Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERAN PPTAK DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN


TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Oleh :

RABIAH ADAWIYAH HASIBUAN


21113034

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
MEDAN
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang1

B. Perumusan Masalah2

C. Tujuan Masalah2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Tinjauan Mengenai PPATK.................................................................3

B. Pengertian Aktivitas Pencucian Uang..................................................6

C. Tugas, Fungsi dan Wewenang PPATK................................................9

D. Peranan PPATK dalam pemberantasan TPPU...................................12

BAB III KESIMPULAN...................................................................................17

A. Kesimpulan........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas pencucian uang secara umum merupakan suatu cara
menyembunyikan atau mengaburkan atau menyamarkan asal-usul sebenarnya hasil
dari suatu tindak pidana yang kerap dilakukan oleh organized crime, maupun individu
yang melakukan tindak korupsi,perdagangan narkotika dan kejahatan lainnya. Melalui
tindakan yang melanggar hukum ini, pendapatan atau harta kekayaan yang didapat
darihasil kejahatan diubah menjadi dana yang seolah-olah berasal dari sumber yang
sah atau legal. Modus tindak pidana seperti ini dari waktu ke waktu semakin
kompleks dengan menggunakan teknologi dan rekayasa keuangan yang cukup
complicated.
Undang-undang nomor 8 tahun 2010 tentang telah mengamanatkan
kewenangan dan tugas PPATK dalam proses perputaran transaksi keuangan yang
dalam pelaksanaannya bertujuan untuk mencegah danmemberatas tindak pidana
pencucian uang termasuk perbuatan asalnya (Predicate crime). Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) atau The Indonesian Financial Transaction
Reports and Analysis Center (INTRAC) dibentuk dengan kewenangan untuk
melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan pencucian uang sekaligus
membangun rezim anti pencucian uang di Indonesia. Hal ini tentunya akan sangat
membantu dalam upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan menurunkan
terjadinya tindak pidana asal (Predicate Crimes).
Secara umum keberadaan lembaga ini dimaksudkan sebagai upaya Indonesia
untuk ikut serta bersama dengan negara-negara lain memberantas kejahatan lintas
negara yang terorganisir seperti korupsi, terorisme dan pencucian uang (money
laundering). Sedangkan secara khusus, keberadaan lembaga ini dimaksudkan sebagai
upaya atau strategi dalam memberantas kriminalitas dalam negeri, apalagi kondisi
hukum Indonesia saat ini masih mengalami krisis kepercayaan baik secara nasional
maupun internasional.
Tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana korupsi telah
mengalami perkembangan pesat. Kedua tindak pidana tersebut telah
berkembang menjadi suatu kejahatan transnational yang melampaui batas-batas

1
teritorial negara. Meskipun tindak pidana pencucian uang telah dikriminalisasi sejak
tahun 2002, kenyataannya kasus tindak pidana pencucian uang kerap terjadi dan
dalam beberapa tindak pidana pencucian uang yang terjadi menempatkan pejabat
publik sebagai pelaku. Sebagai contoh : Kasus Irjen (Pol) Djoko Susilo, Kepala Korps
Lalu Lintas Mabes POLRI. Djoko Susilo divonis dengan hukuman pidana 10 tahun
penjara. Irjen (Pol) Djoko Susiolo dinyatakan terbukti bersalah lantaran korupsi pada
proyek pengadaan simulator uji kemudi roda dua dan roda empat tahun
anggaran 2011 serta melakukan tindak pidana pencucian uang. Djoko juga
dianggap melakukan pencucian uang atau hasil korupsinya dari proyek
simulator dengan menyembunyikan hartanya lewat nama-nama orang dekat,
termasuk ketiga istrinya. Adapun untuk perkara sebelum 2010, jaksa berpendapat
Djoko mencuci uang lantaran jumlah harta kekayaan nya tak sesuai dengan
penghasilan nya sebagai anggota kepolisian.
Pemegang peranan kunci dari mekanisme pemberantasan tindak pidana
pencucian uang di Inonesia ada di tangan Pusat Pelaporan Transaksi Analisis
Keuangan selanjutnya disingkat PPATK. Karena, jika PPATK tidak menjalankan
fungsinya dengan benar, maka efektivitas dari pelaksanaan Undang-Undang Tindak
Pidana Pencucian Uang (TPPU) tidak akan tercapai

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan PPATK ?
2. Apa yang dimaksud dengan aktivitas pencucian uang ?
3. Bagaimana Tugas, Fungsi dan Wewenang PPATK ?
4. Bagaimana peranan PPATK dalam pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang menurut UU Nomor 8 Tahun 2010 ?

C. Tujuan Masalah
Mengetahui apa itu PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan), memahami apa yang dimaksud dengan aktivitas pencucian uang dan
mengetahui tugas, fungsi dan wewenangan PPATK serta memahami sejauh mana
peranan PPATK dalam pembernatasan Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Mengenai PPATK

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam bahasa


Inggris memiliki arti Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis
Center/INTRAC) adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah
dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Lembaga ini memiliki kewenangan
untuk melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasaan pencucian uang
sekaligus membangun rezim anti pencucian uang dan kontra pendanaan terorisme
di Indonesia. Hal ini tentunya akan sangat membantu dalam upaya menjaga
stabilitas sistem keuangan dan menurunkan terjadinya tindak pidana asal (predicate
crimes). PPATK, yang bertanggung jawab kepada Presiden RI, dalam melaksanakan
tugas dan kewenangannya bersifat independen dan bebas dari campur tangan dan
pengaruh kekuasaan mana pun. PPATK berkedudukan di Jakarta, Indonesia. Susunan
organisasi PPATK terdiri atas kepala, wakil kepala, jabatan struktural lain, dan
jabatan fungsional. Pencucian uang sebagai suatu kejahatan yang berdimensi
internasional merupakan hal baru di banyak negara termasuk Indonesia. Sebegitu
besar dampak negatif terhadap perekonomian suatu negara yang dapat
ditimbulkannya, mendorong negara-negara di dunia dan organisasi internasional
menaruh perhatian serius dan khusus terhadap pencegahan dan pemberantasan
masalah ini.

PPATK didirikan pada tanggal 17 April 2002, bersamaan dengan


disahkannya Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang. Secara umum keberadaan lembaga ini dimaksudkan sebagai
upaya Indonesia untuk ikut serta bersama dengan negara- negara lain memberantas
kejahatan lintas negara yang terorganisir seperti terorisme dan pencucian uang.
Sebelum PPATK beroperasi secara penuh sejak 18 Oktober 2003, tugas dan
wewenang PPATK yang berkaitan dengan penerimaan dan analisis transaksi
keuangan mencurigakan di sektor perbankan, dilakukan oleh Unit Khusus Investigasi

3
Perbankan Bank Indonesia (UKIP-BI). Selanjutnya dengan penyerahan dokumen
transaksi keuangan mencurigakan dan dokumen pendukung lainnya yang dilakukan
pada tanggal 17 Oktober 2003, maka tugas dan wewenang dimaksud sepenuhnya
beralih ke PPATK.

Dalam perkembangannya, tugas dan kewenangan PPATK seperti tercantum


dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 telah
ditambahkan termasuk penataan kembali kelembagaan PPATK pada Undang-Undang
No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang yang disahkan dan diundangkan pada tanggal 22 Oktober 2010. Dalam
perkembangannya, tugas dan kewenangan PPATK seperti tercantum dalam Undang-
Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 telah ditambahkan termasuk
penataan kembali kelembagaan PPATK pada Undang-Undang No. 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang
disahkan dan diundangkan pada tanggal 22 Oktober 2010.

Tujuan pembentukan lembaga PPATK yang secara eksplisit disebutkan dalam


Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 adalah dalam rangka untuk mencegah dan
memberantas tindak pidana pencuciana uang. Pada dasarnya peranan PPATK adalah
sebagai strategi utuk mengatasi kejahatan baik kejahatan asal maupun money
laundry, mengejaar pelaku kejahatan terutama profesionalnya, dan mengejar harta
kekayaan hasil kejahatan. PPATK memiliki peranan yang sangat strategis
dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, karena hal ini
meruapakan tugas utama dari PPATK itu sendiri. Karena tugas ini di amanatkan
dalam Undang-Undang No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pusat Pelaporan dan Analisi Transaksi Keuangan (PPATK) memliki peranan,


yang bersifat preventif dalam rangka pencegahan tindak pidana pencuciana uang.
PPATK dalam mencegah kejahatan asal maupun tindak pidana pencucian uang
dengan menerima laporan transaksi keuangan mencurigakan, dan laporan pembawaan
uang tunai dengan menganalisa lapororan hasil analisis ke penegak hukum. Di
samping itu sebagai institusi sentral pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang. Dalam menanggulangi kejahatan tidak boleh hanya mengandalkan

4
upaya penal saja, tetapi justru upaya non-penal yang justru merupakan upaya
terpenting dalam menanggulangi tindak pidana.1

Pada tahun 2013, DPR meloloskan UU no. 9 tahun 2013 Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Dalam UU tersebut,
menjelaskan tentang Transaksi Keuangan Mencurigakan terkait Pendanaan Terorisme
yang wajib dilaporkan Penyedia Jasa Keuangan kepada PPATK. Diatur juga
mengenai kerahasiaan tugas serta adanya kewenangan PPATK untuk memblokir
rekening bermasalah.

PPATK sedang mempersiapkan dua buah Rancangan Undang Undang


yaitu RUU Perampasan Aset Tindak Pidana (asset recovery) (sejak Prolegnas 2010-
2014 dan Prolegnas 2015-2019) serta RUU Pembatasan Transaksi
Tunai (sejak Prolegnas 2015-2019) yang draft naskah akademik dan RUU nya selesai
dibahas, dan sudah dipegang Pemerintah, dan akan segera diserahkan ke DPR di
20162

Praktek internasional di bidang pencucian uang lembaga semacam dengan


PPATK disebut dengan nama generik Financial Intelligence Unit (FIU). Keberadaan
FIU ini pertama kali diatur secara implisit dalam empat puluh rekomendasi dari
Fanancial Action Task Force on Money Laundering (FATF). Kebanyakan negara
membentuk atau menugaskan badan tertentu untuk menerima laporan tersebut yang
secara umum sekarang dikenal dengan nama Financial Intelligence Unit (FIU).

Financial Intelligence Unit (FIU) adalah lembaga permanen yang khusus


menangani masalah pencucian uang. Lembaga ini merupakan salah satu infrastruktur
terpenting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian uang di
tiap negara. Keberadaan lembaga khusus ini mutlak ada dan memainkan peranan
sangat strategis karena masalah pencucian uang merupakan persoalan yang cukup
rumit, melibatkan organized crime yang memahami berbagai teknik dan modus
kejahatan canggih. Penanganan issue pencucian uang menjadi bertambah berat
terlebih karena karakteristik kejahatan ini pada umumnya dilakukan
melewati batas-batas negara.3
1
http://iusyusephukum.blogspot.com/2015/11/makalah-peranan-ppatk-dalam-upaya.html. Diakses pada Kamis
11 Oktober 2018 pukul 13.00 WIB
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Pelaporan_dan_Analisis_Transaksi_Keuangan. Diakses pada Kamis 11
Oktober 2018 pukul 13.00 WIB
3
Yunus Husein, PPATK: Tugas, Wewenang Dan Peranannya Dalam Memberantas Tindak Pidana Pencucian
Uang. Makalah disampaikan pada Seminar Pencucian Uang yang diadakan bersama oleh Business Reform and

5
Dalam praktek intemasional ada empatjenis FIU, yaitu:
a. Police model, model Kepolisian yang biasanya juga diletakkan di bawah
institusi Kepolisian, misalnya NCIS (United Kingdom), Slovakia (OFIS), New
Zealand, Swiss, Hongkong, STRO (Singapura), Di sini laporan transaksi
keuangan yang mencurigakan atau laporan transaksi tunai ditujukan langsung
kepada lembaga ini yang pada umumnya
mempunyai kewenangan penyidikan.
b. Judicial Model, misalnya Islandia dan Portugal. Biasanya laporan transaksi
yang mencurigakan ditujukankepada kantor kejaksaan Agung untuk diproses.
c. Model gabungan, dalam hal ini laporan ditujukan pada joint police/judicial
unit institusi gabungan seperti di Norwegia dan Denmark.
d. Administrative model, dengan variasi: merupakan lembaga independen di
bawahpemerintahan, seperti Austrac (Australia), Fintrac (Canada), Fincen
(USA) atau di bawah Bank Sentral seperti di Malaysia atau di bawah Financial
Service Authority seperti di Jepang.
Keempat macam model FIU tersebut berbeda dalarn hal besar kecilnya, struktur
dan organisasinya serta tanggung jawabnya yang semuanya tergantung pada
pengaturan di masing rnasing negara. Jadi tidak ada satupun FIU di dunia ini yang
benar-benar sama atau seragam dengan FIU di negara lain. Di Indonesia kita memiliki
PPATK yang merupakan administrative model yang merupakan lembaga independen
yang bertanggung jawab kepada Presiden. Model administratif ini lebih banyak
berfungsi sebagai perantara antara masyarakat atau industri jasa keuangan dengan
institusi penegak hukum. Laporan yang masuk dianalisis dahulu oleh lembaga ini
kemudian dilaporkan institusi penegak hukum, yaitu Kepolisian dan Kejaksaan.
B. Pengertian Aktivitas Pencucian Uang
Secara populer dapatlah dijelaskan, bahwa aktifitas pencucian uang secara
umum merupakan suatu perbuatan memindahkan, menggunakan atau melakukan
perbuatan lainnya atas hasil dari suatu tindak pidana yang kerap dilakukan oleh
organization crime, maupun individu yangmelakukan tindakan korupsi, perdagangan
narkotika dan tindak pidana lainnya dengan tujuan menyembunyikan atau
mengaburkan asal-usul uang yang berasal dari hasil tindak pidana tersebut, sehingga

Reconstruction Corporation (BRRC), PPATK, Law Office of Remy and Darus (R&D) dan Jurnal Hukum
Bisnis, di Bank Indonesia, Jakarta, pada tanggal 6 Mei 2003.

6
dapat digunakan seolah-olah sebagai uang yang sah tanpa tindak pidana tersebut,
sehingga dapat digunakan seolah-olah sebagai uang yang sah tanpa terdeteksi bahwa
aset tersebut berasal dari kegiatan yang ilegal. Adapun yang melatarbelakangi para
pelaku pencucian uang melakukan aksinya adalah dengan maksud memindahkan atau
menjauhkan para pelaku itu dari kejahatan yang menghasilkanproceeds of crime,
memisahkan proceeds of crime dari kejahatan yang dilakukan, menikmati hasil
kejahatan tanpa adanya kecurigaan kepada pelakunya, serta melakukan reinvestasi
hasil kejahatan untuk aksi kejahatan selanjutnya atau ke dalam bisnis yang sah.
Black’s Law Dictionary mengartikan money laundering sebagai:
“Term used to describe investment or other transfer of money flowing from
racketeering, drug transaction, and other illegal sources into legitimate channels so
that its original source cannot be traced”.
Konvensi PBB Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perdagangan Illegal
Narkotika, Obat-obatan Berbahaya dan Psikotropika Tahun 1988 (the United Nations
Convention Against Illicit Trafic in Narcotics, Drugs and Psychotropic Substances of
1988) mengartikan money laundering sebagai:
“The convertion or transfer of property, knowing that such property is derived from
any serious (indictable) offence or offences, or from act of participation in such
offence or offences, for the purpose of concealing or disguising the illicit of the
property or of assisting any person who is involved in the commission of such an
offence or offences to evade the legal consequences of his action; or The concealment
or disguise of the true nature, source, location, disposition, movement, rights with
respect to, or ownership of property, knowing that such property is derived from a
serious (indictable) offence or offences or from an act of participation in such an
offence or offences. “
Konvensi tersebut merupakan konvensi yang pertama kali mendefinisikan
money laundering. Dalam konteks pencucian uang, cakupan konvensi PBB tersebut
belum memadai karena hanya mengatur pencucian uang yang berasal dari kejahatan
perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang sedangkan tindak pidana yang dapat
menjadi pemicu terjadinya pencucian uang sangat banyak antara lain mencakup
korupsi, penyuapan, penyelundupan, kej ahatan di bidang perbankan, narkotika, dan
psikotropika.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas pencucian uang secara
umum merupakan suatu cara menyembunyikan atau mengaburkan atau menyamarkan

7
asal-usul sebenamya hasil dari suatu tindak pidana yang kerap dilakukan oleh
organized crime, maupun individu yang melakukan tindak korupsi, perdagangan
narkotika dan kejahatan lainnya. Melalui tindakan yang melanggar hukum ini,
pendapatan atau harta kekayaan yang didapat dari hasil kejahatan diubah menjadi
dana yang seolah-olah berasal dari sumber yang sah atau legal. Modus tindak pidana
seperti ini dari waktu ke waktu semakin kompleks dengan menggunakan teknologi
dan rekayasa keuangan yang cukup complicated. Secara sederhana, proses pencucian
uang dapat dikelompokkan pada tiga kegiatan, yakniplacement, layering dan
integration:
a. Placement merupakan fase menempatkan uang yang dihasilkan dari suatu
aktivitas kejahatan misalnya dengan pemecahan sejumlah besar uang tunai
menjadi jumlah kecil yang tidak mencolok untuk ditempatkan dalam sistem
keuangan baik dengan menggunakan rekening simpanan bank, atau
dipergunakan untuk membeli sejumlah instrumen keuangan (cheques, money
orders) yang akan ditagihkan dan selanjutnya didepositokan di rekening bank
yang berada di lokasi lain. Placement dapat pula dilakukan dengan pergerakan
fisik dari uang tunai, baik melalui penyelundupan uang tunai dari suatu negara
ke negara lain, dan menggabungkan antara uang tunai yang berasal dari
kejahatan dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah. Proses
placement ini merupakan titik paling lemah dari perbuatan pencucian uang.
b. Layering, diartikan sebagai memisahkan hasil tindak pidana dari sumbemya
yaitu aktivitas kejahatan yang terkait melalui beberapa tahapan transaksi
keuangan. Dalam hal ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa
rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ke temp at lainnya melalui
serangkaian transaksi yang kompleks yang didesain untuk
menyamarkan/menyembunyikan sumber uang “haram” tersebut. Layering dapat
pula dilakukan melalui pembukaan sebanyak mungkin ke rekening-rekening
perusahaan-perusahaan fiktif dengan memanfaatkan ketentuan rahasia bank.
c. Integration, yaitu upaya untuk menetapkan suatu landasan sebagai suatu
‘legitimate explanation’ bagi hasil kejahatan. Disini uang yang ‘dicuci’ melalui
placement maupun layering dialihkan ke dalam kegiatan-kegiatan resmi
sehingga tampak tidak berhubungan sarna sekali dengan aktivitas kejahatan
sebelumnya yang menjadi sumber dari uang yang di-laundry. Pada tahap ini
uang yang telah dicuci dimasukkan kembali ke dalam sirkulasi dengan bentuk

8
yang sejalan dengan aturan hukum. Proses integration ini terjadi apabila proses
layering berhasil dengan baik.

C. Tugas, Fungsi dan Wewenang PPATK


1. Tugas PPATK
Pasal 39 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, menetapkan PPATK mempunyai
tugas mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.

2. Fungsi PPATK
Dalam melaksanakan tugasnya, PPATK mempunyai fungsi sebagai berikut (Pasal
40 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010):
1. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang
2. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK
3. Pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor
4. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan
yang berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana lain

3. Wewenang PPATK
Pasal 41 UU No. 8 Tahun 2010 mengatur kewenangan PPATK sebagai berikut :

1. Dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana


pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 angka 1, PPATK
berwenang:
 meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah
dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan
informasi, termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta
yang menerima laporan dari profesi tertentu;
 menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan;
 mengoordinasikan upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang
dengan instansi terkait;
 memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya
pencegahan tindak pidana pencucian uang;

9
 mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum
internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang;
 menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan antipencucian
uang; dan
 menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pencucian uang.
2. Penyampaian data dan informasi oleh instansi pemerintah dan/atau lembaga
swasta kepada PPATK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) angka 1
dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian data dan informasi
oleh instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) angka 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah.4

Pasal 42 UU No. 8 Tahun 2010 mengatur kewenangan PPATK sebagai berikut :

“Dalam melaksanakan fungsi pengelolaan data dan informasi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 40 angka 2, PPATK berwenang menyelenggarakan sistem
informasi.”

Pasal 43 UU No. 8 Tahun 2010 mengatur kewenangan PPATK sebagai berikut :

Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 angka 3, PPATK berwenang:

1. menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi Pihak Pelapor;
2. menetapkan kategori Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan tindak pidana
pencucian uang;
3. melakukan audit kepatuhan atau audit khusus;
4. menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang
melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor;
5. memberikan peringatan kepada Pihak Pelapor yang melanggar kewajiban
pelaporan;

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Pelaporan_dan_Analisis_Transaksi_Keuangan. Diakses pada Kamis 11
Oktober 2018 pukul 13.00 WIB

10
6. merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha
Pihak Pelapor; dan
7. menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali Pengguna Jasa bagi
Pihak Pelapor yang tidak memiliki Lembaga Pengawas dan Pengatur.

Pasal 44 UU No. 8 Tahun 2010 mengatur kewenangan PPATK sebagai berikut :

(1) Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan
informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 angka 4, PPATK dapat:

1. meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor;


2. meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait;
3. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan pengembangan hasil
analisis PPATK;
4. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari instansi
penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri;
5. meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di
dalam maupun di luar negeri;
6. menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya
dugaan tindak pidana pencucian uang;
7. meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait dengan
dugaan tindak pidana pencucian uang;
8. merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya
melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
9. meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau
sebagian Transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak
pidana;
10. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang
dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang;
11. mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan
12. meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik.

(2) Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) angka 9
harus segera menindaklanjuti setelah menerima permintaan dari PPATK. Pasal

11
45 UU No. 8 Tahun 2010 menegaskan bahwa dalam melaksanakan
kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8 Tahun 2010,
terhadap PPATK tidak berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan dan
kode etik yang mengatur kerahasiaan.5

D. Peranan PPATK dalam pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang


Peranan pusat pelaporan dan analisis transaksi keuangan (PPATK)yang pada
dasarnya sebagai pembantu penegak hukum dalam upayamencegah dan memberantas
tindak pidana pencucian uang, memiliki tugasuntuk melakukan pendeteksian dan
pengawasan yang berhubungan danbersangkut paut dengan tindak pidana pencucian
uang. Apabila dilihat dari tugas dan kewenangannya, PPATK termasukdalam kategori
administrative model. Model administratif ini lebih banyakberfungsi sebagai
perantara antara masyarakat atau industri jasa keuangandengan institusi penegak
hukum. Laporan yang masuk dianalisis dahuluoleh lembaga ini kemudian dilaporkan
institusi penegak hukum, yaituKepolisian dan Kejaksaan maupun Komisi
Pemberantasan Korupsi.
Secara umum tugas PPATK antara lain: mengumpulkan,menyimpan,
menghimpun, menganalisis, mengevaluasi informasi yang diperoleh berdasarkan UU
ini dan menyebarluaskannya, membuatpedoman mengenai tata cara pelaporan
transaksi keuangan yang mencurigakan, memberikan nasihat dan bantuan kepada
instansi lain yangberwenang mengenai informasi yang diperoleh sesaui ketentuan
UU,memberikan rekomendasi kepada Pemerintah sehubungan denganpencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang, melaporkanhasil analisis terhadap
transaksi keuangan yang berindikasi tindak pidanapencucian uang kepada Kepolisian
untuk kepentingan penyidikan danKejaksaan untuk kepentingan penuntutan dan
pengawasan, membuat danmenyampaikan laporan mengenai analisis transaksi
keuangan dan kegiatanlainnya secara berkala kepada Presiden, DPR dan lembaga
yangberwenang melakukan pengawasan bagi Penyedia Jasa Keuangan (PJK)6

5
https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Pelaporan_dan_Analisis_Transaksi_Keuangan. Diakses pada Kamis 11
Oktober 2018 pukul 13.00 WIB

6
Utami Triwidayati,2009, peranan dan hambatan dalam menjalankan fungsi pusat pelaporan
dan analisis transaksi keuangan (PPATK) dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang ,
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hlm 10.

12
Jika dalam dunia internasional dikenal adanya Financial Intelligence Unit (FIU),
maka di Indonesia fungsi FIU tersebut tercermindalam tubuh PPATK. Dan di dalam
Pasal 4 Peraturan Presiden RepublikIndonesia No. 48 Tahun 2012 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan menegaskan
bahwa PPATKmenyelenggarakan tugasnya berdasarkan fungsi sebagai berikut:
1. pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang;
2. pengelolaan data dan pengelolaan informasi yang diperoleh PPATK;
3. pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor; dan
4. analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang
berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-UndangNomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan TindakPidana Pencucian Uang.
Kemudian pada pelaksanaaannya Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau
pemeriksaan laporan dan informasi PPATK dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor;
b. meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait;
c. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkanpengembangan hasil
analisis PPATK;
d. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaandari instansi
penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri;
e. meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansipeminta, baik di
dalam maupun di luar negeri;
f. menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenaiadanya dugaan
tindak pidana Pencucian Uang;
g. meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait dengan
dugaan tindak pidana Pencucian Uang;
h. merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya
melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;7
i. meminta penyedia jasa keuangan untuk

7
https://www.academia.edu/19886714/
PERANAN_PUSAT_PELAPORAN_DAN_ANALISIS_TRANSAKSI_KEUANGAN_PPATK_DALAM_PE
MBERANTASAN_TINDAK_PIDANA_PENCUCIAN_UANG. Diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018 pukul
13.00 WIB

13
j. menghentikan sementara seluruh atau sebagian Transaksi yangdiketahui atau
dicurigai merupakan hasil tindak pidana;
k. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikanyang dilakukan
oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidanaPencucian Uang;
l. mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dantanggung
jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan
m. meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik.Selama
menjalankan tugasnya PPATK akan memberikan laporan kepada presiden dan
dewan perwakilan rakyat mengenai pelaksanaaan tugas, fungsi, dan
wewenangnya secara berkala setiap 6 (enam bulan).

Dalam rangka mendeteksi tindak pidana pencucian uang UU TPPU menciptakan


beberapa laporan yang disampaikan kepada PPATK, yaitu:
1. Laporan transaksi yang mencurigakan yang disampaikan oleh penyedia jasa
keuangan (ps.1 angka 6 dan Pasal 13 UU TPPU),
2. Laporan yang disampaikan oleh penyedia jasa keuangan tentang transaksi
keuangan yang dilakukan secara tunai dalam jumlah kumulatif lima ratus juta
rupiah. (Pasal 13 UU TPPU)
3. Laporan yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukaimengenai
pembawaan uang tunai ke dalam atau ke luar wilayah negara Republik Indonesia
berupa rupiah sejumlah seratus jutarupiah atau lebih.(Pasal 16 UU TPPU)
Atas dasar laporan tersebut dan informasi lainnya. PPATK melakukan analisa
(mendeteksi tindak pidana pencucian uang) kemudian menyerahkan laporan hasil
analisisnya kepada pihak Penyidik danPenuntut umum. Untuk memperoleh laporan
dan hasil deteksi atau analisayang baik PPATK harus menjalin kerjasama yang baik
dengan penyedia jasa keuangan dan instansi terkait lainnya atau dengan FIU dari
negara lain. Selanjutnya dalam proses penegakan hukum, PPATK dapat melakukan
kerjasama dan membantu pihak penyidik dan penuntut umum dengan informasi yang
dimiliki dan kemampuan analisisnya. Informasi tersebut dapat berasal dari data base
PPATK atau dapat juga berasal dari sharing information dengan FIU dari negara lain.
Secara keorganisasian PPATK sendiri memiliki deputi bidang pemberantasan
tindak pidana pencucian uang yang bertugas menyiapkan perumusan kebijakan,
mengkoordinasikan kebijakan tersebut, dan melaksanakannya dengan pengawasan
inspektorat melalui evaluasi berkala dan pengawasan terhadap tugas dan kinerja

14
PPATK melalui audit. Hingga akhir ketiga tahun 2015, jumlah penyampaian laporan
kePPATK semakin bertambah. Penerimaan pelaporan terbanyak selama September
2015 terutama terkait Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana dari dan ke Luar
Negeri/LTKL (Swift Bank), Laporan Transaksi Keuangan Tunai/LTKT, Laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan/LTKM, dan Laporan Transaksi Penyedia Barang
dan Jasa/LTPBJ yang selama September 2015 bertambah masing-masing sebanyak
379,4 ribu LTKL, 200,0 ribu LTKT, 5,2 ribu LTPBJ, dan 4,0ribu LTKM. Dengan
adanya penambahan laporan ini, jumlah keseluruhan laporan yang telah diterima
PPATK sejak Januari 2003 telah mencapai 28.068.145 laporan atau meningkat
sebanyak 27,6 persen
dibandingkan jumlah kumulatif laporan per akhir Desember 2014. Bila diamati
perkembangan bulanannya (month-to-month, disingkat m-to-m),penerimaan
keseluruhan laporan di September 2015 bila dibandingkan penerimaan pada bulan
sebelumnya mengalami penurunan, terutama penerimaan LTKL dan LTKM yang
masing-masing turun sebanyak 22,3persen dan 12,0 persen.Terkait fungsi analisis,
selama September 2015,PPATK telah menyampaikan Hasil Analisis (selanjutnya
disebut HA) kepada penyidik sebanyak 20 HA, dengan 11 HA diantaranya
merupakanHA inquiry (permintaan dari penyidik), dan selebihnya sebanyak 9 HA
merupakan HA Proaktif (inisiatif dari PPATK). Berdasarkan jumlah HA selama
periode tersebut, dugaan tindak pidana Korupsi menjadi tindak pidana yang paling
dominan, yaitu sebanyak 10 HA (50,0 persen). Sesuai amanat UU TPPU, selain
melakukan fungsi analisis, PPATK juga memiliki fungsi pemeriksaan. Namun
demikian, selama September 2015, belum
terdapat Laporan Hasil Pemeriksaan (selanjutnya disebut LHP) yang disampaikan
kepada penyidik terkait. Dengan demikian, jumlah LHP telah disampaikan kepada
penyidik maupun Kementerian/Lembaga terkait sejak berlakunya UU TPPU, telah
tercatat sebanyak 58 LHP, dengan rincian 19 LHP diantaranya disampaikan ke
Penyidik Kepolisian, 27 LHP ke Penyidik Kejaksaan, 27 LHP ke Penyidik KPK, 9
LHP ke Penyidik Dirjen Pajak/DJP, 3 LHP ke Penyidik BNN, dan 1 LHP ke Penyidik
Dirjen Bea Cukai. Sementara itu, terkait dengan putusan pengadilan,berdasarkan data
terkini, hingga akhir September 2015 terdapat 98 putusan pengadilan terkait TPPU
sejak berlakunya UU TPPU. Bila diakumulasikan sejak Januari 2005, jumlah putusan

15
pengadilan terkait TPPU tercatat sudah sebanyak 136 kasus dengan hukuman
maksimal 18 tahun dan denda maksimal Rp15 Miliar.8

8
https://www.academia.edu/19886714/
PERANAN_PUSAT_PELAPORAN_DAN_ANALISIS_TRANSAKSI_KEUANGAN_PPATK_DALAM_PE
MBERANTASAN_TINDAK_PIDANA_PENCUCIAN_UANG. Diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018 pukul
13.00 WIB

16
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam bahasa Inggris
memiliki arti Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis
Center/INTRAC) adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah
dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Lembaga ini memiliki kewenangan
untuk melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasaan pencucian uang
sekaligus membangun rezim anti pencucian uang dan kontra pendanaan terorisme
di Indonesia
2. Tindak pidana pencucian uang adalah aktifitas pencucian uang secara umum
merupakan suatu perbuatan memindahkan, menggunakan atau melakukan perbuatan
lainnya atas hasil dari suatu tindak pidana yang kerap dilakukan oleh organization
crime, maupun individu yangmelakukan tindakan korupsi, perdagangan narkotika dan
tindak pidana lainnya dengan tujuan menyembunyikan atau mengaburkan asal-usul
uang yang berasal dari hasil tindak pidana tersebut, sehingga dapat digunakan seolah-
olah sebagai uang yang sah tanpa tindak pidana tersebut
3. Pasal 39 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang, menetapkan PPATK mempunyai tugas mencegah
dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Dalam melaksanakan tugasnya,
PPATK mempunyai fungsi sebagai berikut (Pasal 40 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010): Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang,
Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK, Pengawasan terhadap
kepatuhan Pihak Pelapor, Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi
Transaksi Keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau
tindak pidana lain. Pasal 41 UU No. 8 Tahun 2010 mengatur kewenangan PPATK
sebagai berikut: meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi
pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan
informasi, termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima
laporan dari profesi tertentu,menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan
Mencurigakan; mengoordinasikan upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang

17
dengan instansi terkait, memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya
pencegahan tindak pidana pencucian uang
4. Di Indonesia kita memiliki PPATK yang merupakan administrative model yang
merupakan lembaga independen yang bertanggung jawab kepada Presiden. Model
administratif ini lebih banyak berfungsi sebagai perantara antara masyarakat atau
industri jasa keuangan dengan institusi penegak hukum. Laporan yang masuk
dianalisis dahulu oleh lembaga ini kemudian dilaporkan institusi penegak hukum,
yaitu Kepolisian dan Kejaksaan

18
DAFTAR PUSTAKA

http://iusyusephukum.blogspot.com/2015/11/makalah-peranan-ppatk-dalam-upaya.html.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Pelaporan_dan_Analisis_Transaksi_Keuangan.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Pelaporan_dan_Analisis_Transaksi_Keuangan.

https://www.academia.edu/19886714/
Peranan_Pusat_Pelaporan_Dan_Analisis_Transaksi_Keuangan_Ppatk_Dalam_Pemberantasan_Tindak_P
idana_Pencucian_Uang.

https://www.academia.edu/19886714/
Peranan_Pusat_Pelaporan_Dan_Analisis_Transaksi_Keuangan_Ppatk_Dalam_Pemberantasan_Tindak_P
idana_Pencucian_Uang.

Utami Triwidayati, 2009, Peranan Dan Hambatan Dalam Menjalankan Fungsi Pusat Pelaporan
Dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Dalam Mencegah Dan Memberantas Tindak Pidana
Pencucian Uang , Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Yunus Husein, PPATK: Tugas, Wewenang Dan Peranannya Dalam Memberantas Tindak Pidana Pencucian
Uang. Makalah disampaikan pada Seminar Pencucian Uang yang diadakan bersama oleh Business
Reform and Reconstruction Corporation (BRRC), PPATK, Law Office of Remy and Darus (R&D) dan
Jurnal Hukum Bisnis, di Bank Indonesia, Jakarta.

19
20

Anda mungkin juga menyukai