Anda di halaman 1dari 91

REFRESH APU PPT*)

ANTI PENCUCIAN UANG DAN


PENCEGAHAN PENDANAAN
TERORISME

Oleh : Kusmintarja Yatendra

*) Disarikan dari berbagai sumber


1
LATAR BELAKANG
PENTINGNYA PENERAPAN
PROGRAM APU PPT
PENTINGNYA PROGRAM APU & PPT

❖Meningkatnya kompleksitas produk dan layanan jasa


keuangan bank berbasis pada penerapan TI
❖ Risiko PJK kualitas penerapan APU – PPT
❖Upaya mencegah masuknya uang hasil tindak pidana ke
lembaga keuangan formal

BPR.001.S1.T1
PENTINGNYA PROGRAM APU & PPT

• Butuh dukungan seluruh stake holder termasuk PJK (Penyedia


Jasa Keuangan ) termasuk dalamnya industri BPR
▪ Penerapan program APU PPT adalah bentuk dari mitigasi PJK
▪ Ironisnya tingkat pelaporan BPR/BPRS masih relatif rendah

BPR.001.S1.T1
PERATURAN TERKAIT PENERAPAN APU-PPT
Undang-undang dan peraturan terkait dengan Penerapan Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU-PPT), adalah:
1. UU Nomor 8 tahun 2010, tanggal 22 Oktober 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
2. UU Nomor 9 Tahun 2013, tanggal 13 Maret 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.
3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.01/2017, tanggal
16 Maret 2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan.
4. SE OJK Nomor 32/SEOJK.03/2017
5. POJK NO 23/POJK.01/2019, POJK tentang hal yang sama
6. SE OJK NO 29/SEOJK.01/2019

BPR.001.S1.T1
Sektor / Pelaku Jasa Keuangan mencakup :
1. Bank umum dan BPR baik syariah maupun
Konvensional
2. Pasar modal meliputi Perusahaan Efek, Manajer
Investasi dan Bank Kustodian
3. Industri Keuangan non Bank

BPR.001.S1.T1
PENGERTIAN APU-PPT
Pencucian Uang adalah suatu
proses atau perbuatan yang bertujuan
untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul uang atau
harta kekayaan yang diperoleh dari hasil
tindak pidana yang kemudian diubah
menjadi harta kekayaan yang seolah-
olah berasal dari kegiatan yang sah.

Pendanaan Terorisme adalah segala perbuatan dalam


rangka menyediakan, mengumpulkan, memberikan,
atau meminjamkan dana, baik langsung maupun tidak
langsung, dengan maksud untuk digunakan dan/atau yang
diketahui akan digunakan untuk melakukan kegiatan terorisme,
organisasi teroris, atau teroris.

Proliferasi senjata pemusnah massal adalah penyebaran


senjata nuklir biologi dan kimia
BPR.001.S1.T1
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
1. Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa
ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau
surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana.
Ancaman hukuman 20 tahun kurungan penjara atau denda maksimal 10
M ( Pasal 3 UU No.8 Tahun 2010 )
2. Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul,
sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang
sebenarnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana. Ancaman hukuman 20 tahun
kurungan penjara atau denda maksimal 5 M ( Pasal 4 UU No.8 Tahun
2010 )
BPR.001.S1.T1
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
3. Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan,
pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan,
penukaran, atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana. Ancaman
hukuman 5 tahun kurungan penjara atau denda maksimal 1 M ( pasal 5
UU No.8 Tahun 2010 )
4. Dalam hal tindak pidana Pencucian Uang sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3, pasal 4, dan pasal 5 dilakukan oleh Korporasi, pidana
dijatuhkan kepada Korporasi dan/atau personil Pengendali Korporasi
( pasal 6 UU No.8 Tahun 2010 ). Ancaman denda maksimal Rp
100.000.000.000,- (100 Milyar) Rupiah dan sanksi pembekuan sebagian
atau seluruh usaha.

BPR.001.S1.T1
Lanjutan
Pengertian korporasi adalah kumpulan orang
dan/atau kelompok yang terorganisasi, baik yang
merupakan badan hukum ( legal person ) maupun
bukan badan hukum, antara lain : perusahaan,
yayasan, koperasi, perkumpulan keagamaan,
partai politik, lembaga swadaya masyarakat atau
organisasi non profit, dan organisasi
kemasyarakatan.
Modus Pencucian Uang

• Smurfing, yaitu upaya untuk memasukan dana melalui banyak


rekening atau pelaku untuk tujuan menghindari kewajiban
pelaporan.

• Structuring, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan dengan


memecah-mecah transaksi sehingga jumlah transaksi menjadi lebih
kecil.

• U Turn, yaitu upaya untuk mengaburkan asal usul hasil kejahatan


dengan memutarbalikkan transaksi untuk kemudian dikembalikan ke
rekening asalnya.

BPR.001.S1.T1
Lanjutan….

▪ Cuckoo Smurfing, yaitu upaya mengaburkan asal usul


sumber dana dengan mengirimkan dana-dana dari hasil
kejahatannya melalui rekening pihak ketiga yang
menunggu kiriman dana dari luar negeri dan tidak
menyadari bahwa dana yang diterimanya tersebut
merupakan hasil kejahatan.

▪ Pertukaran barang (barter), yaitu menghindari


penggunaan dana tunai atau instrumen keuangan
sehingga tidak dapat terdeteksi oleh sistem
keuangan.

BPR.001.S1.T1
Lanjutan….

▪ Alternative Remittance Services menggunakan


Underground Banking, yaitu kegiatan pengiriman
uang melalui mekanisme jalur informal yang
dilakukan atas dasar kepercayaan.

▪ Penggunaan pihak ketiga, yaitu transaksi yang


dilakukan dengan menggunakan identitas pihak
ketiga dengan tujuan menghindari terdeteksinya
identitas dari pihak yang sebenarnya merupakan
pemilik dana hasil tindak pidana.
Lanjutan….

▪ Mingling, yaitu mencampurkan dana hasil tindak pidana


dengan dana dari hasil kegiatan usaha yang legal dengan
tujuan untuk mengaburkan sumber asal dananya.

▪ Pembelian asset/barang mewah, yaitu menyembunyikan


status kepemilikan dari aset/barang mewah termasuk
pengalihan aset tanpa terdeteksi oleh sistem keuangan.

▪ Penggunaan identitas palsu, yaitu transaksi yang


dilakukan dengan menggunakan identitas palsu sebagai
upaya untuk mempersulit terlacaknya identitas dan
pendeteksian keberadaan pelaku pencucian uang.

BPR.001.S1.T1
PROSES PENCUCIAN UANG

Identik Smurfing Identik Mingling


Identik Structuring

BPR.001.S1.T1
Penjelasaan :
❖ Placement / Penempatan termasuk :
- menempatkan uang giral ( cheque, wesel bank, sertifikat deposito,
dll ) kembali ke dalam sistem keuangan terutama sistem perbankan
- Menyetorkan uang pada penyediaan jasa keuangan sebagai
pembayaran kredit untuk mengaburkan rekam jejak kredit
- Menyelundupkan uang tunai dari suatu negara ke negara yang lain.
❖ Layering / Transfer mencakup :
- transfer dana dari suatu bank ke bank lain, dan atau antar
wilayah/negara
- - Memindahkan uang tunai lintas batas negara melalui jaringan usaha
yang sah maupun shell company.
❖ Mingling / Mixing mencakup :
- Membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait dengan
usaha
- - Penggunaan simpanan tunai sebagai agunan untuk mendukung
transaksi yang sah
BPR.001.S1.T1
TYPOLOGI ON MONEY LOUNDERING

BPR.001.S1.T1
TYPOLOGI ON MONEY LAUNDERING
Typologi on money laundering adalah bentuk/ciri umum dari
kejahatan pencucian uang

 Pelaku dan Gate Keeper melakukan pemufakatan jahat untuk tujuan


pencucian uang

BPR.001.S1.T1
PENDANAAN TERORISME
1. Pendanaan terorisme adalah penggunaan
harta kekayaan secara langsung atau tidak
langsung untuk kegiatan terorisme.
2. Ancaman hukuman maksimal 15 tahun kurungan
penjara dan denda maksimal 1 Milyar (subsider
kurungan penjara 1 tahun 4 bulan).

Untuk mencegah BPR digunakan sebagai sarana


tindak pidana pendanaan terorisme, maka BPR
perlu menerapkan Program APU-PPT secara
memadai.

BPR.001.S1.T1
HARTA KEKAYAAN DARI TINDAK PIDANA

Hasil tindak pidana adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana:

1. korupsi 15. penculikan


2. penyuapan 16. pencurian
3. narkotika 17. penggelapan
4. psikotropika 18. penipuan
5. penyelundupan tenaga kerja 19. pemalsuan uang
6. penyelundupan migran 20. perjudian
7. di bidang perbankan 21. prostitusi
8. di bidang pasar modal 22. di bidang perpajakan
9. di bidang perasuransian 23. di bidang kehutanan
10. kepabeanan 24. di bidang lingkungan hidup
11. cukai 25. di bidang kelautan dan perikanan, atau
12. perdagangan orang 26. tindak pidana lain yang diancam dengan
13. perdagangan senjata gelap terorisme pidana penjara 4 (empat) tahun atau
14. terorisme lebih,

BPR.001.S1.T1
KETENTUAN PENERAPAN APU-PPT
1. BPR wajib menerapkan program APU-PPT dalam
melakukan hubungan usaha dengan pengguna jasa BPR (baik
Nasabah maupun Walk In Customer).
2. Program APU-PPT merupakan bagian dari penerapan prinsip
kehati- hatian BPR dan paling kurang mencakup:
a. Pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris
b. Kebijakan dan Prosedur
c. Pengendalian Internal
d. Sistem Informasi Manajemen
.e. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pelatihan

WIC = ???
catatan : Istilah WIC hanya dikenal di PJK Perbankan dan Pasar Modal

BPR.001.S1.T1
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
(POJK Nomor 12/POJK.01/2017 Pasal 13 dan 14)
1. BPR wajib memiliki kebijakan dan prosedur untuk mengelola
dan memitigasi risiko Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme yang diidentifikasi sesuai dengan penilaian risiko.
2. Kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT paling
kurang meliputi :
a. indentifikasi dan verifikasi Nasabah;
penjelasaannya : kebijakan dan prosedur terkait identifikasi
dan verifikasi nasabah antara lain mencakup juga CDD
sederhana, CDD oleh pihak ketiga, dan EDD
b. identifikasi dan verifikasi Beneficial Owner;
c. penutupan hubungan usaha atau penolakan transaksi;
d. pengelolaan risiko Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme yang berkelanjutan terkait dengan Nasabah,
negara, produk dan jasa serta jaringan distribusi ( delivery
channels );
BPR.001.S1.T1
Lanjutan….

e. pemeliharaan data yang akurat terkait dengan transaksi,


penatausahaan proses CDD, dan penatausahaan kebijakan dan
prosedur;
f. pengkinian dan pemantauan;
g. pelaporan kepada pejabat senior, Direksi dan Dewan Komisaris
terkait pelaksanaan kebijakan dan prosedur penerapan program
APU dan PPT; dan
Penjelasannya : Yang dimaksud dengan “ Pejabat Senior “ adalah
pejabat yang memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman
mengenai anti Pencucian Uang dan/atau pencegahan Pendanaan
Terorisme misalnya kepada divisi atau kepala bagian di kantor
pusat atau pimpinan di kantor cabang
h. pelaporan kepada PPATK.
3. BPR wajib menerapkan kebijakan dan prosedur penerapan program APU
dan PPT secara konsisten dan berkesinambungan.

BPR.001.S1.T1
❖ Customer Due Diligence ( CDD ) adalah kegiatan
berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang
dilakukan oleh BPR untuk memastikan transaksi sesuai
dengan profil, karakteristik, dan/atau pola transaksi
Calon Nasabah, atau WIC
❖ Enhanced Due Diligence ( EDD ) adalah tindakan
CDD lebih mendalam yang dilakukan PJK terhadap
Calon Nasabah, WIC, atau Nasabah, yang berisiko
tinggi termasuk PEP dan/atau dalam area berisiko
tinggi

BPR.001.S1.T1
CUSTOMER DUE DILIGENCE

PJK wajib melakukan CDD pada saat :


a. Melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah;
b Terdapat transaksi keuangan yang nilainya paling sedikit
atau setara dengan Rp. 100.000.000,00;
c. Terdapat transaksi Transfer Dana;
d. Terdapat indikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang
terkait dengan Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme;
e. PJK meragukan kebenaran informasi diberikan oleh Calon
Nasabah, Nasabah, penerima kuasa, dan/atau Pemilik
Manfaat ( Beneficial Owner ).

BPR.001.S1.T1
WAJIB EDD

Risiko Tinggi

CDD DAPAT CDD


Risiko Menegah

Dapat CDD Sederhana

Risiko Rendah
PENERAPAN CDD DAN EDD
CDD SEDERHANA
Bila terpenuhi kriteria sebagai berikut :
 Tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran atau penerimaan gaji
 Calon nasabah berupa perusahaan publik yang tunduk pada peraturan
tentang kewajiban untuk mengungkapkan kinerjanya
 Calon nasabah perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh
pemerintah
 Calon nasabah merupakan Lembaga Negara atau Instansi Pemerintah
 Tujuan pembukaan rekening terkait dengan program pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan/atau pengentasan
kemiskinan
 Calon nasabah berdasarkan penilaian resiko terjadinya Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme tergolong rendah dan memenuhi kriteria
Calon Nasabah dengan profil dan karakteristik sederhana
 Wajib dibuat daftar nasabah yang dilakukan CDD yang lebih sederhana

BPR.001.S1.T1
PENERAPAN CDD DAN EDD

CDD BIASA

Bila terpenuhi kriteria sebagai berikut :


 Nasabah dengan profil risiko yang standar
 Nasabah dengan pola transaksi yang normal
 Nasabah yang bertindak untuk dirinya sendiri dan
memiliki karakteristik mendasar yang lumrah / umum

BPR.001.S1.T1
EDD (UJI TUNTAS LANJUTAN)
NASABAH & CALON NASABAH BERISIKO TINGGI
KRITERIA RISIKO TINGGI
Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat ( Beneficial Owner ),
atau WIC
a. Latar belakang atau profil Calon Nasabah, Nasabah Pemilik Manfaat
( Beneficial Owner ), atau WIC termasuk nasabah Berisiko Tinggi ( High
Risk Customers );
b. Produk sektor jasa keuangan yang berisiko tinggi untuk digunakan
sebagai sarana Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme;
c. Transaksi dengan pihak yang berasal dari Negara Berisiko Tinggi ( High
Risk Countries );
d. Transaksi tidak sesuai dengan profil;
e. Termasuk dalam kategori PEP;
f. Bidang usaha Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat ( Beneficial
Owner ), atau WIC termasuk usaha yang berisiko tinggi ( High Risk
Business )
BPR.001.S1.T1
Lanjutan….

g. Negara atau teritori asal, domisili, atau dilakukannya


transaksi Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat
( Beneficial Owner ), atau WIC termasuk Negara
Berisiko Tinggi ( High Risk Countries );
h. Tercantumnya Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik
Manfaat ( Beneficial Owner ), atau WIC dalam daftar
terduga teroris dan organisasi teroris; atau
i. Transaksi yang dilakukan Calon Nasabah, Nasabah,
Pemilik Manfaat ( Beneficial Owner ), atau WIC diduga
terkait dengan tindak pidana disektor jasa keuangan,
tindak pidana Pencucian Uang, dan/atau tindak pidana
Pendanaan Terorisme.

BPR.001.S1.T1
LANJUTAN.....

j. Nasabah dengan frekuensi dan pergerakan dana antar PJK di berbagai


wilayah, tidak dapat dijelaskan secara wajar ;.
k. Nasabah Korporasi dengan struktur kepemilikan yang kompleks
sehingga sulit untuk dilakukan identifikasi terhadap Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), pemilik akhir (ultimate owner), atau pengendali
akhir (ultimate controller) dari Korporasi;.
l. Nasabah berupa organisasi amal atau organisasi non-profit lainnya
yang tidak diatur dan diawasi oleh otoritas tertentu;.
m. Nasabah dengan kepemilikan rekening atau kontrak pada Bank yang
dalam melakukan hubungan usaha dengan Bank diwakili oleh profesi
penunjang seperti akuntan, advokat, atau profesi lainnya.
n. Nasabah yang proses verifikasinya tidak melalui pertemuan langsung
(non face to face); .
o. Nasabah yang memberikan informasi sangat minim.

BPR.001.S4.T1
POLITICALLY EXPOSED PERSON ( PEP )
Orang yang populer secara Politis
( Politically Exposed Person )

Dalam hal calon nasabah, nasabah, Pemilik Manfaat


( Beneficial Owner ), atau WIC tergolong berisiko
tinggi, termasuk PEP atau keluarga dari PEP, PJK
wajib melakukan EDD ( Enchanced Due Diligence )

BPR.001.S4.T1
PEP ( Politacally Exposed Person )

Definisi PEP :
- mengacu pada orang yang diberi
kewenangan melakukan fungsi khusus
yang masih mengemban kewenangan
- tidak dimaksudkan untuk mencakup pihak
dari level menengah atau lebih junior

- Dikelompokkan dalam 3 bagian :


- PEP Domestik
- PEP Asing
- PEP dari organisasi internasional

BPR.001.S4.T1
POLITICALLY EXPOSED PERSON ( PEP )
Orang yang populer secara Politis ( Politically Exposed Person )

1. PEP Domestik yaitu orang yang diberi kewenangan untuk


melakukan fungsi penting ( prominent function ) oleh negara ,
seperti kepala negara atau pemerintahan, politisi senior, pejabat
pemerintah senior, pejabat militer atau pejabat di bidang penegakan
hukum, eksekutif senior pada perusahaan yang dimiliki oleh negara,
pejabat penting dalam partai politik;
2. PEP Asing yaitu orang yang diberi kewenangan untuk melakukan
fungsi penting ( prominent function ) oleh negara lain, seperti
kepala negara atau pemerintahan, politis senior, pejabat pemerintah
senior, pejabat militer atau pejabat di bidang penegakan hukum,
eksekutif senior pada perusahaan yang dimiliki oleh negara pejabat
penting dalam partai politik;
3. PEP Organisasi Internasional yaitu orang yang diberi
kewenangan untuk melakukan fungsi penting (prominent function)
oleh organisasi internasional, seperti senior manajer yang meliputi
antara lain direktur, deputi direktur, dan anggota dewan atau fungsi
yang setara
BPR.001.S4.T1
PENERAPAN CDD DAN EDD

Pelaksanaan CDD oleh Pihak Ketiga


Hasil CDD pihak ketiga dapat digunakan bila pihak
ketiga :
 Memiliki prosedur CDD sesuai dengan ketentuan
 Memiliki kerja sama dengan BPR dalam bentuk kesepakatan tertulis
 Bersedia memenuhi permintaan informasi dan salinan dokumen
pendukung bila sewaktu-waktu dibutuhkan
 PJK wajib memastikan bahwa pihak ketiga merupakan lembaga
keuangan dan penyedia barang dan/atau jasa dan profesi tertentu yang
memiliki prosedur CDD dan tunduk pada pengawasan dari otoritas
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
 PJK wajib memperhatikan informasi terkait risiko negara tempat pihak
ketiga tersebut berasal

BPR.001.S1.T1
IDENTIFIKASI & VERIFIKASI
Dalam rangka melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah, BPR wajib melakukan:
a. Identifikasi Calon Nasabah untuk mengetahui profil Calon Nasabah.
b. Verifikasi atas informasi dan dokumen pendukung Calon Nasabah.

BPR wajib melakukan verifikasi kebenaran identitas Calon Nasabah melalui pertemuan
langsung (face to face) dengan Calon Nasabah pada awal melakukan hubungan usaha
dalam rangka meyakini kebenaran identitas Calon Nasabah.

Verifikasi Menggunakan Sarana Elektronik:


Proses verifikasi melalui pertemuan langsung (face to face) dapat digantikan dengan
verifikasi melalui sarana elektronik milik BPR atau pihak ketiga yang telah mendapat
persetujuan dari OJK. Proses verifikasi melalui pertemuan langsung (face to face) dapat
dikecualikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. verifikasi dilakukan melalui proses dan sarana elektronik milik BPR dan/atau milik Calon
Nasabah; dan
b. verifikasi wajib memanfaatkan data kependudukan yang memenuhi 2 (dua) faktor
otentikasi, yang mencakup:
1. what you have adalah dokumen identitas yang dimiliki oleh Calon Nasabah yaitu
Kartu Tanda Penduduk (KTP) elektronik.
2. what you are adalah data biometrik antara lain dalam bentuk sidik jari milik Calon
Nasabah.
UJI &
IDENTIFIKASI TUNTAS PEMILIK
VERIFIKASI MANFAAT
BENEFICIAL OWNER
Beneficial Owner
Pemilik manfaat ( Beneficial Owner ) adalah setiap orang yang :
a. Berhak atas dan/atau menerima manfaat tertentu yang
berkaitan dengan rekening Nasabah;
b. Merupakan pemilik sebenarnya dari dana dan/atau efek yang
ditempatkan pada PJK ( ultimately own account );
c. Mengendalikan transaksi Nasabah;
d. Mengendalikan korporasi atau perikatan lainnya ( legal
arrangemen ); dan/atau
e. Merupakan pengendali akhir dari transaksi yang dilakukan
melalui badan hukum atau berdasarkan suatu perjanjian.

BPR.001.S1.T1
UJI TUNTAS PEMILIK MANFAAT

BPR wajib memastikan Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC yang


membuka hubungan usaha atau melakukan transaksi bertindak
untuk diri sendiri atau untuk kepentingan Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner).

❑Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC bertindak untuk


kepentingan
Nasabah PEP : Pemilik Manfaat, BPR wajib melakukan CDD
terhadap Pemilik Manfaat.
❑Dalam hal Pemilik Manfaat tergolong sebagai PEP maka
prosedur yang diterapkan adalah prosedur EDD.
❑Dalam hal terdapat perbedaan tingkat risiko antara Calon
Nasabah, Nasabah, atau WIC dengan Pemilik Manfaat,
penerapan CDD dilakukan mengikuti tingkat risiko yang lebih
tinggi.
Daftar yang wajib di buat BPR
berdasarkan POJK12/2017

1. Calon nasabah, nasabah, pemilik manfaat


(beneficial owner) dan WIC tergolong berisiko
tinggi pasal 35
2. Calon nasabah, nasabah, pemilik manfaat
(beneficial Owner) dan WIC tergolong PEP
pasal 35
3. Nasabah yang mendapat perlakuan CDD
sederhana, pasal 40 ayat 8
4. BPR wajib memelihara daftar terduga teroris
dan organisasi teroris (DTTOT) pasal 46 ayat 1
2
MENERAPKAN PRINSIP
MENGENAL NASABAH

BPR.001.S4.T1
PENGELOMPOKAN NASABAH

PJK wajib mengindentifikasi dan mengklasifikasikan Calon Nasabah


atau Nasabah ke dalam kelompok :
1. Orang perseorangan ( natural person )
2. Korporasi, dan
3. Perikatan lainnya ( legal arrangement )

BPR.001.S1.T1
IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI NASABAH

Orang perseorangan
Identifikasi Calon Nasabah Orang perseorangan untuk mengetahui
profil Calon Nasabah, dilakukan melalui permintaan data dan
informasi yang paling kurang meliputi:
1.Identitas yang memuat:
nama lengkap termasuk nama alias (jika ada); nomor dokumen
identitas; alamat tempat tinggal sesuai dokumen identitas dan
alamat tempat tinggal lain (jika ada); tempat dan tanggal lahir;
kewarganegaraan; pekerjaan; alamat dan nomor telepon tempat
kerja (jika ada); jenis kelamin; dan status perkawinan.
2.Identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), jika ada.
3.Sumber dana
4.Penghasilan rata-rata per tahun
5.Maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan
dilakukan calon nasabah
Data & Informasi bagi Calon Data & Informasi bagi Calon
Nasabah Korporasi Nasabah Perikatan Lainnya
1. Nama 1. Nama
2. Nomor izin dari instansi berwenang 2. Nomor izin dari instansi berwenang
3. Bidang usaha atau kegiatan (jika ada)
4. Alamat kedudukan 3. Alamat kedudukan
5. Tempat dan tanggal pendirian 4. Bentuk perikatan (legal arrangement)
6. Bentuk badan hukum atau badan 5. Identitas pemilik manfaat (beneficial
usaha owner) apabila calon nasabah
7. Identitas pemilik manfaat (beneficial memiliki pemilik manfaat (beneficial
owner) apabila calon nasabah owner)
memiliki pemilik manfaat lainnya 6. Sumber dana
(Beneficial Owner) 7. Maksud dan tujuan hubungan usaha
8. Sumber dana atau transaksi yang akan dilakukan
9. Maksud dan tujuan hubungan usaha calon nasabah.
atau transaksi yang akan dilakukan
calon nasabah.
PROSES CDD

Menyiapkan Formulir : Dokumen Bukti Transaksi:


Dalam penerapan APU-PPT, BPR wajib Dokumen bukti transaksi, antara lain slip
mengidentifikasi Calon Nasbah untuk setoran, slip penarikan, permohonan
mengetahui profil Calon Nasabah, sehingga penempatan deposito, slip pembayaran
BPR harus menyiapkan formulir untuk lainnya.
permintaan data dan informasi. Formulir
Dokumen bukti transaksi harus dapat
tersebut harus bisa untuk mengidentifikasi
mendukung program APU-PPT, antara lain
data/informasi nasabah berdasarkan
dapat mengakomodir keperluan analisis:
kelompok:
❑ Sebagai nasabah atau walk in customer
❑ Orang perseorangan (natural person)
❑ Informasi minimal identitas untuk
❑ Korporasi
nasabah dan walk in customer
❑ Perikatan lainnya (legal arrangement)
❑ Maksud dan tujuan transaksi
Formulir tersebtu dapat berupa formulir
❑ Nominal dan tanggal transaksi
penerimaan nasabah atau formulir
pembukaan rekening, formulir ❑ Produk/jasa layanan yang digunakan
pengkinian/perubahan data.
PEMANTAUAN DAN PENGKINIAN
❑ BPR wajib melakukan pemantauan terhadap hubungan usaha dengan
Nasabah dengan cara memantau transaksi Nasabah untuk memastikan bahwa
transaksi yang dilakukan sejalan dengan pemahaman BPR atas Nasabah,
kegiatan usaha dan profil risiko Nasabah, termasuk sumber dananya.
❑ BPR wajib melakukan upaya pengkinian data, informasi, dan/atau dokumen
pendukung dalam hal terdapat perubahan yang diketahui dari pemantauan
BPR terhadap Nasabah atau informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
❑ BPR wajib mendokumentasikan upaya pengkinian data.

Dalam melakukan pengkinian data, BPR wajib:


1. Melakukan pemantauan terhadap informasi dan dokumen nasabah.
2. Menyusun laporan rencana pengkinian data.
3. Menyusun laporan realisasi pengkinian data.

Contoh :
a. Untuk Nasabah Risiko Rendah dilakukan pengkinian setiap 36 bulan sekali.
b. Untuk Nasabah Risiko Menengah dilakukan pengkinian setiap 24 bulan sekali
c. Untuk Nasabah Risiko Tinggi dilakukan pengkinian setiap 12 bulan sekali.
MENETAPKAN PROFIL RISIKO NASABAH

▪ Profil risiko menggambarkan tingkat risiko dari Nasabah, produk maupun


jasa yang memiliki potensi pencucian uang atau pendanaan teroris.
▪ Pengelompokan profil risiko nasabah dilakukan paling kurang dengan
analisis terhadap:
1. Identitas Nasabah
2. Lokasi Usaha bagi Nasabah perusahaan
3. Profil Nasabah
4. Frekuensi Transaksi
5. Kegiatan Usaha Nasabah
6. Struktur Kepemilikan bagi Nasabah Perusahaan.
7. Produk, jasa, dan jaringan distribusi (delivery Channels) yang
digunakan oleh Nasabah
8. Informasi lainnya

BPR.001.S4.T1
Pengelompokan profil risiko nasabah dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Identitas Nasabah
contoh identitas nasabah yang perlu dilakukan analisis antara
lain sebagai berikut :
1) nasabah tidak memiliki dokumen identitas namun memiliki
surat keterangan dari aparat pemerintah setempat yang
menerangkan bahwa yang bersangkutan :
a) adalah warga setempat dan beralamat sesuai dengan
informasi yang diberikan kepada BPR/BPRS; dan/atau
b) telah menetap dalam jangka waktu yang cukup lama
2) data/informasi identitas Nasabah sudah tidak sesuai.
3) jangka waktu berlakunya dokumen identitas Nasabah sudah
kadaluarsa, namun tidak ada perubahan terhadap alamat
tempat tinggal nasabah dimaksud yang telah diyakini
kebenarannya oleh BPR/BPRS
BPR.001.S4.T1
4) dokumen pendukung identitas nasabah khususnya dokumen
perusahaan tidak lengkap, misalnya ijin-ijin perusahaan,
Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah tangga, Pemegang Kuasa
atau Kewenangan bertindak mewakili perusahaan.
b. Lokasi Usaha bagi Nasabah Perusahaan.
Contoh lokasi usaha nasabah yang perlu dilakukan analisis
antara lain sebagai berikut :
1) lokasi usaha calon nasabah berada diyurisdiksi yang
ditetapkan berisiko tinggi oleh lembaga atau badan
internasional terhadap kondisi suatu yursdiksi
2) lokasi usaha nasabah berada dalam wilayah rawan tingkat
kejahatan ( kriminal ) seperti kejahatan terhadap
penyelundupan atau produk ilegal
3) lokasi usaha nasabah berada di zona perdagangan bebas.

BPR.001.S4.T1
c. Profil Nasabah
Contoh profil nasabah yang perlu dilakukan analisis antara
lain sebagai berikut :
1) nasabah yang tidak memiliki penghasilan secara regular
2) tergolong sebagai PEP atau memiliki hubungan dengan
PEP
3) pegawai instansi pemerintah, khususnya yang terkait
dengan pelayanan publik
4) aparat penegak hukum
5) orang-orang yang melakukan jenis-jenis kegiatan atau
sektor usaha yang rentan terhadap pencucian uang
6) pihak – pihak yang dicantumkan dalam daftar
Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) atau daftar lainnya
yang dikeluarkan oleh organisasi internasional sebagai
teroris, organisasi teroris atau pun organisasi yang
melakukan pendanaan atau melakukan penghimpunan
dana untuk kegiatan terorisme
d. Frekuensi Transaksi
Contoh frekuensi dan/atau nilai transaksi nasabah yang perlu
dilakukan analisis antara lain sebagai berikut :
1) pada saat pembukaan rekening, nasabah melakukan
transaksi dengan nilai besar atau signifikan namun
informasi mengenai sumber dana dan tujuan transaksi
tidak sesuai dengan profil ataupun tujuan pembukaan
rekening.
2) nasabah melakukan sejumlah transaksi dalam nilai kecil
namun secara akumulasi merupakan transaksi bernilai
besar atau signifikan.
3) transaksi tunai dalam jumlah besar
e. Kegiatan usaha Nasabah
contoh kegiatan usaha Nasabah yang perlu dilakukan analisis
antar lain :
1) kegiatan usaha yang menyediakan jasa penukaran uang;
2) kegiatan usaha yang menyediakan jasa pengiriman uang;
3) kegiatan usaha yang berbasis uang tunai dan tidak sesuai
dengan profil Nasabah seperti minimarket, jasa pengelolaan
parkir, rumah makan, SPBU, pedagang pulsa;
4) kegiatan usaha yang memberikan jasa pengurusan dokumen
hukum;
5) kegiatan usaha yang melakukan perdagangan rumah,
saham, perhiasan, mobil atau asset lainnya;
6) kegiatan usaha yang memasarkan produknya melalui nternet;
7) perusahaan perdagangan ekspor/impor;
8) advokat, akuntan atau konsultan keuangan; atau
9) kegiatan usaha multi level marketing.
f. Struktur kepemilikan bagi nasabah perusahaan.
Contoh struktur kepemilikan bagi nasabah perusahaan yang
perlu dilakukan alisi antara lain sebagai berikut :
1) struktur kepemilikan perusahaan yang kompleks sehingga
akses untuk mendapatkan informasi terbatas;
2) terdapat Beneficial Owner yang mengendalikan
perusahaan;
g. Informasi lainnya
contoh informasi lainnya : nasabah BPR/BPRS menerima kiriman
dana yang berasal dari negara-negara yang belum menerapkan
rekomendasi FATF (FINANCIAL ACTION TASK FORCE on Money
Laundering) / KELOMPOK KERJA AKSI KEUANGAN UNTUK
PENCUCIAN KEUANGAN secara memadai.
NRA DAN SRA
❑ National Risk Assesment/NRA adalah penilaian risiko
secara nasional terhadap potensi dan kerawanan
kemungkinan terjadinya tindak pidana pencucian uang
atau pendanaan terorisme dalam satu wilayah negara
mencakup unsur ancaman, kerentanan serta dampak
yang ditimbulkan.
❑ Sectoral Risk Assesment/SRA adalah penilaian atas
risiko terhadap masing-masing sektor pelapor sebagai
bentuk mitigasi risiko sehingga pengaruh atas risiko
dapat diminimalisir bila risiko tersebut terjadi.
FAKTOR RISIKO TPPU MENURUT AREA GEOGRAFIS/WILAYAH (HASIL NRA 2019)

TINGGI SEDANG RENDAH

1. DKI JAKARTA 1. DAERAH


ISTIMEWA
2. BANTEN YOGYAKARTA Sumatera Barat, Papua Barat,
3. JAWA TENGAH 2. SUMATERA Kaltara, KalSel, Jambi, Sultra,
SELATAN Aceh, NTT, KalBar, Sulut,
4. JAWA TIMUR Sulteng, NTB, Ba-bel,
3. PAPUA Maluku Utara, Gorontalo,
5. JAWA BARAT 4. KEPULAUAN RIAU Kalteng,
6. SUMATERA Maluku, Sulawesi Barat
5. KALIMANTAN
UTARA TIMUR
6. RIAU
7. BALI
8. BENGKULU
9. LAMPUNG
10.SULAWESI
SELATAN
FAKTOR RISIKO TPPT MENURUT AREA GEOGRAFIS/WILAYAH (HASIL NRA 2019)

TINGGI SEDANG

DKI JAKARTA JAWA TIMUR

RENDAH

Jawa Barat, Sumatera Barat


Sulawesi Utara, Sumatera
Utara
Jawa Tengah, Papua
DI Yogyakarta, Kaltim,
Kalbar
Banten, Jambi
Riau, Gorontalo, Aceh, Bali
Papua Barat, Sulsel, Sulteng
NTB, Kep Babel, Maluku
Kepulauan Riau, Kalteng
FAKTOR RISIKO TPPU MENURUT JENIS PROFIL NASABAH (HASIL SRA 2019)

TINGGI SEDANG
1.PEJABAT LEMBAGA 1.Pelajar/Mahasiswa
PEMERINTAH 2.Ibu Rumah
2.Pengurus Partai Politik Tangga
3.Korporasi 3.Pegawai Bank
4.Pengusaha/Wiraswasta 4.Pegawai Swasta
5.TNI/POLRI 5.Pegawai
(Termasuk Pensiunan) Pedagang
6.Pegawai BUMN/BUMD Valuta Asing
7.PNS (Termasuk
Pensiunan)
8.Profesional RENDAH
PENGURUS/PEGAWAI dari
YAYASAN/
LEMBAGA BERBADAN
HUKUM
FAKTOR RISIKO TPPU MENURUT JENIS BIDANG USAHA NASABAH (HASIL SRA 2019)

TINGGI SEDANG RENDAH

Perdagangan 1.Ekspor/Impor 1.Real estate


2.Kehutanan 2.Produksi Tanaman &
3.Agen Tour & Hewan
Travel 3.Profesional
4.Listrik, Gas dan Air
5.Distributor
6.Transportasi Umum
7.Manufaktur
8.Sosial dan Kemanusiaan
9.Lembaga Keuangan
10.Konstruksi
FAKTOR RISIKO TPPT MENURUT JENIS PROFIL NASABAH (HASIL SRA 2019)

TINGGI SEDANG

PENGUSAHA/WIRASWASTA 1. Pegawai Swasta


(TERMASUK PEDAGANG)
2. Korporasi
3. PNS
(termasuk
RENDAH Pensiunan)

Pelajar/Mahasiswa ;
Pimpinan
Ormas/Keagamaan;
Pengurus Parpol; IRT;
TNI/POLRI; Pengajar;
Pegawai Yay. Berbadan
hukum;
Profesional, Pegawai
BUMN/BUMD; Pejabat
Pemerintah; Pegawai Bank;
Pegawai Pedagang Valuta
Asing
LARANGAN !!!
PJK dilarang membuka hubungan usaha dengan
Calon Nasabah atau memelihara rekening Nasabah
apabila :
1. Calon Nasabah atau Nasabah menolak untuk mematuhi
peraturan yang terkait dengan penerapan program APU dan PPT
2. PJK tidak dapat meyakini kebenaran identitas dan kelengkapan
dokumen Calon Nasabah atau Nasabah

PJK dilarang membuka atau memelihara rekening anonim atau


rekening yang menggunakan nama fiktif.

BPR.001.S4.T1
MENERAPKAN PRINSIP MENGENAL NASABAH
Contoh Penetapan Tingkat Risiko Nasabah

KOMPONEN RENDAH MENENGAH TINGGI


Identitas nasabah x

Lokasi usaha x
Profil nasabah x
Frekuensi transaksi x

Kegiatan usaha x

Struktur kepemilikan x

Produk/jasa/jaringan x
Informasi lain x
Hasil akhir x

BPR.001.S4.T1
PENATAUSAHAAN DOKUMEN
1. BPR wajib menatausahakan data atau dokumen dengan baik.
2. Jangka waktu penatausahaan dokumen adalah:
a. dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC dengan
jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun sejak:
1) berakhirnya hubungan usaha dengan Nasabah atau WIC; atau
2) ditemukannya ketidak sesuaian transaksi dengan tujuan
ekonomis dan/atau tujuan usaha.
b. dokumen Nasabah atau WIC yang terkait dengan transaksi
keuangan dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai Dokumen Perusahaan.
3. Dokumen dapat ditatausahakan dalam bentuk asli, salinan,
electronic form, microfilm, atau dokumen yang berdasarkan Undang-
Undang yang berlaku dapat digunakan sebagai alat bukti.

BPR.001.S4.T1
MENERAPKAN PRINSIP MENGENAL NASABAH

PENATAUSAHAAN DOKUMEN

3. Dokumen yang ditatausahakan paling kurang mencakup:


a. identitas Nasabah atau WIC termasuk dokumen pendukungnya;
b. informasi transaksi yang antara lain meliputi jenis dan jumlah mata
uang yang digunakan, tanggal perintah transaksi, asal dan
tujuan transaksi, serta nomor rekening yang terkait dengan
transaksi.
c. hasil analisis yang telah dilakukan;
d. korespondensi dengan Nasabah atau WIC
4. Menyimpan catatan dan dokumen mengenai seluruh proses
identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan sesuai dengan
ketentuan dan peraturan perundang-undangan.
5. BPR wajib memberikan informasi dan/atau dokumen kepada
otoritas yang berwenang.

BPR.001.S4.T1
3

SUMBER DAYA MANUSIA


DALAM PENERAPAN APU-PPT

BPR.001.S2.T1
UNIT KERJA KHUSUS (UKK)
1. BPR wajib membentuk UKK dan/atau menunjuk pejabat sebagai
yang bertanggung jawab atas penerapan program APU-PPT, pada
kantor pusat dan kantor cabang.
2. UKK atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab kepada Direktur yang
membawahi fungsi kepatuhan.
3. BPR memastikan bahwa UKK dan/atau pejabat yang
bertanggungjawab atas penerapan program APU-PPT, memiliki
kemampuan yang memadai dan memiliki kewenangan untuk
mengakses seluruh data Nasabah dan informasi lainnya yang terkait.
4. Dalam hal BPR menugaskan pejabat sebagai penanggung jawab
penerapan program APU dan PPT, pejabat tersebut harus ditetapkan oleh
Direksi dan hanya dapat merangkap untuk melaksanakan fungsi
manajemen risiko dan/atau fungsi kepatuhan.
BPR.001.S2.T1
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB UKK/PE
1. Menganalisis secara berkala penilaian risiko tindak pidana
Pencucian Uang dan/atau tindak pidana Pendanaan Terorisme
terkait dengan Nasabahnya, negara atau area geografis, produk,
jasa, transaksi atau jaringan distribusi (delivery channels);
2. Menyusun, melakukan pengkinian, dan mengusulkan
kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT yang
telah disusun untuk mengelola dan memitigasi risiko berdasarkan
penilaian risiko sebagaimana dimaksud pada point 1, untuk
dimintakan pertimbangan dan persetujuan Direksi;
3. Memastikan adanya sistem yang dapat mengidentifikasi,
menganalisa, memantau dan menyediakan laporan
secara efektif mengenai karakteristik transaksi yang
dilakukan oleh Nasabah;
BPR.001.S2.T1
Lanjutan
4. Memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang
disusun sebagaimana dimaksud dalam point 2 telah sesuai
dengan perubahan dan perkembangan yang meliputi antara
lain produk, jasa, dan teknologi di sektor jasa keuangan,
kegiatan dan kompleksitas usaha BPR, volume transaksi BPR, dan
modus Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme;
5. Memastikan bahwa formulir yang berkaitan dengan
Nasabah telah mengakomodasi data yang diperlukan
dalam penerapan program APU dan PPT;
6. Memantau rekening Nasabah dan pelaksanaan transaksi
Nasabah;
7. Melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan dan
analisis transaksi Nasabah untuk memastikan ada atau tidak
adanya Transaksi Keuangan Mencurigakan, Transaksi Keuangan
Tunai dan/atau transaksi keuangan transfer dana;

BPR.001.S2.T1
Lanjutan
8. Menatausahakan hasil pemantauan dan evaluasi;
9. Memastikan pengkinian data dan profil Nasabah serta data
dan profil transaksi Nasabah;
10. Memastikan bahwa kegiatan usaha yang berisiko tinggi
terhadap tindak pidana Pencucian Uang dan/atau tindak pidana
Pendanaan Terorisme diidentifikasi secara efektif sesuai dengan
kebijakan dan prosedur BPR serta ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan OJK ini;
11. Memastikan adanya mekanisme komunikasi yang baik dari
setiap satuan kerja terkait kepada unit kerja khusus atau pejabat
yang bertanggung jawab terhadap penerapan program APU dan
PPT dengan menjaga kerahasiaan informasi dan memperhatikan
ketentuan anti tipping-off;
12. Melakukan pengawasan terkait penerapan program APU dan PPT
terhadap satuan kerja terkait;

BPR.001.S2.T1
Lanjutan

13.Memastikan adanya identifikasi area yang berisiko


tinggi yang terkait dengan penerapan program APU dan PPT
dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang- undangan
dan sumber informasi yang memadai;
14.Menerima, melakukan analisis, dan menyusun laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan dan/atau transaksi keuangan
yang dilakukan secara tunai yang disampaikan oleh satuan kerja;
15.Menyusun laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan,
Transaksi Keuangan Tunai, dan/atau transaksi keuangan
transfer dana;
16.Memastikan seluruh kegiatan dalam rangka penerapan
program
APU dan PPT terlaksana dengan baik; dan
17. Memantau, Mengalisis dan merekomendasikan kebutuhan
pelatihan tentang penerapan program APU dan PPT bagi pejabat
dan/atau pegawai BPR.

BPR.001.S2.T1
ANALISIS TRANSAKSI SESUAI TINGKAT RISIKO
1. Mengidentifikasi transaksi nasabah yang tidak wajar (red flag), misalnya nominal transaksi
tidak sesuai profil nasabah dan/atau frekuensi transaksi tidak sesuai kebiasaannya.
2. Menganalisi secara berkala terhadap seluruh transaksi sesuai tingkat risiko masing-
masing nasabah

ANALISIS TRANSAKSI YANG TIDAK SESUAI PROFIL RISIKO


❑ BPR wajib melakukan analisis terhadap Ketentuan Anti Tipping-Off *):
seluruh transaksi yang tidak sesuai 1. Direksi, Komisaris, pengurus atau pegawai
dengan profil Nasabah. Pihak Pelapor dilarang memberitahukan
kepada Pengguna Jasa atau pihak lain, baik
❑ BPR dapat meminta informasi tentang secara langsung maupun tidak langsung,
latar belakang dan tujuan transaksi dengan cara apa pun mengenai laporan
terhadap transaksi yang tidak sesuai Transaksi Keuangan Mencurigakan yang
dengan profil Nasabah, dengan sedang disusun atau telah disampaikan
memperhatikan ketentuan anti tipping- kepada PPATK.
off sebagaimana dimaksud dalam 2. Ketentuan mengenai larangan tersebut tidak
Undang-Undang yang mengatur berlaku untuk pemberian informasi kepada
mengenai pencegahan dan Lembaga Pengawas dan Pengatur.
pemberantasan tindak pidana Pencucian 3. Ketentuan mengenai larangan tsb tidak
Uang. berlaku dalam rangka pemenuhan kewajiban
menurut Undang-Undang ini.
4. Pelanggaran atas ketentuan tsb dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun
*) UU no 8 Tahun 2010 ttg Pencegahan dan Pemberantasan Tindak dan pidana denda paling banyak
Pidana Pencucian Uang Rp1.000.000.000,00.
Wewenang Penanggung Jawab Penerapan Program APU
dan PPT ( POJK No.12/POJK.01/2017, Pasal 12 )

Penanggung jawab penerapan program APU dan PPT mempunyai


wewenang paling kurang meliputi :
a. Memperoleh akses terhadap informasi yang dibutuhkan yang
ada di seluruh unit organisasi BPR;
b. Melakukan koordinasi dan pemantuan terhadap penerapan
program APU dan PPT oleh unit kerja terkait;
c. Mengusulkan pejabat dan/atau pegawai unit kerja terkait untuk
membantu penerapan program APU dan PPT; dan
d. Melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan, Transaksi
Keuangan Tunai, dan/atau transaksi keuangan transfer
dana dari dan ke luar negeri yang dilakukan oleh Direksi,
Dewan Komisaris, dan/atau pihak terafiliasi dengan Direksi
atau Dewan komisaris, secara langsung kepada PPATK

BPR.001.S2.T1
SUMBER DAYA MANUSIA
DALAM PENERAPAN APU-PPT
1. BPR wajib melakukan prosedur penyaringan ( screening )
dalam rangka penerimaan pegawai baru, untuk mencegah
digunakannya BPR sebagai media atau tujuan pencucian uang
atau pendanaan terorisme yang melibatkan pihak intern BPR.
2. Pemanfaatan jasa perbankan sebagai media pencucian uang dan
pendanaan terorisme dimungkinkan juga melibatkan pegawai
BPR. Untuk mencegah ataupun mendeteksi terjadinya dugaan
tindak pidana pencucian uang yang dilakukan melalui lembaga
perbankan perlu diterapkan Know Your Employee (KYE) yang
diantaranya adalah melalui prosedur screening.
3. Metode penyaringan dalam rangka penerimaan karyawan baru (
pre employee screening ) disesuaikan dengan kebutuhan,
kompleksitas kegiatan BPR, dan profil risiko BPR.
4. Metode screening paling kurang memastikan profil calon
pegawai tidak memiliki catatan kejahatan.
5. Melakukan pemantauan terhadap profil karyawan

BPR.001.S2.T1
PELATIHAN APU-PPT

1. Seluruh karyawan harus mendapatkan pengetahuan mengenai


kebijakan, prosedur, dan pelaksanaan Program APU-PPT.
2. Karyawan yang diprioritaskan untuk mengikuti pelatihan, adalah :
a. berhadapan langsung dengan Nasabaha ( pelayanan Nasabah )
b. pelaksanaan tugas sehari – hari terkait dengan pengawasan
pelaksanaan Program APU PPT atau,
c. pelaksanaan tugas sehari – hari terkait dengan pelaporan kepada
PPATK dan Otoritas Jasa Keuangan ( OJK )
3. Karyawan mendapatkan prioritas harus mendapatkan pelatihan secara
berkala, sedangkan karyawan lainnya yang tidak memenuhi
harus mendapatkan pelatihan paling kurang 1 (satu) kali dalam masa
kerjanya.
4. karyawan yang berhadapan langsung dengan nasabah atau front liner
harus mendapatkan pelatihan sebelum penempatan.

BPR.001.S2.T1
Pelatihan dapat dilakukan dengan cara:

1. Menyelenggarakan in house training

2. Mengikutsertakan pegawai dalam pelatihan dari pihak lain

3. Tatap muka secara interaktif ( workshop ) dengan topik


pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan peserta.

4. Melakukan pembelajaran dengan menggunakan sarana


elektronik ( e-learning ) maupun melalui pertemuan

5. Tatap muka satu arah ( seminar ) dengan topik pelatihan


adalah berupa gambaran umum dari pelaksanaan Program
APU-PPT.

BPR.001.S2.T1
MENYIAPKAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENERAPAN APU-PPT

TOPIK DAN EVALUASI PELATIHAN


1. BPR wajib menyelenggarakan pelatihan yang berkesinambungan
tentang :
a. Penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan program APU dan PPT;
b. Teknik, metode, dan tipologi Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme.
c. Kebijakan dan prosedur penerapan Program APU dan PPT serta
peran dan tanggung jawab pegawai dalam mencegah dan
memberntas Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme.

2. BPR harus melakukan evaluasi terhadap setiap pelatihan.

3. Evaluasi dapat dilakukan secara langsung melalui wawancara dan


secara tidak langsung melalui penyediaan soal.

4. BPR harus melakukan upaya tindak lanjut dan hasil evaluasi pelatihan

BPR.001.S2.T1
4
PERANGKAT KERJA
PENERAPAN APU-PPT

BPR.001.S3.T1
PERANGKAT KERJA
No Tahap Perangkat Kerja
1 Tahap Indentifikasi 1. Formulir penerimaan/identifikasi nasabah, formulir pembukaan
rekening, formulir
perubahan/pengkinian data.
2. Stempel dokumen sesuai asli
2 Tahap Verifikasi 1. Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT)
2. Daftar Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Masal
3. Daftar Hitam Nasional (DHN) apabila ada
4. Daftar Informasi orang yang telah menjadi terduga, tersangka, atau
yang telah dijatuhi hukuman yang informasinya diperoleh dari
media masa,
5. Form penetapan tingkat risiko
6. Stempel verifikasi untuk dokumen yang sudah diverifikasi.
3 Tahap Pemantauan 1. Sistem komputer yang complaince terhadap pelaksanaan
CDD/EDD
2. Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT)
3. Daftar Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Masal
4. Daftar Hitam Nasional (DHN) apabila ada
5. Daftar Informasi orang yang telah menjadi terduga, tersangka, atau
yang telah dijatuhi hukuman yang informasinya diperoleh dari
media masa
6. Dokumen bukti transaksi
5
KEWAJIBAN PELAPORAN
KEPADA PARA PIHAK
(OJK dan PPATK)

BPR.001.S5.T1
KEWAJIBAN PELAPORAN BPR

LAPORAN KE OTORITAS JASA KEUANGAN LAPORAN KE PPATK

BPR Wajib menyampaikan laporan kepada OJK: BPR wajib menyampaikan laporan kepada
1. Kebijakan dan prosedur penerapan program PPATK:
APU PPT, termasuk penyesuaiannya, jika ada. 1. Transaksi Keuangan Mencurigakan.
2. Laporan rencana kegiatan pengkinian data 2. Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah
disampaikan setiap tahun paling lambat akhir paling sedikit Rp 500.000.000,00 atau dengan
bulan Desember mata uang asing yang nilainya setara, yang
3. Laporan realisasi pengkinian data disampaikan dilakukan baik dalam satu kali transaksi
setiap tahun paling lambat 1 bulan setelah maupun beberapa kali transaksi dalam 1 hari
periode pelaporan berakhir. kerja.
4. Laporan lain yang diminta oleh OJK 3. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke
luar negeri
Tembusan Laporan Blokir serta merta/Laporan
Nihil atas DTTOT dari pihak Kepolisian dan 4. Laporan lain yang diminta oleh PPATK
Profilerasi Senjata Pemusnah Massal 1. Laporan Initial Data Triwulan melalui
(PPATK) melaui SIGAP Sipesat
2. Laporan Blokir serta merta atas
Profilerasi Senjata Pemusnah Massal
secara hardcopy dan email
3. Laporan Nihil atas Profilerasi Senjata
Pemusnah Massal melalui email
TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN (TKM)

Menurut dan Pasal 1 ayat 5 a,b,c,d UU No.8 Tahun 2010 Transaksi Keuangan
Mencurigakan adalah:
a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola
transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan.
b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan
untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh
Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang PPTPPU.
c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta
Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.
d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor
karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.
TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (TKT)

1. Nilai Transaksi dengan jumlah paling sedikit sebesar


Rp.500.000.000,- mata uang asing yang nilainya setara, yang
dilakukan baik 1 kali transaksi maupun beberapa kali transaksi
dalam 1 hari kerja.
2. Jenis transaksi yang dilaporkan yaitu transaksi: penempatan,
penyetoran, penarikan, pembayaran, hibah, sumbangan,
penitipan, dan/atau penukaran dengan menggunakan uang
tunai berupa uang kertas dan/atau uang logam.
3. Yang dilaporkan adalah:
a) Pengguna Jasa yang melakukan transaksi
b) Pemilik rekening atau profil secara terpadu (customer
identification file) yang menerima manfaat dari transaksi
tersebut.

BPR.001.S5.T1
LAPORAN KEUANGAN LAINNYA

Adalah laporan transfer dana baik


keluar Negeri maupun datang ke dalam
Negeri
TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN
PELAPORAN berdasarkan SK Kepala PPATK
NOMOR : PER-11/1.02/PPATK/09/2012
1. PJK wajib melaporkan TKT yang dilakukan oleh Pengguna Jasa.
2. Kewajiban pelaporan sebagaiman dimaksud pada point dikecualikan
terhadap :
a. TKT yang dilakukan oleh PJK dengan pemerintah dan Bank Sentral
b. TKT untuk pembayaran gaji atau pensiunan;
c. TKT lain yang ditetapkan oleh kepala PPATK; dan
d. TKT lain atas permintaan PJK untuk dikecualikan yang disetujui
oleh PPATK.
Penjabaran :
1. TKT yang dilakukan oleh OJK dengan pemerintah dan Bank Sentral
a. Pengecualian pelaporan TKT yang dilakukan dengan Pemerintah
meliputi :
1) Pemerintah pusat;
2) Pemerintah daerah;
3) Kementrian;
BPR.001.S5.T1
TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN
PELAPORAN

1) Pemerintah pusat;
2) Pemerintah daerah;
3) Kementerian;
4) lembaga pemerintah non kementerian;
5) badan-badan pemerintah lainnya; dan/atau
6) lembaga lain yang sumber pembiayaan berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja negara, dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
b. Pemerintah sebagaiman dimaksud pada point 1 tidak meliputi
badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah.
c. TKT yang dilakukan oleh PJK dengan pemerintah, dikecualikan
pelaporan TKT dengan persyaratan sebagai berikut :
i. pembukaan rekening pemerintah dilakukan sesuai dengan
syarat dan tata cara pembukaan rekening pemerintah; dan

BPR.001.S5.T1
TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN
PELAPORAN

i. pembukaan rekening pemerintah dilakukan sesuai dengan


syarat dan tata cara pembukaan rekening pemerintah; dan
ii. Penyetoran dan penarikan dana dari dan kerekening pemerintah
dilakukan oleh pihak yang mendapat kewenangan untuk
bertindak dan atas nama pemerintah sebagaiman tercantum
dalam pembukaan rekening pemerintah dan perubahaannya.
2. Pengecualian pelaporan TKT untuk Pembayaran Gaji dan Pensiun
Pengecualian pelaporan TKT untuk pembayaran gaji untuk pensiun
sebagaimana dimaksud dalam meliputi transaksi rutin yang dilakukan
untuk pembayaran gaji atau pensiun oleh pengguna Jasa yang
berbentuk korporasi.
3. Pengecualian Pelaporan TKT Lain yang ditetapkan oleh kepala PPATK
a. pengecualian pelaporan TKT dilaksanakan terhadap TKT yang secara rutin
dilakukan baik harian,mingguan, maupun bulanan oleh Pengguna Jasa yang
memiliki jenis usaha atau pihak tertentu yang berbentuk Korporasi
BPR.001.S5.T1
TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN
PELAPORAN

b. pengecualian pelaporan TKT dilakukan terhadap TKT antar PJK dalam


rangka kegiatan usaha masing-masing
c. Jenis usaha yang dikecualikan pelaporan TKT meliputi :
1. usaha perkebunan;
2. pengelola jalan tol;
3. supermarket, hypermarket, department store, dan usaha sejenis
dengan nama lain;
4. pengelolaan jasa perparkiran;
5. stasiun pengisian bahan bakar umum;
6. maskapai penerbangan;
7. perusahaan pelayanan serta angkutan sungai, danau dan
penyeberangan;

BPR.001.S5.T1
TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI YANG DIKECUALIKAN DARI
KEWAJIBAN PELAPORAN

8. lembaga pendidikan formal;


9. operator telekomunikasi; pengelola rumah sakit;
10.penyedian tenaga listrik; atau perusahaan daerah air minum atau
yang sejenisnya.
d. Pihak tertentu yang dikecualikan pelaporan TKT sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) meliputi :
1. organisasi-organisasi internasional yang anggotanya adalah negara
misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa, International Monetary Funds,
Asian Development Bank, dan World Bank; atau
2. perwakilan Negara asing.
3. pengecualian Pelaporan TKT lain atas permintaan PJK untuk
dikecualikan yang disetujui oleh PPATK

BPR.001.S5.T1
JANGKA WAKTU DAN SANKSI LAPORAN KEPADA PPATK

1. Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM)


a. 3 (tiga) hari kerja setelah PJK mengetahui adanya unsur TKM
b. Wajib menyampaikan dokumen pendukung atas laporan TKM
paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah penyampaian laporan
TKM kepada PPATK, sekurang-kurangnya :
i. identitas nasabah, produk dan portofolio yang
dimiliki; dan
ii. ii. mutasi transaksi.

2. Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Tunai (TKT) paling lama


14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal Transaksi
dilakukan.

BPR.001.S5.T1
JANGKA WAKTU DAN SANKSI LAPORAN KEPADA PPATK

3. Jangka waktu penyampaian laporan dihitung sejak:


a. tanggal transaksi keuangan tunai dilakukan sampai dengan
tanggal penyampaian (submit) yang tercatat secara otomatisasi di
Aplikasi Pelaporan untuk pengiriman secara elektronis; atau
b. tanggal transaksi keuangan tunai dilakukan sampai dengan
tanggal penerimaan oleh jasa pengiriman, ekspedisi, cap pos,
atau tanggal penerimaan di PPATK untuk pengiriman secara
non-elektronis.

BPR.001.S5.T1
JANGKA WAKTU DAN SANKSI LAPORAN KEPADA PPATK

4. Sanksi yang diberikan OJK atas penyampaian laporan kepada PPATK.


a. Terlambat menyampaikan LTKM dikenakan sanksi kewajiban membayar
sebesar Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan per
laporan dan paling banyak sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
b. Terlambat menyampaikan LTKT dikenakan sanksi kewajiban membayar
sebesar Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan per
laporan dan paling banyak sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah)
c. Pelanggaran BPR terhadap ketentuan kewajiban pelaporan TKT, TKM dan
transaksi lainnya juga dapat dikenakan sanksi administrasi berupa :
1. Peringatan atau teguran tertulis;
2. Penurunan dalam penilaian tingkat Kesehatan
3. Pembatasan kegiatan usaha tertentu
4. Pembekuan kegiatan usaha tertentu
5. Pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan
mengangkat pengganti sementara sampai rapat umum pemegang
saham

BPR.001.S5.T1

Anda mungkin juga menyukai