Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

MONEY LAUNDRY

NAMA ANGGOTA :

1. KRISTINA VERIANTI JEHADUK (11170239)


2. GENOVEVA FLORA (11170220)

Hukum Bisnis  – Grup (A)

Prodi Manajemen Fakultas Bisnis


UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
Jalan dr. Wahidin Sudirohusodo No.5-25 Yogyakarta 55224  Telp& Fax. (0274) 55065
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Tindak pidana pencucian uang atau lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah money
laundering, merupakan istilah yang sering didengar dari berbagai media massa, oleh sebab itu
banyak pengertian yang berkembang sehubungan dengan istilah pencucian uang. Dewasa ini
istilah money laundering sudah lazim digunakan untuk menggambarkan usaha-usaha yang
dilakukan oleh seseorang atau badan hukum untuk melegalisasi uang “kotor”, yang diperoleh
dari hasil tindak pidanaPencucian uang sebagai suatu kejahatan yang berdimensi internasional
merupakan hal baru di banyak negara termasuk Indonesia. Sebegitu besarnya dampak negatif
yang ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara, sehingga negara-negara di dunia
dan organisasi internasional merasa tergugah dan termotivasi untuk menaruh perhatian yang
lebih serius terhadap pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian uang. Hal ini tidak
lain karena kejahatan pencucian uang (money laundering) tersebut baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi sistem perekonomian, dan pengaruhnya tersebut
merupakan dampak negatif bagi perekonomian itu sendiri.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana proses pencucian uang (money laundry)?
2. Apa faktor penyebab terjadinya money laundry?
3. Apa saja hukum pencucian uang di indonesia?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya money laundry.
2. Untuk mengetahui proses pencucian uang (money laundry)
3. Untuk mengetahui hukum pencucian uang di Indonesia
1.4. SISTEMATIKA PENULISAN
1.1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.1 Latar belakang
1.1.2 Rumusan masalah
1.1.3 Tujuan penulisan
1.2. BAB 2 PEMBAHASAN
1.2.1 pengertian
1.2.2 proses pencucian uang (money laundry)
1.2.3 faktor-faktor penyebab terjadinya money laundry
1.2.4 hukum pencucian uang di Indonesia
1.3. BAB 3 PENUTUP
1.3.1 kesimpulan
BAB 2
PEMBAHASAN

1.2.1. pengertian
Dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) UU No. 8 Tahun 2010 disebutkan bahwa pencucian uang
adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan
ketentuan dalam undang-undang tersebut. Dalam pengertian ini, unsur-unsur yang
dimaksud adalah unsur pelaku, unsur perbuatan melawan hukum serta unsur merupakan
hasil tindak pidana.

1.2.2.faktor penyebab terjadinya money laundry


 opportunity/ peluang : peluang yang dilihat dari pelaku pencucian uang ini adalah
lemahnya kendali internal dari penyedia jasa keuangan tersebut sebagai tempat
pencucian uang misalnya :
1. ketentuan perbankan di suatu negara yang memperbolehkan penggunaan
nama samaran atau anonim bagi nasabah (individu dan korporasi) yang
menyimpan dana di suatu bank.Dengan adanya ketentuan tersebut maka
orang akan lebih mudah untuk melakukan tindakan money loundry.
2. karena pemerintah dari suatu negara kurang bersungguh-sungguh untuk
memberantas praktik pencucian uang yang dilakukan melalui sistem
perbankan.
3. adalah karena tidak dikriminalisasikannya perbuatan pencucian uang di
suatu negara.
4. Sistem devisa bebas.
Dalam hal ini setiap orang bebas memasukkan atau membawa valuta asing
keluar dari wilayah yuridiksi Indonesia. Ketentuan mengenai sistem devisa
bebas ini termuat dalam peraturan pemerintah  No. 1/1992 tentang
pelaksanaan ekspor, impor dan lalulintas devisa.Tujuannya adalah menarik
para investor asing supaya menanamkan modalnya di Indonesia. Namun hal
ini menimbulkan akses baru bagi para pelaku tindak pidana pencucian uang.
5. Kesiapan perangkat hukum
Faktor lain yang turut mempengaruhi maraknya praktik pencucian uang di
Indonesia ialah kurang efektifnya perangkat hukum.  UU No. 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
yang mengubah UU No. 25 tahun 2005 yang sebelumnya UU No. 15 tahun
2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang belum mampu menanggulangi
atau mereduksi kasus-kasus tindak pidana pencucian uang. Pusat Pelaporan
dan Analisis Teransaksi Keuangan (PPATK) yang dibentuk sebagai badan
khusus guna upaya menangani kejahatan pencucian uang pun belum
mampu bekerja efektif. PPATK semakin sulit mendeteksi serta
menanganinya karena rumitnya mekanisme proses pencucian uang yang
bersifat transnasional yang melintasi batas yuridiksi Negara.
6.  Aspek likuiditas

Pembangunan nasional memerlukan pendanaan yang tidak kecil guna mencapai


sasaran-sasarannya. Dimana sektor perbankan memiliki peran yang sangat vital
antara lain sebagai urat nadi pengatur perekonomian nasional. Lancarnya aliran
uang sangat diperlukan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Dan juga
merupakan alat yang sangat vital dalam mengadakan transaksi pembayaran baik
nasional maupun internasional. Mengingat pentingnya fungsi ini maka upaya
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan menjadi bagian yang
sangat penting. Sehingga kalangan perbankan berusaha menarik dana-dana
asing kedalam negeri dalam jumlah yang sangat besar. Masalahnya pihak asing
hanya setuju memasukkan dananya jika pemerintah Indonesia tidak mengusut
asal-usul dana tersebut.  

7. Transaksi keuangan yang mencurigakan

Di Indonesia mengenai transaksi keuangan yang mencurigakan banyak


terjadi melalui sistem perbankan.adapun jenis-jenisnya menurut UU No. 8
tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian adalah

1)             Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau


kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan;

2)             Transaksi Keuangan oleh Pengguna jasa yang patut diduga dilakukan


dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan
yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang ini;

3)             Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan


menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana;
atau

4)             Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh


Pihak Pelapor karena melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal dari
hasil tindak pidana.

6.             Koordinasi yang lemah

Sekarang para para pelaku kejahatan pencucian uang menggunakan cara-


cara yang semakin rumit dan canggih berkat kemajuan cyber
currency  dan  cyber systemsdan kreatifitas yang tidak terbatas mereka selalu
merubah \cara dan kebiasaan dalam melakukan perbuatan tersebut. Salah
satu caranya adalah menyembunyikan uang haram didalam kegiatan
keuangan global sehingga tampak sebagai kegiatan yang sah dan legal. Cara
ini mendapat dukungan dari berbagai pihak yang tersebar secara global dan
sulit dideteksi keterkaitannya. Maka dalam hal inilah perlu koordinasi dari
perbankan, pemerintah, dan lembaga-lembaga terkait untuk
mengatasinya.  

 pressure/tekanan :para pelaku tersebut melakukan tindak pidana pencucian uang


agar dana yang mereka dapat dari suatu tindakan kriminal atau melanggar
hukum,tidak diketahui oleh para aparat penegak hukum tersebut.
 rasionalis : merupakan motivasi pelaku untuk memperkaya diri mereka dari tindakan
pelanggaran hukum dengan cara menyamarkan jejak dana mereka.
1.2.3.  proses pencucian uang (money laundry)
proses pencucian uang (money laundering) ke dalam tiga tahap, yakni:

 Tahap Placement
tahap dimana menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu aktivitas kriminal,
misalnya dengan mendepositkan uang kotor tersebut ke dalam sistem keuangan.
Sejumlah uang yang ditempatkan dalam suatu bank, akan kemudian uang tersebut
akan masuk ke dalam sistem keuangan negara yang bersangkutan.
 Tahap Layering
tahap dengan cara pelapisan. Berbagai cara dapat dilakukan melalui tahap ini yang
tujuannya menghilangkan jejak, baik ciri-ciri aslinya ataupun asal-usul dari uang
tersebut.
 Tahap Integration
merupakan tahap menyatukan kembali uang-uang kotor tersebut setelah melalui
tahap-tahap placement atau layering di atas, yang untuk selanjutnya uang tersebut
dipergunakan dalam berbagai kegiatan-kegiatan legal. Dengan cara ini akan tampak
bahwa aktivitas yang dilakukan sekarang tidak berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
ilegal sebelumnya, dan dalam tahap inilah kemudian uang kotor itu telah tercuci.

1.2.4. Hukum Pencucian Uang di Indonesia

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, di mana pencucian uang dibedakan dalam
tiga tindak pidana:
 Pertama

Tindak pidana pencucian uang aktif, yaitu Setiap Orang yang menempatkan,


mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, menbayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan uang uang atau surat
berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan. (Pasal 3 UU RI No. 8 Tahun
2010).

 Kedua

Tindak pidana pencucian uang pasif yang dikenakan kepada setiap Orang yang
menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,
penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).Hal
tersebut dianggap juga sama dengan melakukan pencucian uang. Namun, dikecualikan bagi
Pihak Pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam undang-
undang ini. (Pasal 5 UU RI No. 8 Tahun 2010).

 Ketiga

Dalam Pasal 4 UU RI No. 8/2010, dikenakan pula bagi mereka yang menikmati hasil


tindak pidana pencucian uang yang dikenakan kepada setiap Orang yang menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul, sumber lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau
kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal ini pun
dianggap sama dengan melakukan pencucian uang.
CONTOH :

Dilansir dari laman kompasiana.com Kabar tak sedap menerpa Mantan Presiden Republik
Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Skandal Bank Century yang diduga melibatkan SBY dan
kroni-kroninya dibongkar oleh sebuah laporan media asing.

Laman berita Asia Sentinel menurunkan artikel yang berjudul "Indonesia's SBY Government: Vast
Criminal Conspiracy" berdasar hasil investigasi tentang skandal kakap di balik Bank Century hingga
menjadi Bank Mutiara yang akhirnya jatuh ke tangan J Trust.

Berdasar artikel yang ditulis langsung oleh pendiri Asia Sentinel, John Berthelsen, terungkap adanya
konspirasi mencuri uang negara hingga USD 12 miliar dan mencucinya melalui perbankan
internasional.

Laporan tersebut sudah berdasarkan analisis forensik atas berbagai bukti yang dikompilasi oleh
satuan tugas investigator dan pengacara dari Indonesia, Inggris, Thailand, Singapura, Jepang dan
negara lainnya sehingga kebenarannya patut diyakini.

Validasi laporan itu juga semakin kuat karena dilengkapi 80 halaman afidavit atau keterangan di
bawah sumpah yang menyeret keterlibatan lembaga keuangan internasional termasuk Nomura,
standard Chartered Bank, United Overseas Bank (UOB) Singapura dan lainnya.

Menurut laporan Asian Sentinel, Bank Century menjadi pintu untuk merampok keuangan negara
karena ada rekayasa menetapkan Century sebagai bank gagal pada 2008.

Bank Century itu sendiri juga disebut sebagai "Bank SBY" karena menyimpan dana gelap terkait
Partai Demokrat, kemudian disuntik dana pada 2008 serta berubah nama menjadi Bank Mutiara
setelah diakuisisi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Rekayasa yang dilakukan era SBY itu sudah sejak awal dilakukan pemerintahannya yaitu tahun 2004
dengan pembentukan Bank Century sebagai hasil merger Bank Pikko, Bank Danpac dan Bank CIC.

Bank Century menjadi gudang penyimpanan jutaan dolar uang yang dikendalikan SBY dan Partai
Demokrat. Padahal, SBY yang meraih kursi kekuasaan di era reformasi dikenal sebagai figur yang
kapabel dan lebih jujur ketimbang pendahulunya.

Banyak nama pejabat yang diseret dalam kasus ini. Misalnya, Weston Capital International dalam
gugatannya menyebut Kartika Wirjoatmodjo (Dirut Bank Mandiri) yang dulu menjabat sebagai
Kepala Eksekutif LPS merancang kesepakatan pembelian Bank Mutiara dengan sarat konspirasi,
ilegal dan tidak transparan guna menjarah aset LPS dalam jumlah USD 1,05 miliar selama 10 tahun.

Bahkan, menurut laporan itu juga disebutkan terdapat 30 pejabat teras di Pemerintah Indonesia
telah bekerja sama selama 15 tahun untuk mencuri, melakukan pencucian uang dan
menyembunyikannya hingga mencapai lebih dari USD 6 miliar dimana hajatan itu dilakukan atas
perintah SBY dan Boediono.
Hasil audit BPK menemukan dana sebesar USD 290 juta yang dicuri dari Bank Century dicuci melalui
BCA, JP Morgan, Bank Danamon dan Bank Mandiri. Audit itu juga mengungkap peran Robert
Tantular selaku pemilik Bank Century yang membuat lebih dari 2.000 rekening palsu di Bank Century
untuk menggelembungkan portofolio pinjaman sekaligus menyiasati syarat rasio kecukupan modal
(CAR) yang ditetapkan BI.

Dalam kasus ini, Bank Century dan Robert Tantular sengaja dipilih untuk menyimpan dana kampanye
ilegal. Robert lantas mencuri USD 500 juta dari banknya sendiri. Konspirasi LPS/Bank Indonesia untuk
menipu kreditur Bank Century hingga lebih dari USD 6 miliar dari 2004 sampai 2018 berasal dari
kejadian tersebut.

Skandal tersebut telah menjadi pembicaraan publik internasional. Sebagai masyarakat yang waras,
tentu saja, kita ingin skandal ini juga diungkap di dalam negeri. Agar kebenaran dan keadilan bisa
ditegakkan.

Hukum harus benar-benar ditegakkan meskipun berhadapan dengan mantan orang nomor satu di
Republik ini. Sebab setiap warga negara harus memiliki kedudukan yang sama di depan hukum yang
berlaku.

https://www.kompasiana.com/fannykinanti1458/5b99ea0212ae946cd1260d95/laporan-terkait-
skandal-bank-century-terbit-sby-diduga-terlibat-dalam-pencucian-uang-negara-hingga-miliaran-
dollar
BAB 3

PENUTUP
1.3.1. kesimpulan

Tindak pidana pencucian uang saat ini telah dianggap sebagai suatu tindakan kriminal yang
akan dikenakan sanksi pidana. Seseorang cendrung akan melakukan tindak kejahatan/kecurangan
tersebut karena adanya tiga faktor. (1)opportunity/ peluang : peluang yang dilihat dari pelaku
pencucian uang ini adalah lemahnya kendali internal dari penyedia jasa keuangan tersebut sebagai
tempat pencucian uang ,(2)pressure/tekanan :para pelaku tersebut melakukan tindak pidana
pencucian uang agar dana yang mereka dapat dari suatu tindakan kriminal atau melanggar
hukum,tidak diketahui oleh para aparat penegak hukum tersebut,(3)rasionalis : merupakan motivasi
pelaku untuk memperkaya diri mereka dari tindakan pelanggaran hukum dengan cara menyamarkan
jejak dana mereka ,motivasi mereka dilanjutkan dengan beberapa tindakan antara lain:
placement,layering,integrating,yang mereka harap tindakan tersebut dapat mengelabui aparat
penegak hukum sehingga pelaku pencucian uang tersebut dapat menikmati dana mereka dengan
tenang.

Anda mungkin juga menyukai