Dosen Pengampu :
Ibu Asriwidyayanti, SKM, MM
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Palu,17 januari 2022
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................3
Latar Belakang.........................................................................................................................I
Tujuan Pembahasan................................................................................................................II
Manfaat Pembahasan............................................................................................................III
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................4
A. Pengertian korupsi..............................................................................................................I
1. Faktor Politik..........................................................................................................I
2. Faktor Hukum.......................................................................................................II
3. Faktor Ekonomi…………………………………………………………………III
4. Faktor Organisasi……………………………………………………………….IV
Kesimpulan..............................................................................................................................I
Saran.......................................................................................................................................II
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi sangat merugikan kepentingan umum dan juga negara. Permasalahan korupsi
yang melanda negeri ini bagaikan sebuah penyakit yang tidak akan pernah sembuh. Bisa
dilihat dari budaya korupsi yang telah menjadi hal biasa bagi semua kalangan, mulai dari
bawah hingga kaum elite. Banyak faktor penyebab terjadinya korupsi, namun faktor tersebut
berpusat pada satu hal yakni “toleransi terhadap korupsi”, hampir semua segi kehidupan
terjangkit korupsi.
Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan,
demikeuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan
menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum
dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri. ciri yang paling menonjol didalam
korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan
pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.
Perilaku korupsi terjadi karena sikap mental materialistik dan konsumtif di masyarakat serta
sistem politik yang masih mendewakan materi.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat sebagai media pembelajaran dan menambah
wawasan serta sebagai pemenuhan tugas Pendidikan Anti Korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat
publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu
yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang
dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jika dilihat dari struktrur bahasa
dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna
yangsama.
Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagai tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeruk keuntungan pribadi, merugikan
kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari
kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara
dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal (misalnya denagan alasan
hukum dan kekuatansenjata) untuk memperkaya diri sendiri.Korupsi terjadi disebabkan
adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi
kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga,sanak saudara dan
teman.
Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan
melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan
mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si
pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiah dalam bentuk balas jasa
juga termasuk dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari
pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada
keluarganya atau partainya/kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan
pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian,
jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang
melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat,
pemisahan keuangan pribadi dengan masyarakat.
1. Faktor Politik
Faktor politik mempengaruhi terjadinya korupsi karena pada dasarnya politik sendiri
berhubungan dengan kekuasaan. Artinya siapapun orang tersebut pasti akan menggunakan
berbagai cara, bahkan melakukan korupsi demi mendapatkan kekuasaan tersebut. Adapun
faktor-faktor penyebab korupsi, diantaranya yaitu:
Politik uang (money politics) pada Pemilihan Umum
Penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang karena takut dianggap bodoh bila tidak
menggunakan kesempatan
Kelemahan Sistem pengangkatan pejabat partai politik dan pejabat pemerintahan
Kelemahan pengkaderan partai dan pencalonan pemimpin partai atau yang akan
menjadi pejabat publik, legislatif atau pengawas pejabat publik yang tidak transparan
dan berbiaya tinggi memicu terjadi korupsi sebagai tindakan untuk mencapai balik
modal saat biaya mahal yang telah dikeluarkan saat menjadi pejabat partai dan pejabat
publik
pemberian kredit atau penarikan pajak pada pengusaha
Menurut susanto korupsi pada level pemerintahan adalah dari sisi penerimaan,
pemerasan uang suap, pemberian perlindungan, pencurian barang- barang publik untuk
kepentingan pribadi, tergolong korupsi yang disebabkan oleh konstelasi politik (Susanto:
2002). Sementara menurut De Asis, korupsi politik misalnya perilaku curang (politik uang)
pada pemilihan anggota legislatif ataupun pejabat-pejabat eksekutif, dana ilegal untuk
pembia-yaan kampanye, penyelesaian konflik parlemen melalui cara-cara ilegal dan teknik
lobi yang menyimpang (De Asis : 2000)
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, disatu sisi dari aspek perundang-undangan
dari sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan
dalam aturan-aturan yang diskrimantif dan tifak adil, rumusan yang tiak jelas (non lex certa)
sehingga multi tafsir; kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain (baik yang sederajat
maupun yang lebih tinggi).Sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang
sehingga tidak tepat sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat; penggunaan konsep
yang berbeda-beda untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan tidak
kompatibel dengan realitas yang ada sehingga tidak fungsional atau tidak produktif dan
mengalami resistensi.
Penyebab keadaan ini sangat beragam, namun yang dominan adalah:
a. Tawar menawar dan pertarungan kepentingan antara kelompok dan golongan
di parlemen, sehingga memunculkan aturan yang bias dan diskriminatif.
b. praktek politik uang dalam pembuatan hukum berupa suap menyuap (political
bribery), utamanya menyangkut perundang-undangan di bidang ekonomi dan
bisnis. Akibatnya timbul peraturan yang elastis dan multi tafsir serta
tumpang-tindih dengan aturan lain sehingga mudah dimanfaatkan untuk
menyelamatkan pihak-pihak pemesan. Sering pula ancaman sanksinya
dirumuskan begitu ringan sehingga tidak memberatkan pihak yang
berkepentingan. Selaras dengan hal itu Susila (dalam Hamzah:2004)
menyebutkan tindakan korupsi mudah timbul karena ada kelemahan di dalam
peraturan perundang-undangan, yang mencakup:
1. Adanya peraturan perundang-undangan yang bermuatan
kepentingan pihak-pihak tertentu,
2. Kualitas peraturan perundang-undangan kurang memadai,
3. Peraturan kurang disosialisasikan,
4. Sanksi yang terlalu ringan,
5. Penerapan sanksi yang tidak konsisten dan pandang bulu,
6. Lemahnya bidang evalusi dan revisi peraturan perundang-
undangan
Dari beberapa hal yang disampaikan, yang paling penting adalah budaya sadar akan
aturan hukum. Dengan sadar hukum, maka masyarakat akan mengerti konskuensi dari apa
yang ia lakukan. Sementara itu Rahman Saleh merinci ada empat faktor dominan penyebab
merajalelanya korupsi di Indonesia, yakni faktor penegakan hukum, mental aparatur,
kesadaran, masyarakat yang masih rendah dan rendahnya ‘political will’ (Rahman saleh :
2006)
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat
dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Pendapat ini tidak
mutlak benar karena dalam teori kebutuhan Maslow, sebagaimana dikutip oleh Sulistyantoro,
korupsi seharusnya hanya dilakukan oleh orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling
bawah dan logika lurusnya hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan yang
bertahan hidup. Namun, saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan berpendidikan tinggi
(Sulistyantoro : 2004). Pendapat lain bahwa kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri
memang merupakan faktor yang paling menonjol dalam arti menyebabkan merata dan
meluasnya korupsi di Indonesia dikemukakan pula oleh Guy J. Pauker (1979) yang
menyatakat sebagai berikut: “Although corruption is widespread in Indonesia as means of
supplementing excessively low governmental salaries, the resources of the nation are not
being used primarily for the accumulation of vast private fortunes, but for economic
development and some silent, for welfare” (Meskipun korupsi tersebar luas di Indonesia
sebagai sarana penambah gaji pegawai pemerintah yang terlalu rendah, sumber daya bangsa
tidak digunakan terutama untuk mengumpulkan kekayaan pribadi yang luas, tetapi untuk
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan pribadi).
Selain rendahnya gaji pegawai, banyak aspek ekonomi lain yang menjadi penyebab
terjadinya korupsi, diantaranya adalah kekuasaan pemerintah yang dibarengi dengan faktor
kesempatan bagi pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan kroninya.
Terkait faktor ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakan bahwa
kemiskinan merupakan akar masalah korupsi. Pernyataan demikian tidak benar sepenuhnya,
sebab banyak korupsi yang dilakukan oleh pemimpin Asia dan Afrika, dan mereka tidak
tergolong orang miskin. Dengan demikian korupsi bukan disebabkan oleh kemiskinan, tapi
justru sebaliknya, kemiskinan disebabkan oleh korupsi (Pope : 2003). Menurut Henry
Kissinger korupsi politisi membuat sepuluh persen lainnya terlihat buruk. Dari keinginan
pribadi untuk keuntungan yang tidak adil, untuk ketidakpercayaan dalam sistem peradilan,
untuk ketidakstabilan lengkap dalam identitas bangsa, ada banyak faktor motivasi orang
kekuasaan, anggota parlemen termasuk warga biasa, untuk terlibat dalam perilaku korupsi.
4. Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau di
mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka peluang
atau kesempatan untuk terjadinya korupsi (Tunggal 2000). Bilamana organisasi tersebut tidak
membuka peluang sedikitpun bagi seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak
akan terjadi.
a. Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi ini
meliputi: Kurang adanya teladan dari pimpinan,
b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar,
c. Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai,
d. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya. Terkait dengan
itu Lyman W. Porter (1984) menyebut lima fungsi penting dalam Tujuan
Organisasi (organizational goals):
1. Focus attention (perhatian yang focus);
2. Provide a source of legitimacy (menyediakan sumber legitimasi);
3. Affect the structure of the organization (mempengaruhi struktur
organisasi);
4. Serve as a standard (pelayanan standar);
5. Provide clues about the organization (memberikan petunjuk tentang
organisasi).
Focus attention, dapat dijadikan oleh para anggota sebagai semacam guideline untuk
memusatkan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan anggota-anggota dan organisasi sebagai
kesatuan. Melalui tujuan organisasi, para panggota dapat memiliki arah yang jelas tentang
segala kegiatan dan tetang apa yang tidak, serta apa yang harus dikerjakan dalam kerangka
organisasi. Tindak tanduk atas kegiatan dalam organisasi, oleh karenanya senantiasa
berorientasi kepada tujuan organisasi, baik disadari maupun tidak. Dalam fungsinya sebagai
dasar legitimasi atau pembenaran tujuan organisasi dapat dijadikan oleh para anggota sebagai
dasar keabsahan dan kebenaran tindak-tindakan dan keputusan-keputusannya.
Tujuan oraganisasi juga berfungsi menyediakan pedoman-pedoman (praktis) bagi
para anggotanya. Dalam fungsinya yang demikian tujuan organisasi menghubungkan para
anggotanya dengan berbagai tata cara dalam kelompok. Ia berfungsi untuk membantu para
anggotanya menentukan cara terbaik dalam melaksanakan tugas dan melakukan suatu
tindakan.
Penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal :
1. Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi terdiri dari
aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap atau
perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat
mendorong seseorang untuk berperilaku korupsi. Faktor internal terdiri dari 2 (dua)
aspek, yaitu aspek individu dan aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat yang
kurang mendukung perilaku anti korupsi .
2. Faktor eksternal adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari
luar. terdiri dari Sapek sikap masyarakat terhadap korupsi, aspek ekonomi, aspek
politik dan aspek organisasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Ackerman, Susan Rose. 2010. Korupsi dan Pemerintahan: Sebab Akibat dan
Reformasi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Ades A, Di Te. 1995. Competition and Corruption. Draft Paper. Keble College.
Oxford University.