Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

BUDAYA KORUPSI DAN SOLUSI PEMECAHANNYA

KELOMPOK :

ANGGOTA KELOMPOK:

1. SUMARNI [E1M019087]
2. SUNI FIKRIYANTI [E1M019089]
3. SYARIFA HATIMAH MULAHELA [E1M019091]
4. DEWITA PUJA FIRDAYANTI [E1M019014]

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT, yang


telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami berhasil
menyusun makalah “Aturan dan Mekanisme Administrasi Pendidikan” dengan baik dan bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingannya. Dan teman-teman yang telah berkontirbusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Mataram, 02 Juni 2020

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah....………………………………………………………………......2
C. Tujuan…………………………....…………………………………………………....2
D. Manfaat..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi………………………………………………………………........3
B. Faktor Pendorong Terjadinya Korupsi di Indonesia.....................................................3
C. Dampak negatif korupsi……………………………………………………………....4
D. Solusinya Pemecahannya……………………………………………………………..5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………6
B. Saran…………………………………………………………………………………..6

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia, sebagai salah satu negara yang telah merasakan dampak dari tindakan
korupsi, terus berupaya secara konkrit, dimulai dari pembenahan aspek hukum, yang sampai
saat ini telah memiliki banyak sekali rambu-rambu berupa peraturan – peraturan, antara lain
Tap MPR XI tahun 1980, kemudian tidak kurang dari 10 UU anti korupsi, diantaranya UU
No. 20 tahun 2001 tentang perubahan UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, Kemudian yang paling monumental dan strategis, Indonesia memiliki UU
No. 30 Tahun 2002, yang menjadi dasar hukum pendirian Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Dengan demikian pemberantasan dan pencegahan korupsi telah menjadi gerakan
nasional. Seharusnya dengan sederet peraturan, dan partisipasi masyarakat tersebut akan
semakin menjauhkan sikap, dan pikiran kita dari tindak korupsi.

Masyarakat Indonesia bahkan dunia terus menyoroti upaya Indonesia dalam mencegah
dan memberantas korupsi. Masyarakat dan bangsa Indonesia harus mengakui, bahwa hal
tersebut merupakan sebuah prestasi, dan juga harus jujur mengatakan, bahwa prestasi
tersebut, tidak terlepas dari kiprah KPK sebagai lokomotif pemberantasan dan pencegahan
korupsi di Indonesia. Berbagai upaya pemberantasan korupsi, pada umumnya masyarakat
masih dinilai belum menggambarkan upaya sunguh-sunguh dari pemerintah dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia. Berbagai sorotan kritis dari publik menjadi ukuran
bahwa masih belum lancarnya laju pemberantasan korupsi di Indonesia. Masyarakat menduga
masih ada praktek tebang pilih dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

Sorotan masyarakat yang demikian tajam tersebut harus difahami sebagai bentuk
kepedulian dan sebagai motivator untuk terus berjuang mengerahkan segala daya dan strategi
agar maksud dan tujuan pemberantasan korupsi dapat lebih cepat, dan selamat tercapai. Selain
itu, diperlukan dukungan yang besar dari segenap kalangan akademis untuk membangun
budaya anti korupsi sebagai komponen masyarakat berpendidikan tinggi.

Sesungguhnya korupsi dapat dipandang sebagai fenomena politik, fenomena sosial,


fenomena budaya, fenomena ekonomi, dan sebagai fenomena pembangunan. Karena itu pula
upaya penanganan korupsi harus dilakukan secara komprehensif melalui startegi atau
pendekatan negara/politik, pendekatan pembangunan, ekonomi, sosial dan budaya.
Berdasarkan pengertian, korupsi di Indonesia difahami sebagai perilaku pejabat dan atau
organisasi (negara) yang melakukan pelanggaran, dan penyimpangan terhadap norma-norma
atau peraturan-peraturan yang ada. Korupsi difahami sebagai kejahatan negara (state
corruption). Korupsi terjadi karena monopoli kekuasaan, ditambah kewenangan bertindak,
ditambah adanya kesempatan, dikurangi pertangungjawaban. Jika demikian, menjadi wajar
bila korupsi sangat sulit untuk diberantas apalagi dicegah, karena korupsi merupakan salah
satu karakter atau sifat negara, sehingga negara=Kekuasaan=Korupsi. Maka dari itu, mari kita
berusaha untuk menghilangkan korupsi di Indonesia ini.
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian korupsi.
2. Faktor pedorong terjadinya korupsi di Indonesia.
3. Dampak akibat korupsi.
4. Solusi Pemecahannya

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan malakah ini adalah untuk mensosialisasikan apa itu korupsi, dan
bagaimana korupsi itu terjadi di Indonesia, serta bagaimana upaya dalam pemberantasan
masalah terbesar negara ini . Diharapkan dari pembuatan makalah ini kita lebih mengerti
bagaimana cara untuk bisa memerangi korupsi di negeri ini . Kita pun dapat sedikit
berpartisipasi memberantasi korupsi setelah kita mengerti dengan jelas korupsi di Indonesia .

D. Manfaat

1. Mengetahui apa itu korupsi dan dampaknya.


2. Memotivasi masyarakat untuk tidak melakukan korupsi.
3. Dapat mengurangi atau memberantas korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah pemerintahan rentan korupsi
dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti
penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam
hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk
membedakan antara korupsi dan kriminalitas kejahatan. Tergantung dari negaranya atau
wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh,
pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di
tempat lain.

B. Faktor Pendorong Terjadinya Korupsi di Indonesia

1. Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung


kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik.
2. Gaji yang masih rendah, kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan,
administrasi yang lamban dan sebagainya.
3. Sikap mental para pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang haram, tidak ada
kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang dilakukan
oleh pejabat pemerintah.
4. Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah.
5. Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari
pendanaan politik yang normal.
6. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar
7. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan “teman lama”.
8. Lemahnya ketertiban hukum.
9. Lemahnya profesi hukum.
10. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.
11. Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal memberikan
perhatian yang cukup ke pemilihan umum.
12. Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau “sumbangan
kampanye”.
C. Dampak negatif korupsi

1. Terhadap demokrasi

Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik,


korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan
cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem
pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik
menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi
mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan
sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat
yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti
kepercayaan dan toleransi.

2. Terhadap perekonomian

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan


pemerintahan.

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak
efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena
kerugian dari pembayaran illegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup,
dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan
bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang
baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk
membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos
niaga, korupsi juga mengacaukan “lapangan perniagaan”. Perusahaan yang memiliki koneksi
dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan
yang tidak efisien.

Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sector publik dengan mengalihkan


investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih
banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk
menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan.
Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup,
atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan
infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.

3. Terhadap kesejahteraan umum negara

Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga
negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi
sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan
yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil. Politikus-
politikus “pro-bisnis” ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang
memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.

D. Solusinya Pemecahannya

Kalau korupsi dibiarkan secara terus menerus tanpa upaya menanggulanginya, maka
akan terbiasa dan menjadi subur dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang selalu
mencari jalan pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara (the end justifies the means).
Meskipun berbagai upaya belum tentu dapat menghilangkan korupsi, tapi paling tidak dapat
menguranginya. Untuk itu, korupsi perlu ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawab
dan masif dengan pendekatan simultan. Ada beberapa upaya penggulangan korupsi yang
ditawarkan para ahli yang masing-masing memandang dari berbagai segi dan pandangan.
Caiden (dalam Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah untuk menanggulangi korupsi
sebagai berikut :

1. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan sejumlah


pembayaran tertentu.
2. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat.
3. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah pengawasan dan
pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan, wewenang yang saling tindih
organisasi yang sama, birokrasi yang saling bersaing, dan penunjukan instansi
pengawas adalah saran-saran yang secara jelas diketemukan untuk mengurangi
kesempatan korupsi.

Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi ? dengan jalan meningkatkan


ancaman. Korupsi adalah persoalan nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsi
dibatasi, tetapi memang harus ditekan seminimum mungkin, agar beban korupsi
organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada sesuatu
pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan dorongan
untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi. Cara yang diperkenalkan oleh Caiden di
atas membenarkan (legalized) tindakan yang semula dikategorikan kedalam korupsi menjadi
tindakan yang legal dengan adanya pungutan resmi. Di lain pihak, celah-celah yang membuka
untuk kesempatan korupsi harus segera ditutup, begitu halnya dengan struktur organisasi
haruslah membantu kearah pencegahan korupsi, misalnya tanggung jawab pimpinan dalam
pelaksanaan pengawasan melekat, dengan tidak lupa meningkatkan ancaman hukuman
kepada pelaku-pelakunya. Selanjutnya, Myrdal (dalam Lubis, 1987) memberi saran
penaggulangan korupsi yaitu agar pengaturan dan prosedur untuk keputusan-keputusan
administratif yang menyangkut orang perorangan dan perusahaan lebih disederhanakan dan
dipertegas, pengadakan pengawasan yang lebih keras, kebijaksanaan pribadi dalam
menjalankan kekuasaan hendaknya dikurangi sejauh mungkin, gaji pegawai yang rendah
harus dinaikkan dan kedudukan sosial ekonominya diperbaiki, lebih terjamin, satuan-satuan
pengamanan termasuk polisi harus diperkuat, hukum pidana dan hukum atas pejabat-pejabat
yang korupsi dapat lebih cepat diambil. Orang-orang yang menyogok pejabat-pejabat harus
ditindak pula. Persoalan korupsi beraneka ragam cara melihatnya, oleh karena itu cara
pengkajiannya pun bermacam-macam pula. Korupsi tidak cukup ditinjau dari segi deduktif
saja, melainkan perlu ditinaju dari segi induktifnya yaitu mulai melihat masalah praktisnya
(practical problems), juga harus dilihat apa yang menyebabkan timbulnya korupsi. Kartono
(1983) menyarankan penanggulangan korupsi sebagai berikut :

a. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan
partisipasi politik dan kontrol sosial, dengan bersifat acuh tak acuh.
b. Menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan
nasional.
c. para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak korupsi.
d. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum tindak
korupsi.
e. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui penyederhanaan
jumlah departemen, beserta jawatan dibawahnya.
f. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement” dan bukan
berdasarkan sistem “ascription”.
g. Adanya kebutuhan pegawai negeri yang non-politik demi kelancaran administrasi
pemerintah.
h. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur
i. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis
tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.
j. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok
dengan pengenaan pajak yang tinggi.

4. PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

 Kesimpulan

Melihat dari uraian di atas, tidak dapat kita pungkiri korupsi memang benar-benar telah
menjadi sebuah masalah yang cukup berat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Melihat dari hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan
mengenai pengaruh dan upaya penuntasan tindak pidana korupsi di Indonesia.

1) Sebuah Negara akan maju dan berkembang apabila didukung dengan pemerintahan
yang adil dan bersih dari unsur-unsur korupsi.
2) Sikap korup para pejabat dan elit politik merupakan penyebab timbulnya masalah
kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
3) Dibutuhkan sebuah sikap yang tegas dan profesional untuk memberantas tindak
pidana korupsi di Indonesia.
 Saran

Seharusnya pemerintah lebih tegas terhadap terpidana korupsi. Undang-undang yang


adapun dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Agar korupsi tidak lagi menjadi budaya
di negara ini
Daftar Pustaka

1. Hamzah jur andi,(2005), pemberantasan korupsi, Jakarta,PT Raja Grafindo Persada.


2. Dikoro wirdjono projo,(2005),tindak pidana tertentu di Indonesia, Jakarta,PT Raja
Grafindo Persada.
3. Komisi Pemberantasan Korupsi (2008), Survei Persepsi Masyarakat Terhadap KPK
dan Korupsi Tahun 2008.
4. www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai