Anda di halaman 1dari 8

Tugas Pengganti UTS “TPPU” Delik Khusus Diluar KUHP

Kelompok 5

Anggota Kelompok :

Alvita Fitri Nathania 2212011309

Sabrina Azzahra 2212011264

Rafi Mahendra 2112011580


A. ISTILAH DAN PENGERTIAN TPPU

Pencucian Uang atau yang dalam istilah Inggrisnya disebut Money Laundering adalah
perbuatan Tindak Pidana. Pada saat ini Masalah Tindak Pidana Pencucian Uang menjadi
perhatian baik didalam Negeri maupun dunia Internasional. Menurut Sutan Remy Sjahdeni,
mengenai apa yang dimaksud dengan istilah Pencucian Uang sampai saat ini belum terdapat
definisi atau pengertian yang Universal dan Komprehensif. 1

Menurut Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF) menyebutkan bahwa :
Money Laundering adalah proses menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul Kejahatan.
Proses tersebut bertujuan untuk kepentingan penghilangan jejak sehingga pelaku menikmati
keuntungan tersebut tanpa mengungkap sumber perolehan yang didapat. 2

Peter Gottschalk mengatakan bahwa :

Money laundering is an example of financial crime often carried out as white- collar crime.
Money laundering is a sort of criminal activity trying to conceal the illegality of proceeds of
crime by disguising them as lawful earnings. 3Pencucian uang adalah contoh dari kejahatan
keuangan yang tergolong sebagai kejahatan kerah putih. Pencucian uang adalah semacam
kegiatan atau aktivitas kejahatan dari kegiatan yang ilegal, yang berusaha menyembunyikan
hasil kejahatan dengan menyamarkan sebagai hasil yang sah.

Mengacu pada sejumlah pengertian atau definisi pencucian uang tersebut di atas terlihat jelas,
walaupun terdapat persamaan tentang unsur adanya uang dari tindak pidana, unsur-unsur
lainnya dari pencucian uang memiliki perbedaan.

Menurut Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF) menyebutkan bahwa :
Money Laundering adalah proses menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul Kejahatan.
Proses tersebut bertujuan untuk kepentingan penghilangan jejak sehingga pelaku menikmati
keuntungan tersebut tanpa mengungkap sumber perolehan yang didapat. 4

Namun demikian, apa pun pengertian pencucian uang tersebut, pada hakikatnya pencucian
uang merunjuk pada upaya pelaku tindak pidana untuk mengurangi ataupun menghilangkan
risiko ditangkap ataupun uang atau aset atau harta kekayaan hasil tindak pidana yang dimiliki
tidak disita atau dirampas sehingga tujuan akhir dari kegiatan ilegal itu yakni memperoleh
keuntungan, mengeluarkan serta mengkonsumsi uang atau aset/harta kekayaan hasil tindak
pidana dapat terlaksana, tanpa terjerat oleh aturan hukum yang berlaku. 5

1 Sutan Remy Sjahdeini, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan Terorisme.

2 Arief Amrullah, Tindak Pidana Pencucian Uang.

3 Peter Gottschalk. “Executive Position Invalved In White-Collar Crime”, Journal OF Money Laundering Control 2011.

4 Arief Amrullah, Tindak Pidana Pencucian Uang


5 Prof.H. M Tito Karnavian, M.A., Ph.D. Tipologi dan Perkembangan TPPU.
Mekanisme/Tahap-tahap Pencucian Uang

Kegiatan pencucian uang melibatkan aktivitas yang sangat komplek. Pada dasarnya kegiatan
tersebut terdiri dari tiga langkah yang masing- masing berdiri sendiri tetapi seringkali
dilakukan secara bersama-sama yaitu placement, layering, dan tahap integration:

Placement diartikan sebagai upaya untuk menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu
aktivitas kejahatan. Dalam hal ini terdapat pergerakan fisik dari uang tunai baik melalui
penyelundupan uang tunai dari satu negara ke negara lain, menggabungkan antara uang tunai
yang berasal dari kejahatan dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah atau
pencucian uang dengan melakukan penempatan uang giral ke dalam sistem perbankan
misalnya, deposito bank, cek atau melalui real estate atau sahan-saham atau juga
mengkonversikan ke dalam mata uang lainnya atau transfer ke dalam valuta asing.

Layering diartikan sebagai memisahkan hasil kejahatan dari sumbernya yaitu aktivitas
kejahatan yang terkait melalui beberapa tahapan transaksi keuangan. Dalam hal ini terdapat
proses pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement
ke tempat lainnya melalui serangkaian transaksi yang kompleks dan didesain untuk
menyamarkan mengelabui sumber dana "haram" tersebut. Layering dapat dilakukan melalui
pembukaan sebanyak mungkin rekening perusahaan-perusahaan fiktif dengan memanfaatkan
ketentuan rahasia bank. iIntegration yaltu upaya untuk menetapkan suaru landasan sebagai
"legitimate explanation" bagi hasil kejahatan. Di sini uang yang diputihkan melalui
placement maupun layering dialihkan ke dalam kegiatan-kegiatan resmi sehingga tampak
tidak berhubungan sama sekali dengan aktivitas-aktivitas kejahatan sebelumnya yang
menjadi sumber uang yang diputihkan. Pada tahap ini uang yang telah diputihkan dimasukan
kembali ke dalam sirkulasi dengan bentuk yang sejalan dengan aturan hukum

B. SEJARAH DAN UNDANG-UNDANG

Masalah Pencucian Uang sebenarnya telah lama dikenal dalam sejarah Hukum Bisnis
munculnya Money Laundering dimulai dari Negara Amerika Serikat sejak tahun 1830. Pada
waktu itu banyak orang membeli perusahaan dengan uang hasil kejahatan seperti hasil
perjudian, penjualan narkotika, penjualan miras ilegal dan hasil prostitusi. Namun istilah
Money Laundering baru muncul pada sekitar tahun 1930 ketika adanya Al Capone, yang
merupakan Mafia Besar di kawasan Amerika Serikat. Al Capone melakukan perbuatan
menyembunyikan hasil kejahatannya (perjudian, prostitusi, pemerasan, dan penjualan miras
ilegal). Untuk mengelabui Pemerintah, Al Capone mendirikan Perusahaan Binatu (landromat),
untuk mencampur hasil kejahatan mereka sehingga tidak dicurigai dari hasil kejahatan. Di
sinilah merupakan awal istilah dari Money Laundering. 6 Walau demikian, Al Capone tidak

6Yunus Husein, Beberapa Petunjuk Bagi Bank Dalam Mewaspadai Kejahatan Pencucian Uang,
Makalah Institut Bankir Indonesia, 29 Mei 2001.
dituntut dan dihukum dengan pidana penjara atas kejahatan tersebut, akan tetapi telah lebih
melakukan penggelapan pajak.

Selain Al Capone, terdapat juga Meyer Lansky, mafia yang menghasilkan uang dari kegiatan
perjudian dan menutupi bisnis ilegalnya itu dengan mendirikan bisnis hotel, lapangan golf
dan perusahaan pengemasan daging. Uang hasil bisnis ilegal ini dikirimkan ke beberapa
bank-bank di Swiss yang sangat mengutamakan kerahasiaan nasabah, untuk didepositokan.
Deposito ini kemudian diagunkan untuk mendapatkan pinjaman yang dipergunakan untuk
membangun bisnis legalnya. Berbeda dengan Al Capone, Meyer Lansky justru terbebas dari

tuntutan melakukan penggelapan pajak, tindak pidana termasuk tindak pidana pencucian
uang yang dilakukannya. 7

Kemudian istilah ini baru populer pada tahun 1984, tatkala Interpol mengusut pemutihan
uang mafia Amerika Serikat yang dikenal dengan Pizza Connection yang menyangkut dana
sekitar US $ 600 juta, yang ditransfer melalui serangkaian transaksi finansial yang rumit ke
sejumlah Bank di Swiss dan Italia. Yang menjadikan restoran-restoran Pizza yang tersebar di
seluruh wilayah Amerika Serikat sebagai sarana usaha untuk mengelabui sumber dana. 8

Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak


Pidana Pencucian Uang adalah pengaturan Hukum terkait adanya TPPU di Indonesia.
Undang-undang ini dibentuk dengan pertimbangan bahwa Tindak Pidana Pencucian Uang
tidak hanya mengancam stabilitas perekonomian dan integritas sistem keuangan, tetapi juga
membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan
Pancasila dan UUD Negara Indonesia Tahun 1945.9

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan


Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menyatakan bahwa: Pencucian Uang adalah
segala perbuatan yang memenuhi unsur- unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini.

C. PASAL PASAL PIDANA & URAIANNYA

Undang-undang nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang.

7
e-journal Ilmu Hukum “Perkembangan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Dampaknya Terhadap
Sektor Ekonomi dan Bisnis. Volume 3 No. 1.
8 Harmadi, Kejahatan Pencucian Uang,Modus-Modus Pencucian Uang di Indonesia, Malang : Setara Press, 2011.

9 Sutan Remy Sjahdeini, Pencucian Uang : Pengertian, Sejarah.


Pasal (3) : Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,
membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul harta kekayaan dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara
paling lama dua puluh tahun dan denda paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).

Pasal (4) : Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi,
peruntukkan, pengalihan hak atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara
paling lama dua puluh tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).

Pasal (5) : (1) Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran atau menggunakan harta kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan
denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi pihak pelapor yang
melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. 10

D. HUKUM ACARA

Pada Pasal 189 Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), untuk dapat
menghukum terdakwa, hakim harus yakin atas dua alat bukti yang disampaikan penuntut
umum di sidang pengadilan. Dua alat bukti biasanya disampaikan untuk masing-masing
unsur tindak pidana. Berdasarkan Pasal 68 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, hukum
acara yang dipakai dalam pembuktian adalah hukum acara yang diatur dalam KUHAP dan
undang-undang lain yang juga mengatur hukum acara seperti Undang-Undang TPPU, dan
Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Untuk tindak pidana
asal pembuktian dilakukan oleh jaksa penuntut umum. Sementara itu, dalam perkara TPPU
dikenal adanya pembuktian terbalik, yaitu terdakwa harus membuktikan bahwa harta
kekayaan yang terkait dengan perkara itu bukan berasal dari tindak pidana. Unsur yang harus
dibuktikan oleh terdakwa, yaitu objek perkara yang berupa harta kekayaan yang terkait
dengan perkara bukan berasal dari tindak pidana. Untuk unsur lainnya tetap harus dibuktikan
oleh jaksa penuntut umum. Teori pembuktian atau sistem pembuktian yang dianut KUHAP

10 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010.


ialah sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif. Sistem pembuktian negatif
diperkuat oleh prinsip kebebasan kekuasaan kehakiman. 11

Adanya ketentuan bahwa TPPU merupakan kejahatan yang berdiri sendiri pun dalam
prakteknya belum dapat diterapkan secara murni. Pembuktian TPPU dalam hal ini masih
memerlukan adanya suatu tindak pidana yang menghasilkan seluruh atau sebagian dari harta
kekayaan yang akan dirampas. Selain itu, penerapan pembuktian terbalik oleh terdakwa pun
sangat dimungkinkan justru merugikan proses penuntutan, mengingat pelaku sangat
memungkinkan untuk menunjukkan sumber perolehan kekayaannya yang tidak wajar berasal
dari bisnis, padahal merupakan hasil rekayasa dengan bantuan gatekeepers.12

E. LEMBAGA PENEGAKNYA

Penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal.
Misalnya Penegak Hukum sedang menyidik perkara hasil tindak pidana asal (UU No 8 Tahun
2010 Pasal 2 ayat 1 ), maka penyidik tersebut harus melakukan juga penyidikan terhadap
Tindak Pidana Pencucian Uang.

Menurut Pasal 74 UU NO 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak


Pidana Pencucian Uang. Yang dimaksud dengan “penyidik tindak pidana asal” adalah pejabat
dari instansi yang oleh undang-undang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan,
yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), Badan Narkotika Nasional (BNN), serta Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Penyidik tindak pidana asal dapat melakukan penyidikan tindak pidana Pencucian Uang
apabila menemukan bukti permulaan yang cukup terjadinya tindak pidana Pencucian Uang
saat melakukan penyidikan tindak pidana asal sesuai kewenangannya dan setelahnya
memberitahukan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

Dalam usaha mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang, maka dibentuk satu
lembaga independen, yaitu Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), yang
berwenang:

a. Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pe- merintah dan/atau lembaga
swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi
pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu;

b. Menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan;

11
Atmasasmita, Romli. 1995. Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi. Bandung:Mandar Maju. Hal.106

12https://acch.kpk.go.id/id/component/content/article?id=493:penguatan-alat-bukti-tindak-
pidanapencucian-uang-dalam-perkara-tindak-pidana-korupsi-di-indonesia.
c. Mengoordinasikan upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang dengan instansi terkait;

d. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan tindak pidana


pencucian uang;

e. Mewakili Pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional yang
berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang;

f. Menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan anti-pencucian uang; dan

g. Menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian


uang

Salah satu kewenangan PPATK yang perlu pula diketahui yakni yang berkaitan dengan
identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan. Hal ini penting diketahui karena salah satu
yang akan ditelisik oleh PPATK, adalah terjadinya Transaksi Keuangan Mencurigakan, baik
pada penyedia jasa keuangan, misalnya Bank, leasing maupun penyedia barang dan jasa lain
misalnya perusahaan atau perdagangan.

Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 201 Transaksi Keuangan


Mencurigakan, adalah:

a. Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakterist atau kebiasaan pola transaksi
dari pengguna jasa yang bersan kutan;

b. Transaksi keuangan oleh pengguna jasa yang patut diduga dilak kan dengan tujuan untuk
menghindari pelaporan transaksi y bersangkutan yang wajib dilakukan oleh pihak pelapor
sesuai d ngan ketentuan undang-undang ini;

c. Transasi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan denga menggunakan harta
kekayaan yang diduga berasal dari hasil t dak pidana; atau

d. Transaksi keuangan yang diminta olek PPATK untuk dilapork oleh pihak pelapor karena
melibatkan harta kekayaan yang didug berasal dari hasil tindak pidana. 13

F. CONTOH KASUS DAN PENJELASAN

Kasus Jiwasraya tahun 2020. Kasus Jiwasraya bermula muncul pada 2002, di mana asuransi
plat merah ini telah dikabarkan mengalami kesulitan keuangan. Namun, pada 2006 Jiwasraya
tiba-tiba membukukan laba, namun laba itu bersifat semu berdasarkan pemeriksaan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Buruknya keuangan dari Jiwasraya itupun, berdasarkan catatan

13
Dr. Handoyo Prasetyo. S.H.,M.H. "Kapita Selekta Tindak Pidana Khusus" & Dr. Ruslan
Renggong, S.H.,M.H. "Hukum Pidana Khusus.
BPK juga karena pengelolaan investasi di perseroan itu cukup buruk. Bahkan, Jiwasraya
kerap berinvestasi pada saham berkinerja buruk. Dengan catatan buruk investasi tersebut,
Jiwasraya pada 2014 justru bukan melakukan investasi yang menguntungkan melainkan
menggelontorkan dana untuk sponsor sepak bola Inggris, yaitu Manchester City. Buruknya
pengelolaan investasi Jiwasraya terlihat dari peluncuran produk JS Saving Plan dengan cost
of fund tinggi di atas bunga depositi dan obligasi, ditambah dana yang dihasilkan
diinvestasikan pada saham dan reksadana berkualitas rendah. Lalu pada 2016 BPK kembali
mengungkapkan 16 temuan, dimana temuan tersebut mengungkapkan bahwa Asuransi
Jiwasraya kerap berinvestasi pada sejumlah saham gorengan. Atas sejumlah kondisi tersebut,
Jiwasraya kemudian mendapatkan opini tidak wajar dalam laporan keuangannya pada 2017.
Dan kondisi tersebut akhirnya membuat pembukuan pada 2018 alami kerugian unaudited
sebesar Rp15,3 triliun. Atas perintah Komisi XI DPR RI, BPK kemudian melanjutkan
pemeriksaan atas tujuan tertentu. Lalu, diikuti permintaan dari Kejaksaan Agung untuk
mengaudit kerugian negara. Berdasarkan laporan Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK yang
dikutip VIVA news, Jiwasraya ternyata melakukan investasi di 14 reksadana yang dimiliki
satu perusahaan swasta yaitu PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP). Nilai investasi Jiwasraya
pada saham IIKP itu tercatat sebesar Rp6,39 triliun. Atas semua kejadian tersebut Komisaris
PT Hanson International Tbk, Benny Tjokrosaputro, ditetapkan sebagai tersangka dalam
kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam pengelolaan keuangan dan dana investasi oleh
Jiwasraya.

Benny Tjokrosaputro terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana pasal 3 Undang-Undang


Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan TPPU. Dijatuhkan pidana
terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama seumur hidup ditambah denda Rp5 miliar
subsider 1 tahun kurungan.14

14https://nasional.tempo.co/amp/1396412/kasus-jiwasraya-benny-tjokrosaputro-dituntut-penjara-seumur-hidup-denda-
rp-6-t

Anda mungkin juga menyukai