Anda di halaman 1dari 33

Pencucian Uang

dan
Modus Operandi
Tindak Pidana Pencucian Uang

1
1. APAKAH PENCUCIAN UANG?

Apabila ada statistik mengenai data uang atau harta kekayaan


dari berbagai macam tindak pidana, misalnya pencurian,
penggelapan pajak, korupsi, atau pembalakan hutan, tentu
jumlahnya sangatlah besar.
pencuri
an penggele
Ketika seseorang menerima uang suap, ia menerima uang penyelun pan
dalam jumlah besar. Apabila ia langsung menggunakan dupan pajak
uang tersebut bisa jadi ia dicurigai banyak orang. Oleh uang
karena itu, agar perbuatan menerima suapnya tidak hasil
diketahui, pelaku kejahatan tersebut perlu juga untuk tindak Pembal
menyembunyikan atau menyamarkan asal usulnya. pidana
korupsi akan
Perbuatan menyamarkan atau menyembunyikan uang atau LIar
harta kekayaan dari hasil tindak pidana tersebut dikenal
dengan nama PENCUCIAN UANG UANG.
Caranya, uang hasil kejahatan tadi bisa saja disimpan di bank atas
nama orang lain, bisa disetorkan secara tunai atau ditransfer ke
berbagai rekening yang berbeda atas nama orang-orang yang
Uang Orang berbeda pula, bisa juga dipakai untuk menambah modal usaha
Hasil atau bisnis legal. Setelah dicuci, harta kekayaan hasil kejahatan
Tindak Simpan Bank
Pidana Uang tersebut yang seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah.
2
Kemudian dapat lebih leluasa digunakan oleh pelaku.
2. MENGAPA PELAKU KEJAHATAN MENCUCI UANG ?
Pencucian uang dapat dilakukan untuk berbagai tujuan, diantaranya :

Pertama, menyembunyikan uang atau harta kekayaan yang diperoleh dari kejahatan. Hal ini agar
uang atau kekayaan tersebut tidak dipermasalahkan secara hukum dan tidak disita oleh pihak yang
berwajib atau juga agar tidak dicurigai banyak orang.
Kedua, menghindari penyelidikan dan/ atau tuntutan hukum. Pelaku kejahatan ingin melindungi
atau menghindari tuntutan hukum dengan cara “menjauhkan” diri mereka sendiri dari uang/kekayaan
hasil kejahatan, misalnya dengan menyimpannya atas nama orang lain.
Ketiga, meningkatkan keuntungan. Pelaku kejahatan bisa saja mempunyai beberapa usaha lain yang
legal. Seringkali, uang hasil kejahatan disertakan ke dalam perputaran usaha-usaha mereka yang sah
tersebut. Akibatnya, uang hasil kejahatan bisa melebur ke dalam usaha atau bisnis yang sah, menjadi
lebih sulit terdeteksi sebagai hasil kejahatan, dan juga dapat meningkatkan keuntungan bisnis yang sah
tersebut.
Dengan melakukan pencucian uang, penerima suap tadi dapat leluasa menggunakan uangnya tanpa
dicurigai. Misalnya, dengan pura-pura mendapatkan warisan yang ditransfer melalui bank. Selain itu,
uang hasil suap yang seharusnya jadi barang bukti bahwa pelaku nemerima suap pun bisa disamarkan
dengan disimpan di bank atas nama orang lain. Akibatnya, penegak hukum akan kesulitan melakukan
penyelidikan.

Uang
Hasil Orang Simpan
Tindak Uang Bank
Pidana
Detektif
Menggunakan
Kaca Pembesar 3
3. MENGAPA PENCUCIAN UANG HARUS DIBERANTAS ?

Selain untuk menjerat pelaku kejahatan, ada beberapa alasan kenapa pencucian uang
harus dicegah dan diberantas, yaitu diantaranya:

Mencegah Pelaku dalam mengembangkan kejahatan. Bila pelaku kejahatan berhasil


mencuci uang hasil kejahatannya, dia dapat menikmati kekayaan yang dihasilkan
ataupun digunakan untuk mengembangkan kejahatan dan organisasi kejahatannya.
Tentu hal ini akan sangat merugikan masyarakat.

Dapat Merongrong stabilitas sistem keuangan. Banyaknya uang illegal yang secara
cepat masuk ke dalam negeri, berpindah-pindah, dan meninggalkan industry keuangan
nasional tanpa didampingi kegiatan ekonomi produktif yang sepantasnya, cenderung
dapat meningkatkan instabilitas sistem keuangan, menciptakan distorsi ekonomi, dan
menyulitkan otoritas moneter dalam mengendalikan jumlah uang yang beredar.

Dapat Menimbulkan resiko pada intermediasi yang digunakan untuk pencucian


uang. Jasa-jasa yang diberikan oleh bank sebagai Penyedia Jasa Keuangan (PJK) dapat
dipakai sebagai sarana pencucian uang dapat menimbulkan berbagai risiko. Misalnya
Penyedia jasa Keuangan seperti bank yang digunakan sebagai sarana atau sasaran
pencucian uang, dapat berakibat rusaknya reputasi, keterlibatan dalam masalah
hukum, serta terganggunya operasional dan likuiditasnya.
4
FOLLOW THE MONEY DAN UPAYA PEMBERANTASAN PENCUCIAN UANG SECARA
GLOBAL ?
Follow The Money
Pendekatan follow the money merupakan istilah lain bagi Pendekatan Anti Pencucian Uang, yaitu
mendahulukan mencari uang atau harta kekayaan hasil tindak pidana dibandingkan dengan
mencari pelaku kejahatan. Setelah hasil tindak pidana diperoleh melalui pendekatan analisa
transaksi keuangan (financial analysis) kemudian dicarilah pelakunya dan tindak pidana yang
dilakukan.
Beberapa manfaat atau kelebihan yang didapatkan melalui pendekatan follow the money adalah:
1. jangkauannya lebih jauh sehingga dirasakan lebih adil;
2. dapat dilakukan dengan ”diam-diam”, sehingga lebih mudah, dan risiko lebih kecil karena tidak
berhadapan langsung dengan pelaku yang kerap memiliki potensi melakukan perlawanan;
3. pendekatan merampas hasil kejahatan mengurangi atau menghilangkan motivasi orang untuk
melakukan tindak pidana.
4. Adanya insentif pengecualian ketentuan rahasia bank dan ketentuan kerahasiaan lainnya.
Pemberantasan pencucian uang bagian dari upaya global menghadapi kejahatan
Peran dan tanggungjawab Indonesia dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian
uang memberikan kontribusi yang riil dalam kancah tata pergaulan internasional. Tindak pidana ini
merupakan persoalan dan perhatian warga dunia. Untuk itu, berbagai organisasi internasional
dan regional telah dibentuk untuk memeranginya.
Menurut perkiraan beberapa lembaga international, pencucian uang secara global diperkirakan
mencapai sekitar USD 1 triliun sampai USD 2,5 triliun per tahun. Jumlah ini sangat besar
mengingat nilai keseluruhan produk barang dan jasa yang diproduksi di Indonesia (PDB
Indonesia) pada tahun 2007 hanya mencapai sekitar USD 435 milyar
5
TIPOLOGI / MODUS OPERANDI PENCUCIAN UANG

Pencucian uang dapat dilakukan dengan modus operandi yang sangat beragam, mulai dari menyimpan
uang di bank hingga membeli rumah mewah atau saham. Namun, pada dasarnya seluruh modus tersebut
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis tipologi, yang tidak selalu terjadi secara bertahap, tetapi bahkan
dilakukan secara bersamaan. Ketiga tahapan tipologi tersebut yaitu:

Penempatan (placement), Pemisahan/pelapisan (layering), dan Penggabungan (integration).


Penempatan (placement) adalah upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak
pidana ke dalam sistem keuangan.

Pemisahan/ pelapisan (layering) adalah memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya, yaitu tindak
pidananya melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-
usul dana. Dalam kegiatan ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu
sebagai hasil placement ke tempat lain melalui serangkaian transaksi yang kompleks dan didesain untuk
menyamarkan dan menghilangkan jejak sumber dana tersebut.

Penggabungan (integration) adalah upaya menggabungkan atau menggunakan harta kekayaan yang
telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai jenis produk keuangan
dan bentuk material lainnya, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, ataupun untuk
membiayai kembali kegiatan tindak pidana.

Modus operandi pencucian uang dari waktu ke waktu semakin kompleks menggunakan teknologi dan
rekayasa keuangan yang cukup rumit. Hal itu terjadi baik pada tahap placement, layering, maupun
integration, sehingga dalam penanganannya membutuhkan peningkatan kemampuan secara sistematis dan
berkesinambungan. 6
Ilustrasi tahapan pencucian uang
dapat terjadi :

7
Penempatan
Penempatan (placement) adalah tahapan pertama dalam pencucian uang,
yaitu ketika harta hasil tindak pidana pertama kali masuk ke dalam
sistem keuangan atau berubah bentuk. Dengan perkembangan teknologi
sistem keuangan, setelah mendapatkan harta hasil tindak pidana, pelaku
kejahatan memiliki banyak sekali pilihan untuk melakukan proses
penempatan (placement) harta kekayaannya. Beberapa modus
penempatan tersebut diantaranya :

 Menempatkan uang dalam sistem perbankan


 Menyelundupkan uang atau harta hasil tindak pidana ke negara lain
 Melakukan konversi harta hasil tindak pidana
 Melakukan penempatan secara elektronik
 Memecah-mecah transaksi dalam jumlah yang lebih kecil (structuring)
 Menggunakan beberapa pihak lain dalam melakukan transaksi
(smurfing)

Penempatan: Menempatkan Uang dalam Sistem Perbankan


Penerima suap misalnya, dapat melakukan penempatan hasil suapnya
dengan menyimpannya di bank. Baik menggunakan namanya sendiri atau
orang lain.
Tidak jarang pula hal ini kemudian diikuti dengan pengajuan kredit atau
pembiayaan. Kemudian menyetorkan uang pada penyedia jasa keuangan
sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan audit trail.
8
Penempatan: Menyelundupkan Uang atau Harta Hasil Tindak
Pidana ke Negara Lain

Pelaku kejahatan dapat juga melakukan penempatan dengan


melakukan pembawaan tunai melewati negara. Penerima suap
tersebut, misalnya bisa membawa harta hasil suapnya ke negara
lain, kemudian ditukarkan dengan mata uang yang berbeda.
Pembawaan tunai ini dapat dilakukan dengan
memperlakukannya sebagai barang-barang ekspedisi atau
dengan terlebih dahulu dikonversi ke dalam bentuk barang
berharga seperti emas atau perhiasan. Sehingga pembawaan
hasil kejahatan ke negara lain tersebut bisa dilakukan banyak
cara, baik itu melalui ekspedisi, maupun dibawa secara sendiri
dengan kendaraan pribadi.
Karakteristik lainnya adalah dengan membawa harta hasil tindak
pidana tersebut ke negara-negara yang tidak memiliki
pengaturan mata uang yang ketat.

9
Penempatan: Melakukan Transfer Secara Elektronik

Penempatan juga dilakukan dengan cara melakukan transfer secara elektronik. Dengan dilakukan secara
elektronik transfer uang dapat dilakukan hanya dalam hitungan menit ke manapun, termasuk melintasi
berbagai negara. Kecepatan proses peralihan harta atau aset dan lintas batas negara dan yurisdiksi
membuat proses penelusuran aset menjadi sangat rumit.
Sebagai contoh, pelaku tindak pidana dapat mengirimkan uang melalui jasa pengiriman uang
(alternative remittance) yang secara elektronik langsung terkirim ke lembaga pengiriman uang di luar
negeri. Rekanan pelaku cukup membawa identitasnya ke lembaga pengiriman uang yang menerima
uangnya di luar negeri. Dalam transaksi atau kegiatan transfer tersebut, uang tidak perlu berpindah
secara fisik.

Penempatan: Melakukan Konversi Harta Hasil Tindak Pidana

Salah satu modus penempatan yang lazim dilakukan adalah dengan melakukan konversi harta hasil
tindak pidana. Konversi ini dilakukan umumnya dengan cara merubah bentuk asal harta hasil tindak
pidana, misalnya dengan melakukan pembelian atau merubah mata uangnya.
Tahapan ini umumnya juga dilakukan dengan melibatkan orang lain. Misalnya, penerima suap akan
menyerahkan uang yang diterimanya kepada orang yang ia percayai. Baik itu rekanan, anak buah,
keluarga, atau pihak lain.
Rekan yang menerima uang tunai hasil suap tersebut kemudian melakukan pembelian barang-barang
berharga. Baik itu emas, mobil mewah, rumah, atau bahkan barang berharga lain seperti lukisan atau
barang antik. Penerima suap tadi kemudian menerima uang yang telah berubah menjadi barang tadi
seolah-olah sebagai pemberian. Sehingga asal-usul harta kekayaan menjadi lebih samar.
10
PEMISAHAN (LAYERING)

Pemisahan (layering)

Pemisahan atau pelapisan ( layering) adalah tahapan kedua dari perbuatan


pencucian uang. Dalam tahapan ini, uang hasil tindak pidana dipindahkan,
disebarkan, dan disamarkan untuk menyembunyikan asal usulnya.
Pemisahan tersebut dapat dilakukan melalui serangkaian transaksi
keuangan yang didesain dengan jejaring transaksi yang rumit untuk
ditelusuri. Beberapa modus layering tersebut diantaranya :

 Transfer dana secara elektronik


 Transfer melalui kegiatan perbankan lepas pantai ( offshore banking).
 Transaksi menggunakan perusahaan boneka ( shell corporation).

Pemisahan: Transfer Dana Secara Elektronik

Setelah ditempatkan dalam sistem perbankan, pelaku tindak pidana dapat


mudah melakukan transfer terhadap asetnya tersebut ke mana pun yang ia
kehendaki. Apabila transfer tersebut dilakukan secara elektronik, ia dapat
memindahkan asetnya dengan segera, lintas batas negara, dan berkali-kali,
melewati berbagai rekening yang ia kendalikan, rekanannya, atau bahkan
rekening dengan identitas palsu hingga sulit ditelusuri lagi asal usulnya.

11
Pemisahan: Transfer Melalui Kegiatan Perbankan Lepas Pantai
(Offshore Banking)

Offshore banking menyediakan layanan pembukaan rekening koran untuk


penduduk luar negeri. Dengan menempatkan dana pada suatu bank, yang
selanjutnya ditransfer ke rekening Offshore Banking, pelaku tindak pidana
dapat seolah-olah menjauhkan harta hasil tindak pidananya dengan dirinya.
Offshore Banking cenderung memiliki memiliki jaringan bank yang luas
sehingga memberikan kemudahan bagi pelaku tindak pidana untuk
melakukan proses pencucian uang.

Pemisahan: Penggunaan Perusahaan Boneka (Shell Company)

Perusahaan boneka (shell company) adalah perusahaan yang didirikan


secara formal berdasarkan aturan hukum yang berlaku, namun tidak
digunakan untuk melakukan kegiatan usaha. Perusahaan boneka didirikan
hanya untuk melakukan transaksi fiktif atau menyimpan aset pendirinya
atau orang lain untuk menyamarkan kepemilikan sebenarnya terhadap aset
tersebut.
Modus yang digunakan dengan perusahaan boneka misalnya diawali dengan
pendirian perusahaan virtual di luar negeri. Perusahaan virtual ini kemudian
membuat rekening koran di beberapa bank. Pelaku tindak pidana dapat
meminta beberapa orang rekanannya untuk menjadi smurf untuk
mentransfer uang hasil tindak pidana ke dalam rekening bank perusahaan
virtual, sehingga seolah-olah merupakan transaksi pembelian saham .
12
PENGGABUNGAN (INTEGRATION)

Penggabungan atau penggunaan harta hasil tindak pidana (integration)


Integration (menggunakan harta kekayaan) adalah upaya menggunakan harta kekayaan
yang telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai
bentuk kejayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis
yang sah, ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana. Modus integration
dalam pencucian uang dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

 Melakukan investasi pada suatu kegiatan usaha.


 Penjualan dan pembelian aset.
 Pembiayaan korporasi.

Integration : Melakukan Investasi Pada Suatu Kegiatan Usaha

Investasi pada suatu kegiatan usaha merupakan salah satu proses integrasi yang lazim
dilakukan. Melalui investasi tersebut, pelaku tindak pidana menggunakan harta hasil
kejahatan yang telah dicuci untuk membiayai suatu kegiatan bisnis.
Setelah diinvestasikan, uang yang ia peroleh dari kegiatan usaha tersebut dianggap sebagai
pendapatan usahanya.

13
Integration : Penjualan dan Pembelian Aset

Dalam melakukan integrasi harta hasil tindak pidana dalam sistem keuangan, pelaku
pencucian uang umumnya diawali dengan penempatan yaitu dengan sebelumnya
menempatkan harta hasil tindak pidananya dalam perbankan atau sebagai aset perusahaan
boneka yang didirikan.
Perusahaan boneka tersebut kemudian dibuat seolah-olah melakukan transaksi pembelian
aset properti seperti gedung, dengan harga yang dinaikkan (marked up). Hasil penjualan aset
tersebut kemudian dianggap sebagai pendapatan dari transaksi yang sah.

Integration : Pembiayaan Korporasi

Pembiayaan korporasi melibatkan proses pencucian uang yang sangat rumit meliputi proses
penempatan dan pemisahan yang juga luar biasa canggih. Misalnya, pelaku tindak pidana
mendirikan perusahaan boneka di luar negeri. Pelaku kemudian menyimpan harta hasil
tindak pidana di dalam perbankan sebagai harta kekayan perusahaan boneka.
Menggunakan harta tersebut, kemudian perusahaan boneka bertindak sebagai perusahaan
pembiayaan menyediakan skema investasi atau pembiayaan kepada perusahaan lain yang
memiliki kegiatan usaha yang sah.

14
CONTOH KASUS 1

PT Tipu milik Tn L melakukan placement dengan


penempatan dana melalui pembukaan rekening giro di Bank
X. Belakangan Tuan L diduga melakukan penipuan lewat
jejaring investasi dengan janji yang menggiurkan (skema
ponzi). Untuk menyelesaikan kewajibannya dan tujuan lain,
mereka berupaya mencari dana secara melawan hukum
dengan modus berikut ini. Tn L berhasil melakukan kerja
sama dengan Pimpinan cabang Bank X untuk selanjutnya
bernegosiasi dengan PT Maju agar mengalihkan dananya di
Bank X. Atas persetujuan direktur Keuangan bank X, yang
belakangan diketahui menerima fee, akhirnya PT Maju
menyetujui dan selanjutnya dilakukan layering dengan
mengirimkan dana ke Bank X untuk pembukaan deposito
masing-masing sebesar Rp 25 milyar dan Rp 26 milyar.
Setelah dana terkirim, keesokan harinya, PT Maju
mengirimkan surat kepada Bank X yang isinya berupa
perintah pengalihan dana (yang seharusnya ditempatkan
sebagai deposito) ke rekening yang baru dibuka atas nama
PT Tipu. 15
LANJUTAN CONTOH KASUS 1

Atas dasar surat tersebut, pihak Bank X membukukannya di


rekening PT Tipu. Selanjutnya, dana yang masuk ke
rekeining PT Tipu sebagian besar ditarik tunai dengan cek
untuk kepentingan Pihak ketiga, dan lainnya dipidahbukukan
ke rekening Tuan l yang selanjutnya ditransfer (layering) ke
bank di singapura untuk dimanfaatkan berbagai keperluan
(integration).
Berdasarkan hasil pemeriksaan internal Bank X dan
penyidikan oleh kepolisian diketahui bahwa surat perintah
pemindahan dana di atas diduga palsu dan telah ada
kerjasama antara petugas bank dan pelaku kejahatan untuk
membobol dana milik nasabah Bank X.
Dalam kasus ini, dua orang pelaku yaitu staffnya Tn L dan
konsultan keuangan Tn L yang ikut terlibat dalam
pembobolan dana milik PT Maju telah dipidana melakukan
pencucian uang dan dihukum dengan pidana penjara masing-
masing selama 8 (delapan) tahun dan pidana denda sebesar
Rp 1 miliar. 16
CONTOH KASUS 2

PVA Z telah menerima penukaran uang tunai dari Tn I berupa


valuta rupiah ke valuta dollar Singapura sebesar Rp 23 milyar
(layering). Transaksi penukaran valas yang menggunakan dana
tunai tersebut tidak dilaporkan PVA Z sebagai LTKT kepada PPATK.
Dana hasil penukaran tersebut diterima Tn I melalui overbooking di
Bank X untuk selanjutnya ditransfer ke bank di Singapura
(layering).
Berdasarkan pemeriksaan dan penyidikan kepolisian, diketahui
bahwa sumber asal dana yang ditukarkan dengan valas di PVA Z
berasal dari hasil tindak pidana perbankan yang diindikasikan
dilakukan oleh Direksi Bank G. Saat ini bank G telah tidak
beroperasi lagi dan Direksi Bank G telah ditetapkan sebagai
tersangka dan masuk dalam daftar pencairan orang (DPO).
Akibat dari tidak dilaporkannya transaksi tunai yang terjadi di PVA
Z tersebut diatas, pengadilan telah menjatuhkan sanksi pidana
denda terhadap PVA Z sebesar Rp 500 juta.

17
 RINGKASAN

Tipologi pencucian uang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga


tahap:

1) penempatan (placement), 2) pemisahan (layering) dan 3)


penggabungan atau penggunaan (integration). Dalam praktiknya,
modus operandi pencucian uang tidak selalu berjalan dengan
bertahap, melainkan dengan saling menggabungkan tahapan
kemudian melakukan tahapan-tahapan pencucian uang berulang-
ulang kali sehingga terjadi proses pencucian uang yang rumit dan
melibatkan banyak pihak dan lembaga penyedia barang dan jasa.

18
1. Modus secara Loan Back
Modus ini dilakukan yakni dengan cara meminjam uangnya
sendiri. Modus ini terinci lagi dalam bentuk :

 Direct loan, yakni dengan cara meminjam uang dari


perusahaan luar negeri, yakni semacam perusahaan bayangan
( immobilen investment company ), yang direksi dan pemegang
sahamnya adalah ia sendiri. Dalam bentuk back to loan, yaitu
si pelaku meminjam uang dari cabang bank asing di
negaranya. Pinjaman dengan jaminan bank asing secara stand
by letter of credit atau certificate of deposit bahwa uang
didapat atas dasar uang dari kejahatan. Pinjaman itu kemudian
tidak dikembalikan. Sehingga jamin bank dicairkan.

 Bentuk lainnya dari modus ini ialah Parallel Loan, yakni


pembiayaan internasional yang memperoleh aset di luar
negeri. Karena ada hambatan restriksi mata uang, maka dicari
perusahaan lain di luar negeri untuk sama-sama mengambil
loan dan dana dari loan itu dipertukarkan satu sama lain.

19
2. Modus Operasi C-Chase

Modus ini cukup, rumit karena memiliki sifat lika-liku


sebagai cara menghapus jejak. Contoh seperti dalam
kasus BCCI. Yaitu kurir datang ke bank di Florida untuk
menyimpan dana sebesar US$ 10.000, supaya lolos dari
kewajiban lapor. Kemudian beberapa kali dilakukan
transfer, yakni dari New York ke Luksemburg, dari
Luksemburg ke cabang bank di Inggris, lalu di sana
dikonversi dalam bentuk Certificate of Deposit untuk
menjamin loan dalam jumlah yang sama yang diambil oleh
orang di Florida. Loan dibuat di negara Karibia yang
terkenal dengan tax havennya. Di sini loan itu tidak
pernah ditagih, namun hanya dengan mencairkan
sertifikat deposito itu saja. Dari Florida, uang tersebut
ditransfer ke Uruguay melalui rekening drug dealer dan di
sana uang itu didistribusikan menurut keperluan dan
bisnis yang serba gelap. Hasil investasi ini dapat tercuci
dan aman.

20
3. Modus transaksi dagang internasional

Modus ini menggunakan sarana dokumen LIC. Karena


yang menjadi fokus urusan bank, baik bank koresponden
maupun opening bank adalah dokumen bank itu sendiri
dan tidak mengenai keadaan barang, maka hal ini dapat
menjadi sasaran Money laundering, berupa membuat
Invoice yang besar terhadap barang yang kecil atau
malahan barang itu tidak ada.

21
4. Modus penyelundupan uang tunai atau sistem
bank paralel ke negara lain.

Modus ini menyelundupkan sejumlah fisik uang itu ke luar


negeri. Berhubung dengan cara seperti ini terdapat resiko
seperti dirampok, hilang atau tertangkap dalam
pemeriksaan, dicari modus berupa electronic transfer,
yakni mentransfer dari satu negara ke negara lain tanpa
perpindahan fisik uang itu.

22
5. Modus Akuisisi

Yang diakuisisi adalah perusahannya sendiri. Contohnya,


seseorang pemilik perusahaan di Indonesia, yang memiliki
perusahaan secara gelap pula di Cayman Islands, negara
tax heaven. Hasil usaha di Cayman didepositokan atas
nama perusahaan yang ada di Indonesia. Kemudian
perusahaan yang ada di Cayman membeli saham dari
perusahaan yang ada di Indonesia (Secara Akuisisi).
Dengan cara ini pemilik perusahaan di Indonesia memiliki
dana sah, karena telah tercuci melalui hasil penjualan
sahamnya di perusahaan yang di Indonesia.

23
6. Modus Real Estate Carousel

Yakni dengan menjual suatu property beberapa kali kepada perusahaan di


dalam kelompok yang sama. Pelaku pencucian uang memiliki sejumlah
perusahaan (pemegang saham mayoritas) dalam bentuk real estat. Dari satu ke
lain perusahaan dalam grup usaha properti itu melakukan penjualan kepada
perusahaan lain di lingkungan perusahaan itu juga dengan pola harga penjualan
yang makin meningkat. Sasarannya supaya melalui transaksi ini, hasil uang
penjualan menjadi putih, di samping itu pula, pemilik saham minoritas dapat
ditarik memodali dalam proses pencucian uang. Modus yang sama pula
dilakukan di dalam pasar modal, yakni pembeli saham itu hanya perusahaan di
lingkungannya saja dengan tawaran harga tinggi.

Investasi tertentu ini biasanya dalam bisnis transaksi barang lukisan atau antik.
Misalnya pelaku membeli barang lukisan dan kemudian menjualnya kepada
seseorang, yang sebenarnya adalah suruhan si pelaku itu sendiri dengan harga
mahal. Lukisan dengan harga yang tidak terukur, dapat ditetapkan dengan harga
setinggi – tingginya dan bersifat sah. Hasil penjualan yang bersifat tinggi ini
dapat dipandang sebagai dana yang sudah sah (tercuci).

24
7. Modus Over Invoices atau Double Invoice

Modus ini dilakukan dengan mendirikan perusahaan


ekspor impor di negara sendiri, lalu di luar negeri (yang
bersistem tax heaven) mendirikan pula perusahaan
bayangan (shell company). Perusahaan di negara tax
heaven ini mengekspor barang ke Indonesia dan
perusahaan yang ada di luar negeri itu membuat invoice
pembelian dengan harga tinggi. Inilah yang disebut over
invoice dan bila dibuat 2 invoices, maka disebut double
invoices. Supaya perusahaan di Indonesia terus bertahan,
maka perusahaan yang di luar negeri memberikan loan.
Dengan cara loan ini, uang kotor dari perusahaan di luar
negeri itu menjadi resmi masuk ke dalam negeri.

25
8. Modus Perdagangan Saham

Modus ini pernah terjadi di Belanda dalam suatu kasus di


Bursa Efek Amsterdam, dan melibatkan perusahaan efek
Nusse Brink, yaitu beberapa nasabah perusahaan efek ini,
menjadi pelaku kejahatan pencucian uang. Artinya, dana
dari nasabahnya yang diinvestasi ini bersumber dari uang
gelap. Nusse Brink membuat 2 buah rekening bagi
nasabah tersebut, yang satu untuk transaksi yang
menderita kerugian, dan satunya lain untuk transaksi
yang mempunyai keuntungan. Rekening itu diupayakan
dibuka di tempat yang sangat terjamin proteksi
kerahasiaannya, supaya sulit ditelusuri siapa beneficial
owner dari rekening tersebut.

26
9. Modus Pizza Connection

Modus ini dilakukan dengan menginvestasikan hasil


perdagangan obat bius diinvestasikan untuk mendapat
konsesi Pizza, sementara sisa lainnya diinvestasikan di
Karibia dan Swiss.

27
10. Modus La Mina

Kasus yang dipandang sebagai modus dalam pencucian uang


terjadi di Amerika Serikat tahun 1990. Dana yang diperoleh dari
perdagangan obat bius diserahkan kepada pedagang grosiran
emas dan permata sebagai suatu sindikat. Kemudian emas
batangan diekspor dari Uruguay dengan maksud supaya
impornya bersifat legal. Uang disimpan dalam desain kotak
kemasan emas, kemudian dikirim kepada pedagang perhiasaan
yang bersindikat mafia obat bius. Penjualan dilakukan di Los
Angeles. Hasil uang tunai dibawa ke bank, dengan maksud
supaya seakan-akan berasal dari penjualan emas dan permata
dan dikirim ke Bank New York dan dari kota ini dikirim ke bank
di Eropa melalui negara Panama. Uang tersebut akhirnya sampai
di Kolombia guna didistribusi dalam berupa membayar ongkos
untuk investasi perdagangan obat bius, tetapi sebagian besar
untuk investasi jangka panjang.

28
11. Modus Deposit Taking

Mendirikan perusahaan keuangan seperti Deposit Taking


Institutions (DTI) di Canada. DTI ini terkenal dengan sarana
pencucian uangnya seperti Chartered Banks, Trust Companies
dan Credit Union. Kasus pencucian uang yang melibatkan DTI
antara lain transfer melalui telex, surat berharga, penukaran
valuta asing, pembelian obligasi pemerintah dan treasury bills.

29
12. Modus Identitas Palsu

Yakni memanfaatkan lembaga perbankan sebagai mesin


pemutihan uang, dengan cara mendepositokan secara
nama palsu, menggunaka safe deposit box untuk
menyembunyikan hasil kejahatan, menyediakan fasilitas
transfer supaya dengan mudah ditransfer ke tempat yang
dikehendaki, atau menggunakan electronic fund transfer
untuk melunasi kewajiban transaksi gelap, menyimpan
atau mendistribusikan hasil transaksi gelap itu.
Friedrich Schneider dari University of Linz
mengungkapkan bahwa antara 1989 sampai 1999 porsi
bisnis bawah tanah secara persentase terhadap product
domestic bruto di negara OECD makin meningkat. Hal itu
terjadi sehubungan menaiknya pajak, beban sosial dan
makin rumitnya birokrasi pemerintah. Dampak selanjutnya
dari hal ini ialah munculnya tren rakyat mencari uang
dengan cara legal.
Ditemukan bahwa tiga negara dari OECD, yakni Yunani,
Italia, dan Spanyol memiliki porsi bisnis ilegalnya.
Sementara, yang paling rendah porsinya ialah Swiss,
Amerika Serikat, dan Australia yang masih dibawah 10%
PDB. (Sumber: NHC Siahaan, 2002) 30
METODE PENCUCIAN UANG :

1. Metode buy and sell conversions

Metode ini dilakukan melalui transaksi barang dan jasa.


Katakanlah suatu aset dapat dibeli dan dijual kepada
konspirator yang bersedia membeli atau menjual secara lebih
mahal dari harga normal dengan mendapatkan fee atau diskon.
Selisih harga dibayar dengan uang ilegal dan kemudian dicuci
secara transaksi bisnis. Barang atau jasa itu dapat diubah
seolah-olah menjadi hasil yang legal melalui rekening pribadi
atau perusahaan yang ada di suatu bank.

31
2. Metode Offshore Conversions

Dengan cara ini uang kotor dikonversi ke suatu wilayah yang


merupakan tempat yang sangat menyenangkan bagi penhindaran
pajak ( tax heaven money laundering centers ) untuk kemudian
didepositokan di bank yang berada di wilayah tersebut. Di
negara yang termasuk atau berciri tax heaven demikian memang
terdapat sistem hukum perpajakan yang tidak ketat, terdapat
sistem rahasia bank yang sangat ketat, birokrasi bisnis yang
cukup mudah untuk memungkinkan adanya rahasia bisnis yang
ketat serta pembentukan usaha trust fund . Untuk mendukung
kegiatan demikian, para pelakunya memakai jasa-jasa
pengacara, akuntan atau konsultan keuangan dan para pengelola
dana yang handal untuk memanfaatkan segala celah yang ada di
negara itu.

32
3. Metode Legitimate Business Conversions

Metode ini dilakukan melalui kegiatan bisnis yang sah sebagai


cara pengalihan atau pemanfaatan dari sesuatu hasil uang
kotor. Hasil uang kotor ini kemudian dikonversi secara transfer,
cek atau alat pembayaran lain untuk disimpan di rekening bank
atau ditransfer kemudian ke rekening bank lainnya. Biasanya
para pelaku bekerjasama dengan suatu perusahaan yang
rekeningnya dapat dipergunakan sebagai “ terminal ” untuk
menampung uang kotor tersebut.

33

Anda mungkin juga menyukai