Oleh:
1. Yohana Natalia Sarira
2. Nepra Cahaya
3. Indi
4. Sulasri
5. La Ode Kardi Saputra
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ..........................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ........................................................................
B. Rumusan masalah ..................................................................................
C. Tujuan pembahasan ..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Defini korupsi ........................................................................................
B. Dampak korupsi ....................................................................................
C. Hukuman korupsi .................................................................................
D. Biaya sosia korupsi ...............................................................................
E. Upaya penanggulangan korupsi ..........................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya
dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai suatu proses perubahan
yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Efektifitas dan
keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya
manusia, yakni (orang-orang yang terlibat sejak dari perencanaan samapai pada
pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantara dua faktor tersebut yang paling dominan
adalah faktor manusianya. Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia
dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya.
Tetapi ironisnya, negara tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan
Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang
miskin. Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber
daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau
intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya
moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan
terjadinya korupsi.
Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit social)
yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan
negara yang sangat besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya
perampasan dan pengurasan keuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh
kalangan anggotalegislatif dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan
lainsebagainya di luar batas kewajaran.
Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di
seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa
malu, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan aji mumpung. Persoalannya
adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain kalau kita ingin maju,
adalah korupsi harus diberantas.
Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi, atau paling tidak mengurangi
sampai pada titik nadir yang paling rendah maka jangan harap Negara ini akan mampu
mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah negara
yang maju. Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat
membawa negara ke jurang kehancuran.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi?
2. Apa yang dimaksud dengan biaya sosial korupsi?
3. Bagaimanakah dampak korupsi di bidang ekonomi, pelayanan kesehatan, sosial dan
kemiskinan, birokrasi pemerintahan, politik dan demokrasi, penegakkan hokum,
pertahanan dan keamanan dan terhadap kerusakanlingkungan?
4. Untuk mengetahui upaya penanggulangan yang dapat dilakukan dalam melawan
korupsi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui dampak korupsi.
3. Untuk dampak korupsi.
4. Biaya sosial korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defini korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin corruptionbdari kata kerja corrumpere berarti
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Menurut Transparency
International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/ politisi maupun pegawai
negeri, yang secara tidak wajar dan tidaklegal memperkaya diri atau memperkaya
mereka yang dekat dengannya,dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi secara harfiah berarti:
buruk, rusak, suka memakai barang (uang) yang dipercayakan padanya, dapat disogok
(melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi). Ada pun arti terminologinya,
korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan) untuk
kepentingan pribadi atau orang lain. Sementara, disisi lain, korupsi (corrupt, corruptie,
corruption) juga bisa bermakna kebusukan, keburukan, dan kebejatan. Definisi ini
didukung oleh Acham yang mengartikan korupsi sebagai suatu tindakan yang
menyimpang dari norma masyarakat dengan cara memperoleh keuntungan untuk diri
sendiri serta merugikan kepentingan umum. Intinya, korupsi adalah menyalahgunakan
kepercayaan yang diberikan publik atau pemilik untuk kepentingan pribadi.
Sehingga, korupsi menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif, yaitu memiliki
kewenangan yang diberikan publik yang seharusnya untuk kesejahteraan publik, namun
digunakan untuk keuntungan diri sendiri. Korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan
dengan penuh perhitungan oleh mereka yang justru merasa sebagai kaum terdidik dan
terpelajar. Korupsi juga bisa dimungkinkan terjadi pada situasi dimana seseorang
memegang suatu jabatan yang melibatkan pembagian sumber-sumber dana dan
memiliki kesempatan untuk menyalahgunakannya guna kepentingan pribadi.
Sebetulnya pengertian korupsi sangat bervariasi. Namun demikian, secara umum
korupsi itu berkaitan dengan perbuatan yang merugikankepentingan publik atau
masyarakat luas untuk kepentingan pribadi ataukelompok tertentu. Di Indonesia jenis
praktek korupsi sudah merambah hampir ke semuasektor yang menyangkut
kepentingan publik.
B. Dampak Korupsi
1. Dampak ekonomi
Korupsi memiliki pengaruh yang besar terhadap berbagai aspek kehidupan,
khususnya dalam aspek ekonomi. Kita tahu bahwa korupsi sangat lah perbuatan
yang buruk dan merugikan banyak pihak. Padaaspek ekonomi yang sangat jelas
terlihat pada kalangan umum, yangmenyangkut dalam kehidupan masyarakat dan
bernegara.
Adapun permasalahan yang disebabkan oleh dampak korupsidalam bidang
ekonomi yaitu:
a. Lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi
Korupsi sangatlah mengganggu dalam pertumbuhan ekonomi suatu
negara, karena di dalam bidang ekonomi yang seharusnya di jadikanuntuk
kepentingan bersama dalam membangun di berbagai sektor ekonomi akhirnya
tidak terlaksana, di karenakan oleh tindakan korupsi ini. Para investor pun mulai
tidak percaya untuk menanamkan investasinya karena adanya tindakan korupsi
ini, sungguh hal tersebut sangat menyulikan suatu negara untuk maju. Kondisi
pada suatu negara yang korup akan membuat penguasaha mulai
meniggalkannya karena investasi dalam negara yang korup akan sangat
merugikan bagi para investor.
b. Penurunan produktifitas
Dengan terjadi lesunya pertumbuhan dan investasi berpengaruh juga dalam
produktifitas yang semakin menurun. Terdapat peningkatan dalam hal produksi
dengan cara membuka pabrik pabrik dan usaha untuk membuat produktifitas
menjadi semakin tinggi tetapi terkendaladengan tidak adanya investasi.
Penurunan produktifitas ini juga akanmengakibatkan para pegawai pegawai di
keluarkan dan akan meningkatkan pengangguran. Dan hal yang paling jelas di
rasakan dari penurunan produktifitas ini yaitu kemiskinan yang terjadi
dalammasyarakat.
c. Rendahnya kualitas barang dan jasa bagi publik
Dampak korupsi dalam hal ini sangat lah terasa di kalangan masyarakat.
Terjadinya perlengkapan-perlengkapan umum yang mulai rusak atau tidak
layak pakai, seperti halnya jalanan yang mulai rusak, beras murah yang tidak
layak pakai, tidak layaknya transportasi umum sekolah yang masih kurang
layak pakai. Ini semua tersakan oleh masyarakat dan disebabkan oleh tindakan
korupsi tersebut.Yang pada akhirnya korupsi mengakibatkan penurunan
kualitas barang dan jasa jasa yang terjadi bagi public.
d. Meningkatnya hutang negara
Kondisi perekonomian suatu negara yang korup, mengakibatkan
melambatnya perekonomian di negara tersebut. Mendorong negara tersebut
untuk hutang di negara lain agar perekonomian mulai stabil.
Contoh kasus korupsi dalam bidang ekonomi: Kasus dugaan korupsi presiden
Soeharto yang tidak kunjung selesai disinyalir menggelapkan uang negara 1,7
triliun. Presiden Soeharto dengan kepemimpinan yang otoriter memudahkannya
melakukan tindakan korupsi dan sudah terbukti banyaknya penderitaan yang terjadi
di masyarakat dan menurunnya perkenomian indonesia hingga akhir presiden
Soeharto dilengserkan.
2. Dampak terhadap pelayanan kesehatan
Dampak korupsi di bidang kesehatan, antara lain tingginya biayakesehatan,
tingginya angka kematian ibu hamil dan ibu menyusui, tingkatkesehatan masih
buruk, dan lain - lain. Angka mortalitas ibu hamil danmelahirkan pada tahun 2012,
ternyata masih tinggi yakni 359 per 100.000kelahiran. Angka ini meningkat tajam
dibanding tahun 2007, yakni 228 per 100.000 kelahiran hidup. Secara makro, angka
kematian ibu hamil dan melahirkan merupakan parameter kualitas kesehatan
masyarakat pada suatu negara. Sistem manajemen rumah sakit yang diharapkan
untuk pengelolaan lebih baik menjadi sulit dibangun.
Apabila korupsi terjadi di berbagai level maka akan terjadi keadaan sebagai
berikut:
a. Organisasi rumah sakit menjadi sebuah lembaga yang mempunyai sisi bayangan
yang semakin gelap
b. Ilmu manajemen yang diajarkan di pendidikan tinggi menjadi tidakrelevan
c. Direktur yang diangkat karena kolusif (misalnya harus membayar untuk
menjadi direktur) menjadi sulit menghargai ilmu manajemen
d. Proses manajemen dan klinis di pelayanan juga cenderung akan tidakseperti
yang kita bayangkan
e. Adanya layanan kesehatan yang kurang memadai dan masih tumpeng tindih
juga pengadministrasian yang kurang baik dari sebuah badan penyelenggara
yang bergerak di bidang kesehatan
3. Dampak sosial dan kemiskinan
Tindakan korupsi mengakibatkan dampak yang luar biasa terhadap
masyarakat. Dampak yang sangat terasa di dalam masyarakat yaitu dengan
mahalnya layanan publik, kemudian terdapat kualitas yang rendah dalam pelayanan
publik tersebut. Kemudian dampak yang terasa secara tersembunyi yaitu pengalihan
sumber daya milik publik untuk kepentingan pribadi atau kelompok, yang
seharusnya diberikan kepada publik demi kemajuan sosial dan sektor miskin,
melalui pembangunan. Tindakan korupsi seperti itulah yang membuat kemiskinan
semakin meluas.
Terdapat beberapa macam dampak korupsi dalam aspek sosial dan kemiskinan
masyarakat, yaitu:
a. Mahalnya jasa dan pelayanan public Praktek korupsi yang terjadi memiliki
pengaruh yang besar terhadap biaya ekonomi yang tinggi. Kondisi tersebut
mempengaruhi jasa dan pelayanan pubik dalam masyarakat. Karena adanya
modal yang besar sedangkan modal tersebut banyak di selewengkan.
b. Terbatasnya akses masyarakat bagi masyarakat miskin Korupsi yang telah
mewabah di negara kita menjadi sebuah virusdalam aspek kehidupan. Dimana
bahan bahan makanan serta keperluan pokok lainnya melambung tinggi dengan
begitu tidak terjangkau paraorang yang miskin.
c. Rakyat miskin tidak mudah mengakses jasa dengan mudah seperti: pendidikan,
kesehatan, rumah yang layak,informasi,hukum dsb. Hal seperti itu membuat
masyarakat semakin terpuruk dalam kemiskinan.
d. Meningkatnya kriminalitas Dengan terjadinya tindak korupsi kejahatan
semakin meluas dan melanggar hukum yang ada. Praktek penyuapan terhadap
berbagai aspek kehidupan demi mecapai tujuan pribadi atau kelompok.
Halseperti itulah yang membuat angka kejahatan semakin meningkan dan
menyebar di mana mana
Contoh kasus korupsi di bidang politik yaitu: Kasus suap penanganan sengketa
pilkada akil mochtar, akil mohtar kmenerima suap dan gratifikasi terkait
penanganan belasan sengketa pilkada di MK, serta tindak pidana pencucian uang.
6. Dampak terhadap penegakan hukum
Korupsi yang terjadi juga berimbas kepada penagakan hukum yang ada.
Berikut merupakan beberapa macam dampak yang terjadi terhadap penegakan
hukum, yaitu:
a. Fungsi pemerintahan yang mandul Dampak korupsi yang terjadi menghambat
jalannya suatu fungsi dalam pemerintahan. Korupsi menghambat adanya peran
negara dalam atuaran aturan alokasi, menghambat negara dalam pemerataan
suatu aset dan memperlemah pemerintah dalam mengurusi kestabilan politikdan
ekonomi.
b. Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara Korupsi yang terjadi
dalam lembaga lembaga indonesia yang di publikasiakan kepada masyarakat
mengakibatkan kepercayaan mayarakat mulai hilang.
Contoh kasus korupsi terhadap penegakan hukum yaitu: Kasus korupsi wisma
atlet dan kasus hambalang yang dilakukan oleh para pejabat aparatur negara.
Tindakan korupsi tersebut membuat masyarakat mulai tidak percya terhadap kinerja
para pejabat negara.
C. Hukuman korupsi
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan
dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No.
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan pasal-pasal
tersebut, korupsi dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal-
pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan
sanksi pidana karena korupsi. Ketiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut
pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kerugian keuangan negara
b. Suap-menyuap
c. Penggelapan dalam jabatan
d. Pemerasan
e. Perbuatan curang
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan
g. Gratifikasi
Selain bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan diatas, masih ada
tindak pidana lain yang yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang tertuang
pada UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. Jenis tindak pidana yang
berkaitan dengan tindak pidana korupsi itu adalah:
a. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi
b. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar
c. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
d. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan
palsu
e. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau
memberikan keterangan palsu
f. Saksi yang membuka identitas pelapor
Pasal-pasal berikut dibawah ini dapat dikaitkan dengan tindak pidana korupsi dalam
pengadaan barang dan jasa pemerintah.
1. Melawan Hukum untuk Memperkaya Diri
Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:
a. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
b. Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
Rumusan korupsi pada Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999, pertama kali termuat
dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a UU No. 3 Tahun 1971. Perbedaan rumusan terletak
pada masuknya kata ”dapat” sebelum unsur ”merugikan keuangan/perekonomian
negara” pada UU No. 31 Tahun 1999. Sampai dengan saat ini, pasal ini termasuk
paling banyak digunakan untuk memidana koruptor. Untuk menyimpulkan apakah
suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, harus memenuhi unsur-unsur:
a. Setiap orang atau korporasi;
b. Melawan hukum;
c. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi;
d. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
2. Menyalahgunakan Kewenangan
Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001: Setiap orang yang
dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Rumusan korupsi pada Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999, pertama kali termuat
dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b UU No. 3 Tahun 1971. Perbedaan rumusan terletak
pada masuknya kata ”dapat” sebelum unsur ”merugikan keuangan/perekonomian
negara” pada UU No. 31 Tahun 1999.
Sampai dengan saat ini, pasal ini termasuk paling banyak digunakan untuk
memidana koruptor. Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk
korupsi menurut Pasal ini, harus memenuhi unsur-unsur:
a. Setiap orang;
b. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi;
c. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana;
d. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
D. Upaya Penanggulangan Korupsi
Korupsi merupakan masalah yang kompleks. Penanggulangannya pun bersifat
kompleks dan memerlukan keterpaduan. Upaya penanggulangan terhadap korupsi
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pencegahan dan penindakan. Kedua upaya
tersebut sama pentingnya. Upaya pencegahan mencakup semua usaha yang dapat
dilakukan untuk mencegah agar tidakterjadi tindak korupsi pada semua spek kehidupan
bermasyarakat, berbangsadan bernegara.
Sedangkan upaya penindakan adalah usaha yang dilakukan untuk menyelamatkan
uang atau kerugian negara akibat korupsi dan menindak/mengadili pelaku sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku. Upaya pemberantasan korupsi skala nasional
dalam jangka panjang membutuhkan dukungan dari masyarakat secara luas. Tanpa
dukungan masyarakat niscaya upaya untuk memberantas korupsi di bumi tercinta ini
akan mengalami kegagalan. Jeremy Pope (2003) mengemukakan bahwa upaya
pemberantasan korupsi memerlukan dukungan masyarakat secara luas dan tanpa
dukungan masyarakat secara luas niscaya akan mengalami kegagalan.
Komponen masyarakat yang memegang peranan penting dalam upaya
pemberantasan korupsi tersebut terutama adalah kalangan birokrasi sebagai aparatur
negara. Kemudian organisasi kepemudaan dan keagamaan agar dapat memberikan
contoh dan tekanan-tekanan terhadap upaya pemberantasan korupsi. Upaya
peningkatan kesadaran aparatur negara, kalangan pemuda dan tokoh agama terhadap
perubahan perilaku anti korupsi dapat dilakukan melalui berbagai cara atau forum,
seperti penataran, seminar, lokakarya dan sebagainya.
Melalui forum tersebut dapat disampaikan pesan-pesan pembangunan yang
diharapkan dapat merubah perilaku ke arah anti korupsidan malu melakukan korupsi.
Melalui pelaksanaan penataran untuk meningkatkan kesadaran aparaturnegara
(birokrasi), kalangan organisasi pemuda dan organisasi keagamaan untuk berperilaku
anti korupsi dan malu melakukan korupsi dengan meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman terhadap konsep, bentuk, dampak serta hukuman bagi pelaku korupsi, baik
dilihat dari sisi moral, norma, hukum agama maupun hukum negara.
Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya kalangan birokrasi untuk
berprilaku anti korupsi tersebut hendaknya dilakukan secara terprogram di seluruh
departemen maupun lembaga-lemabaga negara nondepartemen. Sehingga seluruh
pegawai atau staf yang ada secara bertahapharus ikut dalam program pembinaan.
Selain itu, materi pembinaan untuk berprilaku anti korupsi tersebut juga harus
dimasukkan dalam program pendidikan prajabatan bagi calon-calon pegawai baru yang
akan diterima. Disamping upaya pencegahan yang dilakukan secara terprogram pada
masing-masing departemen atau lemaga tersebut maka upaya pengawasan dan
penindakan juga pelu dilakukan secara sungguh-sungguh dan professional. Mekanisme,
pelaksanaan dan hasil pengawasan/pemeriksaan terhadap penggunaan keuangan negara
harus dilakukan secara transparan.
Pengawasan dan pemiksaan hendaknya tidak hanya dilakukan oleh lembaga
negara, tetapi juga mengikut sertakan lembaga independen (LSM/NGO). Selama ini
pengawasan terhadap keuangan dan pembangunan hanya dilakukan oleh pemerintah
melalui lembaga pemeriksaan keuangan dan pembangunan (BPK). Ketua BPK
diusulkan oleh DPR dan diangkat olehPresiden. Akibatnya pemeriksaan terhadap
keuangan negara terutama terhadap lembaga-lembaga negara termasuk lembaga
kepresidenan tidak optimal dan cenderung hanya bersifat formalitas.
Kondisi tersebut diperparah lagi dengan lemahnya penegakan hukum, sehingga
korupsi semakin menjadi-jadi termasuk juga tindak kejahatan lainnya, seperti narkoba.
Kelemahan dalam penanganan kasus korupsi selama ini disamping masih lemahnya
kualitas aparat penegak hukum (personal kepolisian, kejaksaan dan hakim) juga masih
kuatnya intervensi pemerintah dalam proses peradilan terutama dalam kasus-kasus
yang melibatkan pejabat negara.
Selain itu dalam penyelesaian kasus-kasus korupsi selama ini masih kurang
mengedepankan penyelamatan keuangan negara. Denda yang diberikan kepada
koruptor sangat kecil jika dibandingkan dengan uang yang dikorupsinya. Sehingga jika
dikalkulasi secara ekonomis terlepas dari masalah moral maka para koruptor masih
diuntungkan. Misalnya seorang korupsi sepuluhan milyar rupiah, hanya didenda oleh
pengadilan ratusan juta rupiah (kurang dari Rp 1 milyar) dan dihukum 2 tahun penjara.
Secara matematis berarti yang bersangkutan masih mempunyai pendapatan Rp 9
milyar.
Kondisi ini jelas tidak akan membuat jerah para koruptor. Untuk itu dalam
penanganan kasus korupsi hendaknya seluruh uang yang terbukti dikorupsi harus
dikembalikan secara utuh, kemudian diberikan hukuman denda dan hukuman kurungan
(penjara). Dengan demikian diharapkan akan membuat takut setiap orang untuk
melakukan korupsi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua bentuk korupsi dicirkan tiga aspek. Pertama pengkhianatan terhadap
kepercayaan atau amanah yang diberikan, kedua penyalahgunaan wewenang,
pengambilan keuntungan material ciri-ciri tersebut dapat. ditemukan dalam bentuk-
bentuk korupsi yang mencangkup penyapan pemersasn, penggelapan dan nepotisme.
Ketiga jenis ini apapun alasannya dan motivasinya merupakan bentuk pelanggaran
terhadap norma-norma tanggung jawab dan menyebabkan kerugian bagi badan-badan
negara dan publik.
Korupsi dapat membawa dampak negatif yang cukup luas dalam kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara. Dampak negatif ini berimbaskepada berberapa aspek
kehidupan antara lain aspek ekonomi, pelayanan kesehatan, sosial dan kemiskinan,
birokrasi pemerintahan, politik dan demokrasi, penegakkan hokum, pertahanan dan
keamanan dan kerusakan lingkungan.
Upaya penanggulangan atau pemberantasan terhadap korupsi dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu pencegahan dan penindakan. Upaya pencegahan adalah
mencakup keseluruhan usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya korupsi, baik
dilakukan melalui pendidikan maupun pengawasan. Sedangkan upaya penindakan
adalah usaha yang dilakukan untuk menindak pelaku korupsi sesuai ketentuan hukum
yang berlaku serta menyelamatkan keuangan negara.
B. Saran
Dengan penulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat
memilih manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai kegiatan
motivasi agar kita tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan
dan pemikiran yang intelektual hususnya dalam mata kuliah anti korupsi.
DAFTAR PUSTAKA