Oleh :
Dr. Ir. Firmansyah, MT.
Kebijakan publik adalah apapun yang pemerintah pilih untuk dilakukan atau tidak
dilakukan (“public policy is whatever goverments choose to do or not to do”).
(Dye, 1992 : 2)
Kumpulan keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh aktor atau
sekelompok aktor politik yang berkaitan dengan pemilihan tujuan-tujuan dan
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut (Jenkins, 1993 : 34).
“Policy is defined as a “standing decision”
characterized by behavioural consistency
and repetitiveness on the part of both those
who make it and those who abide by it”
(Kebijakan didefinisikan sebagai suatu
keputusan yang teguh yang dicirikan oleh
konsistensi perilaku dan pengulangan pada
bagian keduanya baik dari orang-orang yang
membuatnya dan bagi yang
melaksanakannya)
Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt
Setiap konsep atau pengertian
kebijakan publik mengandung unsur
berikut :
(1) niat (intentions)
(2) tujuan (goals),
(3) rencana atau usulan (plans or
proposals)
(4) program,
(5) keputusan atau pilihan (decisions or
choice)
(6) pengaruh (effects)
Eulau dan Prewitt (dalam Jones, 1996:48-49)
Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn merumuskan beberapa
pengertian dari kebijakan publik adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan harus dibedakan dari keputusan (policy is to be
distinguished from “decision”).
2. Kebijakan kurang dapat dibedakan dari administrasi (policy is
less readily distinguishable from administration)
3. Kebijakan mencakup perilaku dan maksud (policy involves
behaviour as well as intentions)
4. Kebijakan meliputi tidak melakukan tindakan maupun
melakukan tindakan (policy involves in action as well as action)
5. Kebijakan memiliki hasil akhir yang dapat atau tidak dapat
diperkirakan sebelumnya (policies have outcomes which may or
may not have been foreseen).
6. Kebijakan adalah tindakan yang memiliki tujuan tetapi tujuan
dapat dirumuskan secara retrospective (belakangan).
7. Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung
sepanjang waktu.
8. Kebijakan meliputi hubungan yang bersifat antar organisasi
maupun intra organisasi.
9. Kebijakan didefinisikan secara subyektif (policy is subjectively
defined).
HIRARKI KEBIJAKAN
Bromley ( 1989:31 ) :
“Terdapat tiga tingkat hirarki pengambilan kebijakan berdasarkan
institusional atau kelembagaan, yaitu tingkat kebijakan (policy level), tingkat
organisasional (organizational level), dan tingkat operasional (operational
level)”.
Mustopadidjaja (2003: 5)
stratifikasi kebijakan dari sudut pandang manajemen dapat dibagi atas tiga
kelompok, yaitu: kebijakan umum (strategik), kebijakan manajerial, dan
kebijakan teknis-operasional.
SPEKTRUM INSTRUMEN-INSTRUMEN
KEBIJAKAN
1. PENDEKATAN KELEMBAGAAN
Menekankan struktur daripada proses atau perilaku politik
Memandang kebijakan negara sebagai kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah (parlemen,
kepresidenan, pemerintah pusat, pemerintah daerah, Parpol, dsb)
Masyarakat baik individual atau berkelompok memiliki kewajiban
untuk mematuhi kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah,
karena lembaga-lembaga pemerintah tersebut memiliki legitimasi
politik
Adanya persoalan mekanisme koordinasi antara berbagai
departemen dalam program ‘antar-sektor’
Kelemahan : terabaikannya masalah-masalah lingkungan (di
luar institusi pembuat kebijakan) yang tidak terdeteksi.
2. PENDEKATAN SISTEM
Kelemahan:
Terpusatkannya perhatian pada tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah
Kehilangan perhatian terhadap apa yang tidak pernah dilakukan oleh
pemerintah
Bisa saja tindakan tersebut hanya untuk memelihara ketenangan sistem
daripada sebagai alat pemecahan masalah masyarakat
The Systems Model
O
I U
N Demands T
THE POLITICAL Decision &
P P
Support
SYSTEM Action
U U
T T
Environment Environment
1. MODEL ELIT
Kebijakan publik identik dengan perspeksi elite politik
Kebijakan negara mencerminkan kehendak/nilai-nilai sekelompok kecil
orang yang berkuasa (elit)
Isu-isu kebijakan yang akan masuk dalam agenda perumusan merupakan
kesepakatan dan juga hasil konflik yang terjadi di antara elit politik
Konflik di antara elit tidak mencerminkan kelompok masyarakat yang
diwakili
Pejabat pemerintah (birokrat/administrator) hanya menjadi mediator bagi
jalannya informasi yang mengalir dari atas (pembuat kebijakan = elit) ke
bawah (masyarakat)
Nilai-nilai/sikap/pandangan elit sangat mempengaruhi kebijakan yang
dihasilkan
Elit statusquo, konservatif
Model ini dapat digunakan untuk analisis proses perumusan kebijakan
maupun proses implementasi
The Elit Model
Elit
Policy direction
Officials &
Administrations
Policy Execution
Mass
3. MODEL RASIONAL
Rasional perbandingan antara pengorbanan & hasil yang dicapai (C/B Ratio)
(Aspek efisiensi)
Mengetahui :
Preferensi nilai masyarakat
Pilihan-pilihan/ alternatif-alternatif kebijakan
Konsekuensi dari pilihan-pilihan
Rasio
Memilih alternatif kebijakan yang paling efisien
4. MODEL INKREMENTAL
Kritik terhadap model rasional (oleh Charles Linblom)
Alasan-alasan
Pembuat kebijakan tidak memiliki waktu/intelektualitas/biaya untuk
penelitian terhadap nilai-nilai sosial masyarakat
Kekhawatiran terhadap dampak kebijakan yang belum pernah
dibuat sebelumya
Adanya hasil-hasil kebijakan sebelumnya yang harus
dipertahankan
Menghindari adanya berbagai konflik
Kecenderungan :
pengulangan program sebelumnya dengan hanya perubahan yang
sedikit
Kelemahan :
Jika perubahan masyarakat begitu cepat, kebijakan yang bersifat
inkremental tidak lagi memadai untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan kemasyarakatan yang muncul
Tidak memadai untuk memecahkan suatu masalah yang benar-
benar baru & strategis
AKTOR KEBIJAKAN & NILAI-NILAI YANG MEMPENGARUHI
SIKAP & PERILAKUNYA
Kebijakan merupakan :
Respons terhadap tuntutan para aktor
Fungsi dari nilai serta perilaku para aktor yang terlibat dalam
sistemnya
Nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku & sikap aktor :
1. Nilai-nilai politik (kepentingan kelompok/golongan/partai tempat
aktor berafiliasi)
2. Nilai-nilai organisasi (mempertahankan organisasi, memperluas
program & aktivitas organisasi)
3. Nilai-nilai pribadi (personal values)
4. Nilai (policy values)
(Nilai moral, keadilan, kemerdekaan, kebebasan, dll)
5. Nilai-nilai ideologis
Tahapan-tahapan dalam proses
pembuatan kebijakan :
1. Deciding to decide (issue search or agenda
setting):
2. Deciding how to decide,
3. Issue definition,
4. Forecasting,
5. Setting Objectives and priorities,
6. Option analysis,
7. Policy implementation, monitoring and control,
8. Evaluation and review,
9. Policy maintenance, succession, or
termination.
(Hogwood and Gunn, 1984 : 24)
TAHAP-TAHAP DALAM
PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN
FASE
PENYUSUNAN AGENDA (AGENDA SETTING)
Dunn, 1994 : 16
Keterkaitan Tahap-Tahap Pembuatan Kebijakan, Proses Analisis dan
Tipe Informasi Yang Dihasilkan Oleh Analisis Kebijakan
Definisi
Penyusunan
Perumusan
Masalah Agenda
Masalah
Kebijakan
Prediksi
Formulasi
Peramalan Kebijakan
Masa Depan
Kebijakan
Preskripsi
Adopsi
Rekomendasi
Kebijakan
Aksi
Kebijakan
Deskripsi
Pemantauan Implementasi
Hasil Kebijakan
Kebijakan
Evaluasi
Penilaian
Penilaian
Kebijakan
Kinerja
Kebijakan