Anda di halaman 1dari 101

OPTIMALISASI PENERAPAN PROGRAM ANTI

PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN


TERORISME SEBAGAI BAGIAN DARI
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPR
(POJK N0.23/POJK.01/2019)

MANDIRI CONSULTING
LEGAL BASIS
PENERAPAN APU DAN PPT
PBI No.12/20/PBI/2010
(APU-PPT BPR)
PBI No.14/27/PBI/2012
(APU-PPT BANK UMUM)
POJK No.22/POJK.04/2014
(KYC PJK) POJK No.39/POJK.05/2015
(APU-PPT NON BANK)

UU PP TPPU NO.8 TAHUN 2010 POJK No. 12/POJK.01/2017 PERATURAN PRESIDEN


UU PP TPPT NO.9 TAHUN 2013 PERATURAN KEPALA PPATK
Yang diubah dengan
POJK N0.23/POJK.01/2019
BACKGROUND PENERAPAN APU-PPT

Semakin meningkatnya Perlunya peningkatan kualitas


Semakin berkembangnya Penggunaan TI pada penerapan Program APU-PPT Perlunya harmonisasi dan
kompleksitas produk dan industri jasa keuangan yang didasarkan pada integrasi pengaturan
pendekatan berbasis risiko
layanan jasa keuangan maka semakin tinggi risiko (risk based approach) sesuai mengenai penerapan
termasuk pemasarannya PJK digunakan sebagai dengan prinsip-prinsip umum Program APU-PPT di
(multi channel marketing) sarana TPPU dan/atau yang berlaku secara sektor jasa keuangan
TPPT internasional
BACKGROUND PENERAPAN APU-PPT

Pencegahan pendanaan proliferasi senjata pemusnah


massal, Indonesia mempunyai komitmen untuk mendukung Pengaturan mengenai penilaian risiko yang mengacu pada
pencantuman identitas orang atau korporasi dalam daftar national risk assessment dan sectoral risk assessment,
pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal, dan kegiatan verifikasi dan penatausahaan dokumen, serta
pemblokiran secara serta merta atas dana milik orang atau dukungan percepatan penyampaian informasi kepada
korporasi yang tercantum dalam daftar pendanaan proliferasi penegak hukum
senjata pemusnah massal
DEFINISI PENCUCIAN UANG
MONEY LAUNDERING adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan,
membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau
perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana
dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-
olah menjadi harta kekayaan yang sah
MONEY LAUNDERING

Pencucian Uang adalah


SUMBER DANA ILEGAL
segala perbuatan yang memenuhi
unsur-unsur tindak pidana sesuai
dengan ketentuan dalam UU No.8
NOMINAL TRANSAKSI
Tahun 2010 PADA UMUMNYA TINGGI
DEFINISI PENCUCIAN UANG MENURUT
UU NO.8 TAHUN 2010
PASAL 1
Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai
dengan ketentuan dalam UndangUndang ini

PASAL 3
Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan
mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan
pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).
DEFINISI PENCUCIAN UANG MENURUT
UU NO.8 TAHUN 2010
PASAL 4
Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul, sumber, lokasi, peruntukan,
pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dipidana karena tindak pidana Pencucian
Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

PASAL 5
Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
PP TPPU TERKAIT KEWAJIBAN NASABAH
PASAL 19 AYAT 1
Setiap Orang yang melakukan Transaksi dengan Pihak Pelapor wajib memberikan
identitas dan informasi yang benar yang dibutuhkan oleh Pihak Pelapor dan sekurang-
kurangnya memuat identitas diri, sumber dana, dan tujuan Transaksi dengan mengisi
formulir yang disediakan oleh Pihak Pelapor dan melampirkan Dokumen pendukungnya

PASAL 19 AYAT 2
Dalam hal Transaksi dilakukan untuk kepentingan pihak lain, Setiap Orang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan informasi mengenai identitas diri,sumber
dana,dan tujuanTransaksi pihak lain tersebut
METODE TPPU
BUY AND SELL • Pencucian uang melalui Jual beli barang dan jasa
CONVERSION

OFF SHORE • Pengalihan dana illegal ke wilayah tax heaven money


laundering centers yang biasanya digunakan untuk
CONVERSIONS investasi

• Menggunakan bisnis atau kegiatan usaha yang sah sebagai


LEGITIMATE BUSINESS sarana untuk memindahkan dan memanfaatkan hasil kejahatan
dengan cara mengkonversikan melalui transfer, cek, atau

CONVERSIONS instrumen pembayaran lainnya yang kemudian di simpan di


rekening bank atau ditarik atau ditransfer kembali ke rekening
bank lainnya
MODUS TPPU
• SMURFING : Menghindari pelaporan dengan memecah transaksi dari banyak pelaku
• STRUCTURING : Menghindari pelaporan dengan memecah transaksi menjadi transaksi kecil-kecil
• CUCKOO SMURFING : Pengaburan asal usul dana kejahatan dengan menggunakan rekening pihak
ketiga
• U TURN : Memutarbalikkan transaksi ke rekening asal
• MINGLING : Mencampurkan dana hasil tindak pidana dengan dana legal/halal
• BARTER : Pertukaran barang untuk menghindari penggunaan dana tunai.
• Pembelian barang-barang mewah
• Penggunaan identitas palsu
TAHAPAN PENCUCIAN UANG

PLACEMENT
SERVICE
EXCELLENCE LAYERING

INTEGRATION
TAHAPAN PENCUCIAN UANG
Penempatan (Placement) yaitu upaya menempatkan uang tunai yang
berasal dari tindak pidana ke dalam sistem keuangan, atau upaya menempatkan uang
giral (seperti cheque, wesel bank, sertifikat deposito) kembali ke dalam sistem
keuangan, terutama sistem perbankan.
TAHAPAN PENCUCIAN UANG
Transfer (Layering) yaitu upaya untuk mentransfer harta kekayaan yang berasal dari
tindak pidana (dirty money) yang telah berhasil ditempatkan kepada PJK (terutama bank) sebagai
hasil upaya penempatan (placement) ke PJK yang lain. Sebagai contoh, dengan melakukan
beberapa kali transaksi atau transfer dana
TAHAPAN PENCUCIAN UANG
Penggunaan Harta Kekayaan (Integration) yaitu upaya menggunakan harta
kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk ke dalam sistem keuangan
melalui penempatan atau transfer sehingga seolah menjadi harta kekayaan halal (clean money),
untuk kegiatan bisnis yang halal atau untuk membiayai kembali kegiatan kejahatan. Sebagai
contoh dengan pembelian aset dan membuka/melakukan kegiatan usaha
DEFINISI PENDANAAN TERORISME
PENDANAAN TERORISME adalah Segala perbuatan dalam rangka menyediakan,
mengumpulkan, memberikan, atau meminjamkan dana, baik langsung maupun tidak langsung dengan
maksud untuk digunakan dan/atau yang diketahui akan digunakan untuk melakukan kegiatan terorisme,
organisasi teroris dan teroris (UU No.9/2013)

PENDANAAN TERORISME

TINDAK PIDANA TERORISME


SUMBER DANA DAPAT
adalah segala perbuatan yang memenuhi BERASAL DARI DANA LEGAL
unsur tindak pidana sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang yang
mengatur pemberantasan tindak pidana NOMINAL TRANSAKSI
RELATIF KECIL
terorisme
DEFINISI PENDANAAN TERORISME
MENURUT UU NO.9 TAHUN 2013
PASAL 4
Setiap Orang yang dengan sengaja menyediakan, mengumpulkan, memberikan, atau meminjamkan Dana, baik langsung
maupun tidak langsung, dengan maksud digunakan seluruhnya atau sebagian untuk melakukan Tindak Pidana Terorisme,
organisasi teroris, atau teroris dipidana karena melakukan tindak pidana pendanaan terorisme dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

PASAL 5
Setiap Orang yang melakukan permufakatan jahat, percobaan, atau pembantuan untuk melakukan tindak pidana pendanaan
terorisme dipidana karena melakukan tindak pidana pendanaan terorisme dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4.

PASAL 6
Setiap Orang yang dengan sengaja merencanakan, mengorganisasikan, atau menggerakkan orang lain untuk melakukan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dipidana karena melakukan tindak pidana pendanaan terorisme dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun
TINDAK LANJUT OLEH
PENYEDIA JASA KEUANGAN
MENERAPKAN CDD

MELAKUKAN
PEMANTAUAN
TERHADAP DTTOT &
DPPSPM

MELAPORKAN
SEBAGAI LTKM

MELAKUKAN
FREEZE WITHOUT
DELAY SESUAI
HUKUM INDONESIA
PENDANAAN TERORISME
DAFTAR
TERDUGA
TERORIS DAN
ORGANISASI
TERORIS
PJK WAJIB
MELAKUKAN
FREEZING
WITHOUT
DAFTAR
PENDANAAN
DELAY
PROLIFERASI
SENJATA
PEMUSNAH
MASAL
PROLIFERASI
1. Proliferasi Senjata Pemusnah Massal adalah penyebaran senjata nuklir, biologi, dan kimia
2. Pemblokiran adalah tindakan mencegah pentransferan, pengubahan bentuk, penukaran, penempatan,
pembagian, perpindahan, atau pergerakan dana untuk jangka waktu tertentu
PJK SEBAGAI MEDIA PENDANAAN
TERORISME (NRA 2015)
MODUS PENDANAAN TERORISME BERISIKO SUMBANGAN KE YAYASAN, BERDAGANG
TINGGI /KEGIATAN USAHA, AKTIVITAS KRIMINAL
PROFIL BERISIKO TINGGI PELAJAR/ MAHASISWA, YAYASAN/ ORGANISASI
NIRLABA
WILAYAH BERISIKO TINGGI DKI JAKARTA, JAWA BARAT, JAWA TENGAH, BANTEN,
SUMUT, NANGGROE ACEH DARUSSALAM, SELAWESI
SELATAN, NTB
PEMINDAHAN DANA BERISIKO TINGGI SISTEM PEMBAYARAN ELEKTRONIK, SISTEM
PEMBAYARAN ONLINE, NEW PAYMENT METHOD
INSTRUMEN TRANSAKSI BERISIKO TINGGI TARIK/SETOR TUNAI
KEWAJIBAN PJK TERKAIT
PENDANAAN TERORISME
• PJK wajib memelihara DTTOT & Daftar Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah
Massal
• PJK wajib melakukan identifikasi dan memastikan secara berkala nama Nasabah
yang memiliki kesamaan nama dan informasi lain dengan DTTOT & DPPSPM
• Dalam hal terdapat kemiripan nama, PJK wajib memastikan kesesuaian identitas
Nasabah tersebut dengan informasi lain yang terkait.
• Dalam hal terdapat kesamaan nama Nasabah dan kesamaan informasi lainnya
dengan nama yang tercantum dalam DTTOT & DPPSPM, PJK wajib segera
melakukan pemblokiran secara serta merta dan melaporkannya sebagai laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan
REZIM INTERNASIONAL APU-PPT
CFATF, ESAAMLG, GABAC,
GAFILAT, GIABA

EAG
MONEYVAL

APG

Dalam rezim Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan


Terorisme (APU PPT) internasional terdapat sebuah badan yang
bersifat inter-governmental yaitu Financial Action Task Force (FATF)
FATF
REKOMENDASI FATF
(FINANCIAL ACTION TASK FORCE)

FATF adalah badan internasional yang bertujuan untuk menetapkan


standar internasional dalam pencegahan dan pemberantasan pencucian
uang, pendanaan terorisme, dan hal lain yang mengancam integritas sistem
keuangan internasional
FATF menerbitkan 40 Rekomendasi Pencegahan dan Pemberantasan
Pencucian Uang serta 9 Rekomendasi Khusus untuk memberantas
Pendanaan Terorisme
EVALUASI PENERAPAN STANDAR
INTERNASIONAL APU-PPT
PENILAIAN
PENILAIAN
KEPATUHAN
EFEKTIVITAS
TEKNIS

KEPATUHAN TERHADAP KERANGKA KERJA


40 REKOMENDASI AML PENCEGAHAN &
& 9 PENDANAAN PEMBERANTASAN
TERORISME YANG EFEKTIF

PENCEGAHAN &
PEMBERANTASAN PENILAIAN TERHADAP
TPPU, TPPT & KONTEKS RISIKO YANG
PROLIFERASI SENJATA DITIMBULKAN
PEMUSNAH MASSAL
KNOW YOUR COUNTRY
(Global Anti-Money Laundering Research Tool)
REZIM APU-PPT DI INDONESIA
PRESIDEN

KOMITE
DPR MASYARAKAT PPATK KOORDINASI
NASIONAL

LEMBAGA
PENEGAKAN
PIHAK PELAPOR
HUKUM &
PERADILAN

LEMBAGA
PENGATUR &
PENGAWAS
REZIM APU-PPT DI INDONESIA
(KOMITMEN)
KOMITE
KOORDINASI • MERUMUSKAN ARAH,
KEBIJAKAN & STRATEGI
NASIONAL PP PP TPPU & TPPT
TPPU & TPPT

STRATEGI • MERUJUK
NASIONAL PP PADA NRA
TPPU/TPPT 2017-2019

KOMITE KOORDINASI NASIONAL 7 STRATEGI • OPTIMALISASI PP TPPU


& TPPT, MITIGASI
TERDIRI DARI 16 INSTITUSI YANG DALAM RISIKO EFEKTIF, ASSET
TERBAGI DALAM LEMBAGA PENGAWAS STRANAS RECOVERY, DLL

& PENGATUR (LPP) DAN APARAT


PENEGAK HUKUM
PENILAIAN RISIKO
Penilaian risiko penerapan APU-PPT wajib mengacu pada
penilaian risiko Indonesia terhadap tindak pidana Pencucian
Uang dan tindak pidana Pendanaan Terorisme secara
nasional (National Risk Assessment) dan secara sektoral
(Sectoral Risk Assessment).
JENIS PIHAK PELAPOR KATEGORI RISIKO JENIS TINDAK PIDANA ASAL KATEGORI RISIKO

NATIONAL RISK ASSESMENT 2017-2019


PERBANKAN
PASAR MODAL
TINGGI
TINGGI
NARKOTIKA
KORUPSI
TINGGI
TINGGI
PERUSAHAAN/AGEN PROPERTI TINGGI PERPAJAKAN TINGGI
PEDAGANG KENDARAAN BERMOTOR TINGGI TP PERBANKAN TINGGI
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENENGAH TP PASAR MODAL TINGGI
PEDAGANG VALAS MENENGAH TP LINGKUNGAN HIDUP MENENGAH
PEDAGANG LOGAM MULIA MENENGAH TP KELAUTAN MENENGAH
KUPU (KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG) MENENGAH PSIKOTROPIKA MENENGAH
PEDAGANG BARANG SENI/ANTIK MENENGAH TERORISME MENENGAH
BALAI LELANG MENENGAH TP PABEAN MENENGAH
ASURANSI MENENGAH TP CUKAI MENENGAH
DANA PENSIUN RENDAH PENYUAPAN MENENGAH
TP ASURANSU MENENGAH
DATA NRA ON ML PERJUDIAN MENENGAH
2017-2019 PERDAGANGAN SENJATA RENDAH
NRA WILAYAH BERISIKO TPPU BERDASARKAN
SRA SEKTOR JASA KEUANGAN 2017
FAKTOR RISIKO TPPU MENURUT JENIS PROFIL
NASABAH PADA SEKTOR PERBANKAN
FAKTOR RISIKO TPPU MENURUT JENIS
PRODUK/LAYANAN PADA SEKTOR PERBANKAN
FAKTOR RISIKO TPPU MENURUT JENIS
PRODUK/LAYANAN PADA SEKTOR PERBANKAN
FAKTOR RISIKO TPPU MENURUT SALURAN
DISTRIBUSI (DELIVERY CHANNEL)
PADA SEKTOR PERBANKAN
STRUKTUR ORGANISASI TATA KELOLA BPR

TATA KELOLA

FUNGSI FUNGSI FUNGSI


MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN AUDIT INTERNAL

APU PPT
POJK NO.12/POJK.01/2017
SEOJK NO.32/SEOJK.03/2017
1. Risiko Kredit
2. Risiko Operasional
3. RISIKO KEPATUHAN
4. Risiko Likuiditas PEDOMAN KEBIJAKAN &
5. Risiko Reputasi 4 PILAR : PROSEDUR KEPATUHAN :
6. Risiko Stratejik 1. Pengawasan Aktif Dekom & 1. Manajemen Organisasi
Direksi Kepatuhan
2. Kebijakan, Prosedur & Limit 2. Standart Prosedur
FUNGSI MANAJEMEN 3. Kecukupan Proses dan Kepatuhan
RISIKO Sistem FUNGSI KEPATUHAN 3. Prosedur Pengambil
4. Sistem Pengendalian Intern Keputusan
4. Kode Etik Kepatuhan
Kecukupan Proses : 5. Alur Koordinasi &
1. Identifikasi Risiko Prosedur Pemantauan
2. Pengukuran Risiko
3. Pemantauan Risiko
TATA KELOLA BPR 6. Ketentuan Intern

4. Pengendalian Risiko
PEDOMAN KEBIJAKAN &
PROSEDUR AUDIT INTERN:
5 PILAR :
APU PPT 1. Pengawasan Aktif Dekom & FUNGSI AUDIT INTERN 1.
2.
Organisasi Audit Intern
Pedoman Standar
Direksi
Pelaksanaan Audit
Kecukupan Proses 2. Kebijakan & Prosedur
Intern
Penerapan APU PPT : 3. Pengendalian Intern
3. Laporan Pelaksanaan
1. Identifikasi 4. Sistem Informasi Manajemen
Audit Intern
2. Verifikasi 5. SDM & Pelatihan
3. Pemantauan
5 PILAR PROGRAM APU PPT SEBAGAI BAGIAN
DARI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
DESKRIPSI 5 PILAR

PENGAWASAN
KEBIJAKAN & PENGENDALIAN
AKTIF DIREKSI & SIM SDM & PELATIHAN
PROSEDUR INTERN
DEKOM
• PENYUSUNAN SOP • IDENTIFIKASI • MITIGASI DAN • DATABASE HRC • KOMPETENSI SDM
• PENETAPAN • VERIFIKASI PENGENDALIAN • IDENTIFIKASI TKM YG MEMADAI
PENANGGUNG • PENUTUPAN/PENO RISIKO OLEH PE • KONSISTENSI
JAWAB APU-PPT LAKAN AUDIT/SKAI PELATIHAN
HUBUNGAN
USAHA
• PEMANTAUAN
• PENGKINIAN
• PENATAUSAHAAN
PENANGGUNG JAWAB
PENERAPAN PROGRAM APU-PPT
PJK wajib membentuk UKK dan/atau menunjuk Pejabat sebagai Penanggung Jawab
Penerapan Program APU dan PPT, pada Kantor Pusat dan Kantor Cabang

1. Merupakan bagian dari struktur organisasi PJK


2. Bertanggung jawab kepada Direksi
3. Bertanggung jawab kepada Direksi yang Membawahkan Kepatuhan
KETENTUAN UKK DAN PENUGASAN
PEJABAT
Ketentuan Terkait UKK Sebagai Penanggung Jawab Ketentuan Pejabat Penanggung
Penerapan Program APU PPT: Jawab Penerapan Program APU dan
1. Terdiri Dari Minimal 1 (Satu) Orang Pimpinan Dan 1 (Satu) PPT:
Orang Pelaksana • Ditetapkan atau diangkat oleh
2. Tidak Merangkap Fungsi Lain Direksi
3. Pimpinan Ditetapkan/Diangkat Oleh Direksi • Hanya dapat merangkap fungsi
4. Berada Di Bawah Koordinasi Direksi Secara Langsung manajemen risiko dan/atau fungsi
5. Bersifat Independen Dari Fungsi Lain kepatuhan
MATRIKS TUGAS & TANGGUNG JAWAB
JABATAN UNIT KERJA KHUSUS (UKK) APU PPT
DEWAN KOMISARIS CONTROL
DIREKSI MEMBAWAHKAN KEPATUHAN CONTROL + DECISION + RESPONSIBLE
PE KEPATUHAN/MANAJEMEN RISIKO CONTROL + RESPONSIBLE
PE OPERASIONAL CONTROL + RESPONSIBLE + ACCOUNTABLE
STAF APU PPT RESPONSIBLE + ACCOUNTABLE
WEWENANG PENANGGUNG JAWAB APU PPT
(Salah satu yang harus diperhatikan)

Melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan, Transaksi


Keuangan Tunai, dan/atau transaksi keuangan transfer
dana dari dan ke luar negeri yang dilakukan oleh Direksi,
Dewan Komisaris, dan/atau pihak terafiliasi dengan Direksi
atau Dewan Komisaris, secara langsung kepada PPATK
TAHAPAN PENERAPAN APU PPT
POINT OF CONCERN
PENERAPAN APU-PPT

Customer Due Diligence


Enhanced Due Diligence
Beneficial Owner
CUSTOMER DUE DILIGENCE
CDD PROGRAM APU PPT

PROSPECTIVE CUSTOMER

OPTIMALISASI CDD, KYE, INTERNAL CONTROL DAN PELAPORAN LTKM


CUSTOMER DUE DILIGENCE

IDENTIFIKASI VERIFIKASI PEMANTAUAN

UNTUK MEMASTIKAN BAHWA TRANSAKSI SESUAI PROFIL


CALON NASABAH, WIC DAN NASABAH
NOTE :
PENGHAPUSAN Ayat 5 Pasal 27 tentang Kewajiban melakukan CDD terhadap Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner) tidak berlaku bagi calon Nasabah, Nasabah atau WIC yang memiliki tingkat risiko rendah
CUSTOMER DUE DILIGENCE
DILAKUKAN PADA SAAT
• Melakukan hubungan usaha dengan nasabah
• Terdapat transaksi IDR /setara paling sedikit atau setara dengan Rp.100 juta
• Terdapat transaksi transfer dana
• Terdapat indikasi Transaksi Keuangan Yang Mencurigakan (TKM) – Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme serta Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Masal
• Terdapat Keraguan informasi yang diberikan oleh calon nasabah, nasabah, penerima kuasa dan/atau
Pemeilik Manfaat (BO)
PROSES CDD : VERIFIKASI
DATA TERKINI

PROSES
VERIFIKASI PENILAIAN
TUNTAS RISIKO
SEBELUM (DHN/DTTOT/
HUBUNGAN DPPSPM)
USAHA

MEMAKAI
LEBIH DARI 1 WAWANCARA
(SATU) (FACE TO
DOKUMEN FACE)
IDENTITAS
PENGECUALIAN
FACE TO FACE VERIFICATION
1. Verifikasi dilakukan melalui proses dan sarana elektronik milik
PJK dan/atau milik pihak ketiga; dan
2. Verifikasi wajib memanfaatkan data kependudukan yang
memenuhi 2 (dua) faktor otentikasi
Note :
Pihak ketiga sebagaimana dimaksud diatas wajib mendapat
persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan
2 (DUA) FAKTOR OTENTIKASI

1. what you have, yaitu dokumen identitas yang dimiliki oleh


Calon Nasabah yaitu Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP);
dan
2. what you are, yaitu data biometrik antara lain dalam bentuk
sidik jari milik Calon Nasabah
INFORMASI MINIMUM YANG DIBUTUHKAN DALAM
MELAKUKAN CDD
NASABAH PERSEORANGAN • Nama Lengkap termasuk Nama Alias (Jika Ada)
• Nomor Dokumen Identitas
• Alamat Tempat Tinggal sesuai Dokumen Identitas
• Alamat Lain (Jika Ada)
• Tempat dan Tanggal Lahir
• Kewarganegaraan
• Pekerjaan
• Alamat dan Nomor Telepon Tempat Kerja (Jika Ada)
• Jenis Kelamin
• Status Perkawinan
• Identitas BO (Jika Ada)
• Sumber Dana
• Penghasilan Rata-Rata Per Tahun
• Maksud dan Tujuan Hubungan Usaha atau Transaksi yang akan dilakukan
Calon Nasabah

WAJIB DIDUKUNG OLEH DOKUMEN IDENTITAS CALON NASABAH & SPESIMEN TANDA TANGAN
INFORMASI MINIMUM YANG
DIBUTUHKAN DALAM MELAKUKAN CDD
• Nama Perusahaan
NASABAH KORPORASI • Nomor Izin dari Instansi Berwenang
• Bidang Usaha atau Kegiatan
• Alamat Kedudukan
• Tempat dan Tanggal Pendirian
• Bentuk Badan Hukum atau Badan
Usaha
• Identitas BO (Jika Ada)
• Sumber Dana
• Maksud dan Tujuan Hubungan Usaha
atau Transaksi yang akan dilakukan
Calon Nasabah
INFORMASI MINIMUM YANG
DIBUTUHKAN DALAM MELAKUKAN CDD
• Nama Perikatan
NASABAH PERIKATAN LAINNYA • Nomor Izin dari Instansi Jika
Ada
• Alamat Kedudukan
• Bentuk Perikatan
• Identitas BO (Jika Ada)
• Sumber Dana
• Maksud dan Tujuan Hubungan
Usaha atau Transaksi yang akan
dilakukan Calon Nasabah
INFORMASI YANG WAJIB DITAMBAHKAN
DALAM MELAKUKAN CDD

NASABAH KORPORASI
• Spesimen tanda tangan dan kuasa
USAHA MIKRO & KECIL kepada pihak yang ditunjuk
mempunyai wewenang bertindak
untuk dan atas nama perusahaan dalam
melakukan hubungan usaha dengan
PJK
• Kartu NPWP bagi Nasabah yang
diwajibkan untuk memiliki NPWP
• Surat izin tempat usaha atau dokumen
lain yang dipersyaratkan oleh instansi
yang berwenang
INFORMASI YANG WAJIB DITAMBAHKAN
DALAM MELAKUKAN CDD

NASABAH KORPORASI • Laporan keuangan atau deskripsi


NON USAHA MIKRO & KECIL kegiatan usaha perusahaan
• Struktur manajemen perusahaan
• Struktur kepemilikan perusahaan
• Dokumen identitas anggota Direksi
atau pemegang kuasa dari anggota
Direksi yang berwenang mewakili
perusahaan untuk melakukan
hubungan usaha
INFORMASI YANG WAJIB DITAMBAHKAN
DALAM MELAKUKAN CDD

CALON NASABAH KORPORASI • Akta pendirian/anggaran dasar PJK


BERUPA PJK • Izin usaha dari instansi yang
berwenang
• Spesimen tanda tangan dan kuasa
kepada pihak yang ditunjuk
mempunyai wewenang bertindak
untuk dan atas nama PJK dalam
melakukan hubungan usaha dengan
PJK
INFORMASI YANG WAJIB DITAMBAHKAN
DALAM MELAKUKAN CDD
CALON NASABAH KORPORASI • Izin kegiatan yayasan
YAYASAN • Deskripsi kegiatan yayasan
• Struktur dan nama pengurus yayasan
• Dokumen identitas anggota pengurus
atau pemegang kuasa dari anggota
pengurus yang berwenang mewakili
yayasan untuk melakukan hubungan
usaha dengan PJK
INFORMASI YANG WAJIB DITAMBAHKAN
DALAM MELAKUKAN CDD
CALON NASABAH KORPORASI • Bukti izin dari instansi yang berwenang
SELAIN PERUSAHAAN • Nama Korporasi
MAUPUN YAYASAN • Akta pendirian dan/atau anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga (AD/ART)
• Dokumen identitas pihak yang
berwenang mewakili Korporasi dalam
melakukan hubungan usaha dengan PJK
INFORMASI YANG WAJIB DITAMBAHKAN
DALAM MELAKUKAN CDD
CALON NASABAH • Bukti pendaftaran pada instansi yang
PERIKATAN LAINNYA berwenang
• Nama perikatan
• Akta pendirian dan/atau anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga (AD/ART)
(jika ada)
• Dokumen identitas pihak yang
berwenang mewakili perikatan lainnya
(legal arrangement) dalam melakukan
hubungan usaha dengan PJK
INFORMASI MINIMUM YANG
DIBUTUHKAN DALAM
MELAKUKAN CDD

CALON NASABAH KORPORASI • PJK wajib meminta informasi mengenai


LEMBAGA NEGARA nama dan alamat kedudukan lembaga,
instansi atau perwakilan tersebut
• Surat penunjukan bagi pihak yang
berwenang mewakili lembaga, instansi
atau perwakilan dalam melakukan
hubungan usaha
• Spesimen tanda tangan pihak yang
berwenang mewakili lembaga, instansi
atau perwakilan dalam melakukan
hubungan usaha
CDD SEDERHANA
1. Tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran atau penerimaan gaji;
2. Calon Nasabah berupa emiten atau perusahaan publik yang tunduk pada ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang kewajiban untuk mengungkapkan kinerjanya;
3. Calon Nasabah perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah;
4. Calon Nasabah merupakan Lembaga Negara atau Instansi Pemerintah;
5. Tujuan pembukaan rekening terkait dengan program pemerintah dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan/atau pengentasan kemiskinan
CDD PIHAK KETIGA
1. PJK dapat menggunakan hasil CDD yang telah dilakukan oleh pihak ketiga terhadap Calon
Nasabahnya yang telah menjadi Nasabah pada pihak ketiga tersebut
2. PJK wajib memiliki kerja sama dengan pihak ketiga dalam bentuk kesepakatan tertulis
3. PJK wajib mengambil langkah yang memadai untuk memastikan bahwa pihak ketiga bersedia
memenuhi permintaan informasi dan salinan dokumen pendukung segera apabila dibutuhkan
oleh PJK dalam rangka penerapan program APU dan PPT
4. PJK wajib memastikan bahwa pihak ketiga merupakan lembaga keuangan dan penyedia
barang dan/atau jasa dan profesi tertentu yang memiliki prosedur CDD dan tunduk pada
pengawasan dari otoritas berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
5. PJK wajib memperhatikan informasi terkait risiko negara tempat pihak ketiga tersebut berasal
ENHANCED DUE DILIGENCE
(EDD)
TIPE PEP
PEP DOMESTIK
◦ orang yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi penting (prominent function)
oleh Negara
PEP ASING
◦ orang yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi penting (prominent function)
oleh Negara Asing
PEP ORGANISASI INTERNASIONAL
◦ orang yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi penting (prominent function)
oleh Organisasi Internasional
REKOMENDASI FATF NO.10
TERKAIT EDD
EDD Tingkatkan intensitas
Pemantauan terhadap
Hubungan Usaha sebagai
upaya untuk memastikan
apakah transaksi yang
dilakukan tergolong tidak
wajar atau mencurigakan
REKOMENDASI FATF NO.10
TERKAIT EDD
MENCARI INFORMASI TAMBAHAN & PENGKINIAN DATA YANG LEBIH SERING
PEKERJAAN, JML PENGHASILAN, SUMBER INFORMASI LAIN YG TERSEDIA DI DATA
DANA PUBLIK

MENCARI INFORMASI TAMBAHAN

TUJUAN MELAKUKAN TRANSAKSI TUJUAN PEMBUKAAN REKENING

MENCARI PERSETUJUAN PEJABAT SENIOR

TETAP MENERUSKAN HUBUNGAN USAHA MENGHENTIKAN HUBUNGAN USAHA


REKOMENDASI FATF NO.10
TERKAIT EDD
MENINGKATKAN PEMANTAUAN HUBUNGAN USAHA
PENINGKATAN FREKUENSI DAN PENELITIAN THD POLA-POLA
WAKTU PEMANTAUAN TRANSAKSI

MITIGASI RISIKO
TRANSAKSI PERTAMA MELALUI MEMILIKI PROSEDUR CDD
REK NSBH DI BANK LAIN YANG SAMA
Parameter u/
meneruskan /
memutuskan
hubungan
PELAKSANAAN EDD usaha

Memastikan Memastikan
terkininya tingkat
data yang EDD risiko
dimiliki nasabah

Memastikan
kewajaran
transaksi
BENEFIAL OWNER
DEFINISI BENEFIAL OWNER CONTOH
Berhak atas dan/atau menerima manfaat tertentu yang
berkaitan dengan rekening Nasabah
Pemilik sebenarnya dari dana dan/atau efek yang Rekening Ibu Rumah Tangga yang dimiliki oleh PN
ditempatkan pada PJK (ultimately own account)
Mengendalikan transaksi nasabah Pelajar
Memberikan kuasa untuk melakukan transaksi Nasabah lansia memberikan kuasa kepada anaknya
Mengendalikan korporasi atau perikatan lainnya (legal Perusahaan “Pesona” dikendalikan oleh B
arrangement)
Merupakan pengendali akhir dari transaksi yang dilakukan Pengendali lebih dari 1 layer, dan pengendali akhir sebagai
melalui badan hukum atau berdasarkan suatu perjanjian Ultimate Beneficial Owner
BENEFICIAL OWNER
1. Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah atau WIC bukan
merupakan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), PJK wajib
melakukan identifikasi dan verifikasi identitas Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner), berdasarkan informasi atau data
relevan yang diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya
2. Hubungan hukum antara Calon Nasabah, Nasabah atau WIC
dengan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) yang ditunjukkan
dengan surat penugasan, surat perjanjian, surat kuasa atau
bentuk lainnya
KETENTUAN BENEFICIAL OWNER
Prosedur CDD sama ketatnya BO yang tergolong PEP
dng Nasabah dilakukan prosedur EDD

BO perorangan adalah BO perorangan Dokumen identitas pemilik atau pengendali


dari calon Nasabah berupa akhir dapat berupa surat pernyataan atau
Lembaga/instansi Pemerintahan, contoh dokumen lainnya yang memuat informasi
rek. Kemenag terkait dengan mengenai identitas pemilik /pengendali
penyelenggaraan ibadah haji akhir

BO berupa perusahaan yang terdaftar


Termasuk anak perusahaan dari
dlm bursa efek dikecualikan dari
perusahaan go public dan perusahaan yg
kewajiban penyampaian dokumen ID
mewajibkan public expose
pengendali akhir
PENETAPAN BO KORPORASI
1. Pemilik saham 25% atau lebih
2. Pemilik saham kurang dari 25% namun dapat
dibuktikan yang bersangkutan dapat
mengendalikan perusahaan
3. Anggota direksi perusahaan yang bersangkutan
RISK BASED APPROACH
RISK BASED APPROACH
NOTE :
Tercantumnya Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC dalam daftar terduga teroris dan
organisasi teroris, dan daftar pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
tercantumnya Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), atau WIC dalam daftar terduga teroris dan
organisasi teroris, dan daftar pendanaan Proliferasi Senjata
Pemusnah Massal
CONTOH TABEL PEMISAHAN RISIKO
3 ASPEK UTAMA PENDEKATAN BERBASIS RISIKO
(RBA) TERKAIT PENERAPAN APU-PPT
3 ASPEK UTAMA PENDEKATAN BERBASIS RISIKO
(RBA) TERKAIT PENERAPAN APU-PPT
INHERENT RISK
5 FAKTOR PENILAIAN UTAMA
PENGENDALIAN INTERNAL
PENJELASAN 5 FAKTOR
PENJELASAN 5 FAKTOR
PENILAIAN KPMR PENERAPAN APU-PPT
PENILAIAN KPMR PENERAPAN APU-PPT
PENILAIAN KPMR PENERAPAN APU-PPT
OPTIMALISASI PENGAWASAN
PROFIL RISIKO

Setiap Enam Bulan untuk Bank dengan profil risiko Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme Tinggi
Setiap Tahun untuk Bank dengan profil risiko Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme Sedang
Setiap Dua Tahun untuk Bank dengan profil risiko Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme Rendah
TINGKAT RISIKO
PENATAUSAHAAN DOKUMEN
• Retensi minimal 5(lima) tahun sejak
DATA NASABAH/WIC berakhirnya hubungan usaha atau
transaksi dengan Nasabah atau WIC

DATA TRANSAKSI
NASABAH/WIC • Sesuai UU tentang Dokumen
Perusahaan
NOTE :
PJK wajib memberikan data, informasi, dan/atau dokumen yang ditatausahakan, sesegera mungkin dan paling lambat
3 (tiga) hari kerja sejak PJK menerima permintaan dari OJK dan/atau otoritas lain yang berwenang
SDM DAN PELATIHAN
Pre Employee • Pencegahan dini Karyawan terlibat
Screening dalam TPPU/TPPT

Pengenalan &
Pemantauan • Mencegah Karyawan terlibat
Profil dalam TPPU/TPPT
Karyawan

• Paham & Mengerti teknik,


Pelatihan metode, dan tipologi
TTPU/TPPT
PELAPORAN
1. Penyesuaian kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT paling
lambat 6 (enam) bulan sejak diberlakukannya Peraturan OJK tersebut.
2. Laporan rencana kegiatan pengkinian data disampaikan setiap tahun paling lambat
akhir bulan Desember
3. Laporan realisasi pengkinian data disampaikan disampaikan setiap tahun paling
lambat 1 (satu) bulan setelah periode pelaporan berakhir.

NOTE :
Kewajiban PJK untuk menyampaikan laporan kepada OJK menjadi bagian dari laporan
pelaksanaan tugas Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan
MATURNUWUN

Anda mungkin juga menyukai