Anda di halaman 1dari 18

PENTINGNYA MEMBANGUN BUDAYA ANTI-KORUPSI DI

KALANGAN MAHASISWA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


JATI DIRI UNSOED

Dosen Pengampu:
Ulul Huda, M.Si.

Oleh:
Kelompok 13
Anjana Nur Haliza NIM. J1C023045
Aqilah Fayza NIM. J1C023046
Galih Abdillah Gani NIM. J1C023052
Roja Aminulloh Amna NIM. J1C023064
Khairatun Nisa Rokhmah NIM. J1C023071
Muhammad Redi Kurniawan NIM. J1C923077
Bagus Ardhika NIM. J1C023080
Ilham Bintang Tri Atmojo NIM. J1C023082
Mardhotun Sholihah NIM. J1C023083

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Ulul sebagai dosen
pengampu mata kuliah Jati Diri Unsoed yang telah membantu memberikan arahan
dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Purwokerto, 2 Oktober 2023

Kelompok 13

2
DAFTAR ISI
Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 5
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi……………………………………………………… 6
2.2 Faktor Penyebab Korupsi……………………………………………….. 8
2.2.1 Faktor internal dan faktor eksternal…………………………………. 8
2.3 Dampak Masif Korupsi…………………………………………………. 8
2.3.1 Dampak Ekonomi…………………………………………………… 9
2.3.2 Dampak Politik……………………………………………………… 9
2.3.3 Dampak Sosial Budaya……………………………………………… 9
2.4 Nilai Anti-korupsi………………………………………………………. 9
2.5 Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi………………………… 11
2.5.1 Gerakan Anti Korupsi……………………………………………….. 12
2.5.2 Peran Mahasiswa……………………………………………………. 12
2.5.3 Keterlibatan Mahasiswa……………………………………………... 13
2.5.3.1 Di lingkungan keluarga……………………………………... 13
2.5.3.2 Di lingkungan kampus……………………………………… 13
2.5.3.3 Di masyarakat sekitar……………………………………….. 14
2.5.3.4 Di tingkat lokal dan nasional……………………………….. 14
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budaya antikorupsi di kalangan mahasiswa sangat penting untuk
membangun generasi muda yang sadar akan pentingnya integritas dan kejujuran
dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut , mahasiswa dapat berperan sebagai
agen perubahan dalam membangun budaya antikorupsi di masyarakat. Mahasiswa
dapat membantu pemberantasan korupsi dengan memperkuat kesadaran dan
karakter anti-korupsi melalui pemahaman dan pembentukan budaya masyarakat
muda yang secara tegas dapat menjauhi segala bentuk yang berhubungan dengan
korupsi.
Pendidikan anti korupsi bagi mahasiswa bertujuan untuk memberikan
pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya serta
menanamkan nilai-nilai anti korupsi. Tujuan jangka panjangnya adalah
menumbuhkan budaya anti korupsi di kalangan mahasiswa dan mendorong
mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya pemberantasan korupsi
di Indonesia .
Mahasiswa dapat terlibat dalam gerakan anti-korupsi pada empat wilayah,
yaitu: di lingkungan keluarga, di lingkungan kampus, di masyarakat sekitar, dan
di tingkat lokal/nasional . Dalam lingkungan kampus, mahasiswa dapat
melakukan kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar atau perkuliahan untuk
membekali diri dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan
pemberantasannya. Selain itu, setiap perguruan tinggi diharapkan dapat
menjalankan mata kuliah pendidikan anti korupsi yang dapat dijadikan sebagai
mata kuliah wajib, pilihan dan sisipan .
Dalam rangka membangun budaya antikorupsi di kalangan mahasiswa,
penting bagi mahasiswa untuk memahami bahwa korupsi adalah tindak pidana
yang merugikan keuangan negara dan berdampak buruk pada hampir seluruh
sendi kehidupan. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama membangun budaya

4
antikorupsi di kalangan mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk menjadi
agen perubahan dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang diatas, Maka Rumusan Masalah Makalah ini
adalah Permasalahan Korupsi di kalangan Pelajar/Mahasiswa, di Keluarga
dan Negara.

5
BAB II
PEMBAHASAN

Korupsi merupakan salah satu tindak pidana yang menjadi musuh semua
negara di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang tengah gigih
berjuang melawan keganasan tindak pidana ini. Penegakan hukum saja tidak
cukup untuk mengeliminir tindak pidana ini karena terbukti pada saat ini telah
terjadi regenerasi koruptor. Oleh sebab itu langkah pencegahan melalui jalur
pendidikan harus menjadi prioritas. Upaya pencegahan dan pemberantasan
korupsi perlu melibatkan peran serta masyarakat, termasuk mahasiswa.
Mahasiswa mempunyai potensi besar untuk menjadi agen perubahan dan motor
penggerak gerakan anti korupsi. Peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi
antara lain; menjaga diri dan komunitas mahasiswa bersih dari korupsi dan
perilaku koruptif, serta membangun dan memelihara gerakan anti korupsi. Peran
mahasiswa dalam pemberantasan korupsi akan maksimal jika mahasiswa
memahami pengetahuan tentang korupsi dan upaya pemberantasan nya, serta
menerapkan nilai-nilai anti korupsi dalam dirinya.

2.1 Pengertian Korupsi


Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus”.
“Corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa . Latin yang lebih tua.
Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt”
(Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda). Arti kata
korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran,
dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Selanjutnya, untuk beberapa pengertian lain, disebutkan berikut.
1. Korup (busuk; suka menerima uang suap/sogok; memakai kekuasaan
untuk kepentingan sendiri dan sebagainya);
2. Korupsi (perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, dan sebagainya)
3. Koruptor (orang yang melakukan korupsi)
6
Korupsi dibagi dalam empat tipologi yang harus diwaspadai yaitu sebagai
berikut.
1. Korupsi ekstortif, korupsi ini merujuk pada situasi dimana seseorang
terpaksa menyogok agar dapat memperoleh sesuatu atau mendapatkan
perlindungan atas hak-hak dan kebutuhannya. Contoh : pengusaha
terpaksa harus menyogok (bribery) kepada pejabat tertentu agar mudah
mendapat ijin usahanya.
2. Korupsi manipulatve, merujuk pada usaha kotor seseorang untuk
mempengaruhi keputusan pemerintah agar memperoleh keuntungan
pribadi. Contoh : pengusaha menyogok menteri perdagangan agar
membuat peraturan perundangan yang memungkinkan import daging sapi
masuk Indonesia secara besar-besaran.
3. Korupsi nepotistic, merujuk pada perlakuan istimewa kepada keluarga,
saudara, sahabat dari pejabat yang berkuasa untuk menempatkan orang-
orang yang diistimewakan tersebut pada posisi penting pada lembaga yang
dipimpinnya.
4. Korupsi subversive, berupa pencurian atas kekayaan negara yang
dilakukan oleh pejabat negara karena kewenangan dan kekuasaan yang
dimilikinya.

Pengertian korupsi dibagi menjadi 3 tipe fenomena berikut.


1. Penyuapan (bribery), yaitu menawarkan pemberian/hadiah yang
menggiurkan
2. Pemerasan (extortion),yaitu permintaan pemberian/hadiah dari
pelaksanaan tugas public
3. Nepotism, yaitu pengangkatan sanak, saudara, teman dan rekan
pada jabatan publik tanpa memandang jasa mereka maupun
konsekuensinya pada kesejahteraan publik.

7
2.2 Faktor Penyebab Korupsi
2.2.1 Faktor internal dan faktor eksternal
Faktor penyebab korupsi juga dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu
faktor penyebab internal dan faktor eksternal. Faktor internal, merupakan
penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi, terdiri dari aspek moral, misalnya
lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap atau perilaku misalnya
pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat mendorong
seseorang untuk berperilaku korup. Faktor eksternal, yaitu penyebab korupsi
karena sebab-sebab dari luar, antara lain: aspek ekonomi misalnya pendapatan
atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas
politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek
managemen dan organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek
hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundang-undangan dan lemahnya
penegakan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat yang
kurang mendukung perilaku anti korupsi.
Berikut adalah beberapa pendapat yang mengarah pada faktor penyebab
internal.
1. Sifat tamak manusia
2. Moral yang kurang kuat menghadapi godaan
3. Gaya hidup konsumtif
4. Tidak mau (malas) bekerja keras
5. Aspek perilaku individu
6. Aspek organisasi
7. Aspek masyarakat tempat individu dan organisasi berada

2.3 Dampak Masif Korupsi


Masyarakat merupakan korban dari korupsi. Banyaknya dampak yang
timbul akibat korupsi menyebabkan masyarakat harus menanggung akibat
yang bertubi-tubi. Beberapa dampak yang timbul akibat korupsi antara lain
adalah sebagai berikut.

8
2.3.1 Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi, antara lain banyak bantuan dari pemerintah yang sebenarnya
bertujuan untuk rakyat seperti untuk petani dan pengusaha kecil tidak sampai pada
sasaran, sehingga perekonomian rakyat tidak kunjung membaik. Muncul ekonomi biaya
tinggi akibat Pendidikan Anti Korupsi 173 banyaknya pungutan liar yang harus
ditanggung pengusaha akibatnya harga produk menjadi lebih tinggi, upah buruh rendah.
Produk lokal kalah bersaing dengan produk impor. Korupsi juga membuat utang bangsa
Indonesia menjadi banyak; dan korupsi juga mengurangi minat para investor untuk
menginvestasikan uangnya atau modalnya di Indonesia.

2.3.2 Dampak Politik


Dampak politik, dari berita di media masa dapat disaksikan bagaimana uang hasil
korupsi yang dilakukan oleh beberapa politikus untuk membiayai aktifitas politik dan
mempertahankan kekuasaan. Hal ini tentu sangat mengerikan karena produk yang
dihasilkan dari politikus yang korup tidak akan jauh dari bagaimana mencari keuntungan
bagi diri sendiri ataupun kelompoknya, sehingga kebijakan yang dilahirkan oleh parlemen
korup akan sangat tidak memikirkan kepentingan rakyat. Akibatnya rakyat tidak lagi
dapat mempercayai parlemen yang seharusnya dihormati sebagai wakil mereka dalam
menyuarakan aspirasinya.

2.3.3 Dampak Sosial Budaya


Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang jujur. Namun saat ini
Indonesia menempati skor yang tidak bagus, pada tahun 2013 dalam skor Corruption
Perception Index (CPI) menurut Transparansi Internasional Indonesia, skor Indonesia
adalah 32, dengan peringkat ke 114 dari 176 negara. Skor untuk Singapura 86, Brunai 60,
Malaysia 50, Vietnam 31, dan skor Timor Leste 30. Menurut Wakil Ketua KPK Adnan
Pandu Praja dari hasil survey Political & Economic Risk Consultancy (PERC),
menempatkan Indonesia di peringkat pertama negara tujuan investasi di Asia Pasific yang
terkorup dari 16 negara yang ada.

2.4 Nilai Anti-korupsi


Nilai-nilai anti korupsi yang ditanamkan, dipahami dan kemudian dilaksanakan
akan menumbuhkan generasi muda baru yang memiliki semangat anti korupsi yang

9
sesungguhnya. Nilai-nilai anti korupsi yang wajib ada dalam nurani setiap mahasiswa
adalah sebagai berikut.
1. Kejujuran Kejujuran merupakan salah satu kunci untuk menjadi manusia yang
bermoral kuat, dan kejujuran berawal dari selalu berkata, bertindak, berbuat yang
benar, terbuka dan menghargai diri sendiri. Tidak jujur berarti melakukan tindakan
yang tidak seiya sekata dengan apa yang ada didalam hati nuraninya. Kejujuran harus
dimulai dari diri sendiri, ibarat bola salju maka setelah menjadi pribadi yang jujur
akan menjadi sebuah keluarga yang jujur, lingkungan yang jujur dan seterusnya.
2. Kepedulian Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Nilai
kepedulian sangat penting bagi mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan baik
sikap peduli dalam kehidupan di kampus dan di masyarakat. Nilai kepedulian dapat
diwujudkan oleh mahasiswa dalam bentuk antara lain ikut memantau jalannya proses
pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber daya di kampus, memantau
kondisi infrastruktur di kampus. Nilai kepedulian juga dapat diwujudkan dalam
bentuk mengindahkan seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di dalam kampus
dan di luar kampus.
3. Kemandirian Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses
pendewasaan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan
tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini penting agar mahasiswa dapat mengatur
kehidupannya dan orang-orang yang berada di bawah tanggungjawabnya.
Berdasarkan karakter kemandirian tersebut mahasiswa dituntut untuk mengerjakan
semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri.
4. Kedisiplinan Kedisiplinan adalah sikap yang mentaati tata tertib dan peraturan.
Kedisiplinan merupakan kunci menuju suatu pribadi yang sukses. Didalam
kedisiplinan terkandung sifat teguh dalam memegang prinsip, pantang mundur dalam
menyatakan kebenaran dan pada akhirnya mau berkorban untuk kepentingan bangsa
dan negara. Kata kunci dari kedisiplinan adalah komitmen, tepat waktu, prioritas,
terencana, taat, fokus, tekun dan konsisten.
5. Tanggung jawab Tanggungjawab memiliki pengertian suatu keadaan wajib
menanggung segala sesuatu atau menerima pembebanan sebagai akibat sikap pihak
sendiri atau orang lain. Tanggungjawab adalah melaksanakan tugas dengan sungguh-
sungguh dari orang lain atau diri sendiri hingga selesai atau sanggup menanggung
resiko dari apa yang telah dikerjakan atau diperbuat. Kata kunci dari tanggungjawab

10
adalah komitmen, siap menanggung resiko, tidak mengelak, ada konsekuensi yang
harus ditanggung dan berbuat yang terbaik.
6. Kerja keras Pribadi pekerja keras akan muncul dari sosok yang memiliki motivasi
tinggi untuk berubah dan pantang menyerah. Pribadi pekerja keras adalah sosok yang
memiliki tanggungjawab dan pantang menyerah. Kerja keras akan menghasilkan
buah yang manis bagi si pekerja keras tersebut. Sebagai mahasiswa untuk meraih
indeks prestasi tertinggi bukanlah suatu kemustahilan, dengan mau bekerja keras dan
tidak lupa memohon perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa maka prestasi bukan
lagi hanya sebuah angan-angan.
7. Kesederhanaan Kesederhanan merupakan sikap dan perilaku yang tidak berlebihan
terhadap suatu benda, tetapi lebih mementingkan tujuan dan manfaatnya.
8. Keberanian Keberanian adalah tindakan untuk memperjuangkan sesuatu yang
diyakini kebenarannya. Orang yang berani mengatakan yang benar adalah benar dan
yang salah adalah salah merupakan agen penting dalam mengembangkan nilai nilai
anti korupsi. Keberanian mengatakan sebuah kebenaran akan muncul pada pribadi-
pribadi yang memiliki kejujuran dalam menjalani kehidupannya.
9. Keadilan Keadilan berasal dari kata adil yang memiliki arti sama berat tidak berat
sebelah, tidak memihak dan berpihak kepada kebenaran. Dalam kehidupan sehari hari
dapat diambil contoh, pada suatu hari seorang bapak yang berprofesi sebagai Polisi
lalu lintas sedang menjalankan tugas di jalan raya, pada saat itu ada sekelompok
remaja melanggar rambu lalu lintas, maka dihentikanlah mereka, surat-surat
kelengkapan kendaraan diperiksa, ternyata salah satu dari remaja tersebut adalah
anaknya, maka sikap yang harus dilakukan oleh Polantas tersebut adalah menindak
semua remaja yang terbukti melanggar aturan undang-undang lalu lintas tanpa
pandang bulu. Kata kunci keadilan adalah obyektif, netral, proposional, tidak
memihak, bersikap terbuka dan penuh pertimbangan.

2.5 Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


Korupsi adalah kejahatan yang berdimensi luar biasa (extra ordinary
crime) dan berdampak buruk pada seluruh sendi kehidupan manusia. Upaya
memberantas korupsi menjadi tanggung jawab semua komponen bangsa,
termasuk mahasiswa.

11
2.5.1 Gerakan Anti Korupsi
Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan suatu
Gerakan anti korupsi dalam masyarakat. Gerakan anti korupsi adalah suatu gerakan
jangka panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait, yaitu
pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah peran mahasiswa sebagai salah
satu bagian penting dari masyarakat sangat diharapkan. Gerakan anti korupsi adalah suatu
gerakan yang memperbaiki perilaku individu dan sistem untuk mencegah terjadinya
perilaku koruptif. Upaya perbaikan sistem dan perbaikan perilaku manusia dapat
menghilangkan, atau memperkecil peluang bagi berkembangnya korupsi.
Pendidikan anti korupsi bagi mahasiswa dapat diberikan dalam berbagai bentuk:
kegiatan sosialisasi, perkuliahan wajib maupun pilihan, seminar, kampanye, kegiatan
ekstrakurikuler, dll. Upaya perbaikan sistem antara lain dapat dilakukan dengan
memperbaiki peraturan perundang-undangan yang berlaku, memperbaiki tata kelola
pemerintahan, reformasi birokrasi, menciptakan lingkungan kerja yang anti korupsi,
menerapkan prinsip-prinsip clean and good governance, pemanfaatan teknologi untuk
transparansi.

2.5.2 Peran Mahasiswa


Peran mahasiswa tercatat dalam peristiwa-peristiwa besar seperti: Kebangkitan
Nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan NKRI
tahun 1945, lahirnya Orde Baru tahun 1966, dan Reformasi tahun 1998. Peran penting
mahasiswa tersebut tidak lepas dari karakteristik yang mereka miliki, yaitu:
intelektualitas, jiwa muda dan idealis. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa
ini telah terbukti bahwa mahasiswa berperan sangat penting sebagai agen perubahan
(agent of change).
Dalam konteks gerakan anti korupsi mahasiswa diharapkan menjadi motor
penggerak, dengan didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu:
intelegensia, kemampuan berfikir kritis, Pendidikan Anti Korupsi 189 dan keberanian
untuk menyatakan kebenaran. Kompetensi yang mereka miliki diharapkan menjadi agen
perubahan, mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-
kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan
penegak hukum.

12
2.5.3 Keterlibatan Mahasiswa
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di lingkungan kampus,
di masyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional.

2.5.3.1 Di lingkungan keluarga


Karakter anti korupsi dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Kegiatan tersebut
dapat berupa melakukan pengamatan terhadap perilaku keseharian anggota
keluarga, misalnya sebagai berikut..
• Apakah dalam mengendarai kendaraan bermotor bersama ayah atau anggota
keluarga yang lain sudah mematuhi peraturan lalu lintas?
• Apakah penghasilan orang tua tidak berasal dari tindak korupsi?
• Apakah ada di antara anggota keluarga yang menggunakan produk-produk
bajakan (lagu, film, software, tas, sepatu, dsb?)
Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini adalah tingkat
ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi dari
dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena haknya
terampas. Terampasnya hak orang lain merupakan cikal bakal dari tindakan
korupsi.

2.5.3.2 Di lingkungan kampus


Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus dapat
dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu individu mahasiswanya sendiri dan komunitas
mahasiswa. Seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri
tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi. Dalam konteks komunitas, seorang
mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar rekan- rekannya sesama mahasiswa
dan organisasi kemahasiswaan di kampus tidak berperilaku koruptif dan tidak
korupsi.
Mahasiswa harus memiliki nilai-nilai anti korupsi, memahami korupsi serta
prinsip-psinsip anti korupsi yang diperoleh dari mengikuti kegiatan sosialisasi,
kampanye, seminar dan kuliah anti korupsi. Nilai-nilai dan pengetahuan yang
diperoleh tersebut harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Mahasiswa harus mampu mendemonstrasikan bahwa dirinya bersih dan jauh dari

13
perbuatan korupsi serta menanamkan nilai-nilai anti korupsi kepada komunitas
mahasiswa agar tumbuh budaya anti korupsi.
Kegiatan kampanye ujian bersih atau anti menyontek misalnya, dapat
menumbuhkan antara lain nilai-nilai kejujuran, kerja keras, tanggung jawab dan
kemandirian. Kantin kejujuran adalah contoh lain yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab.

2.5.3.3 Di masyarakat sekitar


Seorang mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk mengamati lingkungan di
lingkungan masyarakat sekitar, misalnya sebagai berikut.
• Apakah kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi pelayanan kepada
masyarakat dengan sewajarnya: pembuatan KTP, SIM, KK, akte kelahiran,
pembuatan kartu pencari kerja, laporan kehilangan, pelayanan pajak?
• Apakah infrastruktur kota bagi pelayanan publik sudah memadai? Misalnya:
kondisi jalan, penerangan jalan, ketersediaan fasilitas umum, rambu-rambu
penyeberangan jalan, dsb.
• Apakah pelayanan publik untuk masyarakat miskin sudah memadai? Misalnya:
pembagian kompor gas, Bantuan Langsung Tunai, dsb
• Apakah akses publik kepada berbagai informasi mudah didapatkan?

2.5.3.4 Di tingkat lokal dan nasional


Dalam konteks nasional, keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korpsi
bertujuan agar dapat mencegah terjadinya perilaku koruptif dan tindak korupsi
yang massif dan sistematis di masyarakat. Mahasiswa dengan kompetensi yang
dimiliki dapat menjadi pemimpin dalam gerakan massa anti korupsi baik yang
bersifat lokal maupun nasional.
Berawal dari kegiatan-kegiatan yang terorganisir dari dalam kampus, mahasiswa
dapat menyebarkan perilaku anti korupsi kepada masyarakat luas, dimulai dari
masyarakat yang berada di sekitar kampus kemudian akan meluas ke lingkup
yang lebih luas.
Negara Indonesia yang kaya raya akan sumber daya alam dan sumber daya
manusia sudah seharusnya dapat hidup sejahtera yaitu tidak ada orang yang
kelaparan, tidak ada orang yang menderita karena sakit dan tidak mampu berobat,

14
tidak ada lagi kebodohan karena setiap orang mampu bersekolah sampai tingkat
yang paling tinggi, tidak ada orang yang tinggal di kolong jembatan karena
semua orang mempunyai tempat tinggal yang layak, tidak ada kemacetan karena
kota tertata dengan baik, anak-anak tumbuh sehat karena ketercukupan gizi yang
baik. Anak-anak jalanan, pengemis, dan penyakit masyarakat lain sudah menjadi
cerita masa lalu yang sudah tidak ada lagi. Anak yatim, orang-orang lanjut usia
hidup sejahtera dan diperhatikan oleh pemerintah.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Membangun budaya antikorupsi di kalangan mahasiswa sangat penting
karena mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang akan menjadi pemimpin
di masa depan. Dengan menanamkan nilai-nilai antikorupsi sejak dini, kita dapat
membentuk karakter yang jujur dan bertanggung jawab. Selain itu, pemberantasan
korupsi juga perlu dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang adil dan
transparan. Korupsi merugikan banyak orang dan menghambat pertumbuhan
ekonomi.
Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk berperan aktif dalam
memerangi korupsi. Ini bisa dilakukan dengan cara melaporkan tindakan korupsi
yang kita lihat dan mendukung penegakan hukum yang adil. Selain itu,
pendidikan tentang pentingnya integritas dan etika juga harus ditekankan dalam
kurikulum pendidikan kita. Dengan demikian, kita dapat membantu menciptakan
masyarakat yang lebih baik dan lebih adil untuk semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adjisoedarmo, S., Misman, R., Yuwono, E., Aminudin, S., Pramono E.,
Suprapto, H., Santoso, S., dan Nazihudin, A.Z., Sumaryadi M.Y.,
Trisasiwi. 2020. Pendidikan Karakter Jatidiri Unsoed. Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Alatas, Syed Husein, 1992, Sosiologi Korupsi: Sebuah Penjelajahan
dengan Data Kontemporer,Jakarta, LP3ES.
Albrecht, W.Steve and Chad O. Albrecht, 2003, Fraud Examiation,
Thomson South-Western.
Ali, Muhamad. TT, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta :
Pustaka Arnani.
Dubnick, Melvin, 2005, Accountability and the Promise of
Performance, Public Performance and Management Review
(PPMR).
Fijnaut, Cyrille and Leo Huberts, 2002, Corruption, Intergrity and Law
Enforcement, The Hague: Kluwer Law International.
Handoyo, E. 2009, Pendidikan Anti Korupsi, Semarang : Widya Karya.
Haarhuis, Klein, C. 2005. Promoting Anti-Corruption of World Bank
Anti-Corruption Program in Seven African Counties (1999- 2001),
Wageningen: Ponsen and Looijen b.v
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/12/03/1/19
8735/Transparency-Indonesia-Pemberantasan-Korupsi-di Indonesia-
Stagnan. Diakses tanggal 8 Januari 2014
Nugroho, H. 2012. Integralisasi Penyidikan Tindak Pidana Korupsi di
Indonesia, Penerbit Media Prima Aksara, Jakarta.
Huntington, SP. 1968, Political Order in Changing Societies, New
Heaven;Yale University Press.
Lopa, Baharuddin, 2001, Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum,
PN.Kompas, Jakarta.

17
Nirwani, Arief Barda, 2008, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana,
Kencana, Jakarta.
Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi, 2012, Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia.,
Jakarta : Balai Pustaka.
Prasojo, Eko, Teguh Kurniawan, Defny Holidin, 2007, Reformasi dan
Inovasi Birokrasi: Studi di Kabupaten Sragen, Jakarta:
Departemen Ilmu Administrasi, FISIP UI dan Yappika CIDA.
Sopanah & Wahyudi, Isa, 2007, Analisa Anggaran Publik, Panduan
TOT, Jakarta, Malang Corruption Watch (MCW), Yappika.
Sugono, Dendy, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Supardi, Endang,2004, Kewirausahaan SMK: Kiat Mengembangkan
Sikap Mandiri, Bandung:Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan,
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Wojowasito, S - W.J.S. Poerwadarminta, TT. 1978, Kamus Lengkap
Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. Bandung : Penerbit Hasta.
Yamin, M. Pendidikan Antikorupsi. 2016. PT Remaja Rosdakarya
Offset, Bandung

18

Anda mungkin juga menyukai