BPR.001.S1.T1
PENTINGNYA PROGRAM APU & PPT
BPR.001.S1.T1
PERATURAN TERKAIT PENERAPAN APU-PPT
Undang-undang dan peraturan terkait dengan Penerapan Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU-PPT), adalah:
1. UU Nomor 8 tahun 2010, tanggal 22 Oktober 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
2. UU Nomor 9 Tahun 2013, tanggal 13 Maret 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.
3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.01/2017, tanggal
16 Maret 2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan.
4. SE OJK Nomor 32/SEOJK.03/2017
5. POJK NO 23/POJK.01/2019, POJK tentang hal yang sama
6. SE OJK NO 29/SEOJK.01/2019
BPR.001.S1.T1
Sektor / Pelaku Jasa Keuangan mencakup :
1. Bank umum dan BPR baik syariah maupun
Konvensional
2. Pasar modal meliputi Perusahaan Efek, Manajer
Investasi dan Bank Kustodian
3. Industri Keuangan non Bank
BPR.001.S1.T1
PENGERTIAN APU-PPT
Pencucian Uang adalah suatu
proses atau perbuatan yang bertujuan
untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul uang atau
harta kekayaan yang diperoleh dari hasil
tindak pidana yang kemudian diubah
menjadi harta kekayaan yang seolah-
olah berasal dari kegiatan yang sah.
BPR.001.S1.T1
Lanjutan
Pengertian korporasi adalah kumpulan orang
dan/atau kelompok yang terorganisasi, baik yang
merupakan badan hukum ( legal person ) maupun
bukan badan hukum, antara lain : perusahaan,
yayasan, koperasi, perkumpulan keagamaan,
partai politik, lembaga swadaya masyarakat atau
organisasi non profit, dan organisasi
kemasyarakatan.
Modus Pencucian Uang
BPR.001.S1.T1
Lanjutan….
BPR.001.S1.T1
Lanjutan….
BPR.001.S1.T1
PROSES PENCUCIAN UANG
BPR.001.S1.T1
Penjelasaan :
❖ Placement / Penempatan termasuk :
- menempatkan uang giral ( cheque, wesel bank, sertifikat deposito,
dll ) kembali ke dalam sistem keuangan terutama sistem perbankan
- Menyetorkan uang pada penyediaan jasa keuangan sebagai
pembayaran kredit untuk mengaburkan rekam jejak kredit
- Menyelundupkan uang tunai dari suatu negara ke negara yang lain.
❖ Layering / Transfer mencakup :
- transfer dana dari suatu bank ke bank lain, dan atau antar
wilayah/negara
- - Memindahkan uang tunai lintas batas negara melalui jaringan usaha
yang sah maupun shell company.
❖ Mingling / Mixing mencakup :
- Membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait dengan
usaha
- - Penggunaan simpanan tunai sebagai agunan untuk mendukung
transaksi yang sah
BPR.001.S1.T1
TYPOLOGI ON MONEY LOUNDERING
BPR.001.S1.T1
TYPOLOGI ON MONEY LAUNDERING
Typologi on money laundering adalah bentuk/ciri umum dari
kejahatan pencucian uang
BPR.001.S1.T1
PENDANAAN TERORISME
1. Pendanaan terorisme adalah penggunaan
harta kekayaan secara langsung atau tidak
langsung untuk kegiatan terorisme.
2. Ancaman hukuman maksimal 15 tahun kurungan
penjara dan denda maksimal 1 Milyar (subsider
kurungan penjara 1 tahun 4 bulan).
BPR.001.S1.T1
HARTA KEKAYAAN DARI TINDAK PIDANA
Hasil tindak pidana adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana:
BPR.001.S1.T1
KETENTUAN PENERAPAN APU-PPT
1. BPR wajib menerapkan program APU-PPT dalam
melakukan hubungan usaha dengan pengguna jasa BPR (baik
Nasabah maupun Walk In Customer).
2. Program APU-PPT merupakan bagian dari penerapan prinsip
kehati- hatian BPR dan paling kurang mencakup:
a. Pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris
b. Kebijakan dan Prosedur
c. Pengendalian Internal
d. Sistem Informasi Manajemen
.e. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pelatihan
WIC = ???
catatan : Istilah WIC hanya dikenal di PJK Perbankan dan Pasar Modal
BPR.001.S1.T1
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
(POJK Nomor 12/POJK.01/2017 Pasal 13 dan 14)
1. BPR wajib memiliki kebijakan dan prosedur untuk mengelola
dan memitigasi risiko Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme yang diidentifikasi sesuai dengan penilaian risiko.
2. Kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT paling
kurang meliputi :
a. indentifikasi dan verifikasi Nasabah;
penjelasaannya : kebijakan dan prosedur terkait identifikasi
dan verifikasi nasabah antara lain mencakup juga CDD
sederhana, CDD oleh pihak ketiga, dan EDD
b. identifikasi dan verifikasi Beneficial Owner;
c. penutupan hubungan usaha atau penolakan transaksi;
d. pengelolaan risiko Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme yang berkelanjutan terkait dengan Nasabah,
negara, produk dan jasa serta jaringan distribusi ( delivery
channels );
BPR.001.S1.T1
Lanjutan….
BPR.001.S1.T1
❖ Customer Due Diligence ( CDD ) adalah kegiatan
berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang
dilakukan oleh BPR untuk memastikan transaksi sesuai
dengan profil, karakteristik, dan/atau pola transaksi
Calon Nasabah, atau WIC
❖ Enhanced Due Diligence ( EDD ) adalah tindakan
CDD lebih mendalam yang dilakukan PJK terhadap
Calon Nasabah, WIC, atau Nasabah, yang berisiko
tinggi termasuk PEP dan/atau dalam area berisiko
tinggi
BPR.001.S1.T1
CUSTOMER DUE DILIGENCE
BPR.001.S1.T1
WAJIB EDD
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
PENERAPAN CDD DAN EDD
CDD SEDERHANA
Bila terpenuhi kriteria sebagai berikut :
Tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran atau penerimaan gaji
Calon nasabah berupa perusahaan publik yang tunduk pada peraturan
tentang kewajiban untuk mengungkapkan kinerjanya
Calon nasabah perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh
pemerintah
Calon nasabah merupakan Lembaga Negara atau Instansi Pemerintah
Tujuan pembukaan rekening terkait dengan program pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan/atau pengentasan
kemiskinan
Calon nasabah berdasarkan penilaian resiko terjadinya Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme tergolong rendah dan memenuhi kriteria
Calon Nasabah dengan profil dan karakteristik sederhana
Wajib dibuat daftar nasabah yang dilakukan CDD yang lebih sederhana
BPR.001.S1.T1
PENERAPAN CDD DAN EDD
CDD BIASA
BPR.001.S1.T1
EDD (UJI TUNTAS LANJUTAN)
NASABAH & CALON NASABAH BERISIKO TINGGI
KRITERIA RISIKO TINGGI
Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat ( Beneficial Owner ),
atau WIC
a. Latar belakang atau profil Calon Nasabah, Nasabah Pemilik Manfaat
( Beneficial Owner ), atau WIC termasuk nasabah Berisiko Tinggi ( High
Risk Customers );
b. Produk sektor jasa keuangan yang berisiko tinggi untuk digunakan
sebagai sarana Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme;
c. Transaksi dengan pihak yang berasal dari Negara Berisiko Tinggi ( High
Risk Countries );
d. Transaksi tidak sesuai dengan profil;
e. Termasuk dalam kategori PEP;
f. Bidang usaha Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat ( Beneficial
Owner ), atau WIC termasuk usaha yang berisiko tinggi ( High Risk
Business )
BPR.001.S1.T1
Lanjutan….
BPR.001.S1.T1
LANJUTAN.....
BPR.001.S4.T1
POLITICALLY EXPOSED PERSON ( PEP )
Orang yang populer secara Politis
( Politically Exposed Person )
BPR.001.S4.T1
PEP ( Politacally Exposed Person )
Definisi PEP :
- mengacu pada orang yang diberi
kewenangan melakukan fungsi khusus
yang masih mengemban kewenangan
- tidak dimaksudkan untuk mencakup pihak
dari level menengah atau lebih junior
BPR.001.S4.T1
POLITICALLY EXPOSED PERSON ( PEP )
Orang yang populer secara Politis ( Politically Exposed Person )
BPR.001.S1.T1
IDENTIFIKASI & VERIFIKASI
Dalam rangka melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah, BPR wajib melakukan:
a. Identifikasi Calon Nasabah untuk mengetahui profil Calon Nasabah.
b. Verifikasi atas informasi dan dokumen pendukung Calon Nasabah.
BPR wajib melakukan verifikasi kebenaran identitas Calon Nasabah melalui pertemuan
langsung (face to face) dengan Calon Nasabah pada awal melakukan hubungan usaha
dalam rangka meyakini kebenaran identitas Calon Nasabah.
BPR.001.S1.T1
UJI TUNTAS PEMILIK MANFAAT
BPR.001.S4.T1
PENGELOMPOKAN NASABAH
BPR.001.S1.T1
IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI NASABAH
Orang perseorangan
Identifikasi Calon Nasabah Orang perseorangan untuk mengetahui
profil Calon Nasabah, dilakukan melalui permintaan data dan
informasi yang paling kurang meliputi:
1.Identitas yang memuat:
nama lengkap termasuk nama alias (jika ada); nomor dokumen
identitas; alamat tempat tinggal sesuai dokumen identitas dan
alamat tempat tinggal lain (jika ada); tempat dan tanggal lahir;
kewarganegaraan; pekerjaan; alamat dan nomor telepon tempat
kerja (jika ada); jenis kelamin; dan status perkawinan.
2.Identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), jika ada.
3.Sumber dana
4.Penghasilan rata-rata per tahun
5.Maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan
dilakukan calon nasabah
Data & Informasi bagi Calon Data & Informasi bagi Calon
Nasabah Korporasi Nasabah Perikatan Lainnya
1. Nama 1. Nama
2. Nomor izin dari instansi berwenang 2. Nomor izin dari instansi berwenang
3. Bidang usaha atau kegiatan (jika ada)
4. Alamat kedudukan 3. Alamat kedudukan
5. Tempat dan tanggal pendirian 4. Bentuk perikatan (legal arrangement)
6. Bentuk badan hukum atau badan 5. Identitas pemilik manfaat (beneficial
usaha owner) apabila calon nasabah
7. Identitas pemilik manfaat (beneficial memiliki pemilik manfaat (beneficial
owner) apabila calon nasabah owner)
memiliki pemilik manfaat lainnya 6. Sumber dana
(Beneficial Owner) 7. Maksud dan tujuan hubungan usaha
8. Sumber dana atau transaksi yang akan dilakukan
9. Maksud dan tujuan hubungan usaha calon nasabah.
atau transaksi yang akan dilakukan
calon nasabah.
PROSES CDD
Contoh :
a. Untuk Nasabah Risiko Rendah dilakukan pengkinian setiap 36 bulan sekali.
b. Untuk Nasabah Risiko Menengah dilakukan pengkinian setiap 24 bulan sekali
c. Untuk Nasabah Risiko Tinggi dilakukan pengkinian setiap 12 bulan sekali.
MENETAPKAN PROFIL RISIKO NASABAH
BPR.001.S4.T1
Pengelompokan profil risiko nasabah dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Identitas Nasabah
contoh identitas nasabah yang perlu dilakukan analisis antara
lain sebagai berikut :
1) nasabah tidak memiliki dokumen identitas namun memiliki
surat keterangan dari aparat pemerintah setempat yang
menerangkan bahwa yang bersangkutan :
a) adalah warga setempat dan beralamat sesuai dengan
informasi yang diberikan kepada BPR/BPRS; dan/atau
b) telah menetap dalam jangka waktu yang cukup lama
2) data/informasi identitas Nasabah sudah tidak sesuai.
3) jangka waktu berlakunya dokumen identitas Nasabah sudah
kadaluarsa, namun tidak ada perubahan terhadap alamat
tempat tinggal nasabah dimaksud yang telah diyakini
kebenarannya oleh BPR/BPRS
BPR.001.S4.T1
4) dokumen pendukung identitas nasabah khususnya dokumen
perusahaan tidak lengkap, misalnya ijin-ijin perusahaan,
Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah tangga, Pemegang Kuasa
atau Kewenangan bertindak mewakili perusahaan.
b. Lokasi Usaha bagi Nasabah Perusahaan.
Contoh lokasi usaha nasabah yang perlu dilakukan analisis
antara lain sebagai berikut :
1) lokasi usaha calon nasabah berada diyurisdiksi yang
ditetapkan berisiko tinggi oleh lembaga atau badan
internasional terhadap kondisi suatu yursdiksi
2) lokasi usaha nasabah berada dalam wilayah rawan tingkat
kejahatan ( kriminal ) seperti kejahatan terhadap
penyelundupan atau produk ilegal
3) lokasi usaha nasabah berada di zona perdagangan bebas.
BPR.001.S4.T1
c. Profil Nasabah
Contoh profil nasabah yang perlu dilakukan analisis antara
lain sebagai berikut :
1) nasabah yang tidak memiliki penghasilan secara regular
2) tergolong sebagai PEP atau memiliki hubungan dengan
PEP
3) pegawai instansi pemerintah, khususnya yang terkait
dengan pelayanan publik
4) aparat penegak hukum
5) orang-orang yang melakukan jenis-jenis kegiatan atau
sektor usaha yang rentan terhadap pencucian uang
6) pihak – pihak yang dicantumkan dalam daftar
Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) atau daftar lainnya
yang dikeluarkan oleh organisasi internasional sebagai
teroris, organisasi teroris atau pun organisasi yang
melakukan pendanaan atau melakukan penghimpunan
dana untuk kegiatan terorisme
d. Frekuensi Transaksi
Contoh frekuensi dan/atau nilai transaksi nasabah yang perlu
dilakukan analisis antara lain sebagai berikut :
1) pada saat pembukaan rekening, nasabah melakukan
transaksi dengan nilai besar atau signifikan namun
informasi mengenai sumber dana dan tujuan transaksi
tidak sesuai dengan profil ataupun tujuan pembukaan
rekening.
2) nasabah melakukan sejumlah transaksi dalam nilai kecil
namun secara akumulasi merupakan transaksi bernilai
besar atau signifikan.
3) transaksi tunai dalam jumlah besar
e. Kegiatan usaha Nasabah
contoh kegiatan usaha Nasabah yang perlu dilakukan analisis
antar lain :
1) kegiatan usaha yang menyediakan jasa penukaran uang;
2) kegiatan usaha yang menyediakan jasa pengiriman uang;
3) kegiatan usaha yang berbasis uang tunai dan tidak sesuai
dengan profil Nasabah seperti minimarket, jasa pengelolaan
parkir, rumah makan, SPBU, pedagang pulsa;
4) kegiatan usaha yang memberikan jasa pengurusan dokumen
hukum;
5) kegiatan usaha yang melakukan perdagangan rumah,
saham, perhiasan, mobil atau asset lainnya;
6) kegiatan usaha yang memasarkan produknya melalui nternet;
7) perusahaan perdagangan ekspor/impor;
8) advokat, akuntan atau konsultan keuangan; atau
9) kegiatan usaha multi level marketing.
f. Struktur kepemilikan bagi nasabah perusahaan.
Contoh struktur kepemilikan bagi nasabah perusahaan yang
perlu dilakukan alisi antara lain sebagai berikut :
1) struktur kepemilikan perusahaan yang kompleks sehingga
akses untuk mendapatkan informasi terbatas;
2) terdapat Beneficial Owner yang mengendalikan
perusahaan;
g. Informasi lainnya
contoh informasi lainnya : nasabah BPR/BPRS menerima kiriman
dana yang berasal dari negara-negara yang belum menerapkan
rekomendasi FATF (FINANCIAL ACTION TASK FORCE on Money
Laundering) / KELOMPOK KERJA AKSI KEUANGAN UNTUK
PENCUCIAN KEUANGAN secara memadai.
NRA DAN SRA
❑ National Risk Assesment/NRA adalah penilaian risiko
secara nasional terhadap potensi dan kerawanan
kemungkinan terjadinya tindak pidana pencucian uang
atau pendanaan terorisme dalam satu wilayah negara
mencakup unsur ancaman, kerentanan serta dampak
yang ditimbulkan.
❑ Sectoral Risk Assesment/SRA adalah penilaian atas
risiko terhadap masing-masing sektor pelapor sebagai
bentuk mitigasi risiko sehingga pengaruh atas risiko
dapat diminimalisir bila risiko tersebut terjadi.
FAKTOR RISIKO TPPU MENURUT AREA GEOGRAFIS/WILAYAH (HASIL NRA 2019)
TINGGI SEDANG
RENDAH
TINGGI SEDANG
1.PEJABAT LEMBAGA 1.Pelajar/Mahasiswa
PEMERINTAH 2.Ibu Rumah
2.Pengurus Partai Politik Tangga
3.Korporasi 3.Pegawai Bank
4.Pengusaha/Wiraswasta 4.Pegawai Swasta
5.TNI/POLRI 5.Pegawai
(Termasuk Pensiunan) Pedagang
6.Pegawai BUMN/BUMD Valuta Asing
7.PNS (Termasuk
Pensiunan)
8.Profesional RENDAH
PENGURUS/PEGAWAI dari
YAYASAN/
LEMBAGA BERBADAN
HUKUM
FAKTOR RISIKO TPPU MENURUT JENIS BIDANG USAHA NASABAH (HASIL SRA 2019)
TINGGI SEDANG
Pelajar/Mahasiswa ;
Pimpinan
Ormas/Keagamaan;
Pengurus Parpol; IRT;
TNI/POLRI; Pengajar;
Pegawai Yay. Berbadan
hukum;
Profesional, Pegawai
BUMN/BUMD; Pejabat
Pemerintah; Pegawai Bank;
Pegawai Pedagang Valuta
Asing
LARANGAN !!!
PJK dilarang membuka hubungan usaha dengan
Calon Nasabah atau memelihara rekening Nasabah
apabila :
1. Calon Nasabah atau Nasabah menolak untuk mematuhi
peraturan yang terkait dengan penerapan program APU dan PPT
2. PJK tidak dapat meyakini kebenaran identitas dan kelengkapan
dokumen Calon Nasabah atau Nasabah
BPR.001.S4.T1
MENERAPKAN PRINSIP MENGENAL NASABAH
Contoh Penetapan Tingkat Risiko Nasabah
Lokasi usaha x
Profil nasabah x
Frekuensi transaksi x
Kegiatan usaha x
Struktur kepemilikan x
Produk/jasa/jaringan x
Informasi lain x
Hasil akhir x
BPR.001.S4.T1
PENATAUSAHAAN DOKUMEN
1. BPR wajib menatausahakan data atau dokumen dengan baik.
2. Jangka waktu penatausahaan dokumen adalah:
a. dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC dengan
jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun sejak:
1) berakhirnya hubungan usaha dengan Nasabah atau WIC; atau
2) ditemukannya ketidak sesuaian transaksi dengan tujuan
ekonomis dan/atau tujuan usaha.
b. dokumen Nasabah atau WIC yang terkait dengan transaksi
keuangan dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai Dokumen Perusahaan.
3. Dokumen dapat ditatausahakan dalam bentuk asli, salinan,
electronic form, microfilm, atau dokumen yang berdasarkan Undang-
Undang yang berlaku dapat digunakan sebagai alat bukti.
BPR.001.S4.T1
MENERAPKAN PRINSIP MENGENAL NASABAH
PENATAUSAHAAN DOKUMEN
BPR.001.S4.T1
3
BPR.001.S2.T1
UNIT KERJA KHUSUS (UKK)
1. BPR wajib membentuk UKK dan/atau menunjuk pejabat sebagai
yang bertanggung jawab atas penerapan program APU-PPT, pada
kantor pusat dan kantor cabang.
2. UKK atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab kepada Direktur yang
membawahi fungsi kepatuhan.
3. BPR memastikan bahwa UKK dan/atau pejabat yang
bertanggungjawab atas penerapan program APU-PPT, memiliki
kemampuan yang memadai dan memiliki kewenangan untuk
mengakses seluruh data Nasabah dan informasi lainnya yang terkait.
4. Dalam hal BPR menugaskan pejabat sebagai penanggung jawab
penerapan program APU dan PPT, pejabat tersebut harus ditetapkan oleh
Direksi dan hanya dapat merangkap untuk melaksanakan fungsi
manajemen risiko dan/atau fungsi kepatuhan.
BPR.001.S2.T1
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB UKK/PE
1. Menganalisis secara berkala penilaian risiko tindak pidana
Pencucian Uang dan/atau tindak pidana Pendanaan Terorisme
terkait dengan Nasabahnya, negara atau area geografis, produk,
jasa, transaksi atau jaringan distribusi (delivery channels);
2. Menyusun, melakukan pengkinian, dan mengusulkan
kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT yang
telah disusun untuk mengelola dan memitigasi risiko berdasarkan
penilaian risiko sebagaimana dimaksud pada point 1, untuk
dimintakan pertimbangan dan persetujuan Direksi;
3. Memastikan adanya sistem yang dapat mengidentifikasi,
menganalisa, memantau dan menyediakan laporan
secara efektif mengenai karakteristik transaksi yang
dilakukan oleh Nasabah;
BPR.001.S2.T1
Lanjutan
4. Memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang
disusun sebagaimana dimaksud dalam point 2 telah sesuai
dengan perubahan dan perkembangan yang meliputi antara
lain produk, jasa, dan teknologi di sektor jasa keuangan,
kegiatan dan kompleksitas usaha BPR, volume transaksi BPR, dan
modus Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme;
5. Memastikan bahwa formulir yang berkaitan dengan
Nasabah telah mengakomodasi data yang diperlukan
dalam penerapan program APU dan PPT;
6. Memantau rekening Nasabah dan pelaksanaan transaksi
Nasabah;
7. Melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan dan
analisis transaksi Nasabah untuk memastikan ada atau tidak
adanya Transaksi Keuangan Mencurigakan, Transaksi Keuangan
Tunai dan/atau transaksi keuangan transfer dana;
BPR.001.S2.T1
Lanjutan
8. Menatausahakan hasil pemantauan dan evaluasi;
9. Memastikan pengkinian data dan profil Nasabah serta data
dan profil transaksi Nasabah;
10. Memastikan bahwa kegiatan usaha yang berisiko tinggi
terhadap tindak pidana Pencucian Uang dan/atau tindak pidana
Pendanaan Terorisme diidentifikasi secara efektif sesuai dengan
kebijakan dan prosedur BPR serta ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan OJK ini;
11. Memastikan adanya mekanisme komunikasi yang baik dari
setiap satuan kerja terkait kepada unit kerja khusus atau pejabat
yang bertanggung jawab terhadap penerapan program APU dan
PPT dengan menjaga kerahasiaan informasi dan memperhatikan
ketentuan anti tipping-off;
12. Melakukan pengawasan terkait penerapan program APU dan PPT
terhadap satuan kerja terkait;
BPR.001.S2.T1
Lanjutan
BPR.001.S2.T1
ANALISIS TRANSAKSI SESUAI TINGKAT RISIKO
1. Mengidentifikasi transaksi nasabah yang tidak wajar (red flag), misalnya nominal transaksi
tidak sesuai profil nasabah dan/atau frekuensi transaksi tidak sesuai kebiasaannya.
2. Menganalisi secara berkala terhadap seluruh transaksi sesuai tingkat risiko masing-
masing nasabah
BPR.001.S2.T1
SUMBER DAYA MANUSIA
DALAM PENERAPAN APU-PPT
1. BPR wajib melakukan prosedur penyaringan ( screening )
dalam rangka penerimaan pegawai baru, untuk mencegah
digunakannya BPR sebagai media atau tujuan pencucian uang
atau pendanaan terorisme yang melibatkan pihak intern BPR.
2. Pemanfaatan jasa perbankan sebagai media pencucian uang dan
pendanaan terorisme dimungkinkan juga melibatkan pegawai
BPR. Untuk mencegah ataupun mendeteksi terjadinya dugaan
tindak pidana pencucian uang yang dilakukan melalui lembaga
perbankan perlu diterapkan Know Your Employee (KYE) yang
diantaranya adalah melalui prosedur screening.
3. Metode penyaringan dalam rangka penerimaan karyawan baru (
pre employee screening ) disesuaikan dengan kebutuhan,
kompleksitas kegiatan BPR, dan profil risiko BPR.
4. Metode screening paling kurang memastikan profil calon
pegawai tidak memiliki catatan kejahatan.
5. Melakukan pemantauan terhadap profil karyawan
BPR.001.S2.T1
PELATIHAN APU-PPT
BPR.001.S2.T1
Pelatihan dapat dilakukan dengan cara:
BPR.001.S2.T1
MENYIAPKAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENERAPAN APU-PPT
4. BPR harus melakukan upaya tindak lanjut dan hasil evaluasi pelatihan
BPR.001.S2.T1
4
PERANGKAT KERJA
PENERAPAN APU-PPT
BPR.001.S3.T1
PERANGKAT KERJA
No Tahap Perangkat Kerja
1 Tahap Indentifikasi 1. Formulir penerimaan/identifikasi nasabah, formulir pembukaan
rekening, formulir
perubahan/pengkinian data.
2. Stempel dokumen sesuai asli
2 Tahap Verifikasi 1. Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT)
2. Daftar Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Masal
3. Daftar Hitam Nasional (DHN) apabila ada
4. Daftar Informasi orang yang telah menjadi terduga, tersangka, atau
yang telah dijatuhi hukuman yang informasinya diperoleh dari
media masa,
5. Form penetapan tingkat risiko
6. Stempel verifikasi untuk dokumen yang sudah diverifikasi.
3 Tahap Pemantauan 1. Sistem komputer yang complaince terhadap pelaksanaan
CDD/EDD
2. Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT)
3. Daftar Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Masal
4. Daftar Hitam Nasional (DHN) apabila ada
5. Daftar Informasi orang yang telah menjadi terduga, tersangka, atau
yang telah dijatuhi hukuman yang informasinya diperoleh dari
media masa
6. Dokumen bukti transaksi
5
KEWAJIBAN PELAPORAN
KEPADA PARA PIHAK
(OJK dan PPATK)
BPR.001.S5.T1
KEWAJIBAN PELAPORAN BPR
BPR Wajib menyampaikan laporan kepada OJK: BPR wajib menyampaikan laporan kepada
1. Kebijakan dan prosedur penerapan program PPATK:
APU PPT, termasuk penyesuaiannya, jika ada. 1. Transaksi Keuangan Mencurigakan.
2. Laporan rencana kegiatan pengkinian data 2. Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah
disampaikan setiap tahun paling lambat akhir paling sedikit Rp 500.000.000,00 atau dengan
bulan Desember mata uang asing yang nilainya setara, yang
3. Laporan realisasi pengkinian data disampaikan dilakukan baik dalam satu kali transaksi
setiap tahun paling lambat 1 bulan setelah maupun beberapa kali transaksi dalam 1 hari
periode pelaporan berakhir. kerja.
4. Laporan lain yang diminta oleh OJK 3. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke
luar negeri
Tembusan Laporan Blokir serta merta/Laporan
Nihil atas DTTOT dari pihak Kepolisian dan 4. Laporan lain yang diminta oleh PPATK
Profilerasi Senjata Pemusnah Massal 1. Laporan Initial Data Triwulan melalui
(PPATK) melaui SIGAP Sipesat
2. Laporan Blokir serta merta atas
Profilerasi Senjata Pemusnah Massal
secara hardcopy dan email
3. Laporan Nihil atas Profilerasi Senjata
Pemusnah Massal melalui email
TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN (TKM)
Menurut dan Pasal 1 ayat 5 a,b,c,d UU No.8 Tahun 2010 Transaksi Keuangan
Mencurigakan adalah:
a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola
transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan.
b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan
untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh
Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang PPTPPU.
c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta
Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.
d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor
karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.
TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (TKT)
BPR.001.S5.T1
LAPORAN KEUANGAN LAINNYA
1) Pemerintah pusat;
2) Pemerintah daerah;
3) Kementerian;
4) lembaga pemerintah non kementerian;
5) badan-badan pemerintah lainnya; dan/atau
6) lembaga lain yang sumber pembiayaan berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja negara, dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
b. Pemerintah sebagaiman dimaksud pada point 1 tidak meliputi
badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah.
c. TKT yang dilakukan oleh PJK dengan pemerintah, dikecualikan
pelaporan TKT dengan persyaratan sebagai berikut :
i. pembukaan rekening pemerintah dilakukan sesuai dengan
syarat dan tata cara pembukaan rekening pemerintah; dan
BPR.001.S5.T1
TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN
PELAPORAN
BPR.001.S5.T1
TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI YANG DIKECUALIKAN DARI
KEWAJIBAN PELAPORAN
BPR.001.S5.T1
JANGKA WAKTU DAN SANKSI LAPORAN KEPADA PPATK
BPR.001.S5.T1
JANGKA WAKTU DAN SANKSI LAPORAN KEPADA PPATK
BPR.001.S5.T1
JANGKA WAKTU DAN SANKSI LAPORAN KEPADA PPATK
BPR.001.S5.T1