Anda di halaman 1dari 15

KUP Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan


Ketentuan Khusus
Materi
Pembahasan
Ketentuan Khusus

• Wakil dan Kuasa Wajib Pajak


• Permintaan Data Pihak Ketiga

s emua i l ustra s i da l a m s l i de bers umber da ri C a nva .co m


Siapa Wakil atau
Kuasa Wajib Pajak?
Wakil Wajib Pajak dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan:
• badan oleh pengurus;
• badan yang dinyatakan pailit oleh kurator;
• badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi
untuk melakukan pemberesan;
• badan dalam likuidasi oleh likuidator;
• suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli
warisnya, pelaksana wasiatnya atau yang mengurus harta
peninggalannya; atau
• anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam
pengampuan oleh wali atau pengampunya

Pasal 32 ayat 1 UU KUP


Pengurus
Orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam
menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan
dalam rangka menjalankan kegiatan perusahaan, misalnya
berwenang menandatangani kontrak dengan pihak ketiga,
menandatangani cek, dan sebagainya walaupun orang
tersebut tidak tercantum namanya dalam susunan pengurus
yang tertera dalam akte pendirian maupun akte perubahan.
Ketentuan dalam ayat ini berlaku pula bagi komisaris dan
pemegang saham mayoritas atau pengendali.

Pasal 32 ayat 4 UU KUP


Wakil bertanggungjawab secara pribadi
dan/atau secara renteng atas pembayaran
pajak yang terutang, kecuali apabila dapat
membuktikan dan meyakinkan Direktur
Jenderal Pajak bahwa mereka dalam
kedudukannya benar-benar tidak mungkin
untuk dibebani tanggung jawab atas pajak
yang terutang tersebut

Pasal 32 ayat 2 UU KUP


Kuasa Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang
kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan
hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

Seorang kuasa yang ditunjuk harus mempunyai


kompetensi tertentu dalam aspek perpajakan, kecuali
kuasa yang ditunjuk merupakan suami, istri, atau
keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat
kedua

Saat ini sedang disusun aturan pelaksanaan


penunjukan kuasa

Pasal 32 ayat 3 dan 3a UU KUP


Permintaan Data
Pihak Ketiga
Direktur Jenderal Pajak dapat meminta
keterangan atau bukti secara tertulis kepada:
• bank,
• akuntan publik,
• notaris,
• konsultan pajak,
• kantor administrasi, dan/atau
• pihak ketiga lainnya,
terkait Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan
pajak, penagihan pajak, atau penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan

Pihak yang diminta tersebut wajib memberikan


keterangan

Pasal 35 ayat 1 UU KUP


Jika pihak-pihak yang memberikan data terikat
oleh kewajiban merahasiakan, untuk keperluan
pemeriksaan, penagihan pajak, atau penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan, kewajiban
merahasiakan tersebut ditiadakan, kecuali
untuk bank, kewajiban merahasiakan ditiadakan
atas permintaan tertulis dari Menteri Keuangan

Pasal 35 ayat 2 UU KUP


ILAP Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan
pihak lain, wajib memberikan data dan informasi yang
berkaitan dengan perpajakan kepada Direktorat
Jenderal Pajak
Data dan informasi dimaksud adalah data dan
informasi orang pribadi atau badan yang dapat
menggambarkan kegiatan atau usaha, peredaran
usaha, penghasilan dan/atau kekayaan yang
bersangkutan, termasuk informasi mengenai nasabah
debitur, data transaksi keuangan dan lalu lintas devisa,
kartu kredit, serta laporan keuangan dan/atau laporan
kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi lain
di luar DJP

Pasal 35A UU KUP


Akses Direktur Jenderal Pajak berwenang mendapatkan

Informasi
akses informasi keuangan untuk kepentingan
perpajakan dari lembaga jasa keuangan yang

Keuangan melaksanakan kegiatan di sektor perbankan, pasar


modal, perasuransian, lembaga jasa keuangan lainnya,
dan/atau entitas lain yang dikategorikan sebagai
lembaga keuangan sesuai standar pertukaran
informasi keuangan berdasarkan perjanjian
internasional di bidang perpajakan

UU 9 Tahun 2017
Sanksi Setiap orang yang wajib memberikan keterangan
atau bukti yang diminta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 UU KUP tetapi dengan sengaja tidak
memberi keterangan atau bukti, atau memberi
keterangan atau bukti yang tidak benar dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
dan denda paling banyak Rp25 miliar

Pasal 41A UU KUP


Sanksi Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35A ayat (1) UU KUP dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp1 miliar

Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan


tidak terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak
lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat
(1) UU KUP dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 10 (sepuluh) bulan atau denda paling
banyak Rp800 juta

Pasal 41C UU KUP


Sanksi Setiap orang yang dengan sengaja tidak
memberikan data dan informasi yang diminta oleh
DJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat
(2) UU KUP dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 10 (sepuluh) bulan atau denda paling
banyak Rp800 juta

Setiap orang yang dengan sengaja


menyalahgunakan data dan informasi perpajakan
sehingga menimbulkan kerugian kepada negara
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun atau denda paling banyak Rp500 juta

Pasal 41C UU KUP

Anda mungkin juga menyukai