PENCUCIAN UANG
RIANTO
NIM. 2042020010
TIPIKOR & TPPU
PENGERTIAN MONEY LOUNDERING DAN
PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN
UANG ( UU NO. 8 TAHUN 2010 )
PENGERTIANt MONEY LAUNDERING DAN TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG
Secara etimologis, pencucian uang berasal dari bahasa Inggris yaitu money “uang” dan laundering “pencucian”.
Secara Harfiah Money Laundering merupakan pencucian uang atau pemutihan uang hasil kejahatan, yang sebenarnya tidak
ada definisi yang universal dan komprehensif mengenai money laundering, karena baik negara-negara maju dan negara-
negara dunia ketiga masing-masing mempunyai definisi sendiri-sendiri berdasarkan prioritas dan perspektif yang berbeda,
namun para ahli hukum di Indonesia telah sepakat mengartikan money laundering dengan pencucian uang.
Tindak pidana pencucian uang dapat dilihat dalam ketentuan Pasal (3), (4), dan (5) Undang-Undang TPPU. Intinya adalah
bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan suatu bentuk kejahatan yang dilakukan baik oleh seseorang dan/atau
korporasi dengan sengaja menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan,
menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan
lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan itu, termasuk juga yang menerima dan menguasainya.
PENCUCIAN UANG DIBEDAKAN
01 AKTIF
Pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
Pasal ke 16 The Forty Recommendations dari FATF disebutkan mengenai pembentukan Financial Intelligent Unit yang secara
umum bertugas menganalisis transaksi-transaksi keuangan untuk mencegah adanya transaksi yang merupakan kegiatan
pencucian uang, dan lembaga yang memiliki kewenangan seperti Financial Intelligent Unit di Indonesia ini adalah PPATK.
PPATK dalam melaksanakan tugas dan kewenanganya bersifat independent dan bebas dari
campur tagan dan pengaruh dari kekuasaan manapun
PPATK bertaanggug jawab kepada presiden:
a. Setiap orang dilarang melakukan sesuatu untuk campur tangan pelaksaan tugas dan kewenangan
PPATK
b. b. PPATK wajib menolak atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak manapun
dalam rangka pelaksanaan ugas dan kewenangannya.
PERLINDUNGAN TERHADAP
PELAPOR DAN SAKSI TPPU
UU No. 8 Tahun 2010 tentang TPPU diatur dalam bab tersendiri (Bab VII). Ada 5 (lima) pasal yang mengatur
mengenai permasalahan tersebut, yaitu Pasal 39 s. d Pasal 43 UU TPPU.
1. Kewajiban untuk merahasiakan indentitas pelopor baik oleh PPATK, penyidik, penuntut umum, maupun hakim.
Adapun pelanggaran terhadap ketentuan tersebut menimbulkan hak bagi pelapor atau ahli warisnya untuk
menuntut ganti kerugian melalui pengadilan (Pasal 39 ayat (1) dan (2))
2. Kewajiban untuk memberikan perlindungan khusus oleh negara terhadap setiap orang yang melaporkan
terjadinya dugaan TPPU, baik dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan/atau hartanya,
termasuk keluarganya (Pasal 40 ayat (1))
3. Pelarangan untuk menyebut nama atau alamat pelapor, atau hal-hal lain yang memungkinkan dapat terungkapnya
identitas pelapor di sidang pengadilan. Bahkan sebelum sidang pemeriksaan dimulai, 17 hakim wajib
mengingatkan adanya pelarangan tersebut kepada saksi, penuntut umum, dan orang lain yang terkait dengan
pemeriksaan perkara tersebut (Pasal 41 ayat (1) dan (2))
4. Kewajiban untuk memberikan perlindungan khusus oleh negara terhadap setiap orang yang memberikan
kesaksian dalam pemeriksaan TPPU, baik dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan/atau
hartanya, termasuk keluarganya (Pasal 42 ayat (1))
5. Pemberian jaminan kepada pelapor dan/atau saksi sehingga tidak dapat dituntut baik secara perdata atau pidana
atas pelaporan dan/atau kesaksian yang diberikan oleh yang bersangkutan (Pasal 43)
THANKS
HOPE IT CAN BE USEFUL FOR ALL OF US