Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENYULUHAN

BASMI GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN SEKOLAH


DALAM RANGKA GERAKAN ANTI KORUPSI
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi yang diampu
oleh Ibu Vera Fauziah Fatah.Skep.Ners.M.Kes

Disusun oleh :
Farisa Yasmin Taufik
P17320121418

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN BANDUNG
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah kepada penulis juga yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga
berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Penyuluhan Basmi Gratifikasi di
Lingkungan Sekolah Dalam Rangka Gerakan Anti Korupsi dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada
Ibu Vera Fauziah Fatah.Skep.Ners.M.Kes yang telah mendidik dan membimbing dalam
penyelesaian makalah ini juga kepada dosen-dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Budaya
Anti Korupsi lainnya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri
penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya.
Penulis menyadari dengan keterbatasan yang dimiliki sebagai manusia biasa, penulis tetap
memiliki keyakinan untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik, karena tugas ini merupakan
amanah. Oleh karena itu tersusunlah hasil pemikiran penulis dibantu dengan referensi
terpercaya yang mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran demi menyempurnakan makalah ini.

Bandung, 12 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4


B. Tujuan ..................................................................................................................... 7
C. Manfaat ................................................................................................................... 7

BAB II PELAKSANAAN ................................................................................................. 7

A. Kegiatan .................................................................................................................. 7
B. Pengorganisasian..................................................................................................... 7
C. Penunjang Kelancaran Proses dan Kendala ............................................................ 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10

A. Simpulan ................................................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................................... 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gratifikasi adalah semua pemberian yang diterima oleh Pegawai Negeri atau
penyelenggara negara (PN). Dalam budaya dan adat istiadat di Indonesia, praktek
saling memberi dan menerima adalah hal yang lazim, oleh karena itu tidak semua
gratifikasi merupakan hal yang dilarang atau sesuatu yang salah.
Pengertian gratifikasi terdapat pada Penjelasan Pasal 12B Ayat (1) Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001,
bahwa: “Yang dimaksud dengan ”gratifikasi” dalam ayat ini adalah pemberian dalam
arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan
cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam
negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik”.
Gratifikasi dikatakan menjadi kejahatan korupsi, dapat dilihat pada rumusan
Pasal 12B Ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001. “Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:....”
Gratifikasi menurut UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan UU Nomor 31
tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan penjelasannya
didefinisikan sebagai pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat. Hasil survei Transparency Internasional mengenai penilaian masyarakat
bisnis dunia terhadap pelayanan publik di Indonesia. Memberikan nilai IPK (Indeks
Persepsi Korupsi) sebesar 2,2 kepada Indonesia. Nilai tersebut menempatkan
Indonesia pada urutan 137 dari 159 negara tersurvei. Survei Transparency
International Indonesia berkesimpulan bahwa lembaga yang harus dibersihkan
menurut responden adalah: lembaga peradilan (27%), perpajakan (17%), kepolisian
(11%), DPRD (10%), kementerian/departemen (9%), bea dan cukai (7%), BUMN
(5%), lembaga pendidikan (4%), perizinan (3%), dan pekerjaan umum (2%). (Adnan
Topan Husodo : 2008) atau diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

4
Kriteria gratifikasi meliputi gratifikasi yang diterima berhubungan dengan
jabatan dan penerimaan yang dilarang oleh peraturan yang berlaku, bertentangan
dengan kode etik, memiliki konflik kepentingan atau merupakan penerimaan yang
tidak wajar. Ada beberapa gratifikasi yang dapat diterima, seperti :
1. Pemberian dari keluarga dan tidak berbenturan dengan kepentingan
posisi/jabatan penerima
2. Hadiah tanda kasih dalam bentuk uang/barang, seperti pada pernikahan,
kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan, dan potong gigi atau upacara adat lainnya
dengan batasan maksimal Rp 1000.000,00 (satu juta rupiah)
3. Pemberian terkait musibah atau bencana yang dialami penerima maksimal Rp
1000.000,00 (satu juta rupiah)
4. , dan bentuk lainnya
Sedangkan gratifikasi yang tidak dapat diterima dimana setiap pegawai wajib
melaporkan penerimaan dan/atau penolakan Gratifikasi atas pemberian yang berhubungan
dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya yang meliputi:
1) pemberian layanan pada masyarakat di luar penerimaan yang sah;
2) pelaksanaan tugas dalam proses penyusunan anggaran di luar penerimaan
yang sah;
3) pelaksanaan tugas dalam proses pemeriksaan, audit, monitoring dan evaluasi
diluar penerimaan yang sah;
4) pelaksanaan perjalanan dinas diluar penerimaan yang sah/resmi dari Komisi
Aparatur Sipil Negara;
5) proses penerimaan/promosi/mutasi pegawai, dsb.
Gratifikasi sering terjadi di lingkungan terdekat kita, seperti lingkungan rumah,
sekolah/kampus, dan masyarakat. Gratifikasi juga masih sulit dibedakan dengan suap dan
pemerasan. Namun sebetulnya tiga hal tersebut memiliki perbedaan, yaitu :

Gratifikasi Suap Pemerasan

Tidak membutuhkan Transaksional (pertemuan Adanya permintaan sepihak


kesepakatan (transaksional) kehendak pemberi dan dari pejabat (penerima)
penerima)

Insentif/tanam budi dilakukan secara tertutup penyalahgunaan kekuasaan

5
Dalam budaya dan adat istiadat di Indonesia, praktik saling memberi dan menerima
adalah hal yang lazim. Namun, ketentuan tentang gratifikasi tidak bertentangan dan bukan
dalam rangka menghapus kearifan masyarakat dalam adat dan budaya. Hal ini justru
ditujukan untuk memurnikan nilai luhur budaya dan adat istiadat agar tidak ditunggangi
kepentingan pihak-pihak tertentu untuk melakukan korupsi. Larangan gratifikasi terkait
jabatan tidak bertentangan dengan nila-nilai agama dan budaya luhur bangsa. Kebiasaan
memberi dan menerima gratifikasi yang tumbuh subur diusahakan tidak bertolak belakang
dengan prinsip dan tata kelola pemerintahan dan perusahaan yang baik.
Sangat disayangkan, budaya ini sering disalahgunakan khususnya di lingkungan
sekolah/kampus. Adapun contoh praktik gratifikasi di lingkungan sekolah/kampus, seperti :
1. Souvenir untuk guru setelah mengajar atau mengikuti seminar/menjadi panitia acara
2. Praktik rombongan belajar “beli kursi” untuk murid yang tidak lulus seleksi resmi
pemerintah
3. Uang pelicin
4. Uang terima kasih setelah pembagian rapot, dan sebagainya
. Gratifikasi merupakan suap yang tertunda dan merupakan pintu masuk
korupsi, memiliki dampak di sektor sekolah, misalnya Pegawai dan Penyelenggara
Negara di lingkungan sekolah/kampus rentan berbuat tidak adil, terjadi konflik
kepentingan karena merasa perlu balas budi, sehingga uang negara/anggaran negara
menjadi tidak maksimal fungsinya, sehingga :
a. Fasilitas sekolah tidak berasal dari tender yang transparan
b. Pelayanan administrasi sekolah yang lambat selesai akibat
mementingkan saudara, kerabat atau orang tua murid yang
memberikan gratifikasi
c. Menjadi tradisi di sekolah/kampus
Pencegahan gratifikasi sangat perlu dilakukan melihat dampak buruk yang
menjadi gerbang awal korupsi, cara yang dapat dilakukan diantaranya dengan :
a. Tolak pemberian atau hadiah gratifikasi yang berkaitan dengan jabatan
b. Jika terpaksa menerima, laporkan penerimaan gratifikasi ke KPK melalui
kpk.go.id/gratifkasi
c. Kurangi rasa “people pleaser” atau “tidak enakan” kepada orang karena karakter ini
merupakan salah satu yang mengawali pemberian gratifikasi
Dalam lingkungan sekolah SDN Karang Asih 12, masih ada guru, staf TU,
dan murid-murid yang belum bisa mengidentifikasi bagaimana gratifikasi dan cara

6
menolaknya, oleh karena itu agar peserta penyuluhan lebih memahami gratifikasi,
saya membuat kegiatan Penyuluhan Basmi Gratifikasi di Lingkungan
Sekolah/Kampus.

B. Tujuan
a. Menumbuhkan semangat anti korupsi pada mahasiswa dan menanamkan nilai-
nilai anti korupsi
b. Memberikan pemahaman mengenai perbedaan gratifikasi, suap, dan
pemerasan
c. Membantu mengidentifikasi dan menolak perilaku gratifikasi di lingkungan
sekolah/kampus

C. Manfaat

1. Menumbuhkan sikap :
- Semangat Anti Korupsi
- Menanamkan nilai-nilai anti korupsi dan tolak gratifikasi
- Berani tolak gratifikasi
- Rasa peduli terhadap bangsa
- Patriotik dan bela negara
2. Menambah pengetahuan mengenai pembasmian gratifikasi

BAB II
PELAKSANAAN

A. Kegiatan
Penyuluhan Basmi Gratifikasi di Lingkungan Sekolah/Kampus berupa webinar secara
virtual via zoom disertai pre-test dan post test melalui platform gform/quiziz. Materi
diberikan oleh panitia penyuluhan melalui video dan infografis.poster. Peserta
diberikan booklet mengenai gratifikasi.

B. Pengorganisasian
1. Kepanitiaan “Penyuluhan Basmi Gratifikasi di Lingkungan Sekolah/Kampus”
a. Penanggung Jawab : Mustika Rahayu, S.Pd, M.Pd

7
b. Ketua Pelaksana : Farisa Yasmin Taufik
c. Sekretaris : Sissyana May Putri
d. Bendahara : Elsi Qadisya
e. Div. Acara :
1. Nasywa Arfa
2. Natasya Syifa
3. Sofyan Hanaffi
4. Yusuf Muhadzib
f. Div. Humas :
1. Dewi Rirys Djati
2. Alda Rafi Putra
3. Rayajuan Soesatya
4. Calistha Amelia
g. Div. Logistik :
1. M Abdan Rafi
2. Kelvin Martinus
3. Rifki Harisman
4. Gifari Ramdani
h. Div. Pubdekdok :
1. Kaila Andili
2. Ashila Syamyundari
3. Jenia Septyelfimah
4. Bagas Saputra Rahman
i. Div. Konsumsi :
1. Astri Afifah
2. Ailsya Machira
3. Rafiq Faiz
4. Fitri Sagita

2. Peserta
Seluruh guru, staf, dan perwakilan siswa/i SDN Karang Asih 12

3. Waktu dan Tempat


a. Waktu

8
Jum’at, 29 April 2022

b. Tempat
Via zoom meeting

4. Strategi Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan virtual dilakukan melalui platform zoom dengan rangkaian
acara meliputi :
a. Pembukaan oleh MC dilanjut dengan Do’a
b. Sambutan-sambutan
1) Kepala SDN Karang Asih 12
2) Perwakilan Orangtua Murid
3) Ketua Pelaksana
c. Pembukaan oleh moderator
d. Penyampaian materi oleh narasumber disertai pre-test dan post-test via g-form
e. Pengumuman pemenang post-test
f. Dokumentasi+penyerahan sertifikat kepada narasumber
g. Penutupan oleh moderator
h. Ice-Breaking/games dipimpin oleh MC via quiziz
i. Pengumuman pemenang
j. Penutupan + do’a oleh MC

C. Penunjang Kelancaran Proses dan Kendala


1. Penunjang Kelancaran Proses
- Adapun proses berlangsungnya acara dapat dilancarkan didukung oleh
a. Panitia dan peserta yang antusias dalam berpartisipasi mengikuti acara
penyuluhan,
b. Laptop/device panitia
c. Akun zoom meeting dengan premium fiture,
d. Kamera
e. Microphone
f. Jaringan/koneksi wifi

2. Kendala-Kendala

9
Terdapat beberapa kendala diantaranya :

a) Peserta penyuluhan yang belum memahami penggunaan zoom, google form,


dan quiziz sehingga peserta yang berpartisipasi di pre-test dan post-test juga
quiziz tidak banyak
b) Jaringan/koneksi yang secara tiba-tiba terputus

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pelaksanaan penyuluhan yang dibantu pre-test, post-test, dan quiziz,
dapat disimpulkan bahwa peserta penyuluhan yang sudah memahami dan
mengidentifikasi gratifikasi sebesar 60% dari 50 peserta yang hadir, meliputi guru dan
staf TU sekolah. Sedangkan 40% yang belum memahami, sebagian besar adalah
perwakilan siswa/i tiap kelas di SDN Karang Asih 12.
B. Saran

Disarankan untuk melakukan penyuluhan kembali ke siswa/i baik itu sekolah


dasar, maupun SMP/SMA dengan memberikan ice breaking yang lebih menarik dan
materi penyuluhan dengan memakai infografis/poster/video visual yang eye catching
bagi peserta. Sesuaikan contoh yang diberikan dengan usia peserta penyuluhan dan
lebih baik jika disertakan praktik langsung melalui sistem roleplay.

10

Anda mungkin juga menyukai