Pasal 1 UU KUP
Pasal 10 ayat 1 UU KUP
PENGERTIAN SURAT SETORAN PAJAK
Surat Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau
Elektronik
Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka
menerbitkan dan mengelola Kode Billing
yang merupakan bagian dari sistem
penerimaan negara secara elektronik
Kode Billing
Kode Billing adalah kode identifikasi
yang diterbitkan melalui Sistem Billing
Direktorat Jenderal Pajak atas suatu
jenis pembayaran atau penyetoran
pajak
Per-05/PJ/2017
Pembayaran atau penyetoran pajak secara
elektronik melalui Sistem Billing Direktorat
Jenderal Pajak meliputi seluruh jenis pajak,
kecuali:
• pajak dalam rangka impor yang
diadministrasikan pembayarannya oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
dan/atau
• pajak yang tata cara pembayarannya
diatur secara khusus
Pasal 2 Per-05/PJ/2017
Transaksi pembayaran atau penyetoran pajak
dapat dilakukan melalui:
• teller Bank/Pos Persepsi;
• Anjungan Tunai Mandiri (ATM);
• internet banking;
• mobile banking;
• Electronic Data Capture (EDC); atau
• sarana lainnya
Pasal 3 Per-05/PJ/2017
Atas pembayaran atau penyetoran pajak, Wajib
Pajak menerima BPN sebagai bukti setoran
Bukti Penerimaan Negara (BPN) adalah
dokumen yang diterbitkan oleh Bank/Pos
Persepsi atas transaksi penerimaan negara
dengan teraan NTPN dan NTB atau NTP
sebagai sarana administrasi lain yang
kedudukannya disamakan dengan surat
setoran pajak
Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN)
adalah nomor tanda bukti pembayaran atau
penyetoran ke Kas Negara yang tertera pada
BPN dan diterbitkan oleh sistem settlement
yang dikelola DJPb Kemenkeu
Per-05/PJ/2017
BPN diterbitkan dalam bentuk:
• dokumen bukti pembayaran yang diterbitkan
Bank/Pos Persepsi, untuk pembayaran atau
penyetoran melalui teller dengan Kode Billing;
• struk bukti transaksi, untuk pembayaran
melalui ATM atau EDC;
• dokumen elektronik, untuk pembayaran atau
penyetoran melalui internet banking atau
mobile banking; atau
• teraan elemen data BPN pada SSP untuk
pembayaran melalui teller Bank/Pos Persepsi
dengan menggunakan SSP.
Pasal 3 Per-05/PJ/2017
Kapan harus
membayar pajak?
• PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh
Pemotong PPh
10
• PPh Pasal 15 yang dipotong oleh
Pemotong PPh
• PPh Pasal 21 yang dipotong oleh
Pemotong PPh
paling lama tanggal 10 bulan • PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang
berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
dipotong oleh Pemotong PPh
• PPh Pasal 22 yang pemungutannya
dilakukan oleh Wajib Pajak badan
tertentu sebagai Pemungut Pajak
• PPh dan PPN atau PPN dan PPnBM yang
telah dipotong dan/atau dipungut oleh
PMK-242/PMK.03/2014 Instansi Pemerintah Desa
PMK-231/PMK.03/2019
Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo
pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu
saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling
lama 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak
Pasal 9 UU PPh
• PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak
15
• PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri
• PPh Pasal 25
• PPN yang terutang atas pemanfaatan
Barang Kena Pajak tidak berwujud
paling lama tanggal 15 bulan dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
berikutnya setelah Masa Pajak Pabean
berakhir • PPN yang terutang atas kegiatan
membangun sendiri
• PPN atau PPN dan PPnBM yang
pemungutannya dilakukan oleh
Pemungut PPN yang ditunjuk selain
Instansi Pemerintah
PMK-242/PMK.03/2014
PPN disetor • PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang
PMK-242/PMK.03/2014
PMK-231/PMK.03/2019
Penyetoran • paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal
pelaksanaan pembayaran dengan
oleh Instansi mekanisme Uang Persediaan sesuai
Pemerintah ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan
Pusat/Daerah • pada hari yang sama dengan pelaksanaan
pembayaran dengan mekanisme
Langsung sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang
perpajakan
PMK-231/PMK.03/2019
PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari
PPh pengalihan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
tanah/bangunan yang dipotong/dipungut atau yang harus dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak, harus disetor sebelum
akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau
risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan ditandatangani oleh pejabat
yang berwenang
PMK-242/PMK.03/2014
Pajak dalam PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas
impor harus dilunasi bersamaan dengan saat
rangka impor pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk
ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau
PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi pada
saat penyelesaian dokumen pemberitahuan
pabean impor
PMK-242/PMK.03/2014
Jika tanggal jatuh tempo pembayaran atau
Hari libur penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur,
pembayaran atau penyetoran pajak dapat
dilakukan paling lambat pada hari kerja
berikutnya
PMK-242/PMK.03/2014
Boleh ngga bayar
pajak diangsur?
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kepada
Direktur Jenderal Pajak untuk mengangsur atau
menunda:
• kekurangan pembayaran pajak sesuai SPT Tahunan
PPh,
• pajak yang terutang dalam SPPT PBB, atau
• pajak yang masih harus dibayar dalam STP, SKPKB,
serta SKPKBT, dan SK Keberatan, SK Pembetulan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali,
yang selanjutnya disebut utang pajak,
dalam hal Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas
atau mengalami keadaan di luar kekuasaannya sehingga
Wajib Pajak tidak mampu memenuhi kewajiban pajak
pada waktunya
PMK-242/PMK.03/2014
Syarat pengajuan harus diajukan menggunakan surat permohonan
pengangsuran pembayaran pajak atau surat
angsuran atau permohonan penundaan pembayaran pajak
mencantumkan:
• jumlah utang pajak yang pembayarannya
dimohonkan untuk diangsur, masa angsuran,
dan besarnya angsuran; atau
• jumlah utang pajak yang pembayarannya
dimohonkan untuk ditunda dan jangka waktu
PMK-18/PMK.03/2021 penundaan
Syarat pengajuan dilampiri alasan dan bukti kesulitan likuiditas
atau keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak
angsuran atau berupa laporan keuangan interim, laporan
keuangan, atau catatan tentang peredaran atau
penundaan penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
untuk suatu
pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan
SPT Tahunan
administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per
bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu
penyampaian SPT Tahunan sampai dengan
tanggal pembayaran, dan dikenakan paling lama
24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan
pajak yang
pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada
saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang
masih harus dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar itu dikenai sanksi administratif berupa bunga
dibayar sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan untuk seluruh masa, yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan
tanggal pembayaran atau tanggal diterbitkannya
STP, dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan
penundaan
bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dari jumlah pajak yang masih harus
penyampaian
kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang
atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, Wajib
SPT Tahunan Pajak dikenai bunga sebesar tarif bunga per bulan
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang
dihitung dari saat berakhirnya batas waktu
penyampaian SPT Tahunan sampai dengan tanggal
dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut dan
dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan