Disusun Oleh:
APRIANSYAH PUTRA (1830103170)
PUJI SETYANINGTIAS (1830103190)
QITHFIRUL HIBBILLAH (1830103192)
WANZA AGUNG (1830103198)
Dosen Pembimbing:
IFTITAH UTAMI, M.Sy
Penyusun
Kelompok VI
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.................................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah.................................................................................................iv
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................iv
PEMBAHASAN....................................................................................................................1
A. Pengertian Nepotisme...........................................................................................1
PENUTUP..........................................................................................................................10
A. Kesimpulan...........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
ii
PENDAHULUAN
iii
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari nepotisme, tetapi juga
semakin tidak tertibnya nilai-nilai kehidupan sosial masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan islam terhadap nepotisme?
2. Apa faktor penyebab terjadinya nepotisme?
3. Bagaimana cara mencegah praktik nepotisme?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui bagaimana pandangan islam terhadap nepotisme
2. Mengetahui faktor penyebab terjadina nepotisme
3. Mengertahui cara pencegahan praktik nepotisme.
iv
v
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nepotisme
Sebelum membahas lebih jauh, hal pertama yang harus dipahami ialah
pengertian sesungguhnya dari nepotisme. Nepotisme berasal dari bahasa latin
yaitu nepos atau nepotis yang berarti cucu (arti kiasan) keturunan dan atau
keponakan. Baik kerabat langsung maupun hanya hubungan perkawinan dan
bahkan bisa meningkat pada relasi atau teman.
1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nepotisme didefinisikan sebagai
berikut:
1. perilaku yang memperlihatkan kesukaan yang berlebihan kepada kerabat
dekat;
2. kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara
sendiri, terutama dalam jabatan, pangkat di lingkungan pemerintah;
3. tindakan memilih kerabat atau sanak saudara sendiri untuk memegang
pemerintahan.
2
B. Pandangan Islam Terhadap Nepotisme
Pada hakikatnya, dalam islam tidak ada yang namanya nepotisme. Karena
dalam ajaran islam setiap manusia itu sama, yang membedakan manusia satu
dengan manusia yang lainnya adalah amal ibadahny. Sebagaimana disebutkan
dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 13 :
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”4
Sangat jelas bahwa Allah menciptakan kita berbeda bangsa dan suku tidak
lain agar kita dapat mengenal satu sama lain, dan dalam ayat ini Allah
menegaskan bahwa yang membedakan umat manusia adalah amal ibadahnya.
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.”5
Adapun jika yang diserahi tugas itu adalah kerabat dekat dari orang yang
memberi tugas, bukanlah menjadi persoalan. Yang penting apakah orang tersebut
memenuhi persyaratan atau tidak. Jadi prinsip yang ditanamkan dalam Islam
adalah soal kompetensi seseorang atas sesuatu jabatan, bukan ada tidaknya
hubungan kekerabatan. Kalaupun sekiranya pemangku sebuah jabatan adalah
keluarga dari orang menunjuk, selama orang tersebut berkompeten/berhak dan
4
Al-Qur’an Terjemahan (QS Al-Hujurat [49]:13)
5
Al-Qur’an Terjemahan (QS Al Nahl [16]:90)
3
tidak ada pihak-pihak yang merasa dizalimi, maka hal itu tidaklah menjadi
persoalan Seperti yang tersirat dalam ayat Al-Qur-an diatas.
Tapi jika kita memegang prinsip “kekerabatan” sebagai landasan, dalam
arti setiap ada hubungan kekerabatan seseorang dengan pejabat yang menunjuk
maka itu sudah merupakan nepotisme yang terlarang, secara rasional barangkali
sikap ini kurang obyektif. Hanya gara-gara hubungan kerabat, seseorang tidak
berhak mendapatkan haknya, padahal ia berkompeten dalam urusan itu, tentu
sikap seperti ini berlebihan yang tidak pada tempatnya.
Jadi dalam pandangan Islam, nepotisme tidak selamanya tercela. Yang
dilarang adalah menempatkan keluarga yang tidak punya keahlian dalam suatu
posisi karena didasari oleh adanya hubungan kekeluargaan. Atau punya kapasitas,
tetapi masih ada orang yang lebih berhak untuk jabatan itu, namun yang
didahulukan adalah keluarganya. Ini juga nepotisme yang tercela. Karena ada
orang lain yang dizalimi dan tidak mendapatkan haknya.
Adapun kasus nepotisme yang terjadi pada masa khalifahan Utsman Bin Affan
sebagai berikut secara singkat.
Periode enam tahun kedua dari masa pemerintahan Utsman bin Affan,
sejarah mencatat terjadinya kelemahan-kelemahan dalam pemerintahan Utsman
sehingga menimbulkan kekacauan dan pemberontakan. Kekacauan-kekacauan
yang timbul berasal dari kebijakan Usman yang dirasa menyimpang dari garis
kebijakan pendahulunya. Sifat nepotisme Usman kelihatan ketika mengangkat
kerabat-kerabat terdekatnya sebagai pejabat negara.
4
Ada beberapa faktor sehingga sifat nepotisme Usman setidaknya menurut
sebagian sejarawan, antara lain menurut Usman, bahwa yang tepat untuk
menduduki jabatan tersebut adalah mereka-mereka yang berasal dari keturunan
Bani Umayyah, karena merekalah yang menguasai administrasi, yang mana
sangat dibutuhkan dalam mengatur sebuah roda pemerintahan.
Adapun tuduhan orang bahwa khalifah Usman mengambil harta dari bait
al-mal yang mana tidak pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya, khalifah
Usman pernah berkata bahwa Abu Bakar dan Umar adalah orang yang sangat
taqwa, namun sebenarnya mereka menzalimi dirinya karena khalifah mempunyai
hak seperlima dari harta Bait al-Mal.
5
keluhan-keluhan mereka terhadap khalifah. Usman berjanji untuk melaksanakan
aspirasi rakyatnya, dan beliau mengganti Abdullah Ibn Sarrah dengan mengangkat
Muhammad bin Abu Bakar sebagai gubernur Mesir sesuai dengan keinginan
rakyat Mesir. 6
6
A. Latif Osman. Ringkasan Sejarah Islam. Cet, XXIX, Jakarta: Widjaya, 1992 hlm. 67
7
Https://sauqico.bogspot.com/2016/5/nepotisme-dalam-pandangan -islam.html?m=1
6
cara berfikir yang hanya memandang kebendaan atau materi. Sehingga
segala sesuatu akan diukur dengan materi.
2. Moral dan akhlak yang rendah, Rendahnya moral dan akhlak
masyarakat akan menimbulkan pandangan hidup yang hanya
mementingkan keduniawian saja, sehingga munculah hedonisme.
Akhlak yang rendah akan menurunkan tingkat rasa malu pada
individu, sehingga jika ia mengambil uang atau hak dari orang lain
akan merasa biasa-biasa saja seolah tidak pernah melakukan
pelanggaran.
3. Nafsu keserakahan, rasa kesarakahan akan menimbulkan rasa yang
tidak akan kunjung puas untuk memiliki suatu benda maupun materi
dalam bentuk uang. Dengan adanya keserakahan dapat pula
membutkan mata hati seseorang, sehingga bisa saja memperoleh rejeki
dengan cara yang tidak halal.
8
Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi, Elemen Sistm Integritas, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2003, hlm.
7
D. Pencegahan Praktek Nepotisme
KKN tidak bisa diatasi sampai para pejabat pemerintah, hakim, polisi dan
wakil-wakil rakyat lainnya bekerja secara aktif menuntut dan menghentikan
korupsi, kolusi dan nepotisme dan salah urus, bukannya menjadi bagian dari
masalah itu sendiri.
Untuk itulah dibutuhkan upaya dalam menangguilangi KKN, upaya tersebut dapat
dilakukan dengan cara:
8
tersebut belum tentu bersalah. Namanya juga tersangka, mungkin ya
mungkin tidak bersalah. Namun hal tersebut dapat menjadi peringatan
awal bagi warga untuk memberi sanksi sosial semisal menjaga jarak atau
tidak memberi jabatan apapun hingga mereka terbukti secara hukum tidak
bersalah. Dengan demikian diharapkan para tersangka tersebut tergerak
untuk berusaha menjernihkan kasusnya karena merasa “gerah” dengan
sanksi sosial tersebut jika didiamkan saja.9
9
Sumartana, Etika dan Penanggulangan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, hlm. 99-100
9
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nepotisme berdampak pada timbulnya suatu komplik loyalitas dalam
organisasi, terutama bila salah seorang keluarga di tempatkan dalam posisi yang
tidak sesuai dengan kemampuannya, sedangkan terdapat keluarga lain yang
mampu, maka hal seperti ini dihindari dan dilarang oleh Islam.
Tindakan nepotisme tidak diperbolehkan menurut al-Qur’an, karena
tindakan tersebut merupakan salah satu bentuk ketidakadilan, baik terhadap
dirinya, kerabatnya, apalagi terhadap rakyat. Hal tersebut disebabkan karena
tindakan nepotisme tersebut tidak menempatkan seseorang sesuai dengan
kapasitasnya.
Namun dalam al-Qur’an diperbolehkan memberikan jabatan / hak kepada
kerabat yang menyangkut urusan public, tetapi lebih karena faktor kompetensi
dalam menyampaikan amanat yang benar, sehingga akan lebih adil dan dapat
dipertanggungjawabkan
10
DAFTAR PUSTAKA
Osman, A. Latief. Ringkasan Sejarah Islam. Cet, XXIX, Jakarta: Widjaya, 1992
Https://sauqico.bogspot.com/2016/5/nepotisme-dalam-pandangan islam.html?
m=1
11