Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

“Peran Mahasiswa Dalam Pemberantasan Korupsi Di Kelas”

Disusun oleh:

Nama : Nadila Betha Adinda

NIM : PO.71.25.12.1.037

Kelas : A

Semester : 2

Dosen Pembimbing:

Masayu Nurhayati, S.Pd, M.Pd

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

JURUSAN KESEHATAN GIGI

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Peran Mahasiswa Dalam Pembrantasan Korupsi Di Kelas”
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam menyusun makalah ini, saya banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
di dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen mata kuliah pendidikan Budaya Anti
Korupsi.
Saya menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari sempurna, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan sarannya untuk lebih baiknya makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan manfaat kepada pembaca sekalian

Palembang, 07 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5

A. Pengertian Korupsi ......................................................................................................... 5

B. Faktor Penyebab Korupsi ............................................................................................... 6

C. Peranan Mahasiswa Dalam Memerangi Korupsi ........................................................... 8

D. Korupsi dalam Lingkungan Kampus (Di Kelas) ............................................................ 9

E. Upaya Mahasiswa dalam Melakukan Pemberantasan Korupsi di Kelas ..................... 10

F. Strategi Pemberantasan Korupsi .................................................................................. 11

G. Keterlibatan Mahasiswa Dalam Pemberantasan Korupsi ............................................ 11

PENUTUP ............................................................................................................................... 14

PEMBERANTAS KORUPSI ................................................................................................. 14

Soal-Soal Tentang pemberantasan Korupsi ............................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

3
PENDAHULUAN
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk
luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem
perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan
tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi yang
telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai
tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang
bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung
maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini. Korupsi harus dipandang
sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang oleh karena itu memerlukan upaya luar
biasa pula untuk memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi – yang terdiri dari dua bagian
besar, yaitu (1) penindakan, dan (2) pencegahan –tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya
dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu
tidaklah berlebihan jika mahasiswa –sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat yang
merupakan pewaris masa depan– diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia.
Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada upaya
penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum. Peran aktif mahasiswa
diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya
anti korupsi di masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan
motor penggerak gerakan anti korupsi di masyarakat. Untuk dapat berperan aktif mahasiswa
perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan
pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif mahasiswa harus
dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari.
(Karsona, Agus Mulya .2011.)

4
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Kata korupsi sudah bukan hal yang asing bagi kita. Korupsi berasal dari bahasa latin
Corruptio (Fockema Andreae: 1951) atau Corruptus (Webster Student Dictionary: 1960).
Selanjutnya dari bahasa latin itu turun ke dalam bahasa Eropa seperti Inggris: Corruption,
Corrupt kemudian dalam bahasa Belanda yaitu Corruptie. Kemudian arti kata korupsi yang
telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia disimpulkan oleh Poerwadarminta
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia: Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti pengertian
penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya. Sedangkan pengertian korupsi
menurut UU No31 Tahun 1999 jo UU No.20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi adalah perbuatan setiap orang baik pemerintahan maupun swasta yang melanggar
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat
merugikan keuangan Negara. (Karsona, Agus Mulya. 2011)
Arti harifiah adalah Kebusukan, keburukan, kebejatan, ke tidak jujuran, dapat di suap, Tidak
bermoral, penyimpangan dari ke sucian.Menurut perspektif hukum, definisi korupsi di jelaskan
dalam 13 pasal ( UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001 ) Merumuskan 30 bentuk /
Jenis tindak pidana korupsi, yang di kelompokan Sebagai berikut :
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi
Contoh dari perbuatan Korupsi sebagai berikut:
1. Kerugian Keuangan Negara: - Secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, dengan tujuan menguntungkan
diri sendiri atau orang lain atau korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada.
2. Suap Menyuap: Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau
penyelenggara negara, dengan maksud supaya berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu dalam jabatannya.

5
3. Penggelapan Dalam Jabatan: Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara
waktu, dengan sengaja mengelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena
jabatannya, atau uang/surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain
atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
4. Pemerasan: Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar,
atau menerima pembayaran dengan peotongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri.
5. Perbuatan Curang: Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau
menyerahkan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang.
6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaa: Pegawai negeri atau menyelenggara negara
baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan,
pengadaan atau persewaan yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
7. Gratifikasi: Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara dianggap
pemberi suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan
kewajiban tugasnya.
Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah umum yang berlaku
dimasyarakat. Korupsi di Indonesia telah dianggap sebagai kejahatan luar biasa. Melihat realita
tersebut timbul Public Judgement bahwa korupsi adalah manisfestasi budaya bangsa. Telah
banyak usaha yang dilakukan untuk memberantas korupsi. Namun sampai saat ini hasilnya
masih tetap belum sesuai dengan harapan masyarakat. (Karsona, Agus Mulya. 2011)
B. Faktor Penyebab Korupsi
Menurut Pusat Edukasi Antikorupsi dari KPK, faktor penyebab korupsi dibagi menjadi
dua, faktor internal dan eksternal. Berikut penjelasan mengenai dua faktor penyebab korupsi:
Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi. Faktor
ini terdiri dua aspek perilaku, yaitu individu dan sosial. Aspek perilaku individu meliputi:
Aspek Individu:
1. sifat tamak atau rakus manusia: Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena
mereka membutuhkan makan. Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang
rakus. Sudah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar untuk

6
memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari
dalam sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi,
wajib hukumnya.
2. Moral yang kurang kuat: Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah
tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
3. Gaya hidup konsumtif: Kehidupan dikota-kota besar sering mendorong gaya hidup
seseorang konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan
yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai
tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah
dengan korupsi.
Aspek Sosial:
Sementara aspek sosial dapat terjadi karena dorongan perilaku keluarga. Kaum
behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluarga lah yang secara kuat memberi dorongan
bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi sifat
pribadinya. (Karsona, Agus Mulya. 2011)
Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor penyebab korupsi yang datang dari sebab-sebab luar. Ini
meliputi beberapa aspek, yaitu:
a) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi di antaranya adalah:
- Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah masyarakat sendiri.
- Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi.
- Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas bila mereka
ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan.
b) Aspek ekonomi
pendapatan yang tidak mencukupi. Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang
menglami situasi terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang
untuk mengambil jalan pintas dengan cara melakukan korupsi.
c) Aspek politis
Aspek politis yang menjadi faktor penyebab korupsi seperti kepentingan politis, meraih dan
mempertahakan kekuasaan. Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses
yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan harapan
masyarakat.

7
d) Aspek organisasi
Aspek organisasi yang menjadi faktor penyebab korupsi di antaranya adalah:
- Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
- Tidak adanya kultur organisasi yang benar
- Kurang meadainya sistem akuntabilitas yang benar
- Kelemahan sistem pengendalian manajemen
- Lemahnya pengawasan. (Karsona, Agus Mulya. 2011)
C. Peranan Mahasiswa Dalam Memerangi Korupsi
Mahasiswa merupakan suatu elemen masyarakat yang unik. Jumlahnya tidak banyak,
namun sejarah menunjukkan bahwa dinamika bangsa ini tidak lepas dari peran mahasiswa.
Walaupun jaman terus bergerak dan berubah, namun tetap ada yang tidak berubah dari
mahasiswa, yaitu semangat dan idealisme. Semangat-semangat yang berkobar terpatri dalam
diri mahasiswa, semangat yang mendasari perbuatan untuk melakukan perubahan-perubahan
atas keadaan yang dianggapnya tidak adil. Mimpi-mimpi besar akan bangsanya. Intuisi dan hati
kecilnya akan selalu menyerukan idealisme. Mahasiswa tahu, ia harus berbuat sesuatu untuk
masyarakat, bangsa dan negaranya Pentingnya. peran masyarakat dalam memberantas korupsi.
Masyarakat yang akan dibahas dalam artikel ini adalah masyarakat intelektual atau kaum
terpelajar terutama mahasiswa. Mengapa harus mahasiswa? Karena mahasiwa adalah elemen
masyarakat yang paling idealis dan memiliki semangat yang sangat tinggi dalam
memperjuangkan sesuatu. Selama ini mahasiswa dipandang bisa cukup signifikan dalam
mempengaruhi perubahan kebijakan atau struktur pemerintahan. Di sisi lain mahasiswa juga
bisa mempengaruhi lapisan masyarakat lainnya untuk menuntut hak mereka yang selama ini
kurang diperhatikan oleh pemerintah. Peran mahasiswa bisa dilihat dalam sejarah perjuangan
kemerdekaan mengenai kebangkitan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda
yang mana dipelopori oleh para mahasiswa kedokteran Stovia. Presiden pertama Indonesia,
Soekarno sang Proklamator Kemerdekaan RI merupakan tokoh pergerakan dari kalangan
mahasiswa. Selain itu peristiwa lain yaitu pada tahun 1996, ketika pemerintahan Soekarno
mengalami keadaan politik yang tidak kondusif dan memanas kemudian mahasiswa tampil
dengan memberikan semangat bagi pelaksanaan Tritura yang akhirnya melahirkan orde baru.
Akhirnya, ketika masa orde baru, mahasiswa juga menjadi pelopor dalam perubahan yang
kemudian melahirkan reformasi. (Risbiyantoro, Mohamad 2005)

Begitulah perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan idealismenya untuk memerangi


ketidakadilan yaitu untuk memperoleh cita-cita dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan

8
di masyarakat. Maka tentunya mahasiswa dituntut utuk benar-benar konsisten atau memegang
teguh idelisme mereka. Memang tidak dipungkiri sekarang ini banyak mahasiswa yang sudah
luntur idealismenya karena terbuai dengan budaya konsumtif dan hedonisme. Hal tersebuut
ternyata membuat mereka semakin berfikir dan bertindak apatis terhadap fenomena yang ada
di sekitar mereka dan kecenderungan memikirkan diri mereka sendiri. Padahal perjuangan
mahasiswa tidak berhenti begitu saja ada hal lainnya yang menanti untuk diperjuangankan oleh
mereka, yaitu dalam melawan dan memberantas korupsi. (Risbiyantoro, Mohamad 2005)
Contoh dari peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi menurut UU No. 31 tahun 1999
antara lain:
1. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan korupsi dikelas.
2. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan informasi
adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada pihak kampus.
3. Individu mahasiswa berani melaporkan adanya korupsi yang ditemukan kepada pihak
kampus.
4. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada pihak yang
menangani perkara tindak pidana korupsi yang terjadi di kampus.
5. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yang diberikan kepada
penegak hukum waktu paling lama 30 hari.
6. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum.
7. Penghargaan pemerintah kepada masyarakat. (Mochtar. 2009)
D. Korupsi dalam Lingkungan Kampus (Di Kelas)
Mahasiswa identik dengan berbagai ide-ide cemerlang. Tak jarang mahasiswa dianggap
sebagai kaum intelektual. Mereka kerap mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang
dinilainya tak sejalan dengan tujuan dan kesejahteraan rakyat. Namun, kadang citra mahasiswa
sebagai kaum intelektual tersebut rusak karena beberapa perilaku yang bertentangan dengan
titelnya sebagai mahasiswa. Bahkan, perilaku tersebut menjurus kepada perilaku koruptif yang
berbahaya bagi bangsa dan negara. Perilaku koruptif sebagai berikut:
a. Kickback dalam kontrak suplai konstruksi.
b. Menahan atau memperlambat persetujuan dan tandatangan yang diperlukan
untuk memeras suap (hadiah, jasa, dan pembayaran segera).
c. Mengarahkan agar pembangunan dan pengadaan barang dikerjakan oleh dirinya
sendiri, keluarga, dan temannya.
d. Mengharuskan pembayaran untuk pelayanan-pelayanan yang seharusnya
diberikan gratis.

9
e. Beban biaya yang illegal.
f. Pembelokan pemakaian uang sumbangan masayakat.
Enam modus korupsi di perguruan tinggi masih bisa ditambahkan, yakni korupsi
dalam pengadaan barang dan penerimaan mahasiswa jalur mandiri. Jadi, bila ditotal ada delapan
pintu masuk korupsi di perguruan tinggi. Banyaknya modus korupsi ini menunjukkan bahwa
perguruan tinggi adalah lahan basah. Sebuah ironi yang sedang dirayakan karena perguruan
tinggi dengan Tri Dharmanya justru menjadi salah satu institusi yang menyalahgunakan uang
rakyat. Perguruan tinggi yang seharusnya menghasilkan para agent of change dan mengabdi
demi kepentingan rakyat justru menjadi lahan basah bagi suburnya tindak korupsi. (Indriati,
Etty. 2014)
E. Upaya Mahasiswa dalam Melakukan Pemberantasan Korupsi di Kelas
Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti negeri kita, korupsi
merupakan kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga masyarakat. Artinya
keadilan dan kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka saatnya mahasiswa sadar
dan bertindak. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah:
1. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus.
Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu menanamkan kepada
diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan tindakan korupsi walaupun itu hanya
tindakan sederhana, misalnya terlambat datang ke kampus, menitipkan absen kepada teman jika
tidak masuk atau memberikan uang suap kepada para pihak pengurus beasiswa dan macam-
macam tindakan lainnya.
2. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi.
Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya
melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan mengancam dan merugikan kehidupan
masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta dalam menindaklanjuti
(berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi di sekitar lingkungan
mereka. Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa
kurang relevan. Maka masyarakat sadar bahwa korupsi memang harus dilawan dan
dimusnahkan dengan mengerahkan kekuatan secara massif, artinya bukan hanya pemerintah
saja melainakan seluruh lapisan masyarakat.

10
3. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen pengontrol dalam
pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa
kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan
masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya dengan melakukan demo
untuk menekan pemerintah atau melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi
yang terbaik. . (Adwirman. 2014.)
Contoh Upaya mahasiswa dalam melakukan pemberantasan korupsi dikelas sebagai berikut: 1.
1. Membuat pusat pelayanan pengaduan tindak korupsi di kampus (di kelas).
2. Memberikan hukuman yang dapat menimbulkan efek jera agar tidak korupsi tidak terulangi
kembali pada masa yang akan datang.
3. Meningkatkan pengawasan terhadap transaksi keuangan.
4. Membuat pengendalian transaksi keuangan yang sehat dan transparan sehingga tidak mudah
adanya tindak korupsi.
F. Strategi Pemberantasan Korupsi
Komisi pemberantasan korupsi dalam bukunya mengenal panduan memberantas
korupsi dengan mudah dan menyenangkan. Mengelompokkan strategi pemberantasan korupsi
tersebut kedalam 3 strategi, yaitu:
1. Strategi Represif
Strategi ini adalah penindakan pidana korupsi dimana seseorang diadukan, diselidiki,
dituntut, dan di eksekusi berdasarkan saksi dan alat bukti yang kuat.
2. Strategi Perbaikan System
Strategi perbaikan system dilakukan untuk mengurangi potensi korupsi caranya dengan
kajian system, penataan layanan public melalui koordinasi/supervise pencegahan serta
transfaransi penyelenggaraan Negara.
3. Strategi edukasi dan kampanye
Strategi ini merupakan bagian dari upaya pencegahan yang memiliki peran strategi
dalam pemberantasan korupsi. Melalui strategi ini akan dibangun perilaku dan budaya
anti korupsi. Edukasi dilakukan pada segenap lapisan masyarakat sejak usia dini. Ketiga
strategi ini tersebut harus dilaksanakan secara bersamaan. (Bppskd. 2014)
G. Keterlibatan Mahasiswa Dalam Pemberantasan Korupsi
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi empat wilayah, yaitu:

11
1. Di Lingkungan Keluarga
2. Di Lingkungan Kampus
3. Di Masyarakat Sekitar, dan
4. Di Tingkat Lokal/Nasional
Berikut ini adalah penjelasan mengenai keterlibatan mahasiswa:
1. Di Lingkungan Keluarga
Internasioanlisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari
Lingkungan Keluarga. Kegiatan tersebut dapat berupa melakukan pengamatan terhadap
perilaku keseharian anggota keluarga, misalnya: Apakah penghasilan orang tua tidak berasal
dari tindak korupsi? Apakah orang tua tidak menyalahgunakan fasilitas kantor yang menjadi
haknya?
2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi di lingkungan kampus dapat dibagi ke
dalam dua wilayah, yaitu:
a. Untuk individu mahasiswanya sendiri,
Untuk konteks individu, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar dirinya
sendiri tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
b. Untuk komunitas mahasiswa
Sedangkan untuk konteks komunitas, seorang mahasiswa diharapkan mencegah agar
rekan-rekannya semua mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan di kampus tidak
berperilaku koruptif dan tidak korupsi
3. Di Lingkungan Masyarakat Sekitar
Hal yang sama dapat dilakukan oleh mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar, misalnya: Apakah pelayanan publik
untuk masyarakat miskin sudah memadai? Misalnya : pembagian kompor gas, bantuan
langsung tunai, dsb.
Satu bentuk gerakan yang sederhana, misalnya “Gerakan Tidak Menyuap” untuk
setiap pengurusan KTP, KK, SIM, atau Pelanggaran Lalu Lintas, apabila dilakukan serentak
oleh seluruh masyarakat indonesia pasti akan menghasilkan dampak yang sangat luar biasa.
4. Di Tingkat Lokal dan Nasional
Dalam konteks nasional, ketertiban seorang mahasiswa dalam gerakan anti korupsi
bertujuan agar dapat mencegah terjadinya perilaku korupsi dan tindak korupsi yang pasif dan
sistematis di masyarakat. Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi

12
pemimpin (leader) dalam gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun
nasional. Berawal dari kegiatan-kegiatan yang terorganisir dari dalam kampus, mahasiswa
dapat menyebarkan perilaku anti korupsi kepada masyarakat luas, di mulai dari masyarakat
yang berada di sekitar kampus kemudian akan meluas ke lingkup yang lebih luas.
(Nurhayati, Masayu. 2020)

13
PENUTUP
PEMBERANTAS KORUPSI
Korupsi adalah tindakan yang harus diberantas segera karena mengancam keadilan dan
kesejahteraan masyarakat. Sehingga perlu peran serta semua lapisan masyarakat. Mahasiswa
adalah salah satu bagian masyarakat yang mempunyai pengaruh signifikan dalam
memperngarhi kebijakan pemerintah dan menggerakkan lapisan masyarakat yang lain.
Sehingga pemberantasan korupsi bisa lebih efektif. Upaya-upaya yang dilakukan mahasiswa
adalah menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus, memberikan pendidikan kepada
masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi dan menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan
pemerintah. Maka mahasiwa harus lebih berkomitmen dalam memberantas korupsi supaya
upaya mereka berjalan semaksimal mungkin.
Meski demikian, pemberantasan korupsi jangan menajadi “jalan tak ada ujung”, melainkan
“jalan itu harus lebih dekat ke ujung tujuan”. Upaya-upaya untuk mengatasi persoalan korupsi
dapat ditinjau dari struktur atau sistem sosial, segi etika atau akhlak manusia.Mahasiswa di
dukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir
kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran.Dengan kompetensi yang mereka miliki
tersebut mahasiswa dapat diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu menyuarakan
kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu
menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak hukum pemberantasan korupsi.

14
Soal-Soal Tentang pemberantasan Korupsi
1. Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti negeri kita, korupsi
merupakan kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga masyarakat.
Artinya keadilan dan kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka saatnya
mahasiswa sadar dan bertindak. Upaya-upaya apa saja yang bisa dilakukan oleh
mahasiswa dalam pemberantasan korupsi dikelas, kecuali?
a. Membuat pusat pelayanan pengaduan tindak korupsi di kampus (di kelas).
b. Memberikan hukuman yang dapat menimbulkan efek jera agar tidak korupsi tidak
terulangi kembali pada masa yang akan datang.
c. Bersikap apatis dan acuh tak acuh
d. Membuat pengendalian transaksi keuangan yang sehat dan transparan sehingga
tidak mudah adanya tindak korupsi.
Jawaban: C
2. Mengapa lingkungan keluarga dipercaya dapat menjadi tolak ukur yang pertama dan
utama bagi mahasiswa untuk menguji apakah proses internalisasi anti korupsi di dalam
diri mereka sudah terjadi?
a. Karena dalam lingkungan keluarga mahsiswa sejak dini sudah berlaku jujur atas
segala sesuatu yang dilakukan
b. Karena dalam lingkungan keluarga mahasiswa takut jika melanggar peraturan dalam
keluarganya
c. Karena di dalam lingkungan keluarga ada hukuman yang berlaku jika melakuakan
pelanggaran korupsi
d. Karena dalam lingkungan keluarga diharuskan untuk tidak melakukan pelanggaran
korupsi
Jawaban: A
3. Berikut hambatan-hambatan dalam penerapan anti korupsi di lingkungan kampus,
kecuali?
a. Penegakkan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah-setengah
b. Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam menjalankan
amanah yang di emban
c. Kurangnya celah/lubang-lubang yang dapat dimasukin tindakan korupsi
d. Taktik-taktik koruptor untuk megelabuhi aparat pemeriksa dan masyarakat yang
semakin canggih
Jawaban: C

15
4. Mahasiswa membeberkan tindak pidana korupsi secara besar-besaran sehingga pelaku
mendapatkan sanksi sosial dari pemberitaan tersebut. Hal tersebut merupakan peran
mahasiswa dalam?
a. Merumuskan agenda publik yang selalu menjadi perhatian para politisi
b. Memperkuat masyarakat dan menciptakan lembaga pemerintah yang kuat
c. Memberikan pendidikan politik kepada seluruh masyarakat pada umumnya
d. Mengontrol dan mengkritisi terhadap setiap kebijakan pemerintah yang tidak
memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan masyarakat
Jawaban: D
5. Yang dimaksud dengan peran serta mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi
adalah?
a. Peran aktif mahasiswa dalam mengawasi wakil-wakil rakyat dalam menjalankan
tugas sebagai lembaga legislatif
b. Peran aktif lembaga peradilan dalam menjalankan tugasnya dibidang hukum
memberantas korupsi disegala bidang
c. Peran aktif lembaga peradilan dalam mengawasi tugas-tugas yang dijalankan oleh
lembaga eksekutif dan lembaga legislatif
d. Menjadi agen perubahan, mampu meyuarakan kepentingan rakyat, mampu
mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog
lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.
Jawaban: D

16
DAFTAR PUSTAKA
Karsona, Agus Mulya . (2011). Pendidikan anti korupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Diakses 05 Maret 2022
http://akperrsdustira.ac.id/wp-content/uploads/2017/07/Buku-Pendidikan-Anti-Korupsi-
untuk-Perguruan-Tinggi-2017-bagian-1.pdf

Mochtar. (2009). “Efek Treadmill” Pemberantasan Korupsi : Kompas. Diakses 05 Maret 2022
https://www.academia.edu/38609771/Makalah_upaya_pemberantasan_korupsi

Risbiyantoro, Mohamad. (2005). Peranan Mahasiswa dalam Memerangi Korupsi, Op cit.


Diakses 05 Maret 2022
https://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/Gambar/PDF/peranan_mahas
iswa.pdf

Adwirman. (2014). Pendidikan dan Budaya AntiKorupsi, Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. Diakses 06 Maret 2022
https://www.slideshare.net/HaristianSahroniPutr/pendidikan-anti-korupsi-buku-ajar-
pendidikan-dan-budaya-anti-korupsi-pbak

Indriati, Etty. (2014). Pola dan Akar Korupsi, Jakarta: Gramedia. Diakses 06 Maret 2022
https://transformative.ub.ac.id/index.php/jtr/article/download/11/17

Nurhayati, Masayu. (2020). Pendidikan Budaya Anti Korupsi, Palembang.


Diakses 06 Maret 2022

Badan PPSDM Kesehatan Kementerian. (2014). Pelatihan TOT Kependidikan Tentang


Pendidikan Budaya Anti Korupsi. Diakses 06 Maret 2022

17

Anda mungkin juga menyukai