Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

GRATIFIKASI
Dosen pengampu : Indra Kumalasari, SH., MH

Disusun oleh :
Alfan Subakti
Ade Wildan Harahap

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LABUHANBATU

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karenatelah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah tentang Pendidikan Anti Korupsi

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah. membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini. Kami sadar makalah ini belum
sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat dibutuhkan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

Labuhanbatu Utara, 12 Desember 2022

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Demokrasi adalah sebuah kesepakatan bersama antara pemerintah dengan rakyat. Hak
dalam menyatakan pendapat serta menyatakan ketidaksetujuan oleh kebijakan yang dibuat oleh
pemerintahan. Pemerintahan sepenuhnya ada ditangan rakyat. Ketika dilakukannya sebuah
kebijakan baru, tentunya pemerintah sudah melalui pertimbangan yang baik dan sudah
melakukan beberapa sharing yang sudah disepakati bersama dan sudah melalui beberapa
perubahan yang dilihat dari kesejahteraan masyarakat. Namun dibalik itu semua, adanya suatu
kebijakan baru yang muncul, ternyata masih membuat banyak masyarakat yang tidak suka
dengan salah satu kebijakan yang dibuat pemerintah tersebut dan masih banyak yang belum
mengetahuinya. Terkadang mereka pun tidak mengetahui dan tidak perduli terhadap aturan
tersebut dan hanya mengikuti apa yang menjadi kehendaknya serta menurut pada adat
kebiasaan. Pada saat ini hal yang sedang marak adalah masalah gratifikasi. Banyaknya
pemerintahan yang telah mengupayakan untuk menghindari masalah gratifikasi terkait dengan
ketetapan KPK. Dalam makalah ini akan diulas dengan detail mengenai gratifikasi

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gratifikasi


2. Apa saja kategori gratifikasi
3. Jelaskan contoh kasus gratifikasi
4. Bagaimana cara mengatasi gratfifikasi
5. Bagaimana dasar hukum tindak pidana gratifikasi
6. Bagaimana tata cara pelaporan gratifikas

C. Tujuan masalah
1. Dapat mengetahui apa arti gratifikasi
2. Dapat mengetahui apa saja kategory gratifikasi

iii
3. Dapat mengetahui contoh kasus gratifikasi
4. Dapat mengetahui cara mengatasi gratifikasi
5. Dapat mengetahui dasar hukum tindak pidana gratifikasi
6. Dapat mengetahui tata cara pelaporan gratifikasi

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian gratifikasi
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni uang, barang, rabat (diskon),
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya, baik yang diterima di dalam negeri maupun
di luar negeri, yang dilakukan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik. Gratifikasi pada dasarnya adalah “suap yang tertunda” atau sering juga disebut
“suap terselubung”. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang terbiasa menerima
gratifikasi terlarang lama kelamaan dapat terjerumus melakukan korupsi bentuk lain,
seperti suap, pemerasan dan korupsi lainnya. Sehingga gratifikasi dianggap sebagai akar
korupsi1.
Menurut marwan mas, kata gratifikasi adalah gratificatie diambil dari kamus hukum
bahasa belanda. Tetapi kata gratifikasi yang kemudian dijadikan dasar pembentuk
undang- undang merumuskannya sebagai salah satu bentuk korupsi, setidaknya mengacu
pada istilah bahasa inggris. Menurut anatomi muliawan dan carli caniago, gratifikasi
adalah “ a voluntary given reward or recompense for a service or benefit” yang dapat
diartikan atas diperolehnya gratifikasi adalah “sebuah pemberian yang diberikan atas
diperolehnya suatu bantuan atau keuntungan2.

B. Kategori gratifikasi
gratifikasi dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu :
1. Gratifikasi yang dianggap suap
Gratifikasi yang Dianggap Suap adalah Gratifikasi yang diterima oleh Aparatur
Kementerian Kesehatan yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan
kewajiban dan tugas penerima. Gratifikasi yang Dianggap Suap meliputi
penerimaan namun tidak terbatas pada :

v
 Marketing fee atau imbalan yang bersifat transaksional yang terkait dengan
pemasaran suatu produk;
 Cashback yang diterima instansi yang digunakan untuk kepentingan
pribadi
 Gratifikasi yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa, pelayanan
publik, atau proses lainnya; dan
 Sponsorship yang terkait dengan pemasaran atau penelitian suatu produk.

2. Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap


Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap adalah Gratifikasi yang diterima oleh
Aparatur Kementerian Kesehatan yang tidak berhubungan dengan jabatan dan
tidak berlawanan dengan kewajiban dan tugas penerima. Gratifikasi yang Tidak
Dianggap Suap yang terkait dengan Kegiatan Kedinasan meliputi penerimaan dari:

 Pihak lain berupa cinderamata dalam kegiatan resmi kedinasan seperti


rapat, seminar, worksop, konferensi, pelatihan atau kegiatan lain sejenis
 Pihak lain berupa kompensasi yang diterima terkait kegiatan kedinasan,
seperti honorarium, transportasi, akomodasi dan pembiayaan lainnya
sebagaimana diatur pada Standar Biaya yang berlaku di instansi penerima,
sepanjang tidak terdapat pembiayaan ganda, tidak terdapat Konflik
Kepentingan, atau tidak melanggar ketentuan yang berlaku di instansi
penerima.3
C. Kasus gratifikasi di indonesia
1. Kasus gratifikasi eks bupati malang
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan Eryck Armando Talla, orang
kepercayaan mantan Bupati Malang Rendra Kresna. Eryck merupakan tersangka
kasus dugaan penerimaan gratifikasi bersama Rendra yang menjabat sebagai Bupati
Malang periode 2010-2015 dan 2016-2021. "Untuk kepentingan penyidikan, setelah
memeriksa saksi dengan jumlah 75 orang, KPK melakukan penahanan tersangka
EAT (Eryck Armando Talla) selaku orang kepercayaan Bupati RK (Rendra Kresna),"
kata Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata, di Gedung KPK, Jakarta, Kamis

vi
(30/7/2020). Dikatakan, Eryck ditahan di Rutan Kelas I Jakarta Timur Cabang
KPK di Rutan Pomdam Jaya Guntur selama 20 hari pertama. Dengan demikian,
Eryck setidaknya bakal mendekam di sel tahanan hingga 18 Agustus 2020.
"Sebelum dilakukan

penahanan, tersangka EAT sudah menjalani protokol kesehatan dalam rangka


mitigasi penyebaran wabah Covid-19," kata Alex, sapaan Alexander Marwata.
Diketahui, Rendra dan Eryck ditetapkan sebagai tersangka dugaan penerimaan
gratifikasi pada Oktober 2018 silam. Keduanya diduga menerima gratifikasi
sehubungan dengan jabatan Rendra dengan nilai sekitar Rp 7,1 miliar. "Bahwa RK
dari tahun 2010 sampai dengan 2018 bersama-sama dengan tersangka EAT tidak
melaporkan dugaan gratifikasi yang ia terima kepada Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, terhitung 30 hari kerja sejak diterimanya gratifikasi tersebut," tutur
Alex.
Penerimaan gratifikasi itu terkait pengkondisian pengadaan barang dan jasa di
seluruh dinas di Kabupaten Malang pada 2011-2013 dengan fee untuk bupati yang
jumlahnya berkisar antara 7% sampai 15%. Kemudian menerima dan
mengumpulkan fee-fee dari pengadaan barang dan jasa di Dinas Pendidikan pada
2011 dan 2012 untuk Rendra selaku Bupati Malang periode 2010-2015 dan 2016-
2021. "Teknis penerimaan dana tersebut diterima melalui EAT (Eryck) selanjutnya
atas persetujuan/pengetahuan RK (Rendra) digunakan untuk kepentingan RK.
Tersangka EAT diduga berperan menerima fee-fee proyek dari rekanan untuk
kepentingan RK," kata Alex.

Atas perbuatannya Eryck disangkakan melanggar Pasal 12 B UU 31/1999 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU
20/2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Selain gratifikasi, KPK juga menjerat Rendra atas kasus suap terkait proyek di
Dinas Pendidikan Pemkab Malang. Rendra telah divonis bersalah dan dihukum 6
tahun pidana penjara oleh majelis hakim dalam perkara suap terkait penyediaan
sarana penunjang peningkatan mutu pendidikan pada Dinas Pendidikan Pemerintah

vii
Kabupaten Malang tahun anggaran 2011. Putusan tersebut telah berkekuatan hukum
tetap dan Rendra sedang menjalani hukuman di Lapas Porong4.

2. Kasus gratifikasi mantan bupati bogor


Komisi Pemberantasan Korupsi resmi mengeksekusi mantan bupati
bogor Rachmat Yasin ke Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin pada Rabu, 7 April
2021. Rachmat Yasin merupakan terpidana kasus penerimaan gratifikasi di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor.“Jaksa eksekusi KPK Irman Yudiandri
telah selesai melaksanakan Putusan PN Tipikor pada PN Bandung,” kata Plt Juru
Bicara KPK Ali Fikri, Kamis, 8 April 2021. Majelis hakim Pengadilan Negeri
Bandung menjatuhkan vonis kepada Rachmat Yasin selama 2 tahun 8 bulan penjara
karena terbukti terlibat perkara gratifikasi. Majelis hakim yang diketuai Asep Sumirat
di PN Bandung, Jawa Barat, Senin, 22 Maret 2021 juga menghukum Rachmat untuk
membayar denda sebesar Rp 200 juta.

Dalam perkara tindak pidana korupsi ini, Rachmat disebut


menerima gratifikasi dari SKPD Kabupaten Bogor dengan total sekitar Rp8,9 miliar.
Dana itu untuk kepentingan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bogor pada tahun
2013 dan Pemilu 2014. Rachmat yasin juga mendapatkan tanah seluas 170.442
hektare di Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor itu diberikan oleh
seorang pengusaha bernama Rudy Wahab untuk keperluan pengurusan izin
pembangunan pesantren. Ali mengatakan sebelumnya mantan Bupati Bogor Rachmat
telah menyetor uang sejumlah Rp 9,7 miliar ke rekening penampungan KPK.
Majelis hakim memutuskan uang tersebut dianggap sebagai uang pengganti dan akan
disetorkan ke kas negara5.

D. Bagaimana cara penanganan gratifikasi


Menurut Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi abraham samad mengatakan ada
beberapa cara untuk mencegah gratifikasi dalam instansi pemerintah. Menurut Samad,
setidaknya ada tiga cara pencegahan.
Cara ini harus dilakukan oleh semua pegawai di segala tingkatan, Samad mengatakan
cara pertama yakni dengan adanya pengetahuan tentang gratifikasi, khususnya pada level
pegawai lapangan. Pada umumnya, para pegawai level tersebut tak begitu mengerti

viii
tindakan yang tergolong gratifikasi. Karena itu, "Perlu ada pendidikan khusus tentang apa
gratifikasi itu. ara kedua yaitu dengan meningkatkan kesadaran melaporkan gratifikasi.
Sebab, kesadaran ini sangat penting memberantas kultur "uang pelicin" yang terjadi
selama ini. Menurut Samad, setiap pemberian kepada seorang penyelenggara negara
dapat tergolong gratifikasi selama pemberian itu terkait dengan pekerjaan atau jabatan
orang yang bersangkutan. Ketiga dengan cara meminimalkan psikologis para pelapor
gratifikasi6

menurut mudrika jaya rapi, untuk mencegah dari perbuatan gratifikasi ada tips antara
lain adalah
1. Niatkah bekeíja sebagai ibadah, Jika setiap pekeíjaan kita niatkan sebagai
salah satu bentuk ibadah kepada ľuhan, maka pastinya kita akan bekeíja
dengan sungguh-sungguh dan sesuai atuían yang beílaku seíta tidak akan
melakukan kesalahan ataupun kecuíangan yang dapat meíugikan oíang lain
teímasuk meneíima gíatifikasi.
2. Ingat keluaíga, Keluaíga adalah oíang yang teídekat yang tulus menyayangi
kita. Meíeka selalu ada disaat kita senang maupun susah, sehingga saat kita
bekeíja dan diminta melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan atuían maka
kita haíus ingat keluaíga kaíena meíeka adalah oíang peítama yang ikut
meíasakan bahkan menanggung beban ataupun kesalahan kita.

3. Mensyukuri apa yang kita miliki sekarang. Hal inilah yang membuat
seseorang memilih jalan pintas dengan melakukan hal-hal yang tidak sesuai
dengan aturan, atau menerima gratifikasi agar tercapai keinginan untuk
memiliki sesuatu seperti milik orang lain atau bahkan lebih. Padahal mereka
tidak tahu jika itu baik untuk orang lain belum tentu baik buat kita, sehingga
untuk menghindari hal tersebut, kita harus bersyukur dengan apa yang kita
miliki. Bersyukur adalah salah satu kunci kebahagiaan karena dengan
bersyukur hati kita merasakan ketenangan.
4. Memahami kebutuhan dan keinginan, Terkadang kita tidak dapat
membedakan antara kebutuhan dan keinginan, bahkan banyak orang yang

ix
lebih memprioritaskan keinginan dari pada kebutuhan sehingga pengeluaran
lebih besar dari pendapatannya. Seperti pepatah, lebih besar pasak daripada
tiang. Golongan orang seperti inilah yang mudah terpengaruh dengan godaan
menerima gratifikasi. Untuk menghindari hal tersebut perlu kiranya kita betul-
betul memahami mana yang termasuk kebutuhan dan mana yang termasuk
keinginan, dan membuat daftar skala prioritas dan tetap menerapkan budaya
hidup hemat dan menyesuaikan dengan pendapatan.

5. Jangan ragu katakan tidak/tolak gratifikasi dan laporkan, Pemberian


tanda terima kasih atas jasa yang telah diberikan oleh sesorang merupakan
kebiasaan yang berlaku secara umum di masyarakat. Namun kebiasaan ini
harus kita tepis karena hal ini dapat menjadi salah satu faktor, seseorang
melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan, kita akan merasa berat
atau tidak enak telah menerima barang atau bahkan uang dari penerima jasa.
Untuk menghindari hal tersebut jangan ragu katakan tidak atau menolak
pemberian/gratifikasi, jika posisi kita tidak memungkinkan untuk menolak
maka kita bisa menerima numun segera melaporkan kepada pihak yang
berwenang.
6. Faktor lingkungan dan pergaulan, Lingkungan adalah salah satu faktor
yang sangat berpengaruh dengan perilaku kita. Jika lingkungan atau pergaulan
kita baik maka perilaku kita juga pastinya akan sama dengan teman disekitar
kita, dan sebaliknya. Jadi saat seseorang berada di posisi lingkungan yang
kurang kondusif maka pintar-pintarlah bergaul, jangan sampai kita salah
memilih teman yang dapat menjerumuskan kita ke hal-hal negatif.
7. Menghindari atau meminimalisir pertemuan dengan stakeholder,
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu pihak yang rawan menerima
gratifikasi terlebih lagi yang memiliki jabatan atau ASN yang berhubungan
langsung dengan stakeholder dalam pemberian layanan. Terkadang penerima
jasa/stakeholder merasa telah terbantu dengan layanan yang kita berikan,
sehingga mereka memberikan tanda terima kasih baik berupa uang maupun
barang.

x
8. Memahami Gratifikasi, Ketidaktahuan atau ketidakpahaman juga dapat
membuat kita menerima, Jadi untuk terhindar dari gratifikasi kita harus paham
apa itu gratifikasi, tindakan apa saja yang termasuk gratifikasi dengan cara
membaca aturan, mengikuti sosialisasi, pelatihan-pelatihan atau webinar
terkait gratifikasi7
E. Dasar hukum tindak pidana
Pasal 12B Ayat (1) UU Nomor 31/1999 jo UU Nomor 20 tahun 2001 berbunyi"Setiap
gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya". Adapun, Pasal 12C Ayat (1) UU Nomor 31/1999 jo UU No. 20 tahun 2001
berbunyi "Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B Ayat (1) tidak berlaku,
jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPK.
Dalam pasal 12 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 disebutkan, pegawai negeri
atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut
diduga hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya
Atau pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan

kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima


bayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri. Didenda
dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama
20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar8.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme pada Bab II, pasal 2
menyebut penyelenggara negara yang wajib melaporkan gratifikasi yaitu :
1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara;
2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara
3. Menteri
4. Gubernur
5. Hakim

xi
6. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggara
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku9.
F. Tata cara pelaporan gratifikasi

Pegawai negeri atau penyelenggara negara wajib untuk melaporkan gratifikasi yang
diterimanya serta menyampaikan laporan tersebut kepada KPK.

Penolakan Gratifikasi yang Dianggap Suap pada Kesempatan Pertama,


Gratifikasi yang dianggap suap, yaitu gratifikasi yang diberikan dari pihak yang memiliki
potensi benturan kepentingan dengan pegawai negeri/penyelenggara negara, dan
pemberian tersebut dilarang oleh aturan yang berlaku, merupakan jenis gratifikasi yang
harus ditolak oleh setiap pegawai negeri/penyelenggara negara. Penolakan atas
penerimaan gratifikasi tersebut, perlu dilaporkan oleh pegawai negeri/penyelenggara
negara ke instansinya atau KPK. Pencatatan atau pelaporan atas penolakan dapat berguna

sebagai alat pemutus keterkaitan antara pegawai negeri/penyelenggara negara dengan


pihak pemberi.

Prinsip Penolakan Gratifikasi, Gratifikasi yang ditolak dalam konteks ini adalah
gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan tugas dan
kewajiban pegawai negeri atau penyelenggara negara yang diserahkan secara langsung.
Simulasi menarik yang dapat dikemukakan adalah ketika Pejabat A yang memiliki
integritas menolak pemberian dari seorang kurir pengusaha X, namun ternyata uang yang
ditolak oleh Pejabat A ternyata tidak pernah dikembalikan oleh kurir pada pengusaha X,
sehingga Pengusaha X mencatat dan berasumsi Pejabat A telah menerima uangnya. Hal
ini menjadi masalah ketika di suatu hari Pengusaha X dijerat aturan pidana dan kemudian
ditemukan catatan aliran dana terhadap Pejabat A, maka jika Pejabat A sejak awal
melaporkan penolakan gratifikasi yang dilakukannya secara internal, dan kemudian hal
tersebut dicatat oleh UPG, tentu saja pencatatan tersebut dapat menjadi bukti yang
melindungi Pejabat A, karena ia telah menolak gratifikasi tersebut sejak awal. Akan

xii
berbeda halnya jika Pejabat A tidak pernah melapor dan tidak memiliki bukti apapun
untuk menyangkal bahwa ia telah menerima sejumlah uang dari Pengusaha X melalui
kurir. Prinsip penolakan ini berada pada ranah aturan disiplin sehingga jika ketentuan ini
dilanggar perlu diatur bentuk sanksi administratif yang dapat dijatuhkan pada pihak yang
melanggar. Hal ini merupakan penegasan dari larangan menerima gratifikasi yang
dianggap suap. Ketentuan ini diharapkan sejalan dengan prinsip law as tool of social
engineering, dimana pegawai negeri dan penyelenggara negara yang selama ini
cenderung permisif perlu mengubah kebiasaan tersebut dan merombak cara berpikir,
sehingga muncul sikap yang tegas untuk menolak setiap gratifikasi yang dianggap suap
yang diberikan secara langsung padanya. Akan tetapi, terdapat kondisi-kondisi tertentu
ketika gratifikasi tidak dapat ditolak. Hal inilah yang perlu diatur sebagai pengecualian
dari kewajiban menolak atau larangan menerima gratifikasi. Berikut adalah beberapa
kondisi pengecualian, maka gratifikasi tidak wajib ditolak, yaitu:

1. Gratifikasi tidak diterima secara langsung;


2. Tidak diketahuinya pemberi gratifikasi;
3. Penerima ragu dengan kualifikasi gratifikasi yang diterima.
4. Adanya kondisi tertentu yang tidak mungkin ditolak, seperti: dapat mengakibatkan
rusaknya hubungan baik institusi, membahayakan diri sendiri/karier penerima/ada
ancaman lain,
5. Gratifikasi diberikan dalam kegiatan adat istiadat, kegiatan yang sesuai dengan tradisi
yang luhur dan upacara keagamaan.

Dalam hal gratifikasi yang memenuhi empat kondisi pengecualian di atas, maka
gratifikasi tersebut dapat diterima dan kemudian wajib dilaporkan pada KPK atau kepada
KPK melalui masing-masing Unit Pengendali Gratifikasi. Kewajiban Hukum
Melaporkan Gratifikasi yang Dianggap Suap. Pasal 16 Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang KPK mengatur kewajiban pegawai negeri/penyelenggara negara
untuk melaporkan penerimaan gratifikasi kepada KPK paling lambat 30 hari kerja
terhitung sejak tanggal penerimaan gratifikasi.

Mekanisme Pelaporan dan Penetapan Status Gratifikasi, Pegawai

xiii
negeri/penyelenggara negara melaporkan penerimaan gratifikasi kepada KPK dengan
mengisi formulir secara lengkap sebelum 30 hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi
diterima oleh penerima gratifikasi, atau kepada KPK melalui UPG sebelum 7 hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi diterima. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
kelengkapan data perlu dicantumkan kontak pelapor berupa nomor telepon, nomor
telepon kantor, alamat email dan nomor komunikasi lain yang bisa dihubungi mengingat
adanya proses klarifikasi dan keterbatasan waktu pemrosesan laporan yang ditentukan
oleh undang-undang.

Penyampaian formulir dapat disampaikan secara langsung kepada KPK atau melalui
UPG melalui pos, e-mail, atau website KPK/pelaporan online. UPG atau Tim/Satuan
Tugas yang ditunjuk wajib meneruskan laporan gratifikasi kepada KPK dalam jangka
waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak laporan gratifikasi diterima oleh UPG atau
Tim/Satuan Tugas.

Mekanisme Pelaporan dan Penetapan Status Gratifikasi, Pegawai


negeri/penyelenggara negara melaporkan penerimaan gratifikasi kepada KPK dengan
mengisi formulir secara lengkap sebelum 30 hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi
diterima oleh penerima gratifikasi, atau kepada KPK melalui UPG sebelum 7 hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi diterima. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
kelengkapan data perlu dicantumkan kontak pelapor berupa nomor telepon, nomor
telepon kantor, alamat email dan nomor komunikasi lain yang bisa dihubungi mengingat
adanya proses klarifikasi dan keterbatasan waktu pemrosesan laporan yang ditentukan
oleh undang-undang. Penyampaian formulir dapat disampaikan secara langsung kepada
KPK atau melalui UPG melalui pos, e-mail, atau website KPK/pelaporan online. UPG
atau Tim/Satuan Tugas yang ditunjuk wajib meneruskan laporan gratifikasi kepada KPK
dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak laporan gratifikasi diterima oleh
UPG atau Tim/Satuan Tugas.

Perlindungan terhadap Pelapor Gratifikasi, Pelapor gratifikasi mempunyai hak


untuk diberikan perlindungan secara hukum. Menurut Pasal 15 UU KPK, KPK wajib
memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang telah menyampaikan laporan

xiv
atau memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi. Selain itu,
berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban, Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK) mempunyai tanggung jawab untuk
memberikan perlindungan dan bantuan kepada saksi dan korban. Dalam konteks ini,
pelapor gratifikasi dapat akan dibutuhkan keterangannya sebagai saksi tentang adanya
dugaan tindak pidana korupsi. Pelapor gratifikasi yang menghadapi potensi ancaman,
baik yang bersifat fisik ataupun psikis, termasuk ancaman terhadap karir pelapor dapat
mengajukan permintaan perlindungan kepada KPK atau LPSK. Instansi/Lembaga
Pemerintah disarankan untuk menyediakan mekanisme perlindungan khususnya ancaman
terhadap karir atau aspek administrasi kepegawaian lainnya. Bentuk perlindungan
tersebut dapat diatur dalam peraturan internal.

Pelaporan Gratifikasi dengan Aplikasi Gratifikasi Online (GOL), KPK


meluncurkan e-Gratifikasi dalam rangka peningkatan pemahaman gratifikasi dan
pelaporan gratifikasi yang lebih inovatif, masif, terstruktur dan mengikuti perkembangan
teknologi. e-Gratifikasi terdiri dari salah satunya Aplikasi Gratifikasi Online (GOL).
GOL adalah aplikasi yang dikembangkan oleh KPK untuk memudahkan Pegawai Negeri
dan Penyelenggara Negara dalam melaporkan penerimaan Gratifikasi. Aplikasi GOL ini
tersedia dalam beberapa media, yaitu web (gol.kpk.go.id) dan mobile (dapat di unduh
melalui Android dan iOS). Aplikasi GOL terbaru ini juga menyediakan fitur untuk
membantu Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) di masing-masing K/L/O/P dalam
mengelola laporan gratifikasi yang diterima oleh pegawai dalam instansinya. Dengan
adanya aplikasi GOL, diharapkan petugas UPG dapat melaporkan penerimaan gratifikasi
secara kolektif dengan lebih mudah dan cepat.10

xv
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Gratifikasi merupakan bagian dari tindak pidana korupsi. Secara umum perbuatan
korupsi adalah perbuatan yang melanggar norma-norma kehidupan bermasyarakat dimana
dampak yang ditimbulkan sangat merugikan masyarakat dalam arti bila dibiarkan terus
menerus, maka akan merugikan keuangan negara dan perekonomian, yang mengakibatkan
negara tersebut gagal didalam mencapai tujuan pembangunannya, yaitu menciptakan suatu
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis memohon maaf jika terdapat kekurangan pada
penulisan makalah dan sangat megharapkan kritik dan saran para pembaca. Semoga bermanfaat

xvi
DAFTAR PUSTAKA

A. Peraturan perundang - undangan


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARA
NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

B. Website
Pengertian Gratifikasi, Kategori Gratifikasi, Metode Mengidentifikasi Gratifikasi, dan
Mekanisme Pelaporan Gratifikasi
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/manokwari/id/data-publikasi/artikel/2979-
pengertian-gratifikasi,-kategori-gratifikasi,-metode-mengidentifikasi-gratifikasi,-dan-
mekanisme-pelaporan-gratifikasi.html
Pengertian Gratifikasi, Perbedaan, Unsur, Syarat dan Contoh,
https://pendidikanku.org/2022/04/pengertian-gratifikasi.html

Kategori Gratifikasi
https://pengertian.apa-itu.net/kategori-gratifikasi.html
Kasus Gratifikasi, KPK Tahan Orang Kepercayaan Eks Bupati
Malang https://www.beritasatu.com/news/660875/kasus-gratifikasi-kpk-tahan-
orang- kepercayaan-eks-bupati-malang
kasus gratifikasi: KPK jebloskan mantan bupati bogor ke lapas sukamiskin
https://nasional.tempo.co/read/1450349/kasus-gratifikasi-kpk-jebloskan-mantan-
bupati-bogor-ke-lapas-sukamiskin

3 cara kpk cegah godaan gratifikasi pegawai negeri


https://nasional.tempo.co/read/565821/3-cara-kpk-cegah-godaan-gratifikasi-pegawai-
negeri
delapan tips ampuh terhindar dari godaan gratifikasi
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-mamuju/baca-artikel/13641/Delapan-Tips-
Ampuh-Terhidar-Dari-Godaan-Gratifikasi.html

xvii
mengenal gratifikasi: Definisi, Dasar hukum dan tata cara
pelaporannya
https://nasional.kompas.com/read/2021/03/26/08235641/mengenal-gratifikasi-
definisi-dasar-hukum-dan-tata-cara-pelaporannya
Tata cara pelaporan gratifikasi
https://www.indonesia.go.id/layanan/keuangan/ekonomi/tata-cara-pelaporan-
gratifikasi

xviii

Anda mungkin juga menyukai