Anda di halaman 1dari 78

LAPORANTAHUNAN

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

LAPORANTAHUNAN
PusatPelaporandanAnalisis TransaksiKeuangan

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................
LAPORAN PPATK ................................................................................

1
2

A. Executive Summary .....................................................................

B. Dasar dan Arah Kebijakan Kegiatan ............................................

C. Pelaksanaan Program Kerja ........................................................

1. Kegiatan Riset dan Analisis ....................................................


a. Riset...................................................................................
b. Analisis ..............................................................................
2. Pengawasan Kepatuhan ..........................................................
3. Kerjasama Dalam Negeri dan Luar Negeri ..............................
a. Komite TPPU & PT.............................................................
b. Kerjasama dan Hubungan Dalam Negeri..........................
c. Pertukaran Informasi dengan FIU .....................................
d. Pertukaran Informasi dengan Instansi Domestik dan
Program Asistensi ............................................................
e. Kerjasama dan Hubungan Luar Negeri .............................
4. Hukum dan Regulasi ...............................................................
5. Sistem Teknologi Informasi .....................................................
6. Administrasi ............................................................................
a. Sumber Daya Manusia .....................................................
b. Keuangan ..........................................................................
c. Umum ..............................................................................
d. Audit Internal ...................................................................

8
9
17
22
24
24
24
26

D. Penutup ......................................................................................

70

LAMPIRAN
Daftar Istilah ......................................................................................
Daftar Tabel dan Gambar...................................................................

71
72

27
28
31
55
58
58
59
63
66

KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
Alhamdulillahi Robbil'alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya penyusunan Laporan Tahunan Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Tahun 2010. Laporan
Tahunan merupakan laporan rutin pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang
PPATK yang sangat penting dan wajib dipenuhi karena diamanatkan langsung
oleh undang-undang. Amanat ini inherent dengan kedudukan PPATK yang
oleh undang-undang itu sendiri dinyatakan sebagai lembaga yang dalam
melaksanakan tugas dan kewenangannya bersifat independen dan bebas
dari campur tangan serta pengaruh dari kekuasaan manapun. Laporan
Tahunan ini merupakan pertanggung-jawaban konstitusional dalam rangka
mewujudkan akuntabilitas publik dan transparansi.
Laporan Tahunan ini memuat berbagai bentuk kegiatan dan capain dalam
rangka pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang PPATK selama periode
Januari sampai dengan akhir Desember 2010. Dengan demikian, Laporan
Tahunan PPATK Tahun 2010 ini memuat laporan rutin pelaksanaan tugas,
fungsi dan wewenang di bawah payung undang-undang yang lama
(Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 25 Tahun 2003) dan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
yang di sahkan pada tanggal 22 Oktober 2010.
Laporan Tahunan PPATK Tahun 2010 ini merekam dan mencatat pelaksanaan
tugas, fungsi dan wewenang PPATK yang dibagi habis dalam berbagai bidang
kegiatan, yaitu riset dan analisis, pengawasan dan kepatuhan, kerjasama
dalam negeri dan luar negeri, hukum dan peraturan perundang-undangan,
aplikasi sistem dan teknologi informasi, pengembangan sumber daya
manusia, keuangan serta administrasi.
Secara umum, pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang PPATK dalam tahun
2010 ini dapat tergambar dari statistik, antara lain statistik kewajiban
pelaporan oleh Penyedia Jasa Keuagan (PJK) yang menunjukkan
perkembangan signifikan. Terhitung sejak tahun 2001 hingga akhir tahun
2010, PPATK telah menerima sebanyak 63.924 Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan (LTKM) secara kumulatif, dengan jumlah PJK Pelapor sebanyak
334 PJK. PPATK juga telah menerima sebanyak 8.631.423 Laporan Transaksi

Laporan Tahunan PPATK 2010

Keuangan Tunai (LTKT) secara kumulatif. Sejak tahun 2003 hingga akhir tahun
2010, PPATK telah pula menyampaikan sebanyak 1.431 Hasil Analisis secara
kumulatif kepada Kepolisian dan Kejaksaan. Sementara dalam kurun tahun
2010, PPATK telah menyampaikan sebanyak 319 Hasil Analisis kepada Kapolri
dan Jaksa Agung.
Pada masa mendatang dengan undang-undang yang baru, kami berharap
PPATK dapat lebih meningkatkan kinerja dan efektifitas rezim antipencucian
uang dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan
tindak pidana asal, khususnya tindak pidana korupsi, yang berdasarkan
statistik Hasil Analisis PPATK mendominasi dengan 580 kasus atau sekitar
40,5% Hasil Analisis PPATK.
Sebagai penutup, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih atas
perhatian yang tulus dan dukungan yang penuh dari Presiden Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat, Kepolisian, Kejaksaan, Bank Indonesia,
Bapepam-LK, serta instansi terkait lainnya yang telah terjalin dan terbina
secara baik selama ini.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Februari 2011

Dr. Yunus Husein, S.H., LL.M


Kepala PPATK

LAPORAN
PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
A. EXECUTIVE SUMMARY
Upaya untuk menekan tingkat kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)
seperti korupsi, illegal logging dan money laundering di Indonesia,
hingga saat ini tampaknya masih lebih banyak dilakukan melalui
mekanisme penindakan dengan penerapan ketentuan-ketentuan
pidana yang bertujuan untuk memberikan sanksi pidana kepada
pelakunya terutama pidana penjara. Meskipun hukuman penjara
memberikan manfaat, akan tetapi berdasarkan pengalaman terdahulu
dirasakan belum cukup efektif untuk menekan tingkat kejahatan luar
biasa apabila tidak disertai dengan upaya untuk mengambil kembali
(menyita) harta kekayaan hasil kejahatan luar biasa serta merampas
berbagai sarana yang memungkinkan terlaksananya kejahatan luar biasa
tersebut. Membiarkan pelaku kejahatan itu tetap menguasai karta
kekayaan hasil kejahatan luar biasa dan sarana yang memfasilitasi
kejahatan akan memberikan peluang bagi mereka atau orang-orang lain
yang memiliki keterkaitan dengan pelaku kejahatan untuk menikmati
harta kekayaan hasil kejahatan luar biasa tersebut. Bahkan, dengan
memiliki harta kekayaan hasil kejahatan luar biasa, yang jumlahnya
sangat besar itu, mereka akan mengulangi lagi dan mengembangkan
trik-trik kejahatan baru yang lebih licik lagi agar tidak mudah terdeteksi
oleh aparat penegak hukum.
Sehubungan dengan itulah kelahiran rejim anti pencucian uang (AML
Regime), yang dalam mengungkap kejahatan luar biasa menggunakan
paradigma baru yaitu mengikuti aliran dana (follow the money).
Dengan pendekatan (metode dan teknik) ini akan dapat diungkap siapasiapa pelakunya, jenis tindak pidana, serta dimana tempat dan jumlah
harta kekayaan disembunyikan. Pendekatan ini berangkat dari suatu
konsepsi mendasar bahwa harta kekayaan hasil kejahatan (proceeds of
crime) tersebut merupakan lifeblood of the crime. Artinya, hasil
kejahatan merupakan darah yang menghidupi tindak kejahatan itu
sendiri dan sekaligus merupakan titik terlemah dari mata rantai tindak
kejahatan. Upaya untuk memotong mata rantai kejahatan ini, selain
relatif mudah dilakukan dengan pendekatan AML Regime, juga akan
menghilangkan motivasi para pelakunya untuk mengulangi kembali

Laporan Tahunan PPATK 2010

kejahatan karena tujuan pelaku kejahatan untuk menikmati hasil


kejahatannya menjadi terhalang atau sulit dilakukan. Upaya tersebut
akan semakin efektif apabila harta keyaan yang diduga bersumber dari
hasil kejahatan itu dapat diblokir terlebih dahulu. Apabila harta kekayaan
tersebut terbukti adalah hasil kejahatan setelah melalui proses hukum
berikutnya, barulah harta kekayaan hasil kejahatan itu kemudian disita
dan dirampas oleh negara untuk negara berdasarkan putusan
pengadilan.
Upaya untuk membuat suatu terobosan baru dalam hal perampasan aset
dengan menerapkan sistem perampasan tanpa pemidanaan atau nonconviction based (NCB) forfeiture adalah senafas dengan pendekatan
rejim anti pencucian uang, yang lebih menekankan pada pengejaran aset
hasil kejahatan (follow the money) ketimbang mengejar pelakunya
(follow the suspect). Dalam hal ini, Non-conviction based (NCB) forfeiture
adalah suatu inovasi yang dapat diadopsi oleh setiap negara sesuai
dengan kebutuhannya, sebagaimana dikatakan oleh Theodore S.
Greenberg (2009) Non-Conviction Based (NCB) asset forfeiture is an
innovation that can be adapted to the needs of a wide range of countries
with differing legal traditions. The Guide explains how they can make use
of this tool in their asset recovery programmes.
Secara sistematis, setelah tindakan penyelidikan dan penyidikan
dilakukan penegak hukum, maka upaya pengembalian aset-aset yang
diperoleh secara tidak sah oleh pelaku kejahatan, dapat dimulai dengan
3 (tiga) tahapan. Pertama, tindakan untuk melacak atau menelusuri aset.
Kedua, tindakan pencegahan guna menghentikan pergerakan aset
(pemblokiran dan penyitaan). Ketiga, tindakan perampasan aset.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sebagai
financial inlteligence unit (FIU) di Indonesia memiliki orientasi utama
terhadap penelusuran aset hasil kejahatan dengan pendekatan follow
the money, dan oleh karena itu PPATK berperan penting dan strategis
dalam program assets recovery terutama dalam hal pemberian
informasi intelijen di bidang keuangan untuk keperluan penelusuran
aset (assets tracing), baik pada waktu proses analisis transaksi keuangan,

Laporan Tahunan PPATK 2010

maupun pada saat proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan


terdakwa di sidang peradilan. Penelusuran aset hasil kejahatan tersebut
dapat dilakukan oleh PPATK baik di dalam maupun di luar negeri.
Penelusuran aset di dalam negeri dilakukan dengan pentrasiran di
berbagai penyedia jasa keuangan (PJK bank dan non bank) serta
penyedia jasa/barang lainnya. Dalam AML Regime, PJK dan penyedia
jasa/barang lainnya sebagai front liner berkewajiban untuk melakukan
deteksi secara dini terhadap transaksi nasabah yang mencurigakan
untuk dilaporkan kepada PPATK. Selanjutnya dalam rangka
penyelamatan aset secara dini, dengan kewenangannya maka penyidik,
penuntut umum atau hakim memerintahkan PJK dan penyedia
jasa/barang lainnya untuk melakukan pemblokiran sementara terhadap
harta kekayaan setiap orang atau perusahaan yang telah dilaporkan oleh
PPATK. PJK dan penyedia jasa/barang lainnya setelah menerima
perintah, wajib melaksanakan pemblokiran sementara setelah surat
perintah pemblokiran diterima.
Untuk menelusuri aset hasil kejahatan yang ditempatkan di luar negeri
dilakukan dengan kerjasama antar sesama FIU, melalui tukar menukar
informasi. Pertukaran informasi antar sesama FIU ini memiliki kelebihan,
di antaranya mendapatkan hasil yang lebih cepat apabila dibandingkan
dengan mekanisme tukar-menukar informasi melalui jalur yang lain.
Pertukaran informasi antar sesama FIU ini dapat dilakukan baik atas
dasar Memorandum of Understanding (MoU) ataupun resiprositas,
dengan menggunakan norma-norma yang diatur oleh Egmont Group
atau sesuai dengan ketentuan yang ada dalam MoU. Norma tersebut
mengatur tata cara pertukaran informasi yang bersifat rahasia, tidak
diperbolehkan untuk diteruskan ke pihak lain, serta tidak dapat dijadikan
sebagai barang bukti di pengadilan, dimana permintaan atau pemberian
informasi tersebut dapat dibuat dalam bentuk tertulis atau elektronis.
Keunggulan FIU dalam mendapatkan informasi yang lebih cepat dan
akurat ini adalah suatu hal yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara
optimal oleh para penegak hukum, untuk dapat mengamankan dan
mengembalikan harta kekayaan negara dari para pelaku kriminal.

Laporan Tahunan PPATK 2010

Indonesia telah mendapat manfaat dari kerjasama antar FIU dalam


rangka mengembalikan harta kekayaan negara (assets recovery) pada
beberapa kasus kriminal yang menimbulkan kerugian negara yang cukup
besar dan menjadi sorotan publik. Seperti pada kasus korupsi Hendra
Raharja, pemerintah Australia akhirnya bersedia mengembalikan aset
mantan pemilik Bank Harapan Sentosa (BHS) tersebut kepada
pemerintah Indonesia sebesar 493.000 dollar Australia.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai FIU, PPATK selalu
tanggap dan siap membantu penegakan hukum dengan menyediakan
informasi intelijen di bidang keuangan guna kepentingan penyelidikan,
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara tindak pidana
pencucian uang (TPPU) dan tindak pidana lainnya di sidang pengadilan.
Dukungan PPATK dalam bentuk pentrasiran aset (assets tracing)
terhadap hasil kejahatan akan menginformasikan keberadaan, jumlah,
identitas pemilik dan linkage dari hasil-hasil kejahatan.

B. DASAR DAN ARAH KEBIJAKAN KEGIATAN


Guna lebih memberdayakan rezim anti pencucian uang Indonesia,
diperlukan sebuah landasan yang kokoh dan rasional. Untuk itu PPATK
telah menetapkan Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2006-2010
sebagai pedoman didalam pelaksanaan aktifitasnya. Ruang lingkup dan
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam RENSTRA dimaksud sebagai
berikut:
1.

Peningkatan peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan


memberantas TPPU dengan 6 (enam) strategi: (i) mengembangkan
dan melaksanakan kebijakan, peraturan dan prosedur yang
berkaitan dengan anti pencucian uang sesuai dengan UU TPPU; (ii)
membangun kepedulian masyarakat akan pentingnya rezim anti
pencucian uang; (iii) membantu penegak hukum dan lembaga
terkait dalam melakukan penyidikan dan penuntutan TPPU; (iv)
meningkatkan kerjasama dengan lembaga pemerintah domestik;

Laporan Tahunan PPATK 2010

(v) meningkatkan kerjasama dengan lembaga informasi intelijen di


bidang keuangan internasional dan organisasi anti pencucian uang
lain; dan (vi) mengubah ketentuan-ketentuan yang terkait TPPU
guna mengakomodasi international best practice.
2.

Peningkatan kepatuhan kewajiban pelaporan dengan 3 (tiga)


strategi: (i) menyempurnakan pedoman dan tata cara pelaporan;
(ii) menyempurnakan sistem dan prosedur kerja Direktorat
Kepatuhan; dan (iii) meningkatkan kepedulian pihak pelapor dan
kualitas laporan.

3.

Peningkatan efektifitas hasil analisis dengan strategi meningkatkan


kualitas hasil analisis mengenai indikasi terjadinya TPPU dan/atau
tindak pidana asal (predicate crimes) bagi lembaga penegak
hukum.

4.

Pengembangan kerangka dasar penerapan manajemen risiko


(aturan, peraturan pelaksana, dan metodologi) untuk
meningkatkan kepatuhan pihak pelapor dengan 4 (empat) strategi:
(i) mengindentifikasi faktor-faktor risiko utama terkait dengan
kepatuhan pihak pelapor; (ii) menilai risiko terkait dengan
kepatuhan sektor industri dan pihak pelapor; (iii) menyeleksi
penanganan risiko terkait kepatuhan yang tepat terhadap setiap
sektor industri dan pihak pelapor; dan (iv) menilai hasil yang dicapai
dalam upaya manajemen risiko yang dilakukan guna meningkatkan
kepatuhan kewajiban pelaporan.

5.

Peningkatan peranan teknologi dan informasi (TI) dalam


mendukung kinerja PPATK dengan 5 (lima) strategi: (i) menjamin
selalu tersedianya layanan sistem TI yang handal dan memadai; (ii)
menjamin keamanan sistem TI; (iii) menyediakan sistem aplikasi TI
yang efektif; (iv) menyediakan sistem database yang komprehensif,
akurat dan terpercaya; dan (v) menyempurnakan disain sistem
Direktorat TI.

Laporan Tahunan PPATK 2010

6.

Penyediaan dan pengembangan manajemen internal PPATK


dengan 4 (empat) strategi: (i) menyediakan gedung perkantoran
yang permanen beserta fasilitasnya termasuk pendirian fasilitas
cadangan (offsite) untuk kelanjutan operasional PPATK; (ii)
melakukan rekruitmen pegawai sesuai dengan keahliannya; (iii)
meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia; (iv)
menyempurnakan organisasi PPATK.

C. PELAKSANAAN PROGRAM KERJA


1. Kegiatan Riset dan Analisis
Dalam kerangka pelaksanaan Fungsi PPATK sebagaimana tertuang
dalam Pasal 44 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang (UU PP TPPU), Direktorat Riset dan Analisis mengemban tugas
untuk melaksanakan fungsi utama PPATK yakni melakukan analisis
terhadap Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) yang
disampaikan oleh Pihak Pelapor sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan Pasal 17 ayat (1) UU PP TPPU (Pihak Pelapor).
Sesuai dengan tugas yang diemban, produk utama yang dihasilkan
adalah berupa Hasil Analisis serta Hasil Pemeriksaan yang
diharapkan dapat dijadikan dasar bagi aparat penegak hukum
dalam melakukan proses penegakan hukum sesuai dengan tugas
dan kewenangannya dan ketentuan yang berlaku. Direktorat Riset
dan Analisis selalu berupaya meningkatkan kualitas dari setiap hasil
analisis yang dihasilkan dan diharapkan hasil analisis yang
disampaikan kepada aparat penegak hukum mampu memberikan
informasi yang relevan atas kemungkinan terjadinya tindak pidana
asal ataupun dilakukannya upaya penegakan hukum atas tindak
pidana pencucian uang yang diduga dilakukan oleh pihak terlapor.
Khusus terkait dengan Hasil Pemeriksaan, saat ini PPATK dalam
tahap penyelesaian pembuatan Peraturan Presiden terkait dengan

Laporan Tahunan PPATK 2010

pelaksanaan kewenangan PPATK sebagaimana diamanatkan


berdasarkan Pasal 46 UU PP TPPU.
1.1 Riset
Selama tahun 2010, kegiatan riset diawali dengan
penyempurnaan Standar Prosedur Operasi (SPO) bagi
kepentingan Riset. Pada tahun 2010, telah berhasil dibuat SPO
khusus Riset untuk menjadi dasar pelaksanaan tugas riset
dibidang:
~
~
~
~
~
~

Pengolahan Data Mining;


Input Data;
Riset Tipologi;
Analisis Strategis;
Statistik; dan
Manajemen Resiko.

Tahap berikutnya diharapkan dapat dihasilkan output


berdasarkan SPO yang telah dibuat serta mampu memberikan
kontribusi bagi penegakan hukum di bidang pencucian uang.
Berdasarkan data Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan
(LTKM) yang diterima oleh PPATK selama periode Januari s/d
Desember 2010 serta penelitian atas LTKM dan hasil analisis
LTKM yang telah disampaikan oleh PPATK kepada aparat
penegak hukum selama periode yang sama, diketahui bahwa
kecenderungan tindak pidana asal dapat dibagi dalam
beberapa kategori sesuai trend masing-masing tindak pidana
asal yang diketahui. Trend dimaksud adalah sebagai berikut:
Trend meningkat
Trend tindak pidana korupsi tetap menunjukan peningkatan
secara signifikan dibandingkan tindak pidana lainnya. Di
samping meningkat, korupsi dan penipuan merupakan tindak

Laporan Tahunan PPATK 2010

pidana yang paling sering dilaporkan oleh PPATK. Tindak pidana


narkotika dan penyuapan juga cenderung meningkat namun
tidak sering terjadi apabila dibandingkan dengan korupsi dan
penipuan.
Trend yang berkelanjutan
Berdasarkan atas peningkatan jumlah HA yang dilaporkan maka
tindak korupsi, penipuan, narkotika dan penyuapan
diperkirakan akan masih tetap banyak dilakukan. Pada tindak
pidana korupsi modus oparandi yang berkelanjutan adalah
transaksi keuangan yang dilakukan oleh Politically Exposed
Person (PEP).
PEP dengan melibatkan pihak ketiga dan penyalahgunaan
APBN/ APBD oleh bendahara/pemegang kas di instansi-instansi
pemerintah.
Selain itu, trend lainnya yang masih berlanjut ditemukan oleh
PPATK adalah cuckoo smurfing. Dengan modus ini, pelaku
tindak pidana menggunakan money remmitance untuk sarana
pencucian uang hasil tindak pidana psikotropika.
Trend menurun
Sama dengan trend periode sebelumnya, tahun 2010 belum
dapat diidentifikasi trend tindak pidana yang menurun.
Trend baru muncul
Tahun 2010, PPATK melakukan penelitian terhadap
penyimpangan yang dilakukan oleh aparat pegawai Direktorat
Jenderal Pajak serta Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
Departemen Keuangan RI.
Berdasarkan temuan baru, diduga terkait dengan pemberian

10

Laporan Tahunan PPATK 2010

dana oleh pihak ketiga kepada petugas kedua instansi tersebut.


Hal ini menggambarkan terjadinya penyuapan dan gratifikasi.
Dana ditransaksikan melalui rekening milik pribadi, istri, anak
ataupun pihak kerabat lainnya dari pegawai dimaksud.
Sama dengan tahun sebelumnya, berdasarkan kategorisasi
tersebut diatas, dapat diketahui bahwa pengalihan transaksi
keuangan kepada sistem non perbankan menjadi alternatif
baru bagi pelaku tindak pidana. Hal ini terjadi khususnya pada
industri asuransi dengan melakukan pembayaran premi
asuransi bagi diri pribadi ataupun pihak keluarga. Pembayaran
tunai menjadi pilihan yang dianggap paling menguntungkan
dalam kaitannya mempersulit pelacakan aliran keuangan oleh
aparat penegak hukum.
Selain itu, terdapat beberapa indikasi adanya trend modus
operandi TPPU yang dilakukan oleh pelaku kejahatan, yaitu
dengan melakukan pembelian barang-barang mewah ataupun
menempatkan dana pada instrument-instrument investasi
lainnya. Hal ini kemungkinan dipicu oleh semakin
meningkatkan kesadaran penyedia jasa keuangan serta
ketatnya menerapan prinsip mengenal nasabah dilakukan oleh
penyedia jasa keuangan.
Trend berkelanjutan yang ditemukan oleh PPATK berdasarkan
LTKM yang diterima dari PJK pada periode Januari hingga
Desember 2010 menunjukkan maraknya penggunaan identitas
palsu, nominee ataupun pengunaan dana-dana yang berasal dari
Anggaran Belanja Pemerintah Daerah oleh para pejabat
Pemerintah Daerah baik di Tingkat I ataupun Tingkat II di seluruh
Indonesia. Hal yang sama terjadi pada periode sebelumnya.
Sesuai hasil analisis LTKM yang disampaikan oleh PPATK kepada
pihak aparat penegak hukum, berikut ini adalah tipologi atau
modus operandi dari pencucian uang yang telah terjadi dan
kemudian disusun dari berbagai kasus yang terjadi.

11

Laporan Tahunan PPATK 2010

Dalam kurun Waktu Januari hingga Desember 2010 PPATK


menemukan beberapa Typologi kasus yang secara umum dapat
digambarkan berdasarkan industri keuangannya, sebagai
berikut:
a. Perbankan
1) PNS dan Rekanan menggunakan rekening Joint
Account yang diduga untuk menampung dana suap.
SU adalah seorang PNS yang menjabat sebagai Kepala
Dinas pada Departemen XX dan RB adalah pegawai pada
PT. AS yang merupakan perusahaan rekanan dari
departemen tempat SU bekerja. SU dan RB melakukan
transaksi di Bank dengan membuka rekening joint
account yang bertujuan untuk bisnis. Sumber dana pada
rekening ini berasal dari PT. AS dan beberapa pihak
terkait lainnya (PA dan YA) dengan jumlah yang material.
Dana yang masuk ini kemudian ditransfer ke rekening
pribadi SU dan dilakukan penarikan tunai atas dana
tersebut oleh SU dan WO. WO adalah pihak yang terkait
dengan transaksi yang dilakukan oleh SU. Dana yang
masuk ini adalah suap yang dilakukan oleh PT. AS terkait
dengan jabatan yang diemban oleh SU.
2) PNS menggunakan SDB (Safe Deposit Box) di Bank
sebagai Sarana Penyimpanan dana yang diduga dari
tindak pidana.
BT adalah seorang PNS di Departemen XX dengan
jabatan sebagai Auditor. BT membuka rekening di Bank
B yang mana dana bersumber dari PT. AL yang
merupakan perusahaan swasta yang diberikan bantuan
oleh BT terkait dengan jabatan yang diembannya. BT
kemudian mentransfer dana tersebut ke rekening BT
lainnya di bank yang sama dan rekening a.n. pihak

12

Laporan Tahunan PPATK 2010

lainnya, yaitu MA dan PR. MA adalah istri BT yang


berprofesi sebagai PNS, sementara PR adalah karyawan
swasta yang merupakan rekanan BT dan terkait dengan
transaksi yang dilakukan BT. Atas dana ini, BT dan MA
memberikan beberapa perlakuan atasnya, yaitu
ditempatkan dalam bentuk deposito, dilakukan
penarikan tunai oleh MM dan ZF, serta ditempatkan ke
dalam Safe Deposit Box (SDB). MM dan ZF adalah
swasta perorangan yang terkait dengan transaksi yang
dilakukan BT.
3) Penerimaan Travel Cheque (TC) yang diduga merupakan
sarana suap bagi Politically Exposed Person (PEP).
PT BB adalah sebuah group perusahaan yang memiliki
beberapa perusahaan yang bergerak di berbagai
bidang. PT BB melakukan transaksi di Bank AA dengan
membeli TC yang diterbitkan oleh Bank AA. TC yang
telah dibeli ini kemudian dijual kepada PT CC yang
merupakan anak perusahaan dari PT BB. PT BB
menyerahkan TC ini kepada PEP yang merupakan
anggota Dewan yang kemudian dicairkan ke Bank AA.
4) Penyalahgunaan dana operasional perusahaan oleh
pejabat terkait dengan menggunakan rekening kartu
kredit untuk menampung hasil tindak pidana.
RP adalah pejabat di PT XX. RP memiliki rekening di
Bank AA yang mana sumber dananya berasal dari
beberapa kali setoran tunai oleh BO. BO adalah swasta
perorangan yang diduga melakukan suap terhadap RP.
Atas dana yang ditampung di rekening ini, kemudian
dilakukan penarikan secara tunai oleh DO, transfer ke
rekening JS dan ditransfer ke rekening kartu kredit a.n.
RP. DO dan JS adalah pihak-pihak yang terkait dengan
transaksi yang dilakukan oleh RP.

13

Laporan Tahunan PPATK 2010

B. Pasar Modal
1) Penggunaan Profil Nasabah High Risk Country untuk
melakukan Manipulasi Pasar dan Pencucian Uang.
AA Ltd. adalah perusahaan yang didirikan di high risk
country. KM (manajemen kunci dari PT X) dipercaya
sebagai kuasa transaksi AA Ltd. Diduga AA Ltd.
melakukan manipulasi pasar perdagangan saham PT X.
Dana dari hasil transaksi saham PT X dipindahkan ke
rekening perusahaan dan beberapa manajemen kunci
PT X di beberapa bank. Diduga hal tersebut dilakukan
untuk melakukan TPPU.
2) Penggunaan rekening Efek Margin untuk melakukan
Pencucian Uang.
BA, BB, dan BC adalah karyawan swasta di PT AC. BA, BB,
dan BC membuka rekening efek di Perusahaan efek D.
BA, BB dan BC menerima saham dan dana dari PT AC.
Selanjutnya dana dan efek tersebut digunakan untuk
melakukan transaksi margin. Dana hasil transaksi
dipindahkan ke rekening BA, BB, dan BC di cabang bank
yang sama (bank F). Dana dari bank F dipindahkan ke
rekening PT AC dan afiliasinya di beberapa bank. Diduga
dana yang ditranasksikan adalah berasal dari hasil
tindak pidana.
c. Asuransi
1) Pembelian polis Unit Links oleh PEP yg diikuti dengan
pencairan polis sebelum jatuh tempo.
JJ seorang PNS pada sebuah departemen. JJ membeli 2
(dua) polis asuransi unit links berpremi tunggal pada PT
Asuransi ABC. JJ membayar premi asuransi

14

Laporan Tahunan PPATK 2010

menggunakan rekening ybs di Bank A. JJ mencairkan


Kedua polis bulan berikutnya. JJ mentransfer dana hasil
pencairan polis ke rekening seorang pengusaha
bernama SS. SS kemudian mentransfer dana ke JJ.
2) Pembelian polis Unit Links oleh anak dari PEP yg diikuti
dengan pembayaran premi tambahan dalam jumlah
besar dan diikuti pencairan premi tambahan tersebut
dalam waktu singkat.
WT adalah putri dari BB (PEP). WT membeli polis
asuransi unit links pada AJ ZZZ. WT membayar premi
asuransi dengan melakukan transfer menggunakan
rekening CV ABC di Bank JJJ. IW (adik WT) melakukan
transfer untuk pembayaran premi top up (tambahan)
untuk polis a/n WT. WT mencairkan premi tambahan
tersebut bebarapa bulan berikutnya.
d. Pedagang Valuta Asing
1) Penjualan valas dengan perantara orang lain (pihak
ketiga) atas perintah dari PEP tanpa menggunakan surat
kuasa.
SS adalah seoran sopir (driver). SS menjual valuta asing
(banknotes). SS menjual banknotes pada PT. XXX Valas.
SS melakukan transaksi secara tunai. SS melakukan
transaksi dengan frekuensi sering (27 kali). SS
melakukan transaksi atas perintah AA tanpa adanya
surat kuasa. AA adalah seorang PEP.
2) Pembelian valas dengan perantara orang lain (pihak
ketiga) atas perintah dari PEP tanpa menggunakan surat
kuasa.
YY adalah seorang anggota TNI. YY membeli valuta asing

15

Laporan Tahunan PPATK 2010

(banknotes). YY membeli banknotes pada PT. ABC


Valas. YY melakukan transaksi secara tunai. YY
melakukan transaksi dengan frekuensi sering (13 kali
transaksi). YY melakukan transaksi atas perintah BB
tanpa adanya surat kuasa untuk keperluan anaknya
yang bersekolah di Australia. BB adalah seorang PEP.
3) Penjualan valas dengan perantara orang lain (pihak
ketiga) untuk disumbangkan kepada Partai Politik
peserta Pemilu.
YY adalah karyawan PT. XYZ. YY menjual valuta asing
(banknotes) pada PT. ABC. YY melakukan transaksi
penjualan valas tersebut tanpa adanya surat kuasa dari
PT. XYZ. Kemudian PT. ABC menjual valas tersebut
kepada Bank X. Hasil penjualan valas disetor ke
rekening PT. ABC di bank X. PT. ABC membayarkan ke YY
menggunakan cek. YY mencairkan cek dan ditransfer
melalui RTGS ke rekening a.n. DD di Bank Y. DD
menempatkan dana tersebut dalam bentuk deposit on
call (DOC) a.n. YY. Hasil pencairan DOC ditransfer ke
rekening JJ. JJ mentransfer sebagian dana hasil
pencairan ke rekening a.n. DPP Partai S di Bank X dan
Bank Z. DD adalah presiden komisaris dari PT. XYZ dan
mempunyai hubungan keluarga dengan salah satu
petinggi Partai S yang ikut dalam Pemilu.
e. Lembaga Pembiayaan
1) Penggunaan pihak ketiga sebagai pihak pembayar
cicilan leasing secara sekaligus yang nilai nominalnya
besar.
AM adalah seorang PNS yang masuk dalam kategori
PEP. AM mengajukan Kontrak Leasing kepada PT X
Finance. Setelah permohonan disetujui, kemudian AM

16

Laporan Tahunan PPATK 2010

melakukan pembayaran uang muka kontrak leasing


kepada PT X Finance. PT X Finance menyerahkan objek
leasing berupa sebuah mobil kepada AM. Selanjutnya AM
membayar cicilan leasing secara berkala sampai bulan
keenam, yang pada bulan ketujuh dilunasi sekaligus oleh
TDselakupihakketiga.TDadalahseorangpengusaha.
2) Penggunaan pihak ketiga sebagai pihak pembayar uang
muka (down payment) yang nilai nominalnya besar.
MY adalah PNS yang masuk dalam kategori PEP. MY
mengajukan Kontrak Leasing kepada PT Y Finance.
Setelah permohonan disetujui, kemudian LK
melakukan pembayaran uang muka kontrak leasing
kepada PT Y Finance. PT Y Finance menyerahkan objek
leasing berupa sebuah mobil kepada MY. Selanjutnya
MY membayar cicilan leasing secara berkala selama
lama 12 bulan. LK adalah seorang pengusaha.
Typologi lainnya sebagaimana dituangkan berdasarkan
laporan tahun 2009 adalah tetap sama dan masih ditemukan
pada tahun 2010 ini.
Beberapa modus tersebut diatas adalah merupakan modus
yang sama terjadi pada tahun sebelumnya (2009) namun
masih dapat ditemukan dalam kurun waktu tahun 2010 ini.
1.2 Analisis
a. Umum
Sampai dengan akhir Semester II Tahun 2010, telah
disampaikan sebanyak 1.431 Hasil Analisis kepada Kapolri
dan Kejagung. Dari 1.431 Hasil Analisis yang disampaikan
kepada aparat penegak hukum, dapat dikelompokkan
berdasarkan kasus atau tindak pidana asal sebagai berikut:

17

Laporan Tahunan PPATK 2010

Tabel 1
Hasil Analisis PPATK
D u g a a n Ti n d a k P i d a n a

K a su s

K o ru p s i;

580

4 0 ,5

P e n yu a p a n ;

40

2 ,8

N a r k o ti k a ;

47

3 ,3

D i b id a n g p e rb a n k a n ;

46

3 ,2

D i b id a n g p e ra s u ra n s ia n ;

0 ,1

Kepabeanan;

0 ,6

T e ro ris m e ;

19

1 ,3

P e n c u ria n ;

0 ,3

P e n g g e la p a n ;
P e n ip u a n ;

42

2 ,9

419

2 9 ,3

P e m a ls u a n u a n g ;
P e rju d ia n ;

0 ,3

17

1 ,2

P r o s ti tu s i ;

0 ,3

D i b id a n g p e rp a ja k a n ;

0 ,5

D i b i d a n g k e h u ta n a n ;
T i d a k T e r i d e n ti fi k a s i / d l l
J u m la h

0 ,4

185

1 2 ,9

1431

1 0 0 ,0

Selama Tahun 2010, telah disampaikan sebanyak 319 Hasil


Analisis kepada Kapolri dan Kejagung. Dari 319 Hasil Analisis
yang disampaikan kepada aparat penegak hukum, dapat
dikelompokkan berdasarkan kasus atau tindak pidana asal
sebagai berikut:
Tabel 2
Dugaan Tindak Pidana
D u g a a n Ti n d a k P i d a n a
K o ru p s i;

K a su s

131

P e n yu a p a n ;

4 1 ,1

14

4 ,4

N a r k o ti k a ;

2 ,5

D i b id a n g p e rb a n k a n ;

1 ,9

D i b id a n g p e ra s u ra n s ia n ;

0 ,3

T e ro ris m e ;

1 ,6

0 ,6

P e n c u ria n ;
P e n g g e la p a n ;

10

3 ,1

P e n ip u a n ;

41

1 2 ,9

P e rju d ia n ;
T i d a k T e r i d e n ti fi k a s i / d l l
J u m la h

18

1 ,3

97

3 0 ,4

319

1 0 0 ,0

Laporan Tahunan PPATK 2010

b. Proses Analisis
Pelaksanaan tugas analisis oleh Direktorat Riset dan
Analisis dilakukan dengan memanfaatkan berbagai
sumber informasi yang ada baik dikelola secara internal
(swadaya) ataupun informasi lainnya yang dapat diperoleh
oleh PPATK melalui mekanisme kerjasama antar lembaga
baik didalam maupun di luar negeri.
Chart dibawah ini mengambarkan sumber informasi
dalam data base untuk membantu proses analisis
oleh PPATK:
Gambar 1
Sumber Informasi PPATK

Hingga akhir tahun 2010 DRA telah berhasil menyelesaikan


sebanyak 1.431 hasil analisis yang telah diolah dari 3.110
Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang telah
disampaikan oleh PJK kepada PPATK yang keseluruhan telah
disampaikan oleh PPATK kepada aparat penegak hukum,
dengan rincian:

19

Laporan Tahunan PPATK 2010

~ Sebanyak 1.327 hasil analisis disampaikan kepada


Kepolisian dan Kejaksaan; dan
~ Sebanyak 104 hasil analisis disampaikan hanya kepada
Kejaksaan;
Diantara Hasil Analisis yang disampaikan kepada Penyidik,
selama tahun 2010 terdapat sebanyak 91 Hasil Analisis yang
merupakan permintaan (inquiry) baik dari Kepolisian
maupun Kejaksaan.
Adapun jumlah hasil analisis yang disampaikan kepada
aparat penegak hukum ini sejak tahun 2003 adalah sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Tahun 2003: 24 hasil analisis ;


Tahun 2004: 212 hasil analisis;
Tahun 2005: 111 hasil analisis;
Tahun 2006: 86 hasil analisis;
Tahun 2007: 91 hasil analisis;
Tahun 2008: 104 hasil analisis.
Tahun 2009: 484 hasil analisis.
Tahun 2010 (31 Des 2010): 319 hasil analisis.
Gambar 2
Jumlah Hasil Analisis Per Tahun

1.200

1.000

800

600

HA
LTKM

400

200

2003

2004

2005

20

2006

2007

2008

2009

2010*)

Laporan Tahunan PPATK 2010

Seluruh diproses analisis yang dilakukan oleh analis PPATK


akan menghasilkan 2 (dua) jenis output sebagai berikut:
1. Hasil analisis yang diserahkan kepada aparat penegak
hukum;
Hasil analisis yang diserahkan kepada aparat penegak
hukum adalah Hasil Analisis yang berisi petunjuk
mengenai adanya dugaan transaksi keuangan
mencurigakan yang berindikasi tindak pidana
pencucian uang dan atau tindak pidana lainnya
berdasarkan ketentuan Pasal 44 UU PP TPPU.
Gambar 3
Proses Analisis PPATK

PPATK

VISUAL LINK

PJK

TRACES

ANALISIS

INQUIRY PJK
FIU LN

KPK
Instansi
terkait

DATABASE

YES

ETC

NO

Output

POLRI/JPU

PERADILAN

2. Hasilanalisisyangdimasukkankedalam database PPATK.


Dari hasil analisis terhadap LTKM yang diterima dari PJK
tidak/belum ditemukan adanya indikasi tindak pidana
tertentu baik TPPU maupun tindak pidana asal.
Terhadap hasil analisis tersebut akan disimpan dalam
database PPATK sampai diperoleh adanya informasi
terkait tindak pidana tertentu. Seluruh data yang
berada pada database PPATK akan membantu proses
analisis berikutnya dalam hal memiliki keterkaitan
dengan data yang sedang atau sedang di analisis.

21

Laporan Tahunan PPATK 2010

2. Pengawasan Kepatuhan
Dalam hal kerjasama dengan instansi lain, Direktorat Pengawasan dan
Kepatuhan (DPK) PPATK bekerja sama dengan Bank Indonesia selaku
regulator dengan melakukan joint audit terhadap enam (6) Perusahaan
Valuta Asing dalam rangka menilai tingkat kepatuhan perusahaan
tersebut terhadap penerapan Undang Undang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU).
Peran DPK dalam hal pencegahan dan pemberantasan TPPU antara lain
memberikan ceramah dan menjadi narasumber dalam berbagai kegiatan
antara lain Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan, Undangan
menjadi narasumber oleh pihak Penyedia Jasa Keuangan (PJK) dan
Universitas maupun kegiatan sosialisasi yang yang dilakukan oleh
Direktorat Hukum dan Regulasi. Selama antara tahun 2009-2010 DPK
telah mengikutsertkan staf nya dalam kegiatan narasumber dan ceramah
sebanyak 91 Kegiatan. Adapun kegiatan ceramah dan narasumber yang
diberikan berkaitan dengan tata cara penyampaian laporan kepada PPATK
dan Rezim AML.
Jumlah kumulatif Audit yang telah dilakukan oleh PPATK terhadap PJK
sampai dengan 31 Desember 2010 sebanyak 395 PJK. Hasil Audit yang
telah dilakukan oleh PPATK terhadap 395 PJK sampai dengan akhir 2010,
yang termasuk kategori baik sebesar 11,8 persen (47 PJK), dan yang
termasuk kategori sedang sebanyak 24,8 persen (98 PJK) dan yang
termasuk kategori Rendah 63,2 persen (250 PJK). (Lihat Tabel 3).

22

Laporan Tahunan PPATK 2010

Tabel 3
Jumlah PJK yang Telah Diaudit Menurut Hasil Audit dan Jenis PJK
Tahun 2005 - 2010

23

Laporan Tahunan PPATK 2010

3. Kerjasama Dalam Negeri dan Luar Negeri


Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sebagai
instansi yang merupakan focal point dalam rezim anti pencucian uang di
Indonesia, berupaya untuk terus meningkatkan hubungan dan
kerjasama dengan instansi-instansi terkait dalam negeri maupun luar
negeri. Jalinan kerjasama ini telah dilakukan dengan 41 instansi/lembaga
di dalam negeri dan 37 Financial Intelligence Unit (FIU) negara-negara
lain. Selama tahun 2010, PPATK memperkuat hubungan dan kerjasama
dalam negeri maupun luar negeri dengan melakukan:
a.

Komite Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana


Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme (Komite TPPU & PT).
Pertemuan Tim Kerja Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanan
Terorisme telah dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2010 dan
Pertemuan Komite TPPU yang diketuai oleh Menko Polhukkam
MarsekalTNI(Pur)DjokoSuyantopadatanggal18Maret2010puntelah
diselenggarakan. Dalam pertemuan tersebut dibahas perkembangan
implementasi Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme. Selanjutnya
akan diselenggarakan Pertemuan Tim Kerja Komite TPPU & PT dan
Pertemuan Komite TPPU dan PT tingkat menteri yang akan dipimpin
kembaliolehMenkoPolhukkamselakuKetuaKomite.

b. Kerjasama dan Hubungan Dalam Negeri


Dalam rangka memperluas kerjasama dengan instansi lain melalui
penandatanganan Nota Kesepahaman guna mendukung
pembangunan rezim anti pencucian uang di Indonesia, dimana
kerjasama yang dijalin oleh PPATK tidak hanya dengan instansiinstansi pemerintah dan aparat penegak hukum melainkan juga
dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Tujuan
dilakukannya perluasan kerjasama dengan beberapa perguruan
tinggi di Indonesia adalah dalam rangka mensosialisasikan rezim
anti pencucian uang di Indonesia, dimana salah satu media
sosialisasi adalah melalui pendidikan/edukasi. Selain itu tujuan

24

Laporan Tahunan PPATK 2010

dilakukannya kerjasama dengan perguruan tinggi adalah dalam


rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia. Berikut
beberapa perluasan kerjasama yang telah dilakukan oleh
PPATK dengan beberapa instansi dan perguruan tinggi,
melalui kegiatan:
~

Expert Group Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 22-24


Februari 2010 di Jakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh 11
(sebelas) perguruan tinggi di Indonesia yang menghasilkan
masukan-masukan atas draft Undang-Undang PP TPPU serta
rekomendasi kepada pemerintah dalam mendorong
percepatan pembahasan dan pengesahan UU PP TPPU.

Penandatanganan Nota Kesepahaman antara PPATK dengan


Bank Indonesia pada tanggal 18 Maret 2010 di Jakarta.
Kerjasama melalui penandatanganan Nota Kesepahaman ini
bertujuan untuk menetapkan upaya atau langkah-langkah
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian
uang dalam hal pertukaran informasi, penyusunan ketentuan
hukum, audit kepatuhan, sosialisasi serta pendidikan dan
pelatihan dalam hal adanya keterkaitan antara pelaksanaan
tugas dan kewenangan Bank Indonesia dan PPATK.

Penandatanganan Nota Kesepahaman antara PPATK dengan


Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) pada tanggal 17
April 2010 di Jakarta. Kerjasama ini bertujuan untuk
mewujudkan kerangka kerjasama antara KPPU dan PPATK
dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian
uang dan penegakan hukum atas larangan praktik monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat.

Penandatanganan Nota Kesepahaman antara PPATK dengan


Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik,
Kementerian Dalam Negeri serta Badan Pengawas Pemilu
pada tanggal 7 Juli 2010 di Jakarta. Kerjasama ini bertujuan
untuk mewujudkan kerangka kerjasama antara Ditjen

25

Laporan Tahunan PPATK 2010

Kesbangpol dan PPATK dalam mencegah dan memberantas


tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme
dalam rangka perlindungan NPO serta kerjasama antara
Bawaslu dan PPATK dalam mencegah dan memberantas
tindak pidana pencucian uang dan penegakan hukum atas
tindak pidana politik uang dalam proses pemilu .
~

C.

Penandatanganan Nota Kesepahaman antara PPATK dengan


beberapa perguruan tinggi di Indonesia yakni dengan
Universitas Padjadjaran pada tanggal 22 Juni 2010 di
Bandung, Universitas Mataram pada tanggal 27 Juli 2010 di
Mataram dan Universitas Syiah Kuala pada tanggal 8 Oktober
2010 di Banda Aceh.

Pertukaran Informasi dengan Financial Intelligence Unit (FIU).


Terkait dengan pertukaran informasi intelijen di bidang keuangan,
PPATK telah melakukan pertukaran informasi dengan FIU-FIU
negara lain. Adapun rincian dari pertukaran informasi tersebut di
antaranya adalah meneriman permintaan informasi (incoming
mutual request) sebanyak 49 kali, mengirimkan permintaan
informasi (outgoing mutual request) sebanyak 5 kali, menerima
informasi spontan (incoming sponteneous information) sebanyak
11 kali, dan mengirimkan informasi spontan (outgoing spontaneous
information) sebanyak 1 kali. Hingga akhir tahun 2010, jumlah
kumulatif pertukaran informasi dengan pihak FIU adalah 406 kali.
Pertukaran informasi tersebut dilaksanakan dengan FIU-FIU negara
lain, dan sebagaimana tampak pada tabel di atas, pertukaran
informasi intelijen keuangan tersebut dilakukan atas dasar
permintaan (by request) dan sukarela (spontaneous).

26

Laporan Tahunan PPATK 2010

Tabel 4
Pertukaran Informasi Antar FIU

d.

Pertukaran Informasi dengan Instansi Domestik dan Program


Asistensi.
Terkait dengan pertukaran informasi intelijen keuangan dengan
instansi domestik, Kelompok Pemberdayaan Jejaring Informasi
telah menindaklanjuti permintaan dari Kepolisian, KPK, Kejaksaan,
dan instansi-instansi terkait lainnya. Adapun Jumlah kumulatif
permintaan informasi yang ditindaklanjuti sampai dengan
Desember 2010 adalah sebanyak 259 hasil analisis.
Tabel 5

27

Laporan Tahunan PPATK 2010

Tabel 6

Selain menindaklanjuti seluruh permintaan informasi, Kelompok


Pemberdayaan Jejaring Informasi juga telah telah melaksanakan
program asistensi ke sejumlah Polda di Indonesia. Untuk tahun 2010
ini telah dilaksanakan program asistensi ke Polda Kalimantan Timur,
Polda Sulawesi Selatan, Polda NTB, Polda Jambi, Polda Jawa Timur,
Polda Sumatera Utara dan Polda Aceh. Melalui program asistensi
tersebut, PPATK berkesempatan untuk menjelaskan mekanisme
permintaan informasi ke PPATK serta membantu pihak Polda dalam
hal penanganan kasus, khususnya untuk kasus-kasus Tindak Pidana
Pencucian Uang.
e. Kerjasama dan Hubungan Luar Negeri
Di tahun 2010 PPATK secara konsisten tetap turut aktif berperan
dalam berbagai fora internasional, antara lain forum Asia Pacific
Group on Money Laundering (APG) dan Financial Action Task Force
(FATF). Dalam forum APG, PPATK menghadiri APG Annual Meeting
yang diselenggarakan di Singapura, APG Assessor Training
Workshop yang diselenggarakan di Sydney, Australia, dan APG
Typologies Workshop yang diselenggarakan di Bangladesh. Selain
itu PPATK telah aktif menjadi bagian dari misi APG ke Bangladesh

28

Laporan Tahunan PPATK 2010

untuk menyampaikan pengalaman mempersiapkan targeted review


ICRG FATF serta ke Timor Leste untuk membantu upaya
pembangunan rezim anti pencucian uang di negara tersebut.
Sementara itu dalam forum the Egmont Group, PPATK mengirimkan
wakilnya untuk mengikuti Egmont Working Group Meeting yang
diselenggarakan di Mauritius dan Moldova masing-masing pada
bulan Maret dan Oktober 2010, serta berpartisipasi aktif dalam
Egmont Annual Meeting yang diselenggarakan di Cartagena,
Colombia pada bulan Juni 2010. Selain itu PPATK secara aktif menjadi
sponsor permohonan keanggotaan Solomon Islands FIU (SIFIU) dan
Samoa FIU (SFIU) dalam Egmont Group. Setelah melaporkan
perkembangan dan analisis awal atas legislasi untuk SIFIU dan SFIU
pada pertemuan bulan Juni dan Oktober 2010, PPATK melakukan
onsite visit ke Solomon Islands pada bulan November 2010 bersama
dengan wakil AUSTRAC dan Cook Island FIU untuk memastikan
bahwa SIFIU telah beroperasi secara penuh sebagai sebuah FIU.
Onsite visit ke Samoa akan dilakukan pada bulan Januari 2011. Hasil
onsite visit ke Solomon Islands dan Samoa akan dipaparkan pada
pertemuan Egmont WG di Aruba bulan Maret 2011 dan diharapkan
kedua FIU tersebut akan diterima pada pertemuan tahunan Egmont
di Armenia bulan Juni 2011.
Selama tahun 2010, PPATK telah melakukan kerjasama bilateral yang
dituangkan dalam bentuk Nota Kesepahaman (Memorandum of
Understanding/MoU) dengan 4 (empat) FIU yaitu Solomon Island,
Qatar, United Arab Emirate, dan Vietnam. Penandatanganan MoU
dengan FIU Vietnam dilakukan di sela-sela kunjungan ke PPATK
untuk mempelajari penanganan rezim anti pencucian uang di
Indonesia pada bulan Agustus 2010.
Dalam hubungannya dengan donor, PPATK terus menjalin kerjasama
dengan beberapa donor yang memberikan bantuan teknis kepada
PPATK dan beberapa instansi lainnya melalui serangkai program
kegiatan. Beberapa bantuan teknis yang cukup signifikan dicapai
selama tahun 2010 adalah:

29

Laporan Tahunan PPATK 2010

Diselesaikannya Domestic Review NPO sector. Dalam rangka


implementasi strategi ke-9 dari Strategi Nasional Pencegahan
dan Pemberantasan Pencucian Uang di Indonesia tahun 20072011 (Strategi Nasional), PPATK bekerjasama dengan United
Kingdom Charity Commission menyelenggarakan Non-Profit
Organization (NPO) Domestic Review, yang menghasilkan 8
Rekomendasi terkait kebijakan pengawasan sektor NPO secara
komprehensif. Domestic Review ini diluncurkan pada tanggal 7
Juli 2010 dan saat ini PPATK kembali menjadi koordinator
implementasi dari rekomendasi-rekomendasi tersebut.

Diselesaikannya serangkaian kegiatan yang termasuk dalam


PPATK-AUSTRAC Partnership Program (PAPP) phase I. Pada
phase ini, beberapa pencapaian signifikan adalah
dihasilkannya 5 (lima) SPO penanganan IT di PPATK serta
penerapan customer due diligence sektor perbankan dan nonperbankan. Salah-satu hasil kegiatan tersebut pada tahap ke-2
ini adalah dengan meluncurkan buku petunjuk/pedoman
Program Kepatuhan Anti Pencucian Uang dan Pemberantasan
Pendanaan Terorisme (APU/PPT).

Diselenggarakannya donors' meeting pada tanggal 29


November 2010 yang dihadiri oleh 10 instansi/negara donor
(baik bilateral maupun multilateral) dan seluruh instansi
terkait di Indonesia untuk membahas perkembangan bantuan
teknis yang telah diberikan serta kemungkinan bantuan teknis
yang akan diterima oleh Indonesia, khususnya terkait dengan
implementasi UU No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

30

Laporan Tahunan PPATK 2010

4. Hukum dan Regulasi


Tahun 2010 merupakan tahun terakhir Rancangan Undang-undang
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang (RUU PP-TPPU) berada di lembaga legislatif. Pada tanggal 22
Oktober 2010 RUU PP-TPPU telah disahkan. Seiring dengan telah
disahkan dan diundangkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang (UU TPPU), Direktorat Hukum dan Regulasi (DHR)
memfokuskan kegiatan pada diseminasi dan sosialisasi UU TPPU
serta Penyusunan peraturan pelaksana UU tersebut.
Direktorat Hukum dan Regulasi mempunyai tugas penelaahan dan
penyusunan peraturan perundang-undangan dan pemberian
nasehat hukum serta pengawasan serta urusan yang berkaitan
dengan hukum dan peraturan dan perundang-undangan, baik
mengenai tindak pidana pencucian uang maupun masalah lainnya
yang terkait. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Hukum dan
Regulasi mempunyai fungsi:
a. Pengawasan penelaahan dan penyusunan peraturan
perundang-undangan;
b. Pengawasan pemberian nasehat hukum;
c. Pengawasan semua urusan yang berkaitan dengan hukum
dan peraturan perundang-undangan, baik mengenai tindak
pidana pencucian uang maupun masalah lainnya yang
terkait.
Sehubungan dengan tugas dan fungsi Direktorat Hukum dan
Regulasi, maka di dalam rencana kerja Direktorat Hukum dan
Regulasi memasukkan kegiatan sosialisasi yang memiliki tujuan
untuk menyamakan persepsi terkait rezim anti pencucian uang baik
di kalangan aparat penegak hukum, penyedia jasa keuangan, new
reporting parties, akademisi bahkan masyarakat umum yang mana
diwakilkan oleh pemerintah daerah setempat.

31

Laporan Tahunan PPATK 2010

Selain itu, Direktorat Hukum dan Regulasi juga memberikan


asistensi penuh dalam kegiatan penyusunan Rancangan UndangUndang Perampasan Aset (RUU PA) yang memiliki kaitan dengan
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian
uang. Maraknya pemberantasan kegiatan terorisme di Indonesia
oleh para aparat penegak hukum juga membuat PPATK melakukan
berbagai upaya dalam pemberantasan tindak pidana pendanaan
terorisme. Salah satu upaya PPATK adalah dengan mengajukan
usulan kepada Pemerintah untuk menyusun Rancangan Undangundang tentang Penceghan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pendanaan Terorisme (RUU TPPT).
Peraturan Pelaksanaan dari RUU TPPU terus disusun dan
disempurnakan rancangannya sebelum RUU TPPU disahkan oleh
DPR sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk
melakukan pembahasan peraturan pelaksanaan dari UU No.8
Tahun 2010. Kegiatan lainnya diisi dengan aktivitas pemberian
pendapat hukum (legal opinion), kajian hukum, pemberian
keterangan ahli baik di tingkat penyidikan, penuntutan maupun
pengadilan dan menyelenggarakan workshop/seminar hukum.
Untuk mengefektifkan pekerjaan di Direktorat Hukum dan Regulasi,
kegiatan sebagaimana telah disebutkan diatas dikerjakan oleh
orang yang tepat sesuai dengan keahlian masing-masing sehingga
menghasilkan output yang berkualitas, maka terdapat pembagian
kerja sesuai dengan kegiatan, yaitu kegiatan analisis hukum,
advokasi (bantuan hukum), dan legislasi (penyusunan peratauran
perundang-undangan). Rincian kegiatan selama periode laporan
sebagaimana diuraikan berikut ini:
a. Sosialisasi Rezim Anti Pencucian Uang
Sosialisasi rezim anti pencucian uang terus menerus
diselenggarakan di beberapa kota besar di Indonesia.
Penentuan kota-kota tujuan sosialisasi dilihat dari kebutuhan
informasi umum akan rezim anti pencucian uang dan

32

Laporan Tahunan PPATK 2010

implementasi Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002


sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 25
Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU)
dan termasuk Rancangan Undang-Undang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang akhirnya
telah disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang pada tanggal 22 Oktober 2010. Tujuan dari
kegiatan ini untuk memperoleh persamaan persepsi akan UU
TPPU baik di kalangan aparat penegak hukum, penyedia jasa
keuangan, new reporting parties, akademisi dan masyarakat
umum.
Di dalam rencana kegiatan Direktorat Hukum dan Regulasi
Tahun 2010, telah direncanakan sosialisasi ke 6 (enam) kota di
Indonesia. Sosialisasi rezim anti pencucian uang bagi penyedia
jasa keuangan, aparat penegak hukum, akademisi dan
masyarakat sampai dengan akhir tahun 2010 telah
diselenggarakan di kota Semarang, Gorontalo, Banjarmasin,
Palembang, Jakarta dan Nanggroe Aceh Darussalam. Selain
itu, dilaksanakan pula sosialisasi rezim anti pencucian uang
kepada penyedia jasa keuangan hasil kerja sama antara PPATK
dengan Bank Indonesia (BI) dan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) di kota Pekanbaru.
PPATK dalam melaksanakan sosialisasi rezim anti pencucian
uang juga melakukan kerjasama dengan Bank Indonesia,
Kehakiman, Kejaksaan, Kepolisian, Bea dan Cukai, Direktorat
Jenderal Pajak, Pemerintah Daerah setempat dan juga
universitas.
b. Penyempurnaan Modul Sosialisasi
Salah satu bagian dari kegiatan sosialisasi rezim anti pencucian
uang adalah penyempurnaan modul. Di akhir Tahun 2010,

33

Laporan Tahunan PPATK 2010

PPATK bekerjasama dengan Lembaga Pencucian Uang


Indonesia (LAPI) untuk kembali menyempurnakan modul
tersebut. Adapun hasil dari kerjasama tersebt, PPATK telah
menghasilkan modul sosialisasi yang terdiri dari silabus dan 6
(enam) buah modul, antara lain:
1) Silabus Progran Sosialisasi Anti Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme di Indonesia.
2) Modul I: Rezim Anti Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme Di Indonesia.
3) Modul II: Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencucian
Uang dan Pendanaan Terorisme.
4) Modul III: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
Bagi Industri Perbankan.
5) Modul IV: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
Bagi Industri Pasar Modal.
6) Modul V: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
Bagi Industri Lembaga Keuangan Non Bank.
7) Modul VI: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
Bagi Penyedia Barang dan/atau Jasa Lain.
c.

Analisis dan Bantuan Hukum


1) Pengumpulan Putusan dan Anotasi
Sampai dengan akhir tahun 2010, Direktorat Hukum dan
Regulasi telah mencatat terdapat 36 (tiga puluh enam)
putusan terkait tindak pidana pencucian uang. Adapun
rincian putusan yang berhasil dicatat oleh Direktorat
Hukum dan Regulasi adalah sebagai berikut:

34

Laporan Tahunan PPATK 2010

Tabel 7
Putusan Pengadilan

35

Laporan Tahunan PPATK 2010

Sebagian kegiatan analisis hukum adalah melakukan anotasi


putusan terkait tindak pidana pencucian uang. Dari 36 (tiga puluh
enam) putusan, telah dihasilkan 11 (sebelas) anotasi putusan, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
2)

Kasus Anastasia Kusmiati Pranoto


Kasus Lukman Hakim
Kasus Tonny Chaidir Martawinata
Kasus Herry Robert
Kasus Jasmarwan
Kasus Ie Mien Sumardi
Kasus Hendri Susilo
Kasus Lie Han Pouw Al. Pau Pau
Kasus Vincentius Amin Sutanto
Kasus Dolfie Christian Efraim Palar Alias Dolfi
Kasus Saifuddin Bin Yahya

Memberikan Bantuan Hukum di Bidang TPPU


Kegiatan ini dimaksudkan adalah pemberian bantuan hukum
terhadap para pihak dalam hal ini adalah aparat penegak
hukum, penyedia jasa keuangan, profesi bahkan masyarakat
umum, akan interpretasi suatu pasal yang terdapat dalam UU
TPPU dan pelaksanaannya di lapangan.

3)

Memberikan Keterangan Ahli


Koordinasi antara PPATK dengan aparat penegak hukum, tidak
hanya sebatas pada gelar perkara dan penyampaian pendapat
hukum, tetapi di dalam penanganan perkara tindak pidana
pencucian uang, PPATK juga memberikan bantuan berupa
pemberian keterangan ahli yang telah dilaksanakan pada tahuntahun sebelumnya. Koordinasi yang baik dan efektif antara
PPATK dan aparat penegak hukum, khususnya dengan
kepolisian dan kejaksaan, tercermin dari meningkatnya
permintaan keterangan ahli di Tahun 2010. Sampai dengan akhir
Tahun 2010 telah terdapat 13 (tigabelas) kali permintaan

36

Laporan Tahunan PPATK 2010

keterangan ahli dari kepolisian dan 14 (empat belas) kali


permintaan keterangan ahli dari kejaksaan, serta 1 (satu) kali
permintaan keterangan ahli atas nama tersangka Serka Joko
Suripto dari Polisi Militer TNI.
Adapun rincian pemberian keterangan ahli ke Kepolisian adalah
sebagai berikut:
a.
b.

Kasus Lihan
Kasus Adiansyah Bin Iwansyah Dan Anna Roeszana
Prihatiny
c. Kasus Robert Tantular, Dkk
d. Kasus Thomas Tansah
e. Kasus Sugianto
f. Kasus Bonaventura Manurung Alias Mustar
Bonaventura
g. Kasus Tarmuji, Tersangka Frinaldi, Dkk
h. Kasus Riska Mawarsari
i. Kasus M. Jafar
j. Kasus Jumratul Adawiyah
k. Kasus Muhammad Ramlan Dkk
l. Kasus Noordin Moelok
m. Kasus Fransiskus Januarta Dan Jeffry
Adapun rincian pemberian keterangan ahli di sidang pengadilan
adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Kasus Lista Adriani


Kasus Jodi Haryanto
Kasus Wahyu Safitri Rupaat
Kasus Umar Sugianto Dan Edi Als Albert Wijaya
Kasus Lihan Bin H Bahri
Kasus Andi Kosasih
Kasus Lambertus Palang Ama
Kasus Lilik Siswanto, Dkk
Kasus Frinaldi, Se Dan Tarmudji, St

37

Laporan Tahunan PPATK 2010

j.
k.
l.
m.
n.
4)

Kasus Rizal Nurarief Meido


Kasus Dr. Drs. Bahasyim Assifie, Msi. Bin Khalil Sarinoto
Kasus Asep Tatang
Kasus Adiyansyah Bin Iwansyah
Kasus Herrysawati Bakri

Pemberian Pendapat Hukum


Salah satu dari tugas dari Direktorat Hukum dan Regulasi adalah
memberikan pendapat hukum atau legal opinion terkait dengan
tindak pidana pencucian uang, khususnya yang berkaitan
dengan substansi dari Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 dan per
tanggal 22 Oktober 2010 undang-undang tersebut dinyatakan
tidak berlaku dan diamandemen dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang. Adapun pendapat hukum
tersebut merupakan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan
atau pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh berbagai
pihak seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pengacara,
penyedia jasa keuangan, regulator, aparat penegak hukum,
akademisi, kurator, instansi terkait lainnya serta masyarakat
umum.

5)

Menyelenggarakan Seminar/Workshop/Diskusi Hukum


Tahun 2010, PPATK telah menyelenggarakan beberapa kali
seminar/workshop/diskusi baik atas inisiatif sendiri maupun
bekerjasama dengan pihak dalam dan luar negeri. Adapun
rincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Konferensi International Forfeiture Cooperation pada
tanggal 18-20 Mei 2010, di Hotel JW Marriot, PPATK
bekerjasama dengan Office of Overseas Prosecutorial
Development Asssistance and Training (OPDAT) dan World

38

Laporan Tahunan PPATK 2010

Bank, yang diikuti oleh peserta dari Malaysia, Philipina,


Singapura, Thailand, Bangladesh, Vietnam, Kamboja, Laos
serta menghadirkan pembicara/ahli dari Amarika Serikat,
World Bank dan Indonesia.
b. Diskusi Pihak Pelapor-Penyedia Barang dan/atau Jasa
berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang, pada tanggal 25-27 Oktober 2010 di Hotel Sahira,
Bogor yang dihadiri oleh perwakilan asosiasi penyedia
barang dan/atau jasa, perwakilan Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia, perwakilan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta,
perwakilan Kementerian Keuangan Republik Indonesia
serta perwakilan dari PPATK.
c. Seminar Nasional dengan tema Rezim Anti Pencucian Uang
Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang, pada tanggal 10 November 2010 di
The Sultan Hotel Jakarta, yang dihadiri oleh penyedia jasa
keuangan, regulator dan aparat penegak hukum.
d. Diskusi dengan Lembaga Pengawas dan Pengatur
berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang, pada tanggal 16 November 2010 di Gedung PPATK
yang dihadiri oleh perwakilan dari Bank Indonesia dan
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(BAPEPAM-LK) Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
E. Rapat Koordinasi dengan Penyidik Tindak Pidana Pencucian
Uang berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang, pada tanggal 22-24 November 2010 di
Hotel Sahira, Bogor, yang dihadiri oleh perwakilan dari

39

Laporan Tahunan PPATK 2010

penyidik POLRI, penyidik KPK, penyidik BNN, penyidik Ditjen.


Pajak dan Penyidik Bea dan Cukai Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.
6)

Peraturan Perundang-undangan
a. Rancangan Amandemen Undang-undang Pemberantasan
TPPU
1)

Dalam rangka persiapan pembahasan RUU di DPR,


PPATK juga terus melakukan kajian terhadap RUU
Amandemen UU TPPU, salah satunya dengan
melakukan pemetaan dan inventarisasi
permasalahan-permasalahan krusial dalam RUU dan
menyiapakan usul atau rekomendasi penyempurnaan
RUU yang akan disampaikan dalam pembahasan RUU
tersebut di DPR. Adapun catatan perjalanan RUU
tersebut sehingga menjadi UU TPPU dapat kami rinci
sebagai berikut:
i.

RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan TPPU


telah masuk dalam Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) Tahun 2010 2014 yang disahkan oleh
DPR pada tanggal 1 Desember 2009. Bahkan RUU
Pencegahan dan Pemberantasan TPPU menjadi
salah satu RUU Prioritas Tahun 2010 (No. 45).
Harapan dilakukannya pembahasan dan
Pengesahan RUU pada tahun 2010 semakin
meningkat karena salah satu butir kesimpulan
dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi
III DPR dengan PPATK tanggal 2 Desember 2009 juga
menyebutkan perlu segera dilakukannya
perubahan terhadap UU TPPU.

Ii. Pembahasan RUU tentang Pencegahan dan


Pemberantasan TPPU dengan DPR RI pada tahun

40

Laporan Tahunan PPATK 2010

2010 dimulai dari Raker Pansus RUU Pencegahan


dan Pemberantasan TPPU, Rapat Dengar Pendapat
Pansus dengan intansi terkait, Rapat Panja, Rapat
Tim Perumus, dan Rapat Tim Sinkronisasi, sampai
disetujuinya RUU tentang Pencegahan dan
Pemberantasan TPPU oleh DPR RI pada tanggal 5
Oktober 2010. Pada tanggal 22 Oktober 2010, RUU
ini disahkan oleh Presiden menjadi UU No. 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
TPPU.
iii. Sebagai tindak lanjut pengesahan UU TPPU
tersebut, telah dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a.

Menyusun konsep blueprint dan road map


PPATK dalam rangka implementasi UU TPPU;
Penyusunannya bertujuan sebagai panduan
dan percepatan implementasi UndangUndang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang yang telah disahkan
dan diundangkan pada tanggal 22 Oktober
2010.
Ruang lingkup meliputi aspek:
1) Legislasi;
2) Diseminasi;
3) Penataan organisasi atau tata kerja, tata
laksana, termasuk bussiness process dan
Standard Operational Procedure (SOP),
dan Sumber Daya Manusia (SDM);
4) Redifinisi dan revitalisasi hubungan
dengan stakeholders; dan
5) Pengembangan teknologi informasi.

41

Laporan Tahunan PPATK 2010

Jangka waktu program kerja meliputi:


1) jangka Pendek (1 tahun)
2) jangka menengah (2-3 tahun)
3) jangka panjang (4-5 tahun)
b. Diseminasi dan Sosialisasi UU TPPU;
c. Penghimpunan dan penyusunan memorie van
toelichting (MvT) pembahasan UU TPPU;
Penyusunan buku kompilasi risalah atau Memorie
vanToelicthing (MvT)pembahasanUUNo.8Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
TPPU di DPR diharapkan dapat menjadi referensi
utamabagisetiaporangyangakanmendalamidan
memahami proses pembahasan dan pengesahan
UUtersebut diDPR.
d. Penyusunan rancangan awal (inisiatian draft)
peraturan pelaksana sebagai amanat UU TPPU,
antara lain:
i. ps. 41 ayat (3) mengenai tata cara
penyampaian data dan informasi oleh
instansi pemerintah dan/atau lembaga
s wa sta d i at u r d e n ga n Pe rat u ra n
Pemerintah.
ii. ps. 46 mengenai tata cara pelaksanaan
kewenangan PPATK diatur dengan
Peraturan Presiden.
iii. ps. 60 mengenai susunan organisasi dan
tata kerja PPATK diatur dengan Peraturan
Presiden.
iv. ps. 62 ayat (3) mengenai manajemen
sumber daya manusia PPATK diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
v. Ps. 58 ayat (2) mengenai penghasilan, hakhak lain, penghargaan, dan fasilitas bagi
Kepala dan Wakil Kepala PPATK diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

42

Laporan Tahunan PPATK 2010

Berdasarkan UU TPPU, amanat diterbitkannya


peraturan pelaksana adalah sebagai berikut:
1) ps. 17 ayat 2: Ketentuan mengenai Pihak Pelapor
lain diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2) Ps. 18 ayat 6: Dalam hal belum terdapat Lembaga
Pengawas dan Pengatur, ketentuan mengenai
prinsip mengenali Pengguna Jasa dan
pengawasannya diatur dengan Peraturan Kepala
PPATK.
3) Ps. 23 ayat (2): Perubahan besarnya jumlah
Transaksi Keuangan Tunai ditetapkan dengan
Keputusan Kepala PPATK.
4) ps. 23 ayat (3): Besarnya jumlah Transaksi
Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri yang
wajib dilaporkan c diatur dengan Peraturan Kepala
PPATK.
5) ps. 25 ayat (5) Bentuk, jenis, dan tata cara
penyampaian laporan TKM, TKT, IFTI diatur dengan
Peraturan Kepala PPATK.
6) ps. 30 ayat (5) Tata cara pemberian sanksi
administratif diatur dengan Peraturan Kepala
PPATK.
7) ps. 31 ayat (4): Tata cara pelaksanaan Pengawasan
Kepatuhan diatur oleh Lembaga Pengawas dan
Pengatur dan/atau PPATK sesuai dengan
kewenangannya.
8) ps. 36: Tata cara pemberitahuan pembawaan uang
tunai dan/atau instrumen pembayaran lain,
pengenaan sanksi administratif, dan penyetoran ke
kas negara diatur dengan Peraturan Pemerintah.
9) ps. 41 ayat (3): Tata cara penyampaian data dan
informasi oleh instansi pemerintah dan/atau
lembaga swasta diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
10) ps. 46: Tata cara pelaksanaan kewenangan PPATK
diatur dengan Peraturan Presiden.

43

Laporan Tahunan PPATK 2010

11) Ps. 58 ayat (2) Penghasilan, hak-hak lain,


penghargaan, dan fasilitas bagi Kepala dan Wakil
Kepala PPATK diatur dengan Peraturan Pemerintah.
12) ps. 60 Susunan organisasi dan tata kerja PPATK
diatur dengan Peraturan Presiden.
13) ps. 62 ayat (3): Manajemen sumber daya manusia
PPATK diatur dengan Peraturan Pemerintah.
14) ps. 84 ayat 2 dan ps. 86 ayat (2): Tata cara pemberian
pelindungan khusus diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
15) ps. 92 ayat (2): Pembentukan Komite Koordinasi
Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang diatur dengan Peraturan
Presiden.
7)

Pemuhtakhiran ( updating ) buku Ikhtisar Ketentuan


Pencegahan dan Pemberantasan TPPU dan Pendanaan
Terorisme (Regulatory Manual).
Penyusunan buku Ikthisar Ketentuan Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme disusun dalam 2 (dua) bahasa yakni
versi bahasa Indonesia dan versi bahasa Inggris. Buku ikthisar
ini diharapkan dapat menjadi semacam manual book yang
memuat rujukan normatif dan praktis bagi para pemangku
kepentingan baik di sektor keuangan maupun di sektor
penegak hukum dalam melaksanakan rezim anti pencucian
uang dan pendanaan terorisme di Indonesia.

8)

Rancangan Undang-undang Perampasan Aset


Sebagaimana diketahui, Indonesia pada saat ini sedang
menyusun RUU Perampasan Aset. Penyusunan RUU tersebut
d i m a k s u d ka n m e m p e r k u a t s i s t e m h u k u m ya n g
memungkinkan dilakukannya pengembalian aset hasil tindak
pidana tanpa putusan pengadilan dalam perkara pidana.

44

Laporan Tahunan PPATK 2010

Dengan mekanisme ini diharapkan terbuka kesempatan yang


luas untuk merampas segala aset yang diduga merupakan
hasil pidana (proceed of crimes) dan aset-aset lain yang patut
diduga akan digunakan atau telah digunakan sebagai sarana
( instrumentalities ) untuk melakukan tindak pidana,
khususnya yang termasuk dalam kejahatan lintas Negara yang
terorganisir ( transnational organized crime ) maupun
kejahatan-kejahatan yang ancaman pidana penjaranya 4
(empat) tahun atau lebih.
Penyusunan RUU Perampasan Aset ini merupakan tindak
lanjut dari ratifikasi konvensi internasional yang telah
dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, yaitu: Konvensi PBB
Menentang Korupsi Tahun 2003 (United Nation Convension
Against Corruption/UNCAC, 2003) yang telah diratifikasi
dengan UU No.7/2006 dan Konvensi PBB menentang
Kejahatan Transnasional Terorganisir ( United Nations
Convention Against Transnational Organized Crimes/UNCATOC) telah diratifikasi dengan UU No.5/2009. Sebagaimana
dikatahui, kedua konvensi tersebut menekankan pentingnya
negara pihak (state party) untuk mengatur secara khusus
perampasan aset hasil kejahatan tanpa putusan pengadilan
dalam perkara pidana.
Bagi PPATK penyusunan RUU tersebut sejalan dengan
rekomendasi ke-3 Financial Action Task Force (FATF) atau
Revised 40+9 Recommendations, yang merupakan standar
internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang. Disamping itu, Penyusunan
RUU sejalan dengan Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 20072011 yang peluncurannya dilakukan secara langsung oleh
Presiden RI pada tanggal 17 April 2007. Strategi Nasional
dengan tegas menyatakan perlunya pengefektifan penerapan
penyitaan aset (asset forfeiture) dan pengembalian aset
(asset recovery).

45

Laporan Tahunan PPATK 2010

Penyusunan RUU Perampasan Aset Tindak Pidana dilakukan


oleh sebuah Panitia yang dibentuk berdasarkan Keputusan
Menteri Hukum dan HAM. Panitia tersebut beranggotakan
wakil dari instansi-instansi terkait seperti Kepolisian,
Kejaksaan, KPK, PPATK, Deplu, Depkeu, Kantor Meneg PAN,
Setneg, dan Depkumham sebagai focal point. Dalam rangka
penyusunan RUU tersebut, Panitia juga telah melakukan
serangkaian diskusi di dalam negeri dengan pakar dari
Amerika Serikat, Perancis, Colombia, Swiss, Inggris (UK) serta
Expert dari StAR Inisiative World Bank.
Dalam rangka melaksanakan salah satu program (No.5) dari
Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang Tahun 2007-2011 yang peluncurannya
dilakukan secara langsung oleh Presiden RI tanggal 17 April
2007, panitia telah menyusun draft awal RUU tentang
Perampasan Aset berikut konsep Naskah Akademiknya. PPATK
kemudian mendorong pencantuman RUU tentang
Perampasan Aset sebagai salah satu RUU Prioritas Prolegnas
tahun 2008 dan disetujui oleh DPR pada tanggal 4 Oktober
2007. Sejauh ini Tim dibawah kepemimpinan Kepala PPATK
belum melakukan studi komparatif ke negara lain. Namun dari
serangkaian hasil diskusi dan studi literatur Tim mencoba
mencari bentuk yang terbaik dan acceptable untuk diterapkan
di Indonesia. Adapun garis besar RUU sebagai berikut:
a)

Perampasan asset menurut RUU ini hanya dapat


dilakukan dalam hal penuntutan dan perampasan asset
secara pidana tidak mungkin dilakukan baik karena
tersangka/terdakwanya meninggal dunia, melarikan diri,
sakit permanen, tidak diketahui keberadaannya, atau
alasan lain atau gagal dilakukan baik karena putusan
lepas dari tuntutan hukum atau di dalam putusannya
tidak mencantumkan diktum merampas harta kekayaan
yang menjadi objek perampasan asset.

46

Laporan Tahunan PPATK 2010

b)

Permohonan perampasan asset tetap dapat dilakukan


sekalipun dalam perkara pokoknya penyidikan dan atau
penuntutannya dihentikan atau terdakwa dinyatakan
bebas sepanjang Negara dalam gugatannya dapat
mengajukan bukti yang cukup bahwa asset yang digugat
merupakan objek perampasan asset sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini.

c)

Beberapa ketentuan lain yang diatur dalam RUU


Perampasan Aset antara lain mengenai objek
perampasan aset yang cukup luas dan menjangkau
berbagai tindak pidana serius dan TOC, ketentuan
mengenai penelusuran aset, pemblokiran, dan penyitaan
dalam rangka perampasan aset, hak pihak ketiga yang
beriktikad baik, pembalikan beban pembuktian (reverse
burden of proof), hukum acara dan sistem pembuktian,
ketentuan berlaku surut (retroactive atau retrospective
principle), dan untuk pelaksanaan pengelolaan aset akan
dibentuk Lembaga Pengelola Aset.

d)

Dalam RUU juga perlu diatur ketentuan mengenai


kerjasama internasional dan konsep bagi hasil (asset
sharing) bagi instansi atau negara lain yang terlibat dalam
proses asset recovery.

Diinformasikan pula bahwa status perkembangan terakhir


penyusunan RUU Perampasan Aset adalah sebagai berikut:
a)

RUU sudah 2 (dua) kali disosialisasikan kepada publik,


yaitu pertama diadakan di Jakarta pada tanggal 3 Agustus
2009. Adapun yang menjadi pembahas adalah Sdr. Feri
Wibisono (Direktur Penuntutan KPK) dan Sdr. Tyas
Muharto (Kejaksaan Agung RI). Sedangkan Narasumber
adalah Prof. Mardjono Reksodiputro (Guru Besar FH-UI
dan Wakil Ketua Komisi Hukum Nasional).

47

Laporan Tahunan PPATK 2010

b)

Sosialisasi kedua tanggal 28 Oktober 2009 di Hotel Bumi


Surabaya, yang diselenggarakan atas kerjasama antara
Depkumham dengan NLRP. Adapun yang menjadi
pembahas adalah Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono,
S.H.,M.H. (Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Airlangga, Surabaya) dan Prof. Masruhin
Rubai, S.H.,M.S. (Guru Besar FH Univ. Brawijaya Malang).
Sedangkan Narasumber adalah Bapak Djoko Sarwoko,
(Ketua Muda MA bidang Pidana Khusus).

c)

RUU tentang Perampasan Aset Tindak Pidana telah


masuk dalam Program Legslasi Nasional (Prolegnas)
Tahun 2010 2014. RUU Perampasan Aset bukan
merupakan RUU Prioritas Tahun 2010. Dengan dengan
memberikan kesempatan kepada Pemerintah untuk
memperdalam dan melakukan studi komparatif
mengenai praktek Non Conviction Based (NCB)
Forfeiture yang efektif di negara lain.

d)

Dirjen Peraturan Perundang-Undangan atas nama


Menteri Hukum dan HAM, pada Tahun 2010 kembali
membentuk Panitia Penyusunan RUU dimaksud yang
beranggotakan wakil dari instansi-instansi terkait,
termasuk PPATK sebagai insiator RUU tersebut.

e)

Telah dilakukan diskusi dengan pakar dari Amerika


Serikat, Perancis, Inggris, Swiss, dan Columbia.Guna
melengkapi bahan dan menyempurnakan RUU yang
sudah ada, telah dilaksanakan studi komparatif ke
Belanda dan Inggris pada bulan 29 Mei s/d 5 Juni 2010.

F)

Pada akhir tahun 2010 diperjuangkan untuk masuk


dalam Prolegnas sebagai RUU Prioritas Tahun 2011. RUU
Perampasan Aset akhirnya menjadi RUU Prioritas Tahun
2011. Diharapkan dapat disahkan pada akhir tahun 2011.

48

Laporan Tahunan PPATK 2010

Dalam penyusunan RUU Perampasan Aset juga dilakukan


kerjasama antara PPATK dan NLRP berupa:
a)

Melakukan pedalaman masalah NCB Forfeiture dan


melakukan uji publik dengan menyelenggarakan
seminar, diskusi atau workshop di Jakarta dan daerah
dengan melibatkan perguruan tinggi; dan

b)

Memfasilitasi pelaksanaan studi komparatif ke Inggris


dan Belanda dengan melibatkan instansi terkait.

9)

Rancangan Undang-undang tentang Pencegahan dan


Pendanaan Terorisme

Penyusunan RUU tentang Pendanaan Terorisme


dilatarbelakangi oleh realitas, bahwa upaya penanggulangan
tindak pidana terorisme tidak akan optimal tanpa diikuti
dengan upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap
pendanaan terorisme. Sebagai negara yang beberapa kali
mengalami serangan terorisme, kita perlu memperluas
jangkauan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana terorisme dengan upaya memutus mata rantai atau
alur pendanaan terorisme disamping melakukan upayaupaya untuk menangkap dan menghukum secara fisik para
teroris.
Penyusunan RUU juga dilatarbelakangi oleh masih minimnya
pemenuhan standar internasional di bidang pencegahan dan
pemberantasan pendanaan kegiatan terorisme sebagaimana
tercermin dalam laporan hasil APG Mutual Evaluations
terhadap Indonesia yang disahkan (adopted) pada Pleno
Sidang Tahunan APG tanggal 9 Juli 2008 di Bali. Dari 9
(sembilan) rekomendasi khusus (Special Recommendations)
pendanaan terorisme yang dikeluarkan oleh FATF, Indonesia
sama sekali tidak memperoleh LC (Largely Compliant) apalagi
C (Compliant).

49

Laporan Tahunan PPATK 2010

Dalam laporan hasil APG ME disebutkan, bahwa ketentuan


mengenai tindak pidana pendanaan terorisme sebagaimana
diatur dalam Pasal 11, Pasal 12 dan Pasal 13 UU No.15 Tahun
2003 tentang Anti Terorisme belum sejalan dengan Konvensi
Internasional Pemberantasan Pendanaan Terorisme, 1999
(International Convention for the Suppression of the Financing
of Terorism, 1999) yang telah diratifikasi oleh Pemerintah
Indonesia dengan Undang-Undang No.6 Tahun 2006.
Laporan hasil APG ME juga memuat rekomendasi antara lain:
-

Undang-Undang Anti Terorisme harus diamandemen


guna menghilangkan kesan adanya persyaratan bahwa
tindak pidana pendanaan terorisme harus dikaitkan
dengan aksi terorisme tertentu;

Undang-Undang Anti Terorisme perlu diamandemen


agar mencakup penjatuhan hukuman yang efektif,
proporsional dan preventif, termasuk hukuman denda
bagi subyek hukum perorangan dan hukuman
administratif yang efektif bagi korporasi;

harus dipastikan bahwa ketimpangan yang terjadi terkait


dengan ketentuan mengenai tanggung jawab pidana
korporasi dapat diatasi;

Pelaku tindak pidana pendanaan terorisme harus


dimintakan pertanggunganjawabnya, dimana pihak yang
berwenang dapat mempertimbangkan untuk
mengadopsi sebuah pendekatan dimana seluruh
dakwaan tentang tindak pidana Pembiayaan Terorisme
ini harus berupa Dakwaan Kumulatif yang memerlukan
satu putusan khusus untuk tindak pidana Pendanaan
Terorisme; dan

50

Laporan Tahunan PPATK 2010

Pihak yang berwenang harus menerapkan tindak pidana


pendanaan terorisme untuk menuntut dan menghukum
pelaku pendanaan terorisme yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok teroris dan individu yang
keberadaannya telah diidentifikasi di Indonesia.

Disamping memenuhi konvensi, standar intenasional dan


rekomendasi laporan hasil APG ME sebagaimana tersebut
diatas, penanganan masalah pendanaan terorisme sangat
penting dan mendesak mengingat berbagai aksi terorisme
yang terjadi di tanah air. Aksi-aksi terorisme tersebut terjadi
karena adanya dukungan dana yang memadai baik untuk
biaya pembuatan bom, biaya operasional ataupun biaya
hidup anggota jaringan teroris. Karena itu Pemberantasan
terorisme harus disertai juga dengan pencegahan dan
pemberantasan pembiayaan terorisme dengan mengejar
sumber uangnya (follow the money).
Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Pendanaan Terorisme. Draft awal (initial
draft) telah disiapkan oleh Tim Antardep dari PPATK,
Departemen Hukum dan HAM (dhi. Wakil dari BPHN dan
Ditjen Peraturan Perundang-undangan), Kejaksaan Agung
(Jampidsus dan Biro Hukum), Mabes POLRI (Densus 88 dan
Divisi Hukum), Desk Anti Terrorism Kantor Menko Polhukam,
Direktorat KIPS Ditjen Multilateral Deplu, dan perwakilan dari
DPNP Bank Indonesia.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana
tersebut diatas, Kepala PPATK telah mengirim surat kepada
Menkumham dan Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS guna mengusulkan
penyusunan RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Pendanaan Terorisme.

51

Laporan Tahunan PPATK 2010

Initial draft dan naskah akademik telah disampaikan oleh


Kepala PPATK kepada Menkumham pada tanggal 13 Januari
2010 guna dibahas kembali dalam Tim Penyusun yang
dibentuk oleh Menkumham. Telah masuk dalam Program
Legislasi Nasional (Prolegnas) Tahun 2010-2014 dengan
Nomor Urut 223. RUU Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pendanaan Terorisme belum menjadi RUU
Prioritas Tahun 2011.
Penyusunan RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Pendanaan Terorisme bertujuan untuk:
a.

b.

c.

memberikan dasar hukum yang kuat dan kemudahan


dalam pendeteksian, pembekuan, penyitaan dan
perampasan pendanaan kegiataan terorisme;
mendukung dan meningkatkan efektivitas upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
terorisme dan pendanaan kegiatan terorisme;
menyesuaikan pengaturan mengenai pencegahan dan
pemberantasan pendanaan kegiatan terorisme sehingga
sejalandengankonvensiyangtelahdiratifikasiolehPemerintah
Indonesia dan standar internasional di bidang pencegahan dan
pemberantasanpendanaankegiatanterorisme.

Adapun sasaran yang ingin dicapai dari penyusunan RUU


Pencegahan dan Pemberantasan Pendanaan terorisme,
adalah:
a.
B.

c.

ikut memelihara dan menjaga stabilitas ekonomi, sosial


budaya, dan keamanan dan ketertiban nasional;
memutus alur pendanaan kegiatan terorisme sekaligus
mencegah terjadinya lagi serangan atau aksi-aksi
terorisme di seluruh tanah air; dan
menunjukkan komitmen Indonesia yang kuat dan serius
dalam pencegahan dan pemberantasan pendanaan
terorisme.

52

Laporan Tahunan PPATK 2010

10) Pengesahan Peraturan Kepala PPATK


Dalam Tahun 2010, Kepala PPATK mengeluarkan berbagai
peraturan terutama untuk penguatan kelembagaan PPATK
melalui pembenahan peraturan perundang-undangan.
Peraturan dimaksud, yaitu :
a.

b.

c.

d.

e.
f.

g.

P e r a t u r a n K e p a l a P PAT K N o m o r : P E R 01/1.01/PPATK/01/10 tentang Keterbukaan Informasi


Publik;
Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-02/1.01/
PPATK/01/10 tentang PPATK tentang Renstra PPATK Tahun
2010-2014;
Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-03/1.01/
PPATK/01/10 tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri di
Lingkungan PPATK;
Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-04/1.01/
PPATK/05/10 tentang Klasifikasi dan Penanganan Informasi
pada PPATK;
Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-05A/1.01/
PPATK/08/10 tentang Kode Etik Pegawai PPATK;
Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-06/1.01/
PPATK/09/10 tentang Pendidikan dan Pelatihan Bagi
Pegawai PPATK;
P e r a t u r a n K e p a l a P PAT K N o m o r : P E R 07/1.01/PPATK/10/10 tentang Tata Cara Pelaporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa
Keuangan.

11) Kegiatan lainnya


Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
bekerjasama dengan National Legal Reform Program (NLRP)
Pemerintah Belanda dan didukung kerjasama dengan
Indonesian Working Group on Forest Finance (IWGFF) telah
menyusun Regulatory Manual Peraturan di bidang pencegahan

53

Laporan Tahunan PPATK 2010

dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dan


Pendanaan Terorisme.
Regulatory Manual yang disusun memuat ikthisar dan
mensistematisasi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UndangUndang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan atau
Keputusan Menteri, Peraturan atau Keputusan Kapolri, Peraturan
atau Keputusan Jaksa Agung, Putusan Pengadilan, Peraturan Bank
Indonesia (PBI), Surat Edaran Bank Indoensia (SEBI), Peraturan dan
Keputusan Kepala PPATK, Nota Kesepahaman maupun ketentuan
teknis normatif lainnya, yang dalam kenyataannya telah dijadikan
pedoman pelaksanaan dari peraturan di bidang percegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang sehingga diharapkan
dapat mengurangi permasalahan sebagaimana telah dijelaskan
diatas.Disampingitu,RegulatoryManualtersebutjugadimaksudkan
untuk memberikan informasi yang lebih jelas, terutama bagi pelaku
usaha, maka dalam Regulatory Manual tersebut memuat pula
catatan atau keterangan yang tidak dicantumkan dalam suatu
peraturan, namun dalam praktek telah dijadikan sebagai pedoman.
Oleh karena itu, regulatory manual yang tersebut tidak dimaksudkan
untuk menjadi landasan bagi pemberlakuan suatu peraturan atau
pengganti dari peraturan yang ada, tetapi lebih merupakan ikhtisar
ketentuan-ketentuan untuk memudahkan pihak-pihak yang
berkepentingan dalam memahami peraturan-peraturan di bidang
percegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
Regulatory manual pertama kali diluncurkan pada tanggal 14 April
2010diAuditoriumPPATK,Jakarta.
Sehubungan dengan diundangankannya Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pecucian Uang, maka Penyempurnaan Ikhtisar
Ketentuan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme telah dilakukan penyempurnaan pada bulan
November 2010 dan telah di re-launch pada tanggal 21
Desember 2010 di Kompleks Wisma Nusantara, Jakarta.

54

Laporan Tahunan PPATK 2010

5. Sistem Teknologi Informasi Pengembangan Aplikasi


Sistem
Dalam rangka mendukung tercapainya kinerja PPATK, kegiatan
peningkatan peranan teknologi dan informasi di bidang
pengembangan aplikasi sistem telah dirumuskan sebagaimana
termuat didalam Rencana Kegiatan Direktorat Pengembangan
Aplikasi Sistem (DPAS) Tahun 2010.
Beberapa kegiatan Direktorat Pengembangan Aplikasi Sistem yang
telah dilakukan, antara lain : Kegiatan pembuatan Cetak Biru yang
merupakan kerangka kerja terperinci sebagai landasan dalam
pembuatan kebijakan pengembangan sisem informasi dan
teknologi informasi 2010-2014, kerangka kerja tersebut tertuang
dalam roadmap target dan sasaran cetak biru system informasi dan
teknologi informasi. Khusus untuk Pengembangan Sistem Informasi
direncanakan tahapan pengembangannya sbb :






2010 ~ konsolidasi sumber daya system informasi dan


teknologi informasi .
2011 ~ integrasi database-aplikasi dengan datawarehouse
& SIAPUPPT.
2012~ penggunaan sistem informasi sebagai pengganti
kertas (paperless).
2013~keseluruhan kegiatan dapat terpantau dan
terkontrol.
2014 ~ pengembangan organisasi berbasis pengetahuan.

Pengembangan Aplikasi GRIPS (Gathering Reports and Information


Processing System) yang merupakan aplikasi utama dari Sistem
Informasi PPATK dibangun dan dikembangkan untuk mengelola
data dan informasi terdiri dari 9 modul utama sejak dari proses
registrasi dan pembuatan laporan di reporting parties, proses
penerimaan laporan sampai dengan pembuatan dan diseminasi
Laporan Hasil Analisis. Aplikasi GRIPS yang dibangun ini diharapkan

55

Laporan Tahunan PPATK 2010

mampu menjalankan bisnis proses utama PPATK dan mampu


mengantisipasi perubahan-perubahan yang terkait dengan
implementasi Undang-Undang No. 8 tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan TPPU. Selain itu juga telah berhasil
dikembangkan Aplikasi Eksplorasi Database (AED) yang digunakan
sebagai analytical tool untuk menggambarkan keterhubungan dan
aliran dana.
Terkait pengembangan aplikasi GRIPS, yang merupakan
pengembangan dari aplikasi pelaporan sebelumnya yaitu TRACES,
telah dilaksanakan sosialisasi kepada pengguna aplikasi seperti
Bank, Pedagang Valuta Asing, Modal Ventura, Perantara Pedagang
Efek, BPR, serta Dana Pensiun untuk tata cara pelaporan dan
penggunaan aplikasi tersebut. Aplikasi GRIPS ini direncanakan akan
diluncurkan pada Januari 2011.
Pelaksanaan tugas sebagai realisasi dari rencana kegiatan sampai
dengan akhir tahun 2010 secara umum berjalan sesuai dengan
jadwal walaupun disertai beberapa hambatan baik berupa
hambatan strategis maupun hambatan teknis.
Dalam rangka mendukung tercapainya kinerja PPATK, kegiatan
peningkatan peranan teknologi dan informasi di bidang
pengembangan aplikasi sistem telah dirumuskan sebagaimana
termuat didalam Rencana Kegiatan Direktorat Pengembangan
Aplikasi Sistem (DPAS) Tahun 2010. Kegiatan di Direktorat
Pengembangan Aplikasi Sistem meliputi program kerja yang harus
melewati proses pengadaan barang dan jasa dan program kerja
yang dilakukan secara inpenerapan operasional Sistem Teknologi
Informasi PPATK, beberapa kegiatan di Direktorat Operasi Sistem
(DOS) telah dilaksanakan sesuai dengan rencana antara lain:
pemeliharaan infrastruktur komputer dan jaringan, implementasi
Storage Area Network (hibah dari Millenium Challenge
Corporation/MCC sampai dengan tahap pelatihan), pelaksanaan
tugas Help Desk, backup data, peningkatan pelayanan melalui

56

Laporan Tahunan PPATK 2010

pengaktifan remote assistance, migrasi IP Address ke kelas yang


lebih tinggi, mengimplementasikan IPS/management Bandwith,
implementasi alert system melalui SMS Gateway, download dan
implementasi patches/service packs dan anti virus definitions
secara periodik serta penerapan System Expert dan Pemeliharaan
Kualitas (Quality Assurance). Dilain pihak masih terdapat beberapa
rencana kegiatan yang akan segera dilaksanakan antara lain meliputi
kegiatan pengadaan perangkat keras dan lunak (hardware,
software, upgrade license software).
Keberlangsungan Layanan TI dan penjaminan keamanan data dan
informasi elektronik menjadi fokus Direktorat Operasi Sistem (DOS)
di tahun 2010. Untuk menjaga keberlangsungan layanan TI, DOS
telah berhasil melaksanakan rencana kerja direktorat guna
memberikan Layanan TI yang meliputi :
1.
2.
3.

Pengadakan perangkat sistem TI untuk Disaster Recovery


Center (DRC) PPATK;
Peremajaan perangkat teknologi di Data Centre PPATK;
Melaksanakan penyempurnaan pedoman layanan TI dan
prosedur, petunjuk teknis terkait.

Guna meningkatkan kualitas layanan dan menjamin keamanan data


dan informasi elektronik, DOS telah melakukan kegiatan sbb.:
1.
2.
3.
4.

5.

Meningkatkan security jaringan;


Meningkatkan security awareness kepada pihak terkait serta
menyusun pedoman pengamanan TI
Mengimplementasi pemisahan jaringan Internet dan email dari
jaringan akses database;
Memberikan pelatihan untuk peningkatan penggunaan
analytical tools dan pendampingan dalam penyusunan model
data;
Mengmplementasi Sistem Secure Online Communication (SOC)
yang merupakan jaringan komunikasi inquiry secara elektronis

57

Laporan Tahunan PPATK 2010

dan aman antara PPATK dengan Komisi Pemberantasan Korupsi


(KPK) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Pada tahun 2010, telah disusun pedoman pengamanan TI yang
dapat memberikan gambaran tata cara untuk mengamankan TI dan
data/informasi elektronik yang mengalir melalui sistem TI PPATK,
terdapat hampir 30 pengaturan dan kebijakan berbagai perangkat
TI. Pemisahan jaringan TI merupakan langkah lain pengamanan data
berupa pemisahan jalur fisik dalam rangka memenuhi keamanan
data terhadap kebocoran data rahasia.

6. Adminsitrasi
a.

Sumber Daya Manusia


Melalui rekrutmen yang terbuka dengan seleksi ketat, tahun
2010 PPATK merekrut 29 Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Sejalan dengan hal tersebut, PPATK juga akan melakukan
tahapan proses pengalihan pegawai yang dipekerjakan untuk
menjadi pegawai tetap.
Secara keseluruhan jumlah pegawai PPATK saat ini yang terdiri
dari Pegawai Tetap, Pegawai Dipekerjakan dan Pegawai
Kontrak berjumlah 257 orang dengan komposisi sebagai
berikut:
1)
2)
3)

Pegawai Tetap
: 29 orang
Pegawai Dipekerjakan : 142 orang
Pegawai Kontrak
: 86 orang

Dalam rangka meningkatkan kompetensi pegawai, PPATK telah


mengikutsertakan pegawainya dalam berbagai training baik
yang diselengarakan oleh PPATK maupun oleh pihak lain yang
tidak mengikat. Selain itu, kepada pegawai juga diberikan
kesempatan untuk menempuh jenjang pendidikan formal yang
lebih tinggi seperti S2 dan S3 di dalam dan di luar negeri.

58

Laporan Tahunan PPATK 2010

Tabel 8
Komposisi Pegawai PPATK Per Desember 2010

b.

Keuangan
1)

Anggaran PPATK Tahun 2010.


Dalam DIPA PPATK tahun 2010 nomor SP: 0001/078-01.1//2010 tanggal 31 Desember 2009, PPATK memperoleh
pagu anggaran tahun 2010 sebesar Rp. 113.912.908.000,(Seratus tiga belas miliar sembilanratus duabelas juta
sembilanratus delapan ribu rupiah). Sebagaimana tahun
sebelumnya, anggaran PPATK tahun 2010 dialokasikan
untuk membiayai 2 (dua) program, yaitu :
(i)

Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan


(Kode : 01.01.24) dengan anggaran sebesar Rp.
60.707.500.000,- merupakan program teknis PPATK,
yang terdiri dari 8 (delapan) kegiatan sebagai berikut:

59

Laporan Tahunan PPATK 2010

Tabel 9
Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan

(ii) Program
Penerapan Kepemerintahan Yang Baik
(Kode : 01.01.09) dengan anggaran sebesar
Rp.53.205.408.000,- merupakan program
penunjang, terdiri 12 (duabelas) kegiatan sebagai
berikut :
Tabel 10
Program Penerapan Kepemrintahanh Yang Baik

60

Laporan Tahunan PPATK 2010

2)

Realisasi Anggaran Belanja PPATK Tahun 2010.


Realisasi anggaran belanja PPATK hingga tanggal 31
Desember 2010 telah dipertanggungjawabkan ke Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta II, yaitu
mencapai Rp.64.163.331.917,- atau sebesar 56,33% dari
totalpagu.Realisasianggarantersebutterdiridari:
(i)

Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan


(Kode : 01.01.24), terealisir Rp. 37.493.997.396,dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 11
Realisasi Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan

(ii) Program
Penerapan Kepemerintahan Yang Baik
(Kode : 01.01.09) terealisir Rp. 26.669.334.521,dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 12
Realisasi Program Penerapan Kepemrintahanh Yang Baik

61

Laporan Tahunan PPATK 2010

Realisasi anggaran PPATK hingga tanggal 31 Desember 2010


mencapai 56,33% dari total pagu. Rendahnya tingkat
realisasi anggaran PPATK tahun 2010 disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain :
1)

Selama ini anggaran PPATK selalu diupayakan untuk


dapat dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku, dan
selalu memperhatikan prinsip-prinsip dalam
pelaksanaan anggaran, antara lain hemat, tidak mewah,
efisien, efektif, dan terkendali sesuai dengan rencana
program/kegiatan, serta tugas pokok dan fungsi PPATK .
Sehubungan dengan upaya tersebut, maka terjadi
beberapa penghematan dalam pelaksanaan anggaran
tahun 2010, terutama dalam kegiatan pengadaan
barang dan jasa, serta kegiatan yang memerlukan
perjalanan dinas.

2)

Beberapa rencana kegiatan tahun 2010 belum dapat


dilaksanakan, terutama kegiatan-kegiatan yang terkait
dengan UU Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (PP
TPPU). UU Nomor 8 tahun 2010 baru diundangkan pada
tanggal 22 Oktober 2010. Saat ini PPATK masih dalam
tahap penyusunan perangkat hukum sebagai tindak
lanjut atas pelaksanaan UU tersebut. Oleh karena itu,
pada tahun 2010 belum seluruh rencana kegiatan yang
didasarkan atas UU tersebut dapat direalisasikan,
antara lain kegiatan Pemeriksaan terkait TPPU
(sebelumnya diusulkan kegiatan Penyelidikan TPPU),
penyusunan peraturan-peraturan pelaksanaan, serta
sosialisasi dan kegiatan-kegiatan lain yang terkait
dengan UU PP TPPU.

3)

Hingga akhir tahun 2010, PPATK belum memiliki Pegawai


Tetap. Pengalihan status Pegawai Dipekerjakan dari
beberapa instansi lain menjadi Pegawai Tetap PPATK

62

Laporan Tahunan PPATK 2010

hingga saat ini masih dalam proses, sehingga selama


tahun 2010 PPATK tidak melaksanakan pembayaran gaji
Pegawai Tetap. Hal ini berakibat masih rendahnya
realisasi Belanja Pegawai Tahun 2010.
4)

C.

Sebagian besar aset PPATK merupakan aset baru yang


masih dapat berfungsi secara optimal, sehingga belum
memerlukan pemeliharaan yang sifatnya berkala.
Pemeliharaan rutin dilakukan untuk aset PPATK yang
memiliki frekuensi tingkat pemakaian tinggi seperti
pemeliharaan kendaraan operasional, server, dan
gedung. Hal ini berdampak pada penghematan anggaran
Belanja Pemeliharaan, karena anggaran yang
dialokasikan berdasarkan Standar Biaya Umum tidak
semuanya terealisasi.

Umum
1)

Pengadaan Barang dan Jasa


Sebagai tindaklanjut dari kerjasama antara PPATK
dengan Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik
(LPSE) Kementerian Keuangan pada akhir tahun 2009
yang lalu, maka mulai Tahun Anggaran 2010 semua
pelelangan umum dalam rangka pengadaan barang dan
jasa, dilakukan secara elektronik dengan menggunakan
fasilitas yang dimiliki oleh LPSE Kementerian Keuangan.
Pada tahun anggaran 2010, PPATK menetapkan 65 paket
pengadaan barang/jasa. Dari jumlah paket tersebut, 19
paket dilaksanakan dengan pelelangan umum,
sedangkan lainnya dilakukan dengan penunjukan
langsung, pemilihan langsung atau swakelola.
Pengadaan dengan nilai terbesar yang dilakukan pada
tahun 2010 adalah pengadaan Jasa Pelaksana Konstruksi

63

Laporan Tahunan PPATK 2010

pembangunan Disaster Recovery Center (DRC) dan


Gedung Arsip PPATK dengan nilai Rp 18 milyar.
Pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan secara
elektronik dengan menggunakan fasilitas yang dimiliki
oleh LPSE Kementerian Keuangan tersebut pada kuartal
pertama Tahun Anggaran 2010 telah diselesaikan
sebanyak 6 paket pekerjaan dengan efisiensi sebesar
Rp 339.933.426,00. Sedangkan sisanya sampai dengan
akhir tahun, telah diselesaikan sebanyak 13 paket
pengadaan dengan efisiensi sebesar Rp 4,427,402,220,2)

Pembangunan Sarana Pendukung Kantor.


Upaya PPATK untuk dapat memanfaatkan tanah aset eks
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang
dikelola oleh Menteri Keuangan untuk pembangunan
Gedung Khusus DRC dan sekaligus sebagai Gedung Arsip,
akhirnya mendapatkan persetujuan dari Menteri
Keuangan melalui Direktur Jenderal Kekayaan Negara
Kementerian Keuangan. Melalui Surat Keputusan No.
69/KM.6/2010 tanggal 17 Maret 2010 tentang
Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Negara Eks
BPPN Pada PPATK. Dalam Surat Keputusan tersebut,
PPATK diizinkan untuk memanfaatkan sebidang tanah
yang terletak di Jalan Kampung Puncak, Desa Ciloto,
Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat seluas
5.648 M2, Sertifikat hak Guna Bangunan No. 215.
Dengan telah terbitnya surat keputusan Menteri
Keuangan dimaksud, PPATK segera dilakukan pemaketan
untuk pekerjaan Jasa Konsultansi Perencanaan
Konstruksi DRC dan Gedung Arsip, Jasa Konsultansi
Manajemen Konstruksi, dan Jasa Pelaksana Konstruksi.
Selain itu, PPATK juga menyurati Kementerian Pekerjaan
Umum untuk meminta bantuan tenaga pengelola teknis

64

Laporan Tahunan PPATK 2010

proyek. Sesuai dengan Surat Perjanjian dengan pihak


pelaksana konstruksi, pembangunan dimulai pada
tanggal 1 September 2010 dan berakhir pada tanggal 30
Desember 2010.
3)

Kegiatan Kehumasan
Sepanjang Tahun Anggaran 2010, Humas sebagai bagian
dari Direktorat Umum telah melakukan penyelenggaraan media workshop yang diikuti oleh Wartawan
media massa cetak, elektronik dan online. Thema yang
dibahas terkait dengan substansi RUU TPPU dan
penerapannya ditengah masyarakat. Upaya yang
dilakukan ini, selain sebagai sarana didalam
mempertajam pemahaman wartawan, juga sebagai
sarana didalam melakukan edukasi terhadap publik
melalui tulisan-tulisan yang disampaikan oleh wartawan
melalui media masing-masing.
Untuk menambah pemahaman masyarakat terhadap
fungsi, tugas dan tanggung jawab PPATK, salah kegiatan
yang dapat dilakukan dengan mengikuti pameranpameran yang dilakukan oleh instansi terkait. Pada
tanggal 25-27 Oktober 2010 Kementerian Hukum dan
HAM melakukan Legal Expo Institusi Pelaku
Pembangunan di Jakarta, dan PPATK berperan aktif
didalam kegiatan tersebut.
Guna menjaga hubungan baik dengan media massa, baik
nasional dan daerah Pimpinan PPATK mengunjungi
Pemimpin dan awak redaksi untuk berdiskusi.

65

Laporan Tahunan PPATK 2010

d. Audit Internal
Sebagai lembaga intelijen Keuangan yang menjadi
tumpuan harapan rakyat dan pemerintah Indonesia,
penerapan tata kelola kepemerintahan yang baik (good
public governance) di lingkungan PPATK merupakan hal
yang tidak dapat ditawar atau ditunda-tunda lagi.
Manajemen PPATK telah menempatkan kebijakan Good
Puclic Governance, berikut penerapannya, sebagai salah
satu kerangka utama pengembangan kelembagaan PPATK
di masa yang akan datang.
Direktorat Audit Internal dibentuk sebagai amanah Good
Public Governance di lingkungan PPATK yang
bertanggungjawab melakukan pengawasan dan
pemeriksaan secara independent atas segenap unit kerja
yang ada di lingkungan PPATK. Agar dapat melaksanakan
tugasnya secara independen dan obyektif tanpa
pengaruh atau tekanan dari semua tingkatan
manajemen, Direktorat Audit Internal bekerja selalu
berdasarkan rencana audit tahunan yang sebelumnya
telah ditetapakan dalam Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga PPATK oleh Pimpinan PPATK.
Adapun rencana kerja kementerian/lembaga PPATK
tahun 2010, yang terkait dengan tugas Direktorat Audit
Internal, yang telah direalisasikan sampai dengan tahun
2010 adalah sebagai berikut :
1)

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah (LAKIP)
Pada semester I tahun 2010, Direktorat Aaudit
Internal dengan berkoordinasi pada masing-masing
direkorat di lingkungan PPATK telah menyusun
LAKIP PPATK tahun 2009. LAKIP PPATK tersebut

66

Laporan Tahunan PPATK 2010

merupakan wujud responsibilitas dan akuntabilitas


manajemen dan segenap pegawai PPATK dalam
melaksanakan amanah undang-undang pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang
di indonesia. Lakip PATK tahun 2009 tersebut telah
disampaikan kepada Presiden RI melalui
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi.
2)

Reviu atas Laporan Keuangan PPATK


Laporan Keuangan PPATK tahun 2009 sebelum
dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan RI dan juga sebelum disampaikan kepada
Kementerian Keuangan, sebelumnya telah dilakukan
reviu oleh Direktorat Audit Internal. Reviu bertujuan
untuk memberikan keyakinan terbatas mengenai
akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi, serta
kesesuaian pengakuan, pengukuran, dan pelaporan
transaksi dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Reviu mempunyai lingkup yang jauh lebih sempit
dibandingkan dengan lingkup audit yang dilakukan
sesuai dengan peraturan terkait dengan tujuan
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
secara keseluruhan.

3)

Pengawasan pelaksanaan program dan kegiatan


tahun 2009
Pelaksanaan program dan kegiatan masing-masing
direktorat di lingkungan PPATK selama tahun 2009
telah dilakukan evaluasi oleh Direktorat Audit
Internal. Hasil evaluasi telah disampaikan kepada
pimpinan PPATK untuk selanjutnya ditindak lanjuti
oleh masing-masing direktorat.

67

Laporan Tahunan PPATK 2010

4)

Pengelolaan Wisthleblowing System PPATK


Sebagai unit kerja yang diserahi tugas untuk
mengelola sistem pelaporan pelanggaran, Direktorat
Audit Internal telah melakukan tugasnya dengan
baik. Selama semester I tahun 2010, Direktorat Audit
Internal telah menerima laporan pelanggaran 2
kasus. Kedua kasus tersebut telah dilakukan
pemeriksaan kepada para pihak yang diduga
melakukan pelanggaran. Hasil pemeriksaan telah
disampaikan kepada Pimpinan PPATK dan pimpinan
PPATK telah memutuskan dan menetapkan bentuk
sanksi dan pembinaan kepada pegawai PPATK yang
telah dianggap lalai melaksanakan pekerjaannya.

5)

Penyusunan Piagam Audit Direktorat Audit Interna.


Dalam rangka mengikuti best practices, Direktorat
Audit Internal berencana mengusulkan rancangan
Piagam Audit Internal yang nantinya akan ditetapkan
oleh Kepala PPATK. Piagam tersebut merupakan
wujud komitmen pimpinan terhadap keberadaan
unit kerja pengawasan internal di lingkungan PPATK.
Piagam Audit ini berisikan tentang tugas,
tanggungjawab, dan wewenang yang dimiliki oleh
Direktorat Audit Internal. Piagam audit inilah yang
menjadi dasar atau acuan bagi Direktorat Audit
Internal dalam melaksanakan aktivitas
pengawasannya.

6)

Penyelenggaraan seminar Sistem Pengendalian


Intern Pemerintah
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalianm Intern
Pemerintah, yang menyatakan bahwa setiap instansi

68

Laporan Tahunan PPATK 2010

wajib menyelenggarakan sistem pengawasan intern,


maka Direktorat Audit Internal berinisiatif untuk
mengefektifkan aturan tersebut di lingkungan
PPATK. Langkah awal unutk mewujudkan
penyelenggaraan sistem pengendalian intern di
lingkungan PPATK adalah dengan melakukan
penyelenggaraan seminar/ workshop sistem
pengendalian intern dengan mengundang
narasumber dari Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP). Seminar ini bertujuan untuk
menciptakan pemahaman secara utuh tentang SPIP
oleh pegawai PPATK.
7)

Penyusunan Pedoman Manajemen Risiko.


Selama semester I tahun 2010, Direktorat Audit
Internal telah menginisiasi penyusunan pedoman
manajemen risiko di lingkungan PPATK. Pedoman ini
akan menjadi acuan bagi setiap direktorat di
lingkungan PPATK dalam mengelola risiko-risiko
yang dimilikinya. Pedoman ini dibuat sebagai wujud
manajemen PPATK awareness terhadap sistem
pengendalian intern di lingkungan PPATK.

8)

Penyelenggaraan diklat teknis pengawasan.


Dalam rangka mengembangkan kemampuan
profesionalitas auditor intern, Direktorat Audit
Internal telah mengikutsertakan para auditornya ke
berbagai forum seminar, workshop, dan bentuk
pelatihan lainnya. Selama tahun 2010, seminar yang
telah diikuti adalah seminar audit nasional yang
diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Auditor
Internal di Yogyakarta serta workshop tentang good
governance yang diselengarakan di Bali.

69

Laporan Tahunan PPATK 2010

D. PENUTUP
Laporan transaksi keuangan mencurigakan (LTKM) yang diterima oleh
PPATK dari Penyedia Jasa Keuangan, baik dari lembaga keuangan bank
(LKB) maupun lembaga keuangan non bank (LKNB) sebagai pihak
pelapor, dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan. Keadaan yang semakin membaik ini dapat tercipta seiring
dengan peningkatan kemampuan SDM serta sarana dan prasarana
pendukung dalam kegiatan pengawasan kepatuhan dan proses analisis
suspicious transaction report sebagai core business PPATK dalam rangka
pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Dalam hubungan ini, PPATK
secara terus menerus berupaya meningkatkan kinerja dan kualitas hasil
analisis yang dilakukan untuk dapat membantu penegak hukum secara
lebih optimal. Begitu juga dengan program audit kepatuhan akan tetap
dilakukan secara terprogram, tidak hanya dengan melakukan perluasan
PJK yang akan diaudit melainkan juga peningkatan kualitas dengan
penerapan metode dan teknik pengawasan kepatuhan yang sistematis
dan efektif.
o0o

70

DAFTAR ISTILAH

71

DAFTAR TABEL & GAMBAR

Tabel
1. Hasil Analisis PPATK ....... Hal. 18
2. Dugaan Tindak Pidana ....... Hal. 18
3. Jumlah PJK yang Telah Diaudit Menurut Hasil Audit
Dan Jenis PJK Tahun 2005 - 2010 ....... Hal. 23
4. Pertukaran Informasi Antar FIU ....... Hal. 27
5. Jumlah Komulatif Hasil Analisis ....... Hal. 27
6. Jumlah Komulatif Hasil Analisis yang Diserahkan
Kepada Penegak Hukum ....... Hal. 28
7. Putusan Pengadilan ........ Hal. 35
8. Komposisi Pegawai PPTK
per Desember 2010 ....... Hal. 59
9. Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor
Keuangan ....... Hal. 60
10. Program Penerapan Kepemerintahan
yang baik ....... Hal. 60
11. Realisasi Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor
Keuangan ....... Hal. 61
12. Realisasi Program Penerapan Kepemerintahan
yang baik ....... Hal. 61

Gambar
1. Sumber Informasi ....... Hal. 19
2. Jumlah Hasil Analisis Per Tahun ....... Hal. 20
3. Proses Analisis di PPATK ....... Hal. 21

72

PPATK
Jln. Ir. H. Juanda No. 35 Jakarta 10120
Telp. (021) 3850455, Fkas. (021) 3856809

Anda mungkin juga menyukai