Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Upaya Pemberantasan Korupsi


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Anti Korupsi

Dosen Pengampu:

Agus Salim, S. Kep,. M. Si

Kelompok 5 :
Bayu Pinandhita 202311402036
Ikhsan Ariandi 202311402020
Elsya Cantika Febloezky 202311402008
Luck Tri Zaitun
Rizkia Nurjanah 202311402025
Yopi Sadiki
M Akbaru

TEKNIK RADIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AWAL BROS
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga “Makalah Upaya Pemberantasan Korupsi” ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun
Makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet
yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan “Makalah Upaya Pemberantasan
Korupsi” ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Pekanbaru, 15 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I .............................................................................................................
1

PENDAHULUAN ........................................................................................
1

1.1 Latar Belakang ........................................................................


1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
2
1.3 Tujuan ...................................................................................... 2

BAB II ...........................................................................................................
3

PEMBAHASAN............................................................................................
3

2.1 Pengertian Korupsi


2.2 Konsep Pemberantasan Korupsi ................................................
3
2.3 Strategi dan Upaya dalam pemberantasan korupsi .................
7
2.4 Hambatan Pemberantasan korupsi

BAB III ........................................................................................................


11

PENUTUP .................................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan ............................................................................... 11


3.2 Saran ...........................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu negara bisa dikatan maju ketika negara tersebut memiliki tingkat kesejahteraan yang
tinggi. Kesejahteraan dapat diwujudkan salah satunya dengan keberhasilan dalam pembangunan.
Untuk mencapai keberhasilan tersebut, ada beberapa faktor yang menunjang. Ada sumber daya
manusia yang berkualitas dan sumber keuangan yang memadai. Namun sayangnya, sumber daya
manusia di Indonesia belum seutuhnya mencerminkan SDM yang berkualitas.
Sumber daya manusia bisa dikatakan berkualitas bukan hanya dari pengetahuan saja,
tetapi etika dan karakter juga dinilai sangat penting. Moral dan karakter dalam diri yang baik
akan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini dikarenakan apabila manusia
tidak bermoral dan memiliki kepribadian yang buruk, maka akan menghambat pembangunan
yang berkualitas. Penghambat yang sering terjadi di Indonesia akibat sumber daya manusia yang
tidak berkualitas adalah korupsi.
Korupsi di Indonesia telah menjadi suatu penyakit yang membahayakan segala aspek
kehidupan, baik dari segi masyarakat, bangsa dan bahkan negara. Korupsi merupakan tindakan
yang sangat merugikan. Tindakan yang dilakukan karena rendahnya moralitas dan hilangnya rasa
malu yang diakibatkan karena sikap kerakusan akan kekuasaan dan kekayaan.
Oleh karena itu, untuk mewujudakn pembangunan negara yang berhasil, pemerintah
berkomitmen dalam pemberantasan tindakan korupsi dengan memrsiapkan berbagai macam cara
dan strategi baru guna untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualias sehingga
keberhasilan pembangunan dapat terwujud dan menciptakan kesejahteraan yang tinggi bagi
kehiudan masyarakat di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Kebijakan Pemerintah dalam Pemberantasan Korupsi ?
2. Bagaimana peran serta Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi?
3. Kendala apa saja yang dihadapi dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia?
4. Upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara pemerintah dalam pemeberantasan korupsi
2. Mengetahui peran serta masyarakat dalam mengatasi korupsi
3. Mengetahui kendala-kendala yang dialami selama proses pemberantasan korupsi
4. Mengetahui upaya-upaya dalam melakaukan pemberantasan korupsi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (corruption dari kata kerja corrumpere ; busuk, rusak,
menggoyahkan, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri
serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakaan kepercyaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak.
Korupsi telah dianggap sebagai hal yang biasa, dengan dalih ”sudah sesuai prosedur”.
Koruptor tidak lagi memiliki rasa malu dan takut, sebaliknya memamerkan hasil korupsinya
secara demonstratif. Politisi tidak lagi mengabdi kepada konstituennya. Parta politik bukannya
dijadikan alat untuk memperjuangkpan kepentingan rakyat banyak, melainkan menjadi ajang
untuk mengeruk harta dan ambisi pribadi. Padahal tindak pidana korupsi merupakan masalah
yang sangat serius, karena tindak pidana korupsi dapat membahayakan stabilitas dan keamanaan
Negara dan masyarakat. Bahkan dapat pula merusak nilai-nilai demokrasi serta moralitas bangsa
karena dapat berdampak membudayanya tindak pidana korupsi tersebut. Sehingga harus disadari
meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa dampak yang tidak
hanya sebatas kerugiaan negara dan perekonomian nasional tetapi juga pada kehiudpan
berbangsa dan bernegara.
Perbuatan tindak pidana korupsi merupakan pelanggaran terhadap hak-hak social dan
hak-hak ekonomi masyarakat, sehingga tindak pidana korupsi tidak dapat lagi digolongkan
sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa (extra ordinary crime).
Penyebab terjadinya korupsi diIndonesia menurut Abdullah Hehamahua, berdasarkan kajian dan
pengalaman setidaknya ada delapan penyabab, yaitu sebagai berikut;
1. Sistem penyelenggaran negara yang keliru
2. Kompensasi PNS yang rendah
3. Penjabat yang serakah
4. Low Enforement tidak berjalan
5. Disebabkan Low enforcement tidak berjalan Dimana apparat penegak hukum bisa
dibayar melalui polisi, jaksa, hakim dan pengacara. Maka hukuman yang dijatuhkan
kepada para koruptor sangat ringan sehingga tidak menimbulkan efek jera bagi koruptor
6. Pengawasan yang tidak Efektif
7. Tidak ada keteladanan pemimpin
8. Budaya masyarakat yang kondusif KKN
Dalam arti luas, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi.
Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda,
dari yang ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan
menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan dan sebagainya.

2.2 Konsep Pemberantasan Korupsi


Korupsi dapat terjadi jika adanya peluang, keinginan dan bobroknya sistem pengawasan
dalam waktu yang bersamaan. Korupsi dapat dimulai dari mana saja, misalnya suap ditawarkan
pada seorang pejabat, atau sebaiknya orang penjabat, meminta atau bahkan dengan cara
memaksa memberikan uang pelicin. Orang yang menawarkan suap karena ia menginginkan
sesuatu yang bukan haknya dan ia menyuap supaya orang yang disuap mengabaikan peraturan.
Keinginan korupsi dapat timbul karena kemiskinan, gaya hidup yang tinggi bahkan karna rasa yg
kurang puas dengan apa yang dimiliki.
Karena korupsi menyangkut semua aspek kehidupan masyarakat, sehingga sangat sulit
diberantas. Konsep pemberantasan korupsi harus disesuaikan dengan konteks, masyarakat
ataupun organisasi yang dituju. Ini merupakan contoh yang berkaitan dengan konsep
pemberantasan korupsi berdasarkan konteks;
1. Masyarakat dengan konteks atau kondisi taat pada agama akan memilih konsep
pemberantasan korupsi yang berorientasi pada hukum agama. Sehingga dalam
penyusunan konseppun akan mengacu pada hukum agama yang dianut.
2. Suatu organisasi yang memiliki konsep demokratis akan menyusun sebuah konsep yang
menitik beratkan pada nilai-nilai demokratis.

2.3 Strategi dan Upaya dalam Pemberantasan Korupsi


Korupsi diibaratkan sebagai penyakit yang menyerang perekonomian dengan perlahan
dan membahayakan segala aspek kehidupan masyarakat sehingga sangat sulit diberantas, dan
tidak cukup hanya dengan sanksi hukum yang berat. Penting sekali untuk menghubungkan
strategi serta upaya pemberantasan korupsi dengan melihat karakteristik dari pihak yang terlibat
dalam lingkungan dimana mereka berkerja dan beroperasi. Ada banyak strategi dan upaya untuk
suatu negara atau organisasi dalam pemberantasan korupsi baik dalam hubungannya sosio-
politis, sosio-ekonomis, sosio-kultural, serta konteks lainnya.
Optimisme yang kuat seharusnya tumbuh dikalangan masrayakat mengenai upaya
pemberantasan korupsi. Regulasi anti korupsi harus lebih baik , institusi pemberantasan korupsi
harus diperkuat, dan partisipasi masyarakat serta kontrol publik lewat media massa merupakan
indikator-indikator yang harus ditingkatkan agar upaya ini berjalan dengan baik. Ada empat
faktor yang seharusnya bisa menumbuhkan rasa optimis terhadap keberhasilan pemberantasan
korupsi;
a. Regulasi yang semakin banyak
b. Adanya berbagai institusi yang mendukung pemberantasan korupsi
c. Faktor partisipasi dari masyarakat
d. Adanya kontrol media

Dalam meningkatkan optimisme, diperlukan beberapa strategi untuk pemberantasan


korupsi di Indonesia. Beberapa strategi tersebut, yaitu:
1. Perbaikan sistem. Banyak sistem yang ditetapkan di Indoenesia memberikan peluang
tindak pidana korupsi. Sistem yang baik seharusnya bisa meminimalisir angka terjadinya
korupsi, maka diperlukannya perbaikan sistem diantaranya yaitu:
a. Mendorong transparansi penyelenggara negara, seperti yang dilakukan oleh KPK
menerima pelaporan LHKPN (Laporan harta kekayaan penyelenggara negara) dan
gratifikasi.
b. Memberikan rekom kepada kementrian dan lembaga yang terkait untuk melakukan
perbaikan.
c. Memodernisasi pelayanan public dengan online sistem pengawasan yang terintegrasi
agar lebih transparan dan efektif.
2. Edukasi dan kampanye. Ini merupakan strategi pembelajaran pendidikan antikorupsi
dengan maksud membangkitkan kesadaran masyrakat mengenai dampak dari korupsi,
mengikut sertakan masyarakat untuk pemberantasan korupsi.
3. Represif, yaitu langkah dengan upaya penindakan hukum untuk menyeret koruptor ke
pengadilan.

Menurut Carolien Klein Haarhuis, ada empat tipe kebijakan dalam pemberantasan
korupsi
di berbagai negara, yaitu:
1. Mengurangi ketergantungan masyrakat terhadap kekuasaan negara terutama dari pejabat
publik dalam berbagai bidang kehidupan.
2. Menciptakan pemerintahan yang transparan dan akuntabel dengan mengurangi berbagai
bentuk diskresi yang sering dilakukan oleh pejabat politik.
3. Menciptakan situasi dimana masyarakat bisa memilih kemana meminta berbagai jenis
pelayanan publik.
4. Melakukan reformasi hukum dan peradilan. Reformasi dilakukan dengan merancang
peraturangan perundang-undangan yang dapat memberikan kepastian bahwa ada sanksi
hukum bagi pelaku, meningkatkan profesionalisme aparat penegak hukum, memastikan
bahwa peradilan harus bebas campur tangan pihak eksekutif dan pembentukan lembaga
independen untuk memberantas korupsi.

Dalam pemberantasan korupsi yang perlu dipahami adalah seluk beluk tentang korupsi
dan
tingkatan atau jangkauan dari korupsi, pengukuran tentang korupsi baik secara kuantitatif dan
kualitatif, disektor mana korupsi muncul, jenis dan tipe korupsi, dampak dari korupsi, faktor-
faktor penyebab korupsi dan pemahaman tentang korupsi dari perspektif pelaku dan mereka yang
terkena dampak korupsi. Ada beberapa strategi yang diperlukan, yaitu:
1. Pembentukan Lembaga Antikorupsi. Lembaga yang menjadi sarana dalam menyusun
strategi memberantas korupsi yaitu;
a. Lembaga politik
b. Lembaga legislatif
c. Lembaga peradilan
d. Institusi lain yang memiliki tanggung jawab melakukan audit di lembaga pertahanan
e. Lembaga indepen yang terlibat dalam pemberantasan korupsi
f. Lembaga atau sektor swasta yang dapat terlibat dalam pemberantasan-pemberantasab
korupsi seperti kontraktor atau auditor swasta.
2. Pencegahan korupsi di sektor publik
3. Pencegahan sosial dan pemberdayaan masyarakat
4. Pembuatan dan pengembangan berbagai instrumen hukum yang mendukung pencegahan
dan pemberantasan korupsi.
5. Kerjasama Internasional. Kerjasama internasional antar negara dapat dilakukan dengan
melakukan pertukaran informasi, peningkatan pengetahuan serta ketrampilan apparat
penegak hukum atau agen pemberantas korupsi.
6. Monitoring dan evaluasi. Melakukan hal ini sangat diperlukan untuk melihat strategi atau
program yang suskes ataupun gagal.

Indonesia selalu berusaha keras untuk memberantas korupsi dengan berbagai cara di
berbagai bidang kehidupan. Harapan yang ingin dicapai adalah tindak pidana korupsi diberantas
tidak hanya diungkap yang sudah diketahui atau terlihat saja akan tetapi hingga akar-akarnya.

2.4 Hambatan Pemberantasan Korupsi


Upaya dalam pemberantasan korupsi bukanlah hal yang mudah. Masih terdapat
hambatan-hambatan dalam hal tersebut, meskipun sudah dilakukan dengan berbagai cara.
Operasi Tangan Tangan (OTT) yang dilakukan oleh KPK, tuntutan dan putusan yang dijatuhkan
oleh penegak hukum juga sudah cukup keras. Namun, korupsi masih tetap dilakukan. Hambatan
dalam pemberantasan korupsi dapat diklasifasikan sebagai berikut;
a. Hambatan struktural, hambatan yang bersumber dari praktik-praktik penyelenggaraan
negara dan pemerintah yang membuat penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
b. Hambatan kultural, hambatan yang bersumber dari kebiasaan negatif yang berkembang di
masyarakat.
c. Hambatan Instrumental, hambatan yang bersumber dari kurangnya instrumen pendukung
dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang membuat penanganan tindak pidana
korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
d. Hambatan Manajamen, hambatan yang bersumber dari diabaikannya atau tidak
diterapkannya prinsip-prinsip manajemen yang baik yang membuat penanganan tidak
pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Secara garis besar upaya penanggulangan kejahatan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Panel (hukum pidana)
Saran Panel memiliki keterbatasan, yaitu;
a. Secara dogmatis, sanksi pidana merupakan jenis sanksi yang paling tajam dalam
bidang hukum, sehingga harus digunakan sebagai ultimum remedium (obat yang
terakhir apabila cara lain atau bidang hukum lain sudah tidak dapat digunakan lagi)
b. Secara fungsional, membutuhkan biaya yang tinggi.
c. Sanksi pidana mengandung sifat kontradiktif/paradoksal, mengandung efek samping
yang negatif.
d. Hukum pidana atau pemidanaan bukanlah obat yang manjur atau panacea, bukan
segala-galanya untuk menanggulangi kejahatan.
e. Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi kejahatan hanya merupakan
”kurieren am symptom” (menyembuhkan gejala)
f. Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil dari sarana kontrol sosial yang tidak
mungkin mengatasi kejahatan sebagai masalah kemanusiaan dan kemasyrakatan yang
sangat kompleks
g. Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan individual
h. Efektivitas pidana bergantung pada banyak faktor dan masih sering diperdebatkan
oleh para ahli.
2. Non-panel (diluar hukum pidana)
Upaya penanggulangan melalui jalur panel lebih menitikberatkan pada sifat represif sesudah
Kejahatan terjadi, sedangkan non-panel bersifat preventif.
BAB III
PENUTUP
Simpulan dan saran
Korupsi adalah perilaku yang buruk yang tidak legal dan tidak wajar untuk mengambil
keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur ”penyelewengan” atau
dishonest (ketidakjujuran). Korupsi dinilai dari sudut manapun ia tetap suatu pelanggaran.
Korupsi mengakibatkan kurangnya pandapatan negara dan kurangnya kepercayaan. Fenomena
umum yang biasanya terjadi di Indonesia yaitu selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin
berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak mampu. Mereka hanya ingin
memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih ”kepentingan rakyat”
Oleh karenanya, disetiap negara harus memiliki strategi dan berupaya menindak dan
mencegah tindakan korupsi dengan kebijakan pemerintah masing-masing. Seperti di Indonesia
yang memberikan hukum pidana kepada pelaku korupsi dan ditangani oleh lembaga-lembaga
seperti BPK,KPK, dll. Yang paling penting agar tidak terjadi korupsi adalah disetiap diri harus
memiliki nilai-nilai kejujuran dan rasa takut akan hal-hal yang haram dan menentang keras
terhadap peraturan yang ada.
Upaya pemberantasan kejahatan korupsi melalui penegakan hukum yang berkeadilan saat
ini tampak masih memerlukan perjuangan berat. Karena kejahatan koruspi merupakan kejahatan
luar biasa (Extraordinary crime) yang berbeda dari kejahatan pidana biasa, maka upaya yang
harus dilakukan memerlukan sistem yang terpadu dan luar biasa pula. Sebagai kejahatan luar
biasa pemberantasan korupsi, memerlukan kemauan politik luar biasa sehingga Presiden sebagai
kepala negara menjadi figur penting dalam menggerakkan dan mengordinasikan peran polisi,
jaksa, pengadilan, dan KPK menjadi kekuatan dahsyat, sehingga praktek KKN seperti
penyogokan, penggelembungan harga, gratifikasi dan penyalah gunaan kewenangan lainnya
dilakukan oknum aparat PNS atau pejabat negara, naik di tingkat pusat maupun daerah dapat
dipersempit ruang geraknya melalui cara-cara penegakan luar biasa dan terpadu.
Tindak pidana korupsi sangat merugikan bangsa dan negara, terutama bagi negara yang
masih berkembang. Karena hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
negara. Sebagai insan bermoral dan berpendidikan, marilah jauhi segala tindakan yang menjurus
pada tindak pidana korupsi demi kemajuan bangsa dan negara.

DAFTAR PUSTAKA

Djaja, E. (2010). Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta: Sinar Grafika.

Perbandingan Pemberantasan korupsi di Berbagai Negara. (n.d.). Jakarta: Sinar Grafika.

Rasjidi, T. (2004). Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum. bandung: Citra Aditya.

Syamsuddin, A. (2001). Tindak Pidana Khusus. Jakarta: Sinar Grafika.

Tipologi Tindak Pidana korupsi di Indonesia. (2010). Bandung: Mandar maju.

Waluyo, B. (n.d.). Penelitian Hukum dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai