Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FAKTOR PENYEBAB KORUPSI


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan budaya anti korupsi
Dosen pembimbing :Hj.Cucu Herliana,S.Pdi.,M.A

Disusun oleh :

Rizki Samsul Kurnia

(C1AA20098)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “FAKTOR PENYEBAB KORUPSI”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu,Hj Cucu
Herliana,S.Pdi.,M,A selaku dosen mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuandan


pengalaman bagi para pembaca,dan untuk kedepannyakami
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan
penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb

Sukabumi, 11 Oktober 2021

Rizki Samsul Kurnia

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi .............................................................................................. 6


B. Ciri cirri korupsi…………………………………………………………………6
C. Faktor-Faktor Penyebab Korupsi .........................................................................7
1. Faktor Politik .........................................................................................11
2. Fator Hukum .........................................................................................12
3. Faktor Ekonomi .....................................................................................13
4. Faktor Organisasi ...................................................................................14
D. Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi ................................................11
E. Cara atau Upaya Untuk Memberantas Korupsi ...................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................................15
B. Saran ...............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan korupsi yang melanda negeri ini bagaikan sebuah penyakit yang tidak akan pernah
sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh media seolah-olah
merepresentasikan jati diri bangsa yang dapat dilihat dari budaya korupsi yang telah menjadi hal
yang biasa bagi semua kalangan, mulai dari bawah hingga kaum elite. Korupsi sebagai “masalah
keserakahan elite” yang telah mencoreng citra Bangsa di mata internasional. Sangatlah wajar
apabila kampanye anti keserakahan dijadikan sebagai salah satu upaya memberantas korupsi.
Banyak faktor penyebab terjadinya korupsi, namun faktor tersebut berpusat pada satu hal yakni
“toleransi terhadap korupsi”.

Kita lebih banyak wicara dan upacara ketimbang aksi. Mencermati faktor penyebab korupsi
sangat tepat sebagai langkah awal bergerak menuju pemberantasan korupsi yang riil. Korupsi di
tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap lestari sekalipun diharamkan
oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang datang silih berganti. Hampir semua segi
kehidupan terjangkit korupsi.

Apabila disederhanakan, penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi sedang
faktor eksternal adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor
internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap
atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat
mendorong seseorang untuk berperilaku korup. Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi
misalnya pendapatan atau gaji tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas
politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek managemen &
organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya
wujud perundang-undangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu
lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian korupsi?

2.Apakah Ciri cirri korupsi

3.Apakah faktor penyebab korupsi ?

4.Bagaimana cara atau upaya untuk memberantas korupsi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian Korupsi

2.Untuk Mengetahui Ciri ciri Korupsi

3.Untuk mengetahui Fakta korupsi yang terjadi di masyarakat

4. Untuk megetahui faktor penyebab korupsi

5. Untuk mengetahui solusi Pemberantasan korupsi

D. Manfaat Penulisan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai solusi pemecahan masalah
dalam pemberantasan korupsi yang semakin mengakar di indoesia ini.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi
maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar
dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak.

Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari struktrur bahasa dan
cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna yang sama.
Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan
negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi
keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan
wewenang dan kekuatan – kekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan
senjata) untuk memperkaya diri sendiri.

Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh
pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga,
sanak saudara dan teman. Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat
dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan
mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi
hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk
dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang
diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/
kelompoknya atau orang orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat
dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol
di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan
pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.

B. Ciri Ciri Korupsi

1. Umumnya tindak korupsi dilakukaan secara berkelompok atau melibatkan lebih dari satu
orang pelaku.

6
2. Pada umumnya bersifat rahasia, tertutup terutama motif yang melatarbelakangi perbuatan
korupsi tersebut.

3. Korupsi ini tidak hanya berlaku dikalangan pegawai negeri dan anggota birokrasi saja.
Namun korupsi juga daapat terjadi di organisasi dan perusahaan swasta.

4. Korupsi dapat berupa bentuk menerima sogok, uang kopi, salam tempel, uang semir,
uang pelancar, baik dalam bentuk uang tunai atau benda atau pun wanita,

5. Korupsi memiliki beberapa bentuk yaitu dalam bentuk uang atau benda yang diberikan
oleh pelaku tertentu untuk memproleh keuntungan.

6. Setiap perbuatannya melanggar norma-norma, tugas dan tanggung jawab dalam tatanan
masyarakat.

7. Dalam perusahaan swasta, umumnya korupsi dilakukan dengan pemberian uang yang
bertujuan untuk memperoleh rahasia perusahaan.

Kegiatan korupsi umumnya dilandasi atas niat kesengajaan untuk menempatkan kepentingan
umum dibawah kepentingan pribadi

C. Faktor-Faktor Penyebab Korupsi

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri pelaku atau
dari luar pelaku. Sebagaimana dikatakan Yamamah bahwa ketika perilaku materialistik dan
konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih “mendewakan” materi maka dapat
“memaksa” terjadinya permainan uang dan korupsi (Ansari Yamamah : 2009). “Dengan kondisi
itu hampir dapat dipastikan seluruh pejabat kemudian terpaksa korupsi kalau sudah menjabat”.
Nur Syam (2000) memberikan pandangan bahwa penyebab seseorang melakukan korupsi adalah
karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu 4 ditahannya. Ketika
dorongan untuk menjadi kaya tidak mampu ditahan sementara akses ke arah kekayaan bisa
diperoleh melalui cara berkorupsi, maka jadilah seseorang akan melakukan korupsi. Dengan
demikian, jika menggunakan sudut pandang penyebab korupsi seperti ini, maka salah satu
penyebab korupsi adalah cara pandang terhadap kekayaan. Cara pandang terhadap kekayaan
yang salah akan menyebabkan cara yang salah dalam mengakses kekayaan.

Adapun Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan
tetapi, secara umum dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi yaitu bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan pribadi /kelompok /keluarga/ golongannya sendiri. Namun,
secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik, hukum dan ekonomi,
sebagaimana dalam buku berjudul Peran Parlemen dalam Membasmi Korupsi (ICW : 2000) yang
mengidentifikasikan empat faktor penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum, faktor
ekonomi dan birokrasi serta faktor transnasional.

7
 Faktor Politik

Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi
instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan
mempertahankan kekuasaan. Perilaku korup seperti penyuapan, politik uang merupakan
fenomena yang sering terjadi. Terkait dengan hal itu Terrence Gomes (2000) memberikan
gambaran bahwa politik uang (money politik) sebagai use of money and material benefits in the
pursuit of political influence. Adapun factor-faktor penyebab korupsi, diantaranya yaitu: Politik
uang (money politics) pada Pemilihan Umum Penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang karena
takut dianggap bodoh bila tidak menggunakan kesempatan ,Kelemahan Sistem pengangkatan
pejabat partai politik dan pejabat pemerintahan 5 Kelemahan pengkaderan partai dan pencalonan
pemimpin partai atau yang akan menjadi pejabat publik, legislatif atau pengawas pejabat publik
yang tidak transparan dan berbiaya tinggi memicu terjadi korupsi sebagai tindakan untuk
mencapai balik modal saat biaya mahal yang telah dikeluarkan saat menjadi pejabat partai dan
pejabat public pemberian kredit atau penarikan pajak pada pengusaha Menurut Susanto korupsi
pada level pemerintahan adalah dari sisi penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian
perlindungan, pencurian barang- barang publik untuk kepentingan pribadi, tergolong korupsi
yang disebabkan oleh konstelasi politik (Susanto: 2002).

Sementara menurut De Asis, korupsi politik misalnya perilaku curang (politik uang) pada
pemilihan anggota legislatif ataupun pejabat-pejabat eksekutif, dana ilegal untuk pembia-yaan
kampanye, penyelesaian konflik parlemen melalui cara-cara ilegal dan teknik lobi yang
menyimpang (De Asis : 2000). Penelitian James Scott (Mochtar Mas’oed: 1994) mendiskripsikan
bahwa dalam masyarakat dengan ciri pelembagaan politik eksklusif dimana kompetisi politik
dibatasi pada lapisan tipis elit dan perbedaan antar elit lebih didasarkan pada klik pribadi dan
bukan pada isu kebijakan, yang terjadi pada umumnya desakan kultural dan struktural untuk
korupsi itu betul-betul terwujud dalam tindakan korupsi para pejabatnya. Robert Klitgaard (2005)
menjelaskan bahwa proses terjadinya korupsi dengan formulasi M+D–A=C. Simbol M adalah
monopoly, D adalah discretionary (kewenangan), A adalah accountability (pertanggungjawaban).
Penjelasan atas simbul tersebut dapat dikatakan bahwa korupsi adalah hasil dari adanya
monopoli (kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang begitu besar tanpa keterbukaan dan
pertanggungjawaban.

 Faktor Hukum

Faktor hukum bisa lihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-undangan dan sisi lain
lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan dalam aturan-
aturan yang diskriminatif dan tidak adil; rumusan yang tidak jelas-tegas (non 6 lex certa)
sehingga multi tafsir; kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain (baik yang sederajat
maupun yang lebih tinggi). Sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang
sehingga tidak tepat sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat; penggunaan konsep
yang berbeda-beda untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan tidak

8
kompatibel dengan realitas yang ada sehingga tidak fungsional atau tidak produktif dan
mengalami resistensi. Penyebab keadaan ini sangat beragam, namun yang dominan adalah:
Pertama, tawar menawar dan pertarungan kepentingan antara kelompok dan golongan di
parlemen, sehingga memunculkan aturan yang bias dan diskriminatif. Kedua, praktek politik
uang dalam pembuatan hukum berupa suap menyuap (political bribery), utamanya menyangkut
perundang-undangan di bidang ekonomi dan bisnis. Akibatnya timbul peraturan yang elastis dan
multi tafsir serta tumpang-tindih dengan aturan lain sehingga mudah dimanfaatkan untuk
menyelamatkan pihak-pihak pemesan. Sering pula ancaman sanksinya dirumuskan begitu ringan
sehingga tidak memberatkan pihak yang berkepentingan.

Selaras dengan hal itu Susila (dalam Hamzah:2004) menyebutkan tindakan korupsi mudah timbul
karena ada kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan, yang mencakup:

1. Adanya peraturan perundang-undangan yang bermuatan kepentingan pihak-pihak tertentu,

2. Kualitas peraturan perundang-undangan kurang memadai,

3. Peraturan kurang disosialisasikan,

4. Sanksi yang terlalu ringan,

5. Penerapan sanksi yang tidak konsisten dan pandang bulu,

6. Lemahnya bidang evalusi dan revisi peraturan perundang-undangan.

 Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat dijelaskan
dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Pendapat ini tidak mutlak benar
karena dalam teori kebutuhan Maslow, sebagaimana dikutip oleh Sulistyantoro, korupsi
seharusnya hanya dilakukan oleh orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah dan
logika lurusnya hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan yang bertahan
hidup. Namum saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan berpendidikan tinggi
(Sulistyantoro : 2004). Pendapat lain menyatakan bahwa kurangnya gaji dan pendapatan pegawai
negeri memang merupakan faktor yang paling menonjol dalam arti menyebabkan merata dan
meluasnya korupsi di Indonesia dikemukakan pula oleh Guy J. Pauker (1979) yang menyatakat
sebagai berikut: Although corruption is widespread in Indonesia as means of supplementing
excessively low governmental salaries, the resources of the nation are not being used primarily
for the accumulation of vast private fortunes, but for economic development and some silent, for
welfare (Meskipun korupsi tersebar luas di Indonesia sebagai sarana penambah gaji pegawai
pemerintah yang terlalu rendah, sumber daya bangsa tidak digunakan terutama untuk
mengumpulkan kekayaan pribadi yang luas, tetapi untuk pembangunan ekonomi dan
kesejahteraan pribadi) (Guy J. Pauker : 1979).

9
Pendapat ini diperkuat oleh Schoorl yang menyatakan bahwa di Indonesia dibagian pertama
tahun enampuluhan, situasinya begitu merosot, sehingga untuk golongan terbesar dari pegawai
gaji sebulan hanya sekedar cukup untuk makan dua minggu. Dapat dipahami, bahwa dengan
situasi demikian para pegawai terpaksa mencari penghasilan tambahan dan bahwa banyak
diantara mereka mendapatkannya dengan meminta uang ekstra (Hamzah: 1995). Hal demikian
diungkapkan pula oleh KPK dalam buku Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil
Daerah (KPK : 2006), bahwa sistem penggajian kepegawaian sangat terkait degan kinerja
aparatur pemerintah. Tingkat gaji yang tidak memenuhi standar hidup minimal pegawai
merupakan masalah sulit yang harus dituntaskan penyelesaiannya. Aparatur pemerintah yang
merasa penghasilan yang diterimanya tidak sesuai dengan kontribusi yang diberkannya dalam
menjalankan tugas pokoknya tidak akan dapat secara optimal melaksanakan tugas pokoknya.

Selain rendahnya gaji pegawai, banyak aspek ekonomi lain yang menjadi penyebab terjadinya
korupsi, diantaranya adalah kekuasaan pemerintah yang dibarengi dengan faktor kesempatan
bagi pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan kroninya. Terkait faktor
ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakan bahwa kemiskinan merupakan
akar masalah korupsi. Pernyataan demikian tidak benar sepenuhnya, sebab banyak korupsi yang
dilakukan oleh pemimpin Asia dan Afrika, dan mereka tidak tergolong orang miskin. Dengan
demikian korupsi bukan disebabkan oleh kemiskinan, tapi justru sebaliknya, kemiskinan
disebabkan oleh korupsi (Pope : 2003). Menurut Henry Kissinger korupsi politisi membuat
sepuluh persen lainnya terlihat buruk. Dari keinginan pribadi untuk keuntungan yang tidak adil,
untuk ketidakpercayaan dalam sistem peradilan, untuk ketidakstabilan lengkap dalam identitas
bangsa, ada banyak faktor motivasi orang kekuasaan, anggota parlemen termasuk warga biasa,
untuk terlibat dalam perilaku korupsi.

 Faktor Organisasi

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau di mana
korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka peluang atau
kesempatan untuk terjadinya korupsi (Tunggal 2000). Bilamana organisasi tersebut tidak
membuka peluang sedikitpun bagi seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan
terjadi.

Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi ini meliputi:

a. Kurang adanya teladan dari pimpinan,

b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar,

c. Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai,

d. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya.

10
Terkait dengan itu Lyman W. Porter (1984) menyebut lima fungsi penting dalam Tujuan
Organisasi (organizational goals):

(1) Focus attention (perhatian yang focus)

(2) Provide a source of legitimacy (menyediakan sumber legitimasi)

(3) Affect the structure of the organization (mempengaruhi struktur organisasi)

(4) Serve as a standard (pelayanan standar)

(5) Provide clues about the organization (memberikan petunjuk tentang organisasi).

Focus attention, dapat dijadikan oleh para anggota sebagai semacam guideline untuk
memusatkan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan anggota-anggota dan organisasi sebagai
kesatuan. Melalui tujuan organisasi, para panggota dapat memiliki arah yang jelas tentang segala
kegiatan dan tetang apa yang tidak, serta apa yang harus dikerjakan dalam kerangka organisasi.
Tindak tanduk atas kegiatan dalam organisasi, oleh karenanya senantiasa berorientasi kepada
tujuan organisasi, baik disadari maupun tidak. Dalam fungsinya sebagai dasar legitimasi atau
pembenaran tujuan organisasi dapat dijadikan oleh para anggota sebagai dasar keabsahan dan
kebenaran tindak-tindakan dan keputusan-keputusannya. Tujuan oraganisasi juga berfungsi
menyediakan pedoman-pedoman (praktis) bagi para anggotanya. Dalam fungsinya yang
demikian tujuan organisasi menghubungkan para anggotanya dengan berbagai tata cara dalam
kelompok. Ia berfungsi untuk membantu para anggotanya menentukan cara terbaik dalam
melaksanakan tugas dan melakukan suatu tindakan.

D. Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi

1. Faktor internal
 Sifat Tamak

Sifat tamak merupakan sifat yang dimiliki manusia, di setiap harinya pasti manusia meinginkan
kebutuhan yang lebih, dan selalu kurang akan sesuatu yang di dapatkan. Akhirnya munculah
sifat tamak ini di dalam diri seseorang untuk memiliki sesuatu yang lebih dengan cara korupsi.

 Gaya hidup konsumtif

Gaya hidup konsumtif ini dirasakan oleh manusia manusia di dunia, dimana manusia pasti
memiliki kebutuhan masing masing dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus
mengonsumsi kebutuhan tersebut,dengan perilaku tersebut tidak bisa di imbangi dengan
pendapat yang diperoleh yang akhirnya terjadilah tindak korupsi.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor politik

11
Faktor politik ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak korupsi. Di dalam
sebuah politik akan ada terjadinya suatu persaingan dalam mendapatkan kekuasaan. Setiap
manusia bersaing untuk mendapat kekuasaan lebih tinggi, dengan berbagai cara mereka lakukan
untuk menduduki posisi tersebut. Akhirnya munculah tindak korupsi atau suap menyuap dalam
mendapatkan kekuasaan.

b. Faktor hukum

Faktor hukum ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak korupsi. Dapat
kita ketahui di negara kita sendiri bahwa hukum sekarang tumpul ke atas lancip kebawah. Di
hukum sendiri banyak kelemahan dalam mengatasi suatu masalah. Sudah di terbukti bahwa
banyak praktek praktek suap menyuap lembaga hukum terjadi dalam mengatasi suatu masalah.
Sehingga dalam hal tersebut dapat dilihat bahwa praktek korupsi sangatlah mungkin terjadi
karena banyak nya kelemahan dalam sebuah hukum yang mendiskriminasi sebuah masalah.

c. Faktor ekonomi

Sangat jelas faktor ekonomi ini sebagai penyebab terjadinya tindak korupsi. Manusia hidup
pasti memerlukan kebutuhan apalagi dengan kebutuhan ekonomi itu sangatlah di pentingkan
bagi manusia. Bahkan pemimpin ataupun penguasa berkesempatan jika mereka memiliki
kekuasaan sangat lah ingin memenuhi kekayaan mereka. Di kasus lain banyak pegawai yang
gajinya tidak sesuai dengan apa yang di kerjakannya yang akhirnya ketika ada peluang, mereka
di dorong untuk melakukan korupsi.

d. Faktor organisasi

Faktor organisasi ini adalah faktor eksternal dari penyebab terjadinya korupsi. Di suatu tempat
pasti ada sebuah organisasi yang berdiri, biasanya tindak korupsi yang terjadi dalam organisasi
ini adalah kelemahan struktur organisasi, aturan aturan yang dinyatakan kurang baik, kemudian
kurang adanya ketegasan dalam diri seorang pemimpin. Di dalam suatu struktur organisasi akan
terjadi suatu tindak korupsi jika di dalam struktur tersebut belum adanya kejujuran dan kesadaran
diri dari setiap pengurus maupun anggota.

E. Cara atau Upaya Untuk Memberantas Korupsi

United Nations mengembangkan berbagai upaya atau strategi untuk memberantas korupsi yang
dinamakan the Global Program Against Corruption dan dibuat dalam bentuk United Nations
Anti-Corruption Toolkits (UNODC, 2004):

1.Pembentukan Lembaga Anti Korupsi

12
a. Membentuk lembaga independen yang khusus menangani korupsi. Di Hongkong
bernama Independent Commission Against Corruption (ICAC), di Malaysia the Anti-
Corruption Agency (ACA), dan di Indonesia: KPK
b. Memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, dan Lembaga Permasyarakatan. Pengadilan adalah jantung penegakan
hukum yang harus bersikat imparsial (tidak memihak), jujur, dan adil. Banyak kasus
korupsi tidak terjerat hukum karena kinerja lembaga peradilan yang sangat buruk. Bila
kinerja buruk karena tidak mampu (unable) mungkin masih bisa dimaklumi karena
berarti pengetahuan dan keterampilannya perlu
c. ditingkatkan. Bagaimana bila mereka tidak mau (unwilling) atau tidak punya keinginan
kuat (strong political will) untuk memberantas korupsi? Dimana lagi kita akan mencari
keadilan?
d. Di tingkat departemen kinerja lembaga-lembaga audit seperti Inspektorat Jenderal harus
ditingkatkan. Ada kesan lembaga ini sama sekali tidak punya ‘gigi’ ketika berhadapan
dengan korupsi yang melibatkan pejabat tinggi
e. Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah salah satu cara mencegah
korupsi. Semakin banyak meja yang harus dilewati untuk mengurus suatu hal, semakin
banyak pula kemungkinan terjadinya korupsi

2.Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

a. Salah satu cara mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat publik melaporkan
dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum dan sesudah menjabat.
Masyarakat ikut memantau tingkat kewajaran peningkatan jumlah kekayaan setelah
selesai menjabat. Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan
korupsi dialihkan kepemilikannya ke orang lain.
b. Pengadaan barang atau kontrak pekerjaan di pemerintahan pusat dan daerah maupun
militer sebaiknya melalui lelang atau penawaran secara terbuka. Masyarakat diberi akses
untuk dapat memantau dan memonitor hasil pelelangan tersebut.
c. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri dan anggota TNI-Polri
baru. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sering terjadi dalam proses rekrutmen tersebut.
Sebuat sistem yang transparan dan akuntabel dalam hal perekrutan perlu dikembangkan.
d. Sistem penilaian kinerja pegawai negeri yang menitik-beratkan pada proses (process
oriented) dan hasil kerja akhir (result oriented) perlu dikembangkan. Untuk
meningkatkan budaya kerja dan motivasi kerjanya, bagi pegawai negeri yang berprestasi
perlu diber insentif.

13
3.Pengembangan dan Pembuatan Berbagai Instrumen Hukum yang Mendukung
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

Dukungan terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi tidak cukup hanya mengandalkan
satu instrumen hukum yaitu Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berbagai
peraturan perundang-undangan atau instrumen hukum lain perlu dikembangkan. Perlu peraturan
perundang-undangan yang mendukung pemberantasan korupsi yaitu Undang-Undang Tindak
Pidana Money Laundering atau pencucian uang. Untuk melindungi saksi dan korban tindak
pidana korupsi, perlu instrumen hukum berupa UndangUndang Perlindungan Saksi dan Korban.
Untuk memberdayakan pers, perlu UU yang mengatur pers yang bebas. Perlu mekanisme untuk
mengatur masyarakat yang akan melaporkan tindak pidana korupsi dan penggunaan elektronic
surveillance agar tidak melanggar privacy seseorang. Hak warganegara untuk secara bebas
menyatakan pendapatnya juga perlu diatur. Selain itu, untuk mendukung pemerintahan yang
bersih, perlu instrumen kode etik yang ditujukan kepada semua pejabat publik, baik pejabat
eksekutif, legislatif, maupun code of conduct bagi aparat lembaga peradilan (kepolisian,
kejaksaan, dan peradilan).

4. Pemantauan dan Evaluasi

Perlu pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau kegiatan pemberantasan korupsi
agar diketahui capaian yang telah dilakukan. Melalui pemantauan dan evaluasi dapat dilihat
strategi atau program yang sukses dan gagal. Program yang sukses sebaiknya silanjutkan,
sementara yang gagal dicari penyebabnya. Pengalaman di negara lain yang sukses maupun gagal
dapat dijadikan bahan pertimbangan ketika memilih cara, strategi, upaya, maupun program
permberantasan korupsi di negara tertentu.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Korupsi adalah kejahatan atau penyimpangan berupa pelanggaran hukum yang dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya demi kepentingan pribadi, di mana
tindakan tersebut menimbulkan kerugian yang besar bagi negara dan masyarakat. Tindak korupsi
bukanlah peristiwa yang beriri sendiri . perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang sifatnya
kompleks. Adapun faktor-faktor penyebabnya bisa dari internal perilaku-perilaku korupsi, tetapi
bisa juga berasal dari situasi lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi

Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin, kelemahan pengajaran
dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman
yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya
manusia, serta struktur ekonomi.

B.Saran

Semua faktor-faktor itu sangat mempengaruhi diri individu untuk melakukan kejahatan korupsi.
Hal ini disebabkan kurangnya rasa kesadaran akan pentingnya tanggung jawab moral bagi
mereka yang memiliki jabatan dan kekuasaan. Oleh karena itu, meskipun terkesan sebagai mimpi
dan harapan yang muluk, memperbaiki kesadaran seseorang dan mengembalikan rasa tanggung
jawab moralnya adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk mencegah dan menghentikan
korupsi di negeri ini.

Pendidikan agama dan aksi memperkuat iman adalah metode yang mesti ditingkatkan demi
mendapatkan orang-orang yang memiliki hati nurani bersih dan mau bekerja demi kepentingan
dan kesejahteraan masyarakat. Adapun sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan
sejak dini. Dan pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatullah, Ahmad. (2013), “Makalah PPKN Korupsi”


https://hidayatullahahmad.wordpress.com/2013/06/24/makalah-ppkn-korupsi.html (diunduh 26
Oktober 2015)

Rahmat, Sammy. (2014), “Pendidikan Karakter Dan Anti Korupsi”


http://sammylaramma.blogspot.co.id/2014/06/pendidikan-karakter-dan-anti-korupsi-2.html
(diunduh 27 Oktober 2015)

Siska, Jejjy. (2013), “Pencegahan Dan Upaya Pemberantasan”


http://jeyysiska.blogspot.co.id/2013/07/pencegahan-dan-upaya-pemberantasan.html (diunduh 27
Oktober 2015)

Sulthony, Ezra. (2014), “BAB_I_PENDAHULUAN_A._Latar_Belakang”


http://www.academia.edu/9378386/BAB_I_PENDAHULUAN_A._Latar_Belakang (diunduh 26
Oktober 2015)

https://pakdosen.co.id/korupsi-adalah/

file:///C:/Users/Rizky/Downloads/Documents/Info%20Singkat-VI-18-II-P3DI-September-2014-
46.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai