


19 harus dibayar paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir. 20 hari setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir
Masa Pajak dalam satu SPT Masa. (Pasal 3 ayat (3B) UU KUP)

Pembayaran masa selain PPh 25 WP kriteria tertentu yang dapat


harus dibayar paling lama sesuai dengan batas waktu untuk
20 melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa. (Pasal 3 20 hari setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir.
masing-masing jenis pajak.
ayat (3B) UU KUP)

www.pajak.go.id
Kesalahan Penyetoran Yang Sering Terjadi

2. Kesalahan pengisian Kode Jenis Pajak, ketentuan terkait Kode akun Pajak dan Kode
Jenis Pajak terdapat di Peraturan Jenderal Pajak Per-09/PJ/2020 tanggal 30 April 2020,
misalnya:

www.pajak.go.id
Kesalahan Penyetoran Yang Sering Terjadi

3. Kesalahan pengisian NPWP, Wajib Pajak perlu memperhatikan ketentuan pengisian


NPWP pada saat membuat kode billing, diantaranya :

PPh Pasal 22 Pemungut


atas Pemungutan PPh Pasal 22 oleh BUMN, Badan usaha atau BUMN hasil restrukturisasi,
Badan usaha yang dimiliki langsung oleh BUMN maka NPWP yang dicantumkan pada
SSP/BPN adalah NPWP pihak yang dipungut/lawan transaksi.

PPN Pemungut
Atas pemungutan PPN oleh BUMN dan Perusahaan Tertentu sebagai pemungut PPN maka
Surat Setoran Pajak dibuat oleh pemungut PPN atas nama rekanan dengan mencantumkan:
o Nomor Pokok Wajib Pajak, nama, dan alamat rekanan pada kolom Nomor Pokok
Wajib Pajak, kolom nama, dan kolom alamat; dan
o kode dan nomor seri Faktur Pajak pada kolom uraian.

www.pajak.go.id
Kesalahan Penyetoran Yang Sering Terjadi

3. Kesalahan pengisian NPWP, Wajib Pajak perlu memperhatikan ketentuan pengisian


NPWP pada saat membuat kode billing, diantaranya :

Pemotongan dan pemungutan PPh selain PPh Pasal 21/26 di KPP BKM (Besar, Khusus,
Madya)
a. dalam hal perjanjian atau kontrak yang menjadi dasar pelaksanaan transaksi
ditandatangani dan dibuat oleh pengurus Pusat, pemotongan dan pemungutan PPh
selain PPh Pasal 21/26 terutang di kantor Pusat dan mekanisme pemotongan atau
pemungutan, penyetoran, serta penyampaian SPT menggunakan NPWP Pusat
b. dalam hal perjanjian atau kontrak yang menjadi dasar pelaksanaan transaksi
ditandatangani dan dibuat oleh pengurus Cabang seperti Kepala Cabang atau Kepala
Perwakilan, pemotongan dan pemungutan PPh selain PPh Pasal 21/26 terutang di
Cabang dan mekanisme pemotongan atau pemungutan, penyetoran, dan penyampaian
SPT menggunakan NPWP Cabang

www.pajak.go.id
Ketentuan

 Dalam hal permohonan Pemindahbukuan memenuhi ketentuan, Direktur Jenderal Pajak


menerbitkan Bukti Pbk
 Tanggal pembayaran pajak yang berlaku dalam Bukti Pbk mengacu pada tanggal bayar
yang tertera pada BPN atau tanggal bayar berdasarkan validasi MPN pada Surat Setoran
 Asli SSP, SSPCP, atau Bukti Pbk yang telah dipindahbukukan harus dibubuhi cap dan
ditandatangani oleh kepala kantor Direktorat Jenderal Pajak yang melakukan
Pemindahbukuan.
 Bukti Pbk merupakan dasar penyesuaian atas pembayaran dan penyetoran pajak yang
dilakukan Wajib Pajak.

www.pajak.go.id
Catatan Tambahan

 Surat permohonan pemindahbukuan menggunakan formulir sebagaimana dicontohkan


dalam lampiran PMK 242/PMK.03/2014
 Bukti Pendukung adanya kesalahan penyetoran dilampirkan pada saat mengajukan
pemindahbukuan misalnya: faktur pajak dan invoice apabila terkait dengan setoran
pemungut, Surat Kuasa Khusus atau Surat Keterangan apabila penandatangan surat
permohonan bukan termasuk pengurus yang berhak mewakili Wajib Pajak Badan dll

www.pajak.go.id
Catatan Tambahan

 Apabila yang mengajukan pemindahbukuan adalah pemotong dan disebabkan oleh


adanya kelebihan pembayaran pajak akibat kesalahan pemotongan PPh Pasal 23/26
maka perlu:
1. Melakukan pembetulan bukti pemotongan dan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 23
dan/atau Pasal 26 Masa Pajak bersangkutan
2. melampirkan Surat Pernyataan dari Wajib Pajak yang dilakukan pemotongan bahwa
Wajib Pajak yang dilakukan pemotongan telah menerima pengembalian dari Wajib
Pajak pemotong dan tidak mengajukan permohonan pengembalian atas kelebihan
pemotongan ke KPP tempat Wajib Pajak yang dilakukan pemotongan terdaftar
3. Melampirkan Bukti potong di mana terdapat kesalahan pemotongan bersama
dengan bukti potong hasil pembetulan

www.pajak.go.id
Catatan Tambahan

 Apabila pengajuan pemindahbukuan disebabkan oleh kesalahan pembayaran PPN atas


pemanfaatan jasa luar negeri yang bersifat administratif maka berlaku ketentuan :
1. dokumen pembayaran tersebut merupakan bukti pembayaran PPN JLN yang secara
nyata terutang, yang dibuktikan dengan melampirkan dokumen tagihan dan rincian
berupa jenis dan nilai BKP Tidak Berwujud atau JKP serta nama dan alamat
penyedia BKP Tidak Berwujud atau JKP
2. kesalahan yang bersifat administratif berupa kesalahan dalam pengisian nama
Wajib Pajak, kode KPP, kode akun pajak, kode jenis setoran, NPWP, dan/atau Masa
Pajak, dalam dokumen pembayaran
3. bukti pembayaran PPN JLN tersebut belum atau telah diperhitungkan dalam SPT
Masa PPN, kecuali yang diajukan tersebut untuk membetulkan kesalahan Masa
Pajak, dapat diberikan sepanjang bukti pembayaran belum dikreditkan dalam SPT
Masa PPN Masa Pajak yang salah
www.pajak.go.id
Catatan Tambahan

 Apabila pengajuan pemindahbukuan dilakukan terhadap pembayaran atas utang pajak


maka berlaku ketentuan :
1. Utang pajak yang dimohonkan pemindahbukuan adalah utang pajak yang telah
inkrah.
2. Permohonan pemindahbukuan atas pembayaran utang pajak yg belum inkrah tidak
dapat diproses. Contohnya: Utang Pajak yang masih dalam sengketa pajak
(Keberatan/Banding/PK)
3. Case: Terbit SKPKB No. 123 atas PT A sebesar 1M dengan pembahasan yg disetujui
800 juta. PT A bayar atas SKPKB No. 123 sebesar 1M dan melakukan permohonan
Keberatan. Sebelum Keputusan Keberatannya terbit, PT A hendak melakukan
pemindahbukuan atas pembayaran sebesar 1M tersebut ke masa pajak yg lain.

www.pajak.go.id
www.pajak.go.id
www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai