PENCUCIAN UANG
KELOMPOK 1
UNIVERSITAS INDONESIA
2022
STATEMENT OF AUTHORSHIP
Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan
pada mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami
menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak
i
DAFTAR ISI
Statement of Authorship..................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................ii
I. Landasan Teori........................................................................................................1
A. Korupsi Korporasi...............................................................................................1
B. Tindak Pidana Pencucian Uang..........................................................................2
1. Definisi berdasarkan UU No. 8 tahun 2010....................................................2
2. Tahapan Tindak Pidana Pencucian Uang........................................................4
3. Prinsip Know Your Customer.........................................................................5
4. Wajib Lapor....................................................................................................6
5. Peraturan OJK Terkait Pencucian Uang.........................................................7
II. Kasus Jiwasraya......................................................................................................9
A. Kronologi Kasus.................................................................................................9
B. Modus Pelaku...................................................................................................10
1. Tindak Pidana Pasar Modal..........................................................................10
2. Tindak Pidana Pencucian Uang....................................................................11
3. Tindak Pidana Korupsi..................................................................................12
Pembelian Saham melalui Bursa Efek yang sudah terdaftar...................................13
C. Besarnya Kerugian............................................................................................13
D. Peraturan Yang Dilanggar Sesuai POJK..........................................................14
E. Hukuman...........................................................................................................14
III. Kasus Evio...........................................................................................................18
A. Kronologi Kasus...............................................................................................18
B. Modus Pelaku...................................................................................................18
C. Besarnya Kerugian............................................................................................18
D. Peraturan Yang Dilanggar Sesuai POJK..........................................................18
E. Hukuman...........................................................................................................18
IV. Kesimpulan.........................................................................................................18
Daftar Pustaka...............................................................................................................18
ii
iii
I. LANDASAN TEORI
1. Korupsi Korporasi
Pemberantasan Atas Tindak Pidana Korupsi dan UU Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang dimaksud dari korporasi adalah
kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum
maupun bukan badan hukum dan merupakan subjek hukum uang dapat didakwa
melakukan tindak pidana korupsi. Dan menurut KBBI, korporat adalah badan yang
Pidana Korupsi, 1999 pada Pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa korupsi adalah perbuatan
yang memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
kerangka berpikir yang mengupayakan untuk mencari kesamaan, tidak satupun dari
kerangka berpikir itu bisa menangkap gejala korupsi dengan sempurna. Dengan kata
lain, tidak ada definisi sempurna dari apa itu korupsi, dan beberapa kegiatan
1
2. Tindak Pidana Pencucian Uang
Tindak Pidana Pencucian Uang, yang dimaksud dengan Pencucian Uang adalah
penitipan, pembawaan ke luar negeri, pengubahan bentuk, penukaran dengan mata uang
atau surat berharga, atau tindakan lain atas harta kekayaan yang diketahui oleh pelaku
tersebut. Berdasarkan pasal 6 pada UU ini, pelaku tidak hanya terbatas pada individual
Tindak Pidana Pencucian Uang adalah PPATK, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan, yang jika dilihat berdasarkan Pasal 1 ayat 2, merupakan lembaga independen
yang dibentuk untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang, dan
transaksi yang dilaporkan ke PPATK adalah transaksi yang diduga berasal dari hasil
tindak pidana. Untuk tugas dan fungsi PPATK sendiri adalah sebagai berikut:
berikut:
2
o Meminta & mendapatkan data dari instansi yang berkewenangan
mengelola data & informasi yang menerima laporan dari profesi tertentu;
o Menetapkan pedoman identifikasi transaksi keuangan mencurigakan;
o Mengkoordinasikan upaya pencegahan TPPU dengan instansi terkait
o Memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait upaya pencegahan
TPPU
o Mewakili pemerintah RI dalam organisasi dan forum internasional yang
berkaitan dengan pencegahan & pemberantasan TPPU;
o Menyelenggarakan program pendidikan & pelatihan anti pencucian
uang; dan
o Mengadakan sosialisasi pencegahan & pemberantasan TPPU.
Untuk fungsi penyampaian data:
o Penyampaian data & informasi oleh instansi pemerintah dan/atau
lembaga swasta kepada PPATK dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan
Untuk fungsi pengelolaan data & informasi, PPATK berwenang mengadakan
sistem informasi
Untuk fungsi pengawasan terhadap kepatuhan pelapor:
o Menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi pelapor;
o Menetapkan kategori pengguna jasa (pihak yang menggunakan jasa
pelapor, yaitu penyedia jasa keuangan dan/atau penyedia barang dan/atau
jasa) yang berpotensi melakukan TPPU;
o Melakukan audit kepatuhan atau audit khusus;
o Menyampaikan hasil audit kepada lembaga yang berwenang mengawasi
pelapor;
o Memberikan peringatan kepada pelapor yang melanggar kewajiban
pelaporan;
o Merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang untuk mencabut
izin usaha pelapor; dan
o Menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali pengguna jasa
bagi pelapor yang tidak memiliki lembaga pengawas dan pengatur.
Untuk fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi
3
o Meminta & menerima laporan & informasi dari pelapor;
o Meminta informasi ke instansi/pihak terkait;
o Meminta informasi ke pelapor berdasarkan pengembangan hasil analisis
PPATK;
o Meminta informasi ke pelapor berdasarkan permintaan instansi penegak
hukum atau mitra kerja luar negeri;
o Meneruskan informasi dan/atau hasil analisis ke instansi peminta;
o Menerima laporan dari masyarakat terkait adanya dugaan TPPU;
o Meminta keterangan ke pelapor & pihak lain yang terkaitdengan dugaan
TPPU;
o Merekomendasikan kepada instansi penegak hukum terkait pentingnya
intersepsi atau penyadapan terhadap informasi elektronik atau dokumen
elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
o Meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara semua
atau sebagian transaksi yang diketahui atau dicurigai adalah hasil tindak
pidana;
o Meminta informasi perkembangan penyelidikan & penyidikan yang
dilakukan penyidik tindak pidana asal dan TPPU;
o Mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas & tanggung
jawab sesuai dengan ketentuan (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang, 2010)dan
o Meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan ke penyidik.
4
Pemisahan, yang berdasarkan Pasal 4 adalah upaya untuk menyembunyikan atau
transaksi keuangan
Mengenali Pengguna Jasa Bagi Penyedia Barang Dan/Atau Jasa Lain, prinsip mengenali
pengguna jasa, atau know your customer adalah prinsip yang diterapkan penyedia
barang dan/atau jasa lain dalam rangka mengetahui profil dan transaksi pengguna jasa
Pada Pasal 4 di peraturan ini, pelapor diwajibkan untuk menerapkan prinsip yang
Di samping ketiga hal tersebut, pasal 5 dari peraturan ini juga mewajibkan penerapan
prinsip ini memuat hal-hal berikut yang digunakan untuk mengetahui soal risiko
5
Mekanisme identifikasi dan penilaian risiko TPPU dan/atau tindak pidana
terorisme terkait dengan profil, negara, produk/jasa, atau transaksi, serta upaya
penyedia barang dan/atau jasa lain dalam memahami hasil penilaian risiko;
tingkat keseluruhan risiko, serta tingkat dan jenis mitigasi risiko yang memadai
untuk diterapkan;
6. Wajib Lapor
mereka laksanakan. Dan berdasarkan UU tersebut pada Pasal 23 Ayat 1, ada 3 jenis
laporan yang wajib disampaikan oleh pelapor, yaitu terkait transaksi keuangan yang
mencurigakan, terkait transaksi keuangan secara tunai, dan terkait transaksi keuangan
Tindak Pidana Pencucian Uang, 2010) pada Pasal 1 Ayat 5, transaksi keuangan yang
mencurigakan adalah:
6
Transaksi keuangan oleh pengguna jasa yang patut diduga dilakukan dengan
Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh pelapor
karena melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana
Sektor Jasa Keuangan dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.01/2019
Terorisme di Sektor Jasa Keuangan, terdapat 5 pilar dalam penerapan program anti
Pengendalian Internal
7
Sedangkan, untuk memitigasi risiko dari TPPU, yang dilakukan adalah
8
II. KASUS JIWASRAYA
A. Kronologi Kasus
PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) yang didirikan pada tanggal 31 Desember 1859
merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang
masyarakat dalam hal perencanaan masa depan, serta untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang berupa asuransi jiwa dan perencanaan keuangan yang kompleks.
9
2. Modus Pelaku
Kasus yang menimpa PT. Asuransi Jiwasraya bukan hanya seputar tindak pidana pasar
modal, namun juga tindak pidana korupsi yang pengaturannya diatur secara khusus
dalam UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan juga
tindak pidana pencucian uang yang pengaturannya diatur secara khusus dalam UU No.
8 tahun 2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Penggolongan delik pidana pengelabuan dan penipuan dalam bidang pasar modal
a. “Menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana dan/atau cara
apa pun.
b. Turut serta menipu atau mengelabui pihak lain membuat pernyataan tidak sesuai
dengan fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar
pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada
saat pernyataan dibuat dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau
Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau
menjual Efek.”
“tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara, antara
lain : melawan hukum, memakai nama palsu, tipu muslihat, rangkaian kebohongan,
membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya
10
keuntungan pada investor dari uang yang di dapat dari milik investor yang sama
atau dari uang investasi yang dilakukan investor yang lain, sehingga pembayaran
menjalankan kegiatan usaha yang dilakukan oleh lembaga yang dimaksud. Dalam
hal laporan keuangan, perusahaan yang melakukan skema investasi ponzi ini
terlihat bagus dengan cara memasukkan premi sebagai pendapatan bukan sebagai
yang pasti, seharusnya tindakan yang dilakukan terlebih dahulu oleh Direksi lama
produknya dengan teliti yang bertujuan untuk mencegah peristiwa gagal bayar oleh
nasabah.
bahwa Jiwasraya berulang kali melakukan transaksi jual beli saham yang harganya
yang tidak likuid ini juga ditempatkan pada beberapa produk reksa dana yang
harganya ditetapkan secara tidak normal. Hal ini jelas menunjukkan bahwa PT.
11
dalam Pasal 6 UU Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang jo. Pasal 3 UU
saham – saham tidak likuid yang bertujuan untuk mempertahankan portofolio dari
Adanya kerja sama yang dilakukan oleh salah satu pejabat perusahaan PT Hanson
suap serta gratifikasi terhadap beberapa mantan pejabat PT. Asuransi Jiwasraya
terkait investasi pada saham dan produk reksa dana dari PT Asuransi Jiwasraya
pada tahun 2008 – 2018. Sehingga dalam hal ini, para pihak terkait dengan jelas
12
4. Pembelian Saham melalui Bursa Efek yang sudah terdaftar.
5. Besarnya Kerugian
Kasus PT Asuransi Jiwasraya diduga merugikan negara dengan jumlah sebesar Rp 13,7
Jiwasraya sekitar pada tahun 2010 – 2019 sebanyak dua kali. Pertama, pada tahun 2016
BPK mengadakan pemeriksaan dengan suatu tujuan yang terlah ditentukan. Kemudian,
pada tahun 2018 BPK mengadakan pemeriksaan yang bersifat investigatif. Hasil dari
pemeriksaan tersebut salah satunya adalah sejak tahun 2006, Jiwasraya melakukan
pembukuan laba semu melalui akuntansi yang direkayasa sedangkan di sisi lain,
perusahaan tersebut telah mengalami kerugian yang cukup signifikan. Ketua BPK,
Agung Firman Sampurna, menyatakan bahwa pembukuan laba yang dilakukan oleh
Jiwasraya sejak tahun 2006 merupakan pembukuan laba semu, yang dilakukan dengan
cara akuntansi yang di rekayasa atau window dressing, sedangkan keadaan keuangan
13
Badan Pemeriksaan Keuangan melakukan pemeriksaan terhadap bukti-bukti berupa
data-data yang cukup yang diperoleh dari Penyidik dan melakukan konfirmasi atau
Repurchase Agreement (Repo) dan Medium Term Note (MTN), kerugian negara
Rp16.807.283.375.000,00
7. Hukuman
Kasus Jiwasraya melibatkan 13 Manajer Investasi (MI), yang sebagian besar per April
vonis hakim, 4 MI sudah dibacakan tuntutannya oleh JPU dan 6 MI masih dalam proses
persidangan.
Management. Ketiga MI ini sudah menerima vonis majelis hakim, dan tidak terbukti
secara sah melakukan TPPU, namun terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Atas
vonis ini mereka dijatuhi hukuman uang pengganti sebesar Rp 5,71 miliar plus denda
14
beserta denda sebesar Rp 1,2 miliar. Dan untuk Sinarmas dijatuhkan denda senilai Rp 1
miliar.
- Jika Pinnacle tidak dapat membayar denda tersebut, maka dilakukan perampasan
harta kekayaan milik terdakwa Pinnacle atau Guntur Surya Putra selaku Dirut
dan Andri Yauhari Njauw selaku Direktur senilai pidana denda yang dijatuhkan.
Jika harta benda tersebut masih tidak mencukupi, maka pidana kurungan
pengganti denda akan dijatuhkan kepada Guntur Surya Putra dan Andri Yauhari
sudah dibayar.
perampasan aset korporasi Pinnacle berupa management fee yang telah diterima
3479 yang telah disita berupa uang tunai sejumlah Rp 20,98 miliar yang disetor
4. PT Corfina Capital
- Jika Corfina tidak dapat membayar denda tersebut, maka dilakukan perampasan
harta kekayaan milik terdakwa senilai putusan pidana denda yang dijatuhkan.
15
Jika harta benda tersebut masih tidak mencukupi, maka pidana kurungan
dibayar.
perampasan aset korporasi Corfina untuk negara senilai management fee yang
pencabutan izin usaha produk reksa dana yaitu Reksa Dana Corfina Grow 2
Prosper Rotasi Strategis (G2PRS) dan Reksa Dana Corfina Equity Syariah
(CES).
- Jika Pool Advista tidak dapat membayar denda tersebut, maka dilakukan
perampasan harta kekayaan milik terdakwa Pool Advista atau Ronald Abednego
Sebayang selaku Komisari Pool Advista senilai pidana denda yang dijatuhkan.
Jika harta benda tersebut masih tidak mencukupi, maka pidana kurungan
16
izin usaha produk reksa dana yaitu Reksa Dana Syariah Pool Advista Kapital
- Jika Treasure Fund Investama tidak dapat membayar denda tersebut, maka
atau Dwinanto Amboro selaku Dirut senilai pidana denda yang dijatuhkan. Jika
harta benda tersebut masih tidak mencukupi, maka pidana kurungan pengganti
negara senilai management fee yang telah diterima sebesar Rp 24,70 miliar.
Manajemen Investasi (saat ini menjadi PT PAN Arcadia Capital), PT OSO Manajemen
17
III. KASUS EVIO
A. Kronologi Kasus
2. Modus Pelaku
3. Besarnya Kerugian
5. Hukuman
18
IV. KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor
UU Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pub. L. No. UU
UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 199 Tentang
Pemberantasan atas Tindak Pidana Korupsi, Pub. L. No. UU No. 20 Tahun 2001 (2001).
UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pub. L.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2010/8TAHUN2010UU.HTM
20
Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Penyedia Barang dan/atau Jasa Lain, Pub.
L. No. Peraturan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor 7 Tahun
2017 (2017).
Tuanakotta, T. M. (2014). Akuntansi Forensik & Audit Investigatif (Tim Editor Salemba
21