Anda di halaman 1dari 16

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK

PIDANA PENCUCIAN UANG MELALUI TRANSAKSI


GAME ONLINE

Oleh :
Samuel Reynaldi (215010100111157)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 3

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA / TEORI ................................................................... 6

Tindak Pidana Pencucian Uang ......................................................................... 6

Transaksi Game Online ...................................................................................... 7

Teori Pertanggungjawaban Pidana .................................................................... 8

UU ITE ................................................................................................................ 8

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 10

A. Jadwal Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 10

B. Jenis Penelitian ............................................................................................. 10

C. Jenis Bahan.................................................................................................... 11

D. Teknik Pengumpulan Bahan ........................................................................ 12

E. Analisis Bahan .............................................................................................. 13

F. Definisi Konseptual ....................................................................................... 14

G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan transaksi dalam game online dengan cara mentransfer dana untuk
membeli item-item dikenal dengan istilah RMT (Real Money Trading). Kegiatan ini
sering dilakukan dalam game online Mobile Legend, Ragnarok, RF, Dragon Nest. Bagi
pelaku tindak kejahatan khususnya tindak pidana pencucian uang (money laundering),
kemajuan teknologi di bidang game online merupakan sarana yang bagus untuk
melakukan tindak pidana tersebut melalui transaksi pada game online yang masih
jarang diawasi oleh para penegak hukum di Indonesia. 1 Bertransaksi melalui dunia
virtual atau dunia maya dalam game online sangatlah mudah untuk dilakukan. Hanya
dengan membeli harta secara virtual kepada pemain game online lainnya, para pemain
game online dapat menerima harta virtual yang nantinya dapat dengan mudah dicairkan
menjadi uang tunai dengan jumlah yang tak terbatas.

Pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) mulai memanfaatkan game


online untuk mengalihkan uang dari hasil tindak pidana sebelumnya dengan tujuan
untuk mengelabui aparat penegak hukum. Salah satu sebab mengapa game online
dipilih sebagai sarana pengalihan uang para pelaku tindakan pencucian uang adalah
kelemahan pengawasan oleh aparat penegak hukum terhadap transaksi dalam game
online.

Mereka akan menghindari penyimpanan uang hasil tindak pidana di lembaga


perbankan. Lembaga perbankan sendiri akan melakukan pengawasan dan pelacakan
terhadap transaksi keuangan yang dilakukan oleh nasabahnya. Pelacakan tersebut

1
Achmad Zulfikar Fazli, 2017, “Pencucian lewat game online mulai marak” URL:
http://news.metrotvnews.com/hukum/4KZOMwJN pencucian uang lewat game online marak, diakses
pada tanggal 28 Maret 2023
dilakukan sebagai upaya untuk membongkar kejahatan dengan modus operandi
pencucian uang yang pelakunya berusaha menyamarkan asal usul harta kekayaan yang
merupakan hasil dari tindak pidana. Pelacakan yang dilakukan akan mampu
menemukan para pelaku dan hasil tindak pidana yang dilakukan. Kemudian penjatuhan
hukuman secara yuridis dapat ditentukan apakah dikembalikan kepada yang berhak
2
atau bahkan dapat diambil untuk negara. Pelacakan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dan mengambil peranan penting didalam mengungkap kasus-kasus tindak
pidana pencucian uang.

Pasal 3 UU TPPU, menyebutkan bahwa:

“Setiap orang yang menempatkan, mentrasfer, mengalihkan, membelanjakan,


membayar, mengibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian
Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
banyak Rp. 10.000.000.0000,00 (sepuluh miliar rupiah).”

Klausula “perbuatan lain atas harta kekayaan” dalam bunyi pasal tersebut
memberikan kekosongan norma hukum yang dimanfaatkan oleh pelaku tindak pidana
pencucian uang. Luasnya ruang lingkup perbuatan atas harta kekayaan mengakibatkan
banyak penafsiran apakah kegiatan pembelian item-item dalam game online termasuk
kedalam perbuatan lain atas harta kekayaan atau tidak.

2
Artidjo Alkostar, 2013, “Penerapan Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang Dalam
Hubungannya Dengan Predicate Crimes”. Jurnal Masalah-Masalah Hukum. Jilid 42 Nomor 1 Januari,
h. 46.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaturan tindak pidana pencucian uang dengan modus operandi


game online di Indonesia?
2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana bagi pelaku tindak pidana pencucian
uang melalui transaksi pada game online?

C. Tujuan Penelitian

a) Tujuan Umum

Mengerti dan memahami pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana


pencucian uang melalui transaksi game online.

b) Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan tindak pidana pencucian


uang melalui game online di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana bagi pelaku tindak
pidana pencucian uang melalui transaksi game online.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan mampu memberikan manfaat, baik
manfaat teoritis maupun manfaat praktis:
1. Manfaat Teoritis
Dalam hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada
khususnya kita yang mempelajari hukum dan masyarakat luas pada umumnya, terkait
bagaimana pengaturan tindak pidana pencucian uang dalam transaksi game online.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana baru, sekaligus
memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai bagaimana
pertanggungjawaban pidana bagi pelaku tindak pidana pencucia uang dalam skema
transaksi game online. (Alkostar)
BAB II KAJIAN PUSTAKA / TEORI

Tindak Pidana Pencucian Uang


Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) adalah suatu tindakan atau kegiatan yang
dilakukan untuk menyembunyikan atau mengubah asal-usul uang atau aset yang
diperoleh dari tindak pidana menjadi tampak legal atau sah secara hukum. Dalam
konteks hukum pidana, pencucian uang dianggap sebagai suatu kejahatan yang serius
karena dapat membantu pelaku kejahatan lainnya untuk melarikan diri dari hukuman
dan memperkuat sumber daya keuangan mereka.
Pencucian uang dilakukan dengan berbagai cara, seperti melakukan transfer uang
ke rekening bank di luar negeri, menginvestasikan uang hasil kejahatan ke dalam bisnis
atau properti, atau melakukan pembelian barang-barang yang kemudian dijual kembali
dengan harga yang lebih tinggi. Tindakan-tindakan tersebut bertujuan untuk
menyembunyikan asal-usul uang tersebut dan membuatnya tampak seperti berasal dari
sumber yang sah.
Di Indonesia, pengaturan mengenai tindak pidana pencucian uang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang (UU TPPU). UU TPPU mengatur tentang tindakan pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, termasuk mengenai kewajiban
pelaporan, pengawasan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana tersebut.
Dalam UU TPPU, pencucian uang didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
dilakukan oleh seseorang atau badan usaha untuk menyembunyikan atau mengubah
asal usul uang atau aset yang berasal dari tindak pidana menjadi tampak legal atau sah
secara hukum. UU TPPU juga menetapkan sanksi pidana yang berat bagi pelaku
pencucian uang, yaitu hukuman penjara maksimal 20 tahun dan denda maksimal 10
miliar rupiah.
Selain itu, UU TPPU juga mewajibkan berbagai pihak untuk melaksanakan
tindakan pencegahan dan pemberantasan pencucian uang, seperti lembaga keuangan,
notaris, pengacara, dan profesi lainnya yang terkait dengan transaksi keuangan. Pihak-
pihak tersebut diwajibkan untuk melaksanakan prosedur identifikasi nasabah,
pelaporan transaksi mencurigakan, serta pelaporan transaksi dalam jumlah tertentu.

Di Indonesia, tindakan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian


uang juga dilaksanakan oleh lembaga independen, yaitu Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK). PPATK bertugas untuk melakukan analisis dan
penyelidikan terhadap transaksi keuangan yang mencurigakan, serta memberikan
rekomendasi kepada lembaga penegak hukum untuk melakukan tindakan lebih lanjut
terhadap pelaku tindak pidana pencucian uang

Transaksi Game Online


Transaksi game online adalah kegiatan pembayaran atau transaksi keuangan
yang terjadi dalam permainan game online. Seiring dengan meningkatnya popularitas
game online, transaksi game online juga semakin berkembang dan menjadi semakin
penting dalam industri game.
Transaksi game online dapat terjadi melalui berbagai cara, seperti pembelian
item virtual, perpanjangan masa berlangganan, atau pembelian mata uang virtual
dalam game. Pembayaran dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti transfer
bank, kartu kredit, atau dompet digital.
Namun, karena adanya potensi penipuan dan penyalahgunaan dalam transaksi
game online, beberapa negara telah menerapkan peraturan yang ketat untuk melindungi
konsumen dan mencegah praktik-praktik ilegal dalam transaksi game online. Beberapa
negara juga telah memperketat regulasi terkait dengan transaksi game online untuk
melindungi anak-anak dari konten yang tidak pantas dan mencegah pengeluaran yang
berlebihan dalam permainan game.
Dalam konteks hukum di Indonesia, transaksi game online diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan peraturan-
peraturan turunannya. Selain itu, beberapa perusahaan game juga menerapkan aturan
dan kebijakan sendiri dalam transaksi game online, seperti batas maksimal pengeluaran
dalam permainan dan verifikasi identitas untuk melindungi konsumen dari penipuan
dan penyalahgunaan.

Teori Pertanggungjawaban Pidana


Teori pertanggungjawaban pidana adalah teori hukum pidana yang berbicara
tentang siapa yang harus bertanggungjawab atas suatu tindakan pidana. Teori ini
mencakup tiga unsur utama, yaitu aspek subjektif, aspek objektif, dan aspek normatif.
Aspek subjektif dalam teori pertanggungjawaban pidana berkaitan dengan
kesalahan atau kesengajaan dalam melakukan tindakan kriminal. Dalam hal ini,
seseorang dianggap bertanggungjawab atas suatu tindakan pidana jika ia dengan
sengaja melakukan tindakan tersebut atau jika ia melakukan tindakan tersebut karena
kelalaian atau ketidaktahuan yang dapat dihindari.
Aspek objektif dalam teori pertanggungjawaban pidana berkaitan dengan
tindakan itu sendiri, seperti apakah tindakan tersebut merugikan orang lain atau tidak.
Dalam hal ini, seseorang dianggap bertanggungjawab atas suatu tindakan pidana jika
tindakan tersebut merugikan orang lain secara nyata atau secara potensial.
Aspek normatif dalam teori pertanggungjawaban pidana berkaitan dengan
norma-norma hukum dan standar perilaku yang diharapkan dari masyarakat. Dalam hal
ini, seseorang dianggap bertanggungjawab atas suatu tindakan pidana jika tindakan
tersebut melanggar hukum atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Teori pertanggungjawaban pidana memastikan bahwa seseorang hanya dapat
dihukum jika ia bertanggungjawab secara penuh atas tindakan kriminal yang
dilakukannya. Teori ini juga bertujuan untuk memastikan keadilan dan menghindari
penyalahgunaan hukum pidana dalam menuntut orang yang tidak bertanggungjawab
atas tindakan kriminal yang dilakukan.

UU ITE
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE) mengatur tentang penggunaan teknologi informasi dan transaksi
elektronik di Indonesia. Beberapa hal yang diatur dalam UU ITE meliputi pengakuan
hukum terhadap dokumen elektronik, perlindungan privasi dan data pribadi, keamanan
informasi, serta tindak pidana yang dilakukan melalui teknologi informasi dan
elektronik. UU ITE juga melarang orang untuk membuat dan menyebarkan konten
elektronik yang melanggar norma kesopanan, serta mengatur tentang sanksi pidana
dan/atau denda bagi pelanggarannya. UU ITE bertujuan untuk mendorong
perkembangan teknologi informasi dan elektronik di Indonesia dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek hukum dan keamanan yang terkait.
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

NO Kegiatan Februari Maret April


I-II III-IV
1 Persiapan X
2 Melakukan Studi X
Pustaka
3 Menganalisis Bahan X
Hukum
4 Melakukan Konsultasi X
Isu Hukum
5 Menyusun Proposal X
Penelitian

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif (normative legal research),
yaitu penelitian yang fokus untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan
hukum dari sisi normatifnya dengan kata lain mengkaji penerapan norma-norma dalam
hukum positif, sebagai alat menyelesaikan permasalahan hukum di kehidupan
masyarakat. Agar pembahasan dan pemecahan masalah suatu penelitian bernilai ilmiah
maka penyusun menggunakan pendekatan dalam hukum normatif. Pendekatan dalam
hukum normatif umumnya mengenal tujuh jenis pendekatan antara lain pendekatan
historis (historical approach) yaitu dengan memahami penafsiran hukum menurut
sejarah hukum atau sejarah penetapan suatu hukum, pendekatan perbandingan
(comparative approach) yaitu dengan membandingkan suatu hukum dari sistem hukum
yang satu dengan hukum yang kurang lebih sama dengan sistem hukum yang lain,
pendekatan kasus (case approach) yaitu dengan menelaah kasus-kasus yang telah
menjadi putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, pendekatan analisis
(analytical approach) yaitu dengan memperoleh makna baru yang terkandung dalam
aturan hukum kemmudian menganalisisnya melalui praktik putusan hakim,pendekatan
filsafat (philosophical approach) yaitu dengan mengupas isu hukum secara radikal dan
mendalam.
Dalam penelitian yuridis normatif ini penyusun menggunakan pendekatan
lainnya yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan
konsep (conceptual approach) dalam menganalisis norma kabur dalam Pasal 3 UU
TPPU dan UU ITE. Suatu penelitian normatif harus menggunakan pendekatan
perundang-undangan karena aturan hukum sebagai tema sentral penelitian. Selanjutnya,
penelitian ini juga menggunakan pendekatan konsep yaitu dengan memahami
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin dalam ilmu hukum unruk membangun
suatu argumentasi hukum dalam memcahkan isu yang diteliti.

C. Jenis Bahan
Jenis bahan yang dipergunakan dalam penelitian normatif ini adalah bahan
sekunder belaka, yaitu bahan kepustakaan yang diperoleh dari studi dokumen/studi
pustaka dari bahan-bahan pustaka Bahan hukum ini berupa berbagai literatur yang
dikelompokkan ke dalam bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
tersier
a) Bahan hukum primer yang digunakan untuk penelitian ini adalah Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
(UU TPPU), serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut UU ITE)
b) Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah literatur-literatur, buku-buku
hukum yang berisikan ajaran atau dokrin, dan artikel-artikel hukum yang
berkaitan dengan TPPU dan Transaksi Game Online
c) Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap kata ataupun kalimat dalam penelitian ini yang tidak
mudah dipahami seperti kamus-kamus hukum dan sebagainya.

D. Teknik Pengumpulan Bahan


Langkah yang selanjutnya dilakukan oleh penulis adalah menentukan teknik
pengumpulan bahan yang akan dipakai. Teknik pengumpulan bahan merupakan
langkah yang paling strategis dalam suatu penelitian, karena hal tersebut digunakan
penulis untuk mendapatkan bahan yang akan diolah sehingga bisa ditarik kesimpulan
Penulis menggunakan teknik metode bola salju (snow ball method), teknik
interpretasi dan teknik deskriptif analitis. Teknik metode bola salju juga dapat
diterapkan dalam penelitian hukum normatif, terutama dalam mengumpulkan bahan
atau sumber hukum yang sulit dijangkau atau tidak tersedia secara publik. Contohnya,
dalam penelitian hukum normatif tentang praktik pengelolaan keuangan di perusahaan,
mungkin sulit untuk mendapatkan akses langsung ke dokumen internal perusahaan
yang berisi informasi tentang pengelolaan keuangan tersebut.
Dalam hal ini, teknik metode bola salju dapat digunakan untuk mencari
informan awal yang dapat memberikan akses atau informasi tentang dokumen internal
perusahaan. Informan awal tersebut kemudian dapat merekomendasikan informan lain
yang berada di dalam perusahaan dan memiliki akses ke dokumen internal tersebut.
Proses ini berlanjut hingga semua informan yang diperlukan telah didapatkan.
Namun, dalam mengaplikasikan teknik metode bola salju dalam penelitian
hukum normatif, peneliti harus tetap berhati-hati dalam memilih informan dan
memastikan keakuratan informasi yang diperoleh. Selain itu, peneliti juga harus
mempertimbangkan adanya bias atau kepentingan dari informan yang
direkomendasikan, sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian secara tidak sengaja.
Oleh karena itu, teknik metode bola salju sebaiknya digunakan dengan hati-hati dan
dengan mempertimbangkan matang-matang sebelum diterapkan dalam penelitian
hukum normative.
Teknik interpretasi dalam penelitian hukum normatif merujuk pada proses
analisis dan penafsiran terhadap sumber hukum yang menjadi objek penelitian. Tujuan
dari teknik interpretasi adalah untuk memahami makna dan implikasi dari norma-
norma hukum yang ditemukan, serta mengidentifikasi konsekuensi-konsekuensi yang
dapat diambil dari hasil interpretasi tersebut.
Dalam penelitian hukum normatif, teknik interpretasi umumnya melibatkan
analisis terhadap teks atau dokumen hukum yang menjadi objek penelitian, seperti
undang-undang, peraturan, putusan pengadilan, dokumen kebijakan, dan lain
sebagainya. Selain itu, teknik interpretasi juga dapat melibatkan analisis terhadap
doktrin atau pandangan akademis yang berkaitan dengan objek penelitian. Termasuk
juga deskriptif analitis karena menggambarkan permasalahan yang akan dibahas,
beserta jawaban atas permasalahan melalui analisis bahan hukum dan peraturan
hukumnya

E. Analisis Bahan
Setelah bahan terkumpul, maka untuk menentukan hal yang baik dalam
melakukan pengolahan bahan penulis melakukan kegiatan sistematisasi agar bahan
yang didapat disusun secara logis dan sistemastis dapat dengan mudah diterima akal
pembaca. Sistemastisasi tersebut dengan cara menguraikan dan menghubungkan
sedemikian rupa sehingga penulisan lebih sistematis dalam menjawab permasalahan
yang telah dirumuskan. Kemudian diterapkan metode analisis bahan terhadap bahan
yang telah diperoleh dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu dengan cara
menguraikan bahan yang telah dikumpulkan secara sistematis dengan menggunakan
ukuran kualitatif (tidak dapat diwujudkan dengan angka-angka). Dari pendeskripsian
kualitatif tersebut diperoleh pengertian atau pemahaman, persamaan, dan pendapat
serta kesimpulan. Sedangkan dalam pengambilan kesimpulan, penyusun berpedoman
pada cara berfikir deduktif, yaitu cara berfikir dalam mengambil kesimpulan atas fakta-
fakta yang bersifat umum, lalu diambil kesimpulan secara khusus pada permasalahan
konkret yang dihadapi.
F. Definisi Konseptual
1. Korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang yang
dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dalam melakukan tindakan-
tindakan yang merugikan kepentingan masyarakat atau negara, untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
2. Pencucian uang adalah proses menyembunyikan atau menyamarikan asal-usul
uang yang diperoleh secara ilegal, agar terlihat seperti diperoleh secara sah dan
legal.
3. Game online adalah jenis permainan video yang dimainkan melalui internet
atau jaringan online. Game ini biasanya dimainkan oleh banyak orang dari
seluruh dunia secara bersama-sama melalui jaringan internet yang terhubung.
Game online dapat dimainkan melalui berbagai perangkat, seperti komputer,
laptop, tablet, atau smartphone.
4. Transaksi game online adalah proses pembelian atau penjualan barang virtual
dalam game melalui transaksi keuangan online, seperti transfer bank, kartu
kredit, atau sistem pembayaran elektronik lainnya. Transaksi game online
sering digunakan untuk membeli item dalam game seperti senjata, pakaian,
aksesoris, atau karakter tambahan. Pembelian item virtual dalam game ini dapat
meningkatkan kemampuan atau daya tarik karakter pemain dalam game
tersebut. Transaksi game online juga dapat melibatkan penjualan item virtual
oleh pemain ke pemain lain atau antara pemain dan situs penyedia game.
5. Pencucian uang melalui transaksi game online adalah proses atau kegiatan
mencuci uang yang dilakukan melalui transaksi atau perdagangan dalam game
online. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membeli atau menjual aset dalam
game dengan uang tunai yang berasal dari kegiatan ilegal, seperti narkotika,
pencurian, atau korupsi, dan kemudian mengubah uang tersebut menjadi uang
yang sah melalui transaksi dalam game.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan proposal penelitian ini akan disusun dalam 5 (lima) bab yaitu Bab I,
Bab II, Bab III, Bab IV, dan Bab V. Dari bab-bab tersebut kemudian diuraikan lagi
menjadi sub bab-sub bab yang diperlukan. Sistematika penulisan selengkapnya dapat
diuraikan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian, mengenai ‘Pertanggungjawaban Pidana Pelaku
Tindak Pidana Pencucian Uang dalam Transaksi Game Online’
Bab II Kajian Pustaka yang menjelaskan mengenai gambaran umum dan
penjelasan mengenai tinjauan terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang, Transaksi
Game Online, Teori Pertanggungjawaban Pidana, dan UU ITE
Bab III Metode Penelitian memuat jenis penelitian, jenis bahan di mana
penelitian ini terdapat bahan primer, bahan sekunder, dan bahan tersier. Selanjutnya
memuat teknik pengumpulan bahan, teknik pengolahan bahan, dan sistematika
penulisan.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan menjabarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai ‘Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencucian
Uang dalam Transaksi Game Online’
Bab V Penutup berisi kesimpulan dari bab-bab terdahulu dengan uraian singkat
mengenai pokok-pokok analisis dan permasalahan yang ada, dan saran yang dianggap
perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Hiariej, Eddy O.S. (2016). Prinsip-Prinsip Hukum Pidana Edisi Revisi.


Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Husein, Y. (2004). Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundring). Jurnal
Internasional Universitas Indonesia, 1, 2.
Fazli, A. Z. (2023, Maret 28). Pencucian Uang Lewat Game Online Mulai Marak.
Retrieved from http://news.metrotvnews.com/hukum/4KZOM wJN-pencucian-uang-
lewat-game-online-marak
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). (n.d.).
UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. (n.d.).
Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
(n.d.).
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. (n.d.).
Alkostar, A. (n.d.). Penerapan Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang
Dalam Hubungannya Dengan Predicate Crimes. Jurnal Masalah-masalah Hukum, 46.

Anda mungkin juga menyukai