Anda di halaman 1dari 38

KUP Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan


Pembayaran Pajak
Materi
Pembahasan
Pembayaran Pajak

• Kewajiban pembayaran pajak


• Jangka waktu pembayaran pajak
• Angsuran pembayaran pajak
• Sanksi dalam pembayaran atau penyetoran
pajak

s emua i l ustra s i da l a m s l i de bers umber da ri C a nva .co m


Pajak PENGERTIAN PAJAK TERUTANG

Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar

Terutang pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun


Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

KEWAJIBAN WAJIB PAJAK

Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang


terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke
kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

Pasal 1 UU KUP
Pasal 10 ayat 1 UU KUP
PENGERTIAN SURAT SETORAN PAJAK
Surat Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau

Setoran penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan


menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan

Pajak cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran


yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan

VALIDASI SURAT SETORAN PAJAK

Surat Setoran Pajak berfungsi sebagai bukti


pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh Pejabat
kantor penerima pembayaran yang berwenang atau
apabila telah mendapatkan validasi, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Pasal 1 UU KUP Keuangan
Pasal 10 ayat 1 UU KUP
Pembayaran Pajak
secara elektronik
Pengertian
Pembayaran
pembayaran atau penyetoran pajak yang

Pajak Secara dilakukan melalui Sistem Billing DJP. Sistem


Billing Direktorat Jenderal Pajak adalah
sistem elektronik yang dikelola oleh

Elektronik
Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka
menerbitkan dan mengelola Kode Billing
yang merupakan bagian dari sistem
penerimaan negara secara elektronik

Kode Billing
Kode Billing adalah kode identifikasi
yang diterbitkan melalui Sistem Billing
Direktorat Jenderal Pajak atas suatu
jenis pembayaran atau penyetoran
pajak
Per-05/PJ/2017
Pembayaran atau penyetoran pajak secara
elektronik melalui Sistem Billing Direktorat
Jenderal Pajak meliputi seluruh jenis pajak,
kecuali:
• pajak dalam rangka impor yang
diadministrasikan pembayarannya oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
dan/atau
• pajak yang tata cara pembayarannya
diatur secara khusus

Pasal 2 Per-05/PJ/2017
Transaksi pembayaran atau penyetoran pajak
dapat dilakukan melalui:
• teller Bank/Pos Persepsi;
• Anjungan Tunai Mandiri (ATM);
• internet banking;
• mobile banking;
• Electronic Data Capture (EDC); atau
• sarana lainnya

Pasal 3 Per-05/PJ/2017
Atas pembayaran atau penyetoran pajak, Wajib
Pajak menerima BPN sebagai bukti setoran
Bukti Penerimaan Negara (BPN) adalah
dokumen yang diterbitkan oleh Bank/Pos
Persepsi atas transaksi penerimaan negara
dengan teraan NTPN dan NTB atau NTP
sebagai sarana administrasi lain yang
kedudukannya disamakan dengan surat
setoran pajak
Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN)
adalah nomor tanda bukti pembayaran atau
penyetoran ke Kas Negara yang tertera pada
BPN dan diterbitkan oleh sistem settlement
yang dikelola DJPb Kemenkeu

Per-05/PJ/2017
BPN diterbitkan dalam bentuk:
• dokumen bukti pembayaran yang diterbitkan
Bank/Pos Persepsi, untuk pembayaran atau
penyetoran melalui teller dengan Kode Billing;
• struk bukti transaksi, untuk pembayaran
melalui ATM atau EDC;
• dokumen elektronik, untuk pembayaran atau
penyetoran melalui internet banking atau
mobile banking; atau
• teraan elemen data BPN pada SSP untuk
pembayaran melalui teller Bank/Pos Persepsi
dengan menggunakan SSP.
Pasal 3 Per-05/PJ/2017
Kapan harus
membayar pajak?
• PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh
Pemotong PPh

10
• PPh Pasal 15 yang dipotong oleh
Pemotong PPh
• PPh Pasal 21 yang dipotong oleh
Pemotong PPh
paling lama tanggal 10 bulan • PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang
berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
dipotong oleh Pemotong PPh
• PPh Pasal 22 yang pemungutannya
dilakukan oleh Wajib Pajak badan
tertentu sebagai Pemungut Pajak
• PPh dan PPN atau PPN dan PPnBM yang
telah dipotong dan/atau dipungut oleh
PMK-242/PMK.03/2014 Instansi Pemerintah Desa
PMK-231/PMK.03/2019
Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo
pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu
saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling
lama 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak

Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT


Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum SPT
Pajak Penghasilan disampaikan

STP, SKPKB, serta SKPKBT, dan SK Keberatan, SK Pembetulan,


Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah,
harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan

Pasal 9 UU PPh
• PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak

15
• PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri
• PPh Pasal 25
• PPN yang terutang atas pemanfaatan
Barang Kena Pajak tidak berwujud
paling lama tanggal 15 bulan dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
berikutnya setelah Masa Pajak Pabean
berakhir • PPN yang terutang atas kegiatan
membangun sendiri
• PPN atau PPN dan PPnBM yang
pemungutannya dilakukan oleh
Pemungut PPN yang ditunjuk selain
Instansi Pemerintah
PMK-242/PMK.03/2014
PPN disetor • PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang

sendiri dalam satu Masa Pajak harus disetor


paling lama akhir bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum
SPT Masa PPN disampaikan
• PKP Instansi Pemerintah wajib
menyetorkan PPN yang terutang dalam
satu Masa Pajak paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan

PMK-242/PMK.03/2014
PMK-231/PMK.03/2019
Penyetoran • paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal
pelaksanaan pembayaran dengan
oleh Instansi mekanisme Uang Persediaan sesuai
Pemerintah ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan
Pusat/Daerah • pada hari yang sama dengan pelaksanaan
pembayaran dengan mekanisme
Langsung sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang
perpajakan

PMK-231/PMK.03/2019
PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari
PPh pengalihan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
tanah/bangunan yang dipotong/dipungut atau yang harus dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak, harus disetor sebelum
akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau
risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan ditandatangani oleh pejabat
yang berwenang

PMK-242/PMK.03/2014
Pajak dalam PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas
impor harus dilunasi bersamaan dengan saat
rangka impor pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk
ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau
PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi pada
saat penyelesaian dokumen pemberitahuan
pabean impor

PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas


impor yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai, harus disetor dalam jangka waktu 1
(satu) hari kerja setelah dilakukan pemungutan
pajak
PMK-242/PMK.03/2014
Bea Meterai Bea Meterai harus dilunasi pada saat terutang
Bea Meterai
dan PBB
Pajak yang terutang berdasarkan SPPT PBB
harus dilunasi paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak

PMK-242/PMK.03/2014
Jika tanggal jatuh tempo pembayaran atau
Hari libur penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur,
pembayaran atau penyetoran pajak dapat
dilakukan paling lambat pada hari kerja
berikutnya

Hari libur tersebut yaitu hari Sabtu, hari Minggu, hari


libur nasional, hari yang diliburkan untuk
penyelenggaraan Pemilihan Umum, atau cuti
bersama secara nasional

PMK-242/PMK.03/2014
Boleh ngga bayar
pajak diangsur?
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kepada
Direktur Jenderal Pajak untuk mengangsur atau
menunda:
• kekurangan pembayaran pajak sesuai SPT Tahunan
PPh,
• pajak yang terutang dalam SPPT PBB, atau
• pajak yang masih harus dibayar dalam STP, SKPKB,
serta SKPKBT, dan SK Keberatan, SK Pembetulan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali,
yang selanjutnya disebut utang pajak,
dalam hal Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas
atau mengalami keadaan di luar kekuasaannya sehingga
Wajib Pajak tidak mampu memenuhi kewajiban pajak
pada waktunya

PMK-242/PMK.03/2014
Syarat pengajuan harus diajukan menggunakan surat permohonan
pengangsuran pembayaran pajak atau surat
angsuran atau permohonan penundaan pembayaran pajak

penundaan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal


ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak harus
dilampiri surat kuasa khusus

mencantumkan:
• jumlah utang pajak yang pembayarannya
dimohonkan untuk diangsur, masa angsuran,
dan besarnya angsuran; atau
• jumlah utang pajak yang pembayarannya
dimohonkan untuk ditunda dan jangka waktu
PMK-18/PMK.03/2021 penundaan
Syarat pengajuan dilampiri alasan dan bukti kesulitan likuiditas
atau keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak
angsuran atau berupa laporan keuangan interim, laporan
keuangan, atau catatan tentang peredaran atau
penundaan penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto

dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan


pengangsuran atau penundaan pembayaran
PBB yang masih harus dibayar, selain memenuhi
syarat di atas, Wajib Pajak juga harus tidak
memiliki tunggakan PBB tahun sebelumnya

surat permohonan disampaikan secara elektronik


(melalui saluran tertentu yang ditetapkan oleh
PMK-18/PMK.03/2021 Direktur Jenderal Pajak) atau tertulis
Jangka waktu pada saat SPT Tahunan disampaikan, untuk
kekurangan pembayaran pajak berdasarkan SPT
pengajuan angsuran Tahunan Pajak Penghasilan
atau penundaan
sebelum Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita
Pajak kepada Penanggung Pajak sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan
mengenai penagihan pajak dengan surat paksa,
untuk pajak yang terutang berdasarkan Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang, dan pajak yang
masih harus dibayar berdasarkan STP, SKPKB,
serta SKPKBT, dan SK Keberatan, SK Pembetulan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang
PMK-18/PMK.03/2021 harus dibayar bertambah
Jaminan aset Wajib Pajak yang mengajukan permohonan
pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak,

berwujud harus memberikan jaminan aset berwujud, dengan


kriteria:
• aset berwujud merupakan milik Penanggung
Pajak pemohon yang dibuktikan dengan bukti
kepemilikan atas aset berwujud tersebut;
• aset berwujud tidak sedang dijadikan jaminan
atas utang Penanggung Pajak pemohon; dan
• harus memberikan jaminan aset berwujud
sebesar utang pajak yang diajukan permohonan
pengangsuran pembayaran pajak jika Wajib
Pajak yang mengajukan permohonan
pengangsuran pembayaran pajak setelah
melampaui batas waktu pengajuan surat
PMK-18/PMK.03/2021
permohonan pengangsuran pembayaran pajak
Apa sanksinya
kalau telat bayar
pajak?
Menteri Keuangan menerbitkan KMK
setiap bulannya untuk menentukan
besarnya tarif bunga per bulan
sebagai dasar penghitungan sanksi
administrasi bunga
Sanksi terlambat Pembayaran atau penyetoran pajak untuk suatu
saat atau Masa Pajak yang dilakukan setelah
pembayaran tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran

untuk suatu
pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan

Masa Pajak oleh Menteri Keuangan yang dihitung dari tanggal


jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran, dan dikenakan paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan serta bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan

Pasal 9 ayat 2a UU KUP


Contoh Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 2021 CV KLM
sebesar Rp5 juta.
Untuk Masa Pajak Maret 2021, CV KLM membayar
angsuran PPh Pasal 25 sebesar Rp5 juta tanggal
27 April 2021
Pembayaran yang dilakukan CV KLM tersebut
terlambat karena jatuh tempo pembayaran
angsuran PPh Pasal 25 Masa Maret 2021
seharusnya dilakukan paling lambat 15 April 2021.
Atas keterlambatan tersebut, sanksi bunga
dihitung:

1bln x 0,97%* x Rp5 juta = Rp48.500

*Tarif 0,97% sesuai KMK-20/KM.10/2021


Sanksi terlambat Pembayaran atau penyetoran pajak dalam SPT
Tahunan yang dilakukan setelah tanggal jatuh
pembayaran tempo penyampaian SPT Tahunan, dikenai sanksi

SPT Tahunan
administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per
bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu
penyampaian SPT Tahunan sampai dengan
tanggal pembayaran, dan dikenakan paling lama
24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan

Pasal 9 ayat 2b UU KUP


Contoh
Kekurangan pembayaran dalam SPT Tahunan PPh
Orang Pribadi Tahun Pajak 2020 sebesar Rp100 juta,
dibayar oleh Fandi pada tanggal 20 April 2021.
Pembayaran tersebut terlambat karena jatuh tempo
pembayaran seharusnya tanggal 31 Maret 2020.
Atas keterlambatan tersebut, sanksi bunga dihitung:

1bln x 0,97%* x Rp100 juta = Rp970.000

*Tarif 0,97% sesuai KMK-20/KM.10/2021


Sanksi terlambat Apabila SKPKB atau SKPKBT, serta SK Pembetulan,
SK Keberatan, Putusan Banding atau Putusan
pembayaran Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah

pajak yang
pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada
saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang

masih harus dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar itu dikenai sanksi administratif berupa bunga
dibayar sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan untuk seluruh masa, yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan
tanggal pembayaran atau tanggal diterbitkannya
STP, dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan

Pasal 19 ayat 1 UU KUP


Contoh
PT SKH menerima SKPKB dengan jumlah kurang
bayar sebesar Rp3 miliar. SKPKB diterbitkan tanggal
9 Juni 2021.
Jatuh tempo pelunasan kekurangan bayar tersebut
adalah tanggal 8 Juli 2021.
PT SKH melunasi SKPKB pada tanggal 22 Juli 2021.
Atas keterlambatan tersebut, sanksi bunga dihitung:

1bln x 0,54%* x Rp3 miliar = Rp16,2 juta

*Tarif 0,54% sesuai KMK-38/KM.10/2021


Sanksi atas Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur
atau menunda pembayaran pajak juga dikenai
angsuran atau sanksi administratif berupa bunga sebesar tarif

penundaan
bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dari jumlah pajak yang masih harus

pembayaran dibayar dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh


empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung penuh
pajak 1 (satu) bulan

Pasal 19 ayat 2 UU KUP


Contoh
Wajib Pajak menerima SKPKB sebesar Rp5 miliar
yang diterbitkan pada tanggal 4 Januari 2021 dengan
batas akhir pelunasan tanggal 3 Februari 2021. Wajib
Pajak tersebut diperbolehkan untuk mengangsur
pembayaran pajak dalam jangka waktu 5 (lima) bulan
dengan jumlah yang tetap sebesar Rp1 miliar
Atas angsuran tersebut, sanksi bunga dihitung:

1bln x 0,51%* x Rp5 miliar = Rp25,5 juta


1bln x 0,51%* x Rp4 miliar = Rp20,4 juta
1bln x 0,51%* x Rp3 miliar = Rp15,3 juta
1bln x 0,51%* x Rp2 miliar = Rp10,2 juta
1bln x 0,51%* x Rp1 miliar = Rp5,1 juta

*Tarif 0,51% sesuai KMK-7/KM.10/2021


Sanksi atas Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda
penyampaian SPT Tahunan dan ternyata
penundaan penghitungan sementara pajak yang terutang

penyampaian
kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang
atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, Wajib

SPT Tahunan Pajak dikenai bunga sebesar tarif bunga per bulan
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang
dihitung dari saat berakhirnya batas waktu
penyampaian SPT Tahunan sampai dengan tanggal
dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut dan
dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan

Pasal 19 ayat 3 UU KUP


Contoh
PT BCG diperbolehkan menunda penyampaian SPT
Tahunan PPh Badan Tahun Pajak 2020.
Pada 30 Juni 2021 membayar kekurangan
pembayaran pajak dalam SPT Tahunan sebesar Rp1
miliar dan menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan
Atas penundaan tersebut, sanksi bunga dihitung:

2 bln x 0,55%* x Rp1 miliar = Rp10,2 juta

*Tarif 0,55% sesuai KMK-25/KM.10/2021

Anda mungkin juga menyukai