Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PUNGUTAN LIAR DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI HUKUM


Dosen Pengampu : MAYA JANNAH, SH., MH

Disusun Oleh :

SRI SUGITA RAHMADANI


ALFIN SUBAKTI
SUGITO
SUPRIADI

PROGRAM STUDI HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS


LABUHANBATU
2023

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PUNGUTAN LIAR DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI HUKUM” dengan baik
dan lancar. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini. Kami sadar makalah ini belum sempurna dan
memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan. Semoga apa yang telah penulis sajikan dapat bermanfaat bagi diri penulis secara
khusus dan bagi para pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Damuli, 22 Januari 2023

DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL.......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR
.............................................................................................................ii

DAFTAR
ISI...........................................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................
.1
A. Latar
Belakang......................................................................................2
B. Rumusan
Masalah...................................................................................3
C. Tujuan
Penulisan..................................................................................4
D. Manfaat
Penulisan....................................................................................5

BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................
.6
A. Pengertian
Pungli.................................................................................7
B. Faktor-Faktor Terjadinya
Pungli...........................................................8
1. Faktor
wewenang............................................................................
..........9
2. Faktor
Mental..................................................................................
10
3. Faktor Ekonomi.................................. . 11
4. Faktor Kultural dan Budaya
Organisasi................................................12

C. Cara atau Upaya Untuk Pemberantasan


Pungli..............................................................................................
.....13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................
.......14
B. Saran...............................................................................................
......15

DAFTAR
FUSAKA.................................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pungutan liar atau biasa disingkat pungli dapat diartikan sebagai pungutan yang
dilakukan oleh dan untuk kepentingan pribadi oknum petugas secara tidak sah atau
melanggar aturan. Pungli merupakan salah satu bentuk penyalahgunaan wewenang yang
memiliki tujuan untuk memudahkan urusan atau memenuhi kepentingan dari pihak
pembayar pungutan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pungli melibatkan dua pihak
atau lebih, baik itu pengguna jasa ataupun oknum petugas yang biasa melakukan kontak
langsung untuk melakukan transaksi rahasia maupun terang-terangan, dimana pada
umumnya pungli yang terjadi pada tingkat lapangan dilakukan secara singkat dan
biasanya berupa uang. Banyak istilah lain yang sering dipergunakan oleh masyarakat
mengenai arti kata pungli seperti uang sogok, uang pelicin, uang semir, salam tempel,
uang siluman, uang jasa, uang titip, Undang-Undang 2000, ongkos administrasi, uang
ikhlas, 3S (Senang Sama Senang) dan lain sebagainya.
Setiap orang dapat melakukan pungli tak terkecuali pejabat negara maupun swasta,
dimana adanya faktor-faktor yang mendorong dan memberikan peluang untuk terjadinya
praktik pungutan liar antara lain seperti birokrasi yang berbelit-belit, pengumpulan dana
yang tidak dilindungi oleh Undang-undang atau peraturan, sistem yang tidak “open
management’, wewenang yang tidak terkendali serta motivasi kepentingan pribadi untuk
memperkaya diri. Salah satu sumber permasalahan terbesar sering terjadinya praktik
pungli yaitu terletak pada pengawasan dan pertanggung jawaban pelaksanaan
pembangunan serta pengaturan hak dan kewajiban lembaga-lembaga negara dalam urusan
penyelenggaraan kepentingan perseorangan dan kepentingan masyarakat.
Pungutan liar menjadi salah satu bentuk tindak pidana yang sudah sangat akrab
terdengar di telinga masyarakat. Walaupun sebenarnya dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) tidak satupun ditemukan pasal mengenai tindak pidana pungutan
liar atau delik pungli. Pada dasarnya pungutan liar dan korupsi merupakan perbuatan
yang sama dimana kedua perbuatan itu menggunakan kekuasaan untuk tujuan
memperkaya diri dengan cara melawan hukum.5Sehingga secara tersirat dapat kita
temukan di dalam rumusan korupsi pada Pasal 12 huruf e UU No. 20 Tahun 2001 berasal
dari Pasal 423 KUHP yang dirujuk dalam Pasal 1 ayat (1) huruf c UU No.3 Tahun 1971,
dan Pasal 12 UU No.31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana korupsi, yang kemudian
dirumuskan ulang pada UU No.20 Tahun 2001.
Dinas Perhubungan sebagai satu badan yang menangani lancarnya hubungan jalur darat,
laut dan udara dalam hal retribusi maupun non retribusi kerap terjadi tindakan pungutan liar
yang dilakukan oleh pegawai ataupun pejabat aparatur negara didalamnya. Dimana salah satu
kenyataan yang ada adalah sopir truk yang muatannya berlebihan dapat melewati jembatan
timbang, hal semacam itu dapat terjadi dikarenakan pihak sopir atau pengusaha melakukan
suap atau bahkan pihak pegawai dinas perhubungan melakukan pungli yang menjadikan
jembatan timbang tidak berfungsi. Dalam menjalankan tugasnya, aparat memang sering
menarik uang ekstra dari layanan yang diberikan kepada warga masyarakat untuk
kepentingan pribadi.
Pada tahun 2016 dikeluarkanlah Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016 Tentang Satuan
Tuntas Sapu Bersih Pungutan Liar, serta didukung dengan terbitnya Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang
Pemberantasan Praktek Pungutan Liar (Pungli) dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Instansi
Pemerintah. Menurut pandangan pembentukan undang-undang suatu aturan dibuat untuk
mmelindung kepentingan individu maupun masyarakat. Dengan diterbitkannya peraturan
Presiden Nomor 87 Tahun 2016 ini diharapkan dapat memberantas bersih kasus pungli yang
sering terjadi dimasyarakat terutama ditujukan bagi pejabat aparatur negara dalam melayani
masyarakat dengan baik.
Keberhasilan pemberantasan pungli yang termasuk kedalam kategori korupsi akan
membawa dampak positif yang meluas bagi rakyat, bangsa dan negara, karena praktik pungli
menunjukkan suatu perbuatan yang rusak, busuk, dan bejat, tidak jujur yang
disangkutpautkan dengan keuangan. Dalam hal ini Kejaksaan sebagai salah satu lembaga
negara yang memiliki wewenang untuk melakukan penyidikan mengenai ada tidaknya
perbuatan pidana dan menyelesaikan perkara pungutan liar yang dilakukan pejabat aparatur
negara guna terciptanya keamanan dan kenyamanan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah dengan adanya tim saber pungli bisa menghilangkan budaya
pungli yang dilakukan oleh aparatur negara?
2. Bagaimana penyelesaian tindak pidananya jika terjadi perkara pungli?
3. Bagaimanakah hambatan-hambatan pelaksanaan fungsi saber pungli dan
Solusinya?

C. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui Pengertian Pungli.
2.Untuk mengetahui Fakta tentang pungli yang terjadi di masyarakat.
3.Untuk megetahui faktor penyebab pungli.
4.Untuk mengetahui solusi pemberantasan pungli.

D.Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai solusi pemecahan masalah
dalam pemberantasan pungli yang terjadi di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian pungli
Istilah pungli sangatlah familiar di telinga masyarakat Indonesia. Pungli juga dapat terjadi di mana saja,
baik itu di jalanan, hingga di dalam perusahaan atau di sebuah instansi dan birokrat pemerintah. Tindakan ini
juga merupakan tindakan yang tercela.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pungli juga merupakan akronim ataupun
singkatan dari kata pungutan liar yang berarti tindakan meminta sesuatu berupa uang dan lain sebagainya
kepada seseorang, lembaga ataupun perusahaan tanpa menuruti peraturan yang lazim. Hal ini umumnya
disamakan dengan perbuatan pemerasan, penipuan ataupun korupsi.
Pungutan liar sebagai salah satu perbuatan buruk yang sering dilakukan oleh seseorang,
seperti diantaranya pegawai negeri ataupun pejabat negara dengan cara meminta pembayaran
sejumlah uang yang tak sesuai peraturan terkait pembayaran tersebut.
Pungli ataupun pungutan liar adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang, pegawai
atau pejabat pemerintah dengan meminta pembayaran sejumlah uang yang tak pantas ataupun
tidak berdasarkan kepada persyaratan pembayaran yang ada. Kegiatan pungli itu sendiri juga
sering disamakan dengan pemerasan, penipuan ataupun korupsi.
Pungutan liar sebagai komisi yang tak boleh dibebankan ataupun dikumpulkan.
Pemerasan sendiri sering dilakukan oleh pejabat ataupun pegawai pemerintah. Kata pungutan
liar sendiri tiba-tiba menjadi tren lagi sejak kemunculan Keputusan Presiden 87 Republik
Indonesia mengenai Pasukan Bersih yang Menyapu Satgas Retribusi Liar 2016. Setelah
Perpres, Satuan Tugas Saber Pungli juga dibentuk di pemerintah provinsi serta pemerintah
kabupaten atau kota di wilayah provinsi Bengkulu.
Istilah pungutan liar sendiri sangat populer di akhir-akhir ini. Banyak orang yang telah
menyadari betapa serius serta merusaknya perilaku pungutan liar. Jadi, sudah seharusnya
sebagai bangsa Indonesia yang baik harus menjauhi perilaku pungli ini.

B. Faktor-Faktor Terjadinya Pungli


Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan pungutan liar diantaranya adalah:
1.Penyalahgunaan Wewenang
Jabatan serta kewenangan seseorang bisa menyebabkan seseorang untuk melakukan pelanggaran disiplin
oleh oknumnya pungutan liar.

2.Faktor Mental
Karakter ataupun kelakuan dari seseorang dalam bertindak serta mengontrol dirinya sendiri, sehingga
pungli dilakukan.

3.Faktor Ekonomi
Penghasilan yang dapat dikatakan tak mencukupi kebutuhan hidup dan tidak sebanding dengan tugas
atau jabatan yang diemban dengan membuat seseorang terdorong untuk kemudian melakukan pungli.
4.Faktor Kultural dan Budaya Organisasi
Budaya yang terbentuk di suatu lembaga juga yang berjalan terus menerus terhadap pungutan liar serta
penyuapan yang dapat menyebabkan pungutan liar sebagai hal biasa.

C. Cara atau Upaya Untuk Pemberantasan Pungli

Mencegah pungutan liar dalam hal birokrasi sebenarnya tidaklah sulit, asalkan aparat memiliki keinginan
untuk mengubah serta melayani kepentingan warga negara. Kamu juga dapat melakukan ini dengan
membuat sistem zona integritas di setiap unit pelayanan dengan melakukan berbagai hal berikut:

1. Penandatanganan dokumen, Pakta Integritas dengan semua pejabat dan karyawan.


2. Kewajiban setiap karyawan untuk mematuhi laporan resmi dan aktivitas negara serta laporan
aktivitas sipil negara.
3. Kewajiban dalam hal mematuhi laporan keuangan, penerapan disiplin PNS serta kode etik bagi
para penjahat.
4. Dalam hal penerapan pedoman serta sistem pelaporan untuk berbagai layanan sipil.
5. Dalam hal pendidikan mengenai korupsi serta kontrol orientasi dan kepuasan di semua unit
layanan. Jika semua ini dilakukan, masyarakat tidak akan lagi bingung dengan kenaikan atau
dengan maraknya pungutan liar di semua bidang pelayanan publik serta masyarakat.

Langkah memberantas pungli sendiri diantaranya, yaitu:

1. Meningkatkan pelayanan publik berupa memangkas waktu pelayanan, serta memangkas jalur
birokrasi, juga memberlakukan sistem antri (queueing system), juga memasang tarif yang
berlaku terkait dengan pembayaran pelayanan secara jujur dan transparan.
2. Dengan mengedukasi masyarakat dalam bentuk kampanye publik untuk tidak memberi tips
kepada petugas pelayanan.
3. Mengantri dengan tertib untuk mendapatkan pelayanan.
4. Kontrol dari atasan langsung yang lebih sering.
5. Terdapatnya inspeksi atau sidak secara berkala dari pihak atasan.

Pemberantasan pungli sendiri tidak dapat dilakukan sepihak saja, perlu adanya integrasi antara
masyarakat serta pemerintah untuk mencapai hasil yang optimal. Pencegahan pungli juga dapat dimulai
dengan kesadaran diri sendiri untuk tidak memberikan atau dengan meminta pungutan yang tidak resmi
serta tidak mempunyai landasan hukum.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pungutan Liar (Pungli) yang saat ini tengah fokus diberantas Pemerintah, terjadi di
hampir seluruh wilayah Indonesia. Untuk memberantas pungutan liar, tidak bisa hanya
dipercayakan ke kepolisian khususnya anggota Reskrim Polres Temanggung dalam
menjalankan tugasnya harus mampu mengendalikan dan meminimalisir kendala-kendala
yang ada baik faktor internal maupun faktor Eksternal. Hal ini bertujuan agar kejadian
pungutan liar dapat dihindari dan diberantas, sehingga menekan angka kejadian kejahatan
atau pidana. Adapun peran masyarakat dalam membantu tugas kepolisian juga menjadi
faktor penentu untuk keberhasilan tugas polisi, masyarakat sebagai warga negara yang
baik harus bersikap aktif dalam membantu kinerja kepolisian, apabila terjadi suatu tindak
pidana harus berani menindak pelaku dan berperan aktif menjadi saksi dalam proses
penyidikan karena saksi dan korban memiliki peranan yang penting dalam proses
penyidikan pada tahap pertama proses peradilan pidana.

Peran Kepolisian dalam memberantas pungutan liar tidak dapat dilakukan secara
independent. Karena bawasaannya hal Ini seperti yang sudah dibahas dalam Bab II, pungutan
liar melibatkan banyak pihak, sehingga jika polisi hanya bekerja sendiri tanpa
mengkoordinasi pihak – pihak yang bersangkutan, maka mustahil untuk dapat diberantas.
Untuk itu Saat ini mulai disiapkan upaya nyata dari Polres yang Berkerja sama dengan orang
terkait supaya pungutan liar dapat diatasi atau diberantas.

B. SARAN
Pungutan Liar (pungli) adalah fakta yang praktiknya dapat dilakukan oleh mereka yang
memiliki kewenangan atau kekuasaan atas kepentingan publik, dan masyarakat sangat
bergantung pada mereka. Masyarakat ada dalam posisi membutuhkan dan merasa dirinya ada
dalam posisi ”memohon” yang harus tunduk pada ”syarat-syarat” yang ditentukan oleh
pemegang kewenangan itu. Maka langkah pemberantasan pungli sebagai bagian reformasi
hukum bisa dibenarkan. Masyarakat harus mulai berani melaporkan praktik- praktik pungli.
Masyarakat tidak perlu merasa dirinya sebagai objek yang dapat diperlakukan sewenang-
wenang melalui praktik pungli karena secara yuridis justru masyarakat berhak mendapatkan
pelayanan baik dari negara sesuai denan peraturan hukum yang berlaku. Namun upaya
pemerintah untuk memberantas pungli yang sangat masif itu bukan hal yang mudah
dilaksanakan di tingkat lapangan. Jadi pungli menjadi semakin masif karena ada sinergi
kepentingan pemegang kewenangan publik dengan masyarakat (publik) selaku pihak yang
membutuhkan. Praktik pungli dengan demikian, harus ditindak tegas oleh negara. Oleh
karena itu langkah pemberantasan praktik pungli, melalui Perpres Nomor 87 Tahun 2016
tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungli harus dibuktikan di lapangan, dan masyarakat pun
harus berani ikut mengungkap praktik pungli.

DAFTAR PUSTAKA
Samodra Wibawa, Arya Fauzy F.M, dan Ainun Habibah, ”Efektivitas Pengawasan Pungutan
Liar Di Jembatan Timbang,”. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Vol 12 No 2, Januari 2013,
hal.75 Soedjono D, 1983, Pungli Analisa Hukum Dan Kriminologi, CV Sinar Baru, Bandung.
Hal.36
Ibid Hal.37 Soedjono Dirdjosisworo, 1984, Fungsi Perundang-UndanganPidana Dalam
Penanggulangan Korupsi Di Indonesia, Sinar Baru, Bandung. hal.133 La Sina, “Dampak dan
Upaya Pemberantasan serta Pengawasaan Korupsi di Indonesia”. Jurnal Hukum Pro Justitia.
Vol 26 No 21, Januari 2008, hal.40
Samodra Wibawa, Arya Fauzy F.M, dan Ainun Habibah , ”Efektivitas Pengawasan Pungutan
Liar Di Jembatan Timbang”. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Vol 12 No 2, Januari 2013,
hal.75 P.A.F.Lamintang, 1991, Delik-Delik Khusus Kejahatan Jabatan Dan Kejahatan-
Kejahatan Jabatan Tertentu Sebagai Tindakan Pidana Korupsi, Pionir Jaya, Bandung. Hal.6
Bambang Waluyo, “Optimalisasi Pemberantasan Korupsi Di Indonesia”. Jurnal Yuridis. Vol
1 No. 2, Desember 2014, hal.171
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-pungli/

Anda mungkin juga menyukai