Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI

Disusun Oleh:

1. ISTRIA SULLA (2303030073)


2. ILONA DE JESUS MADEIRA (2303030075)
3. YOHANES PARLAN LEMO SEO (2303030033)
4. PRIMUS ADEO MARTIN (2303030035)
5. IGEL KIUK (2303030039)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWA yang telah memberikan kemudian dan
pengerjaan tugas mata kuliah PAK (Pendidikan Anti Korupsi) yang berjudul strategi
pemberantasan korupsi.
Dalam tugas ini, kami akan membahasa tentang pemberantasan korupsi yang dimulai
dari pembuat konsep, penyusunan strategi dan pelaksanaan upaya pemberantasan korupsi dari
bumi Indonesia. Semoga pembahasan dalam makalah ini berguna bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, guna perbaikan
penulisan atau penyusunan makalah kami yang selanjutnya.
Terima kasih.
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar ............................................................................................................... i
Daftar Isi ..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi .................................................................................................. 2
2.2 Konsep Pemberantasan Korupsi ............................................................................. 2
2.3 Strategi Pemberantasan Korupsi ............................................................................. 3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 8
3.2 Saran ........................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ramai diperbincangkan, baik di media massa
maupun di media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas diilakukan oleh para pejabat
tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan
kesejahteraan rakyat sekarang malah merugikn negara. Hal ini tentu saja sangat
memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang di pimpin oleh para pejabat yang
terbukti melakukan tindak korupsi. Maka dari itu, di sini kami akan membahas tentang
korupsi di Indonesia dan upaya untuk memberantasnya.
Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih
dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat
dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindak pidana ini. Dampak yang di timbukan
dapat menyentuh beberapa bidang kehidupan. Korupsi merukan merupakan masalah
serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat,
membahayakan pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik, serta dapat meruak
nilai-nilai demokrasi dan moralitas, karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi
budaya. Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan
makmur.

1.2. Batasan Masalah


Dalam uraian latar belakang masalah korupsi kami membatasi permasalahan
mengenai:
1. Apa itu korupsi?
2. Bagaimana strategi dalam memberantaskan korupsi?
3. Bagaimana cara memberantaskan korupsi?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memenuhi salah satu tugas
mata kuliah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengetian Korupsi


Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyakkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalagunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak (wikipedia) dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis
besar memenuhi unsur-unur sebagai berikut:
 Perbuatan melawan hukum,
 Penayalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau saran,
 Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi, dan
 Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
 Jenias tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah
 Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
 Penggelapan dalam jabatan,
 Pemerasan dalam jabatan,
 Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggaraan negara), dan
 Menerima grativikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggaraan negara).
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam
prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan memberi pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura
bertindak jujurpun tidak ada sama sekali.
2.2. Konsep Pemberantasan Korupsi
Korupsi dapat terjadi jika ada peluang, keinginan, dan bobroknya sistem
pengawasan dalam waktu yang bersamaan. Korupsi dapat dimulai dari; mana saja,
misalnya suap ditawarkan pada seorang pejabat, atau sebaliknya seorang pejabat,
meminta atau bahkan dengan cara memaksa memberikan uang pelicin. Orang yang
menawarakan suap karena ia menginginkan sesuatu yang bukan haknya dan ia
menyuap pejabat supaya pejabat itu mengabaikan peraturan. Keinginan korupsi dapat
timbul karena kemiskinan.
Karena korupsi menyangkut semua aspek bidang kehiduan masyarakat, sehingga
sangat sulit diberantas. Konsep pemberantasan korupsi harus disesuaikan dengan
konteks, masyarakat atapun organisasi yang dituju. Berikut merupakan contoh yang
berkaitan dengan konsep pemberantasan korupsi berdasarkan konteks:
1) Masyarakat dengan konteks atau kondisi taat pada agama akan memilih
konsep pemberantasan korupsi yang berorientasi pada hukum agama.
Sehingga dalam penyusunan konsep pun akan mengaku pada hukum agama
yang dianut.
2) Suatu organisasi yang memiliki konsep demokratis akan menyusun sebuah
konsep yang menitik beratkan pada nilai-nilai demokratis.
2.3. Strategi Pemberantasan korupsi
Tidak ada cara lain korupsi harus diberantas. Selain merusak sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara, korupsi juga merusak sistem perekonomian.
Imbasnya, apalagi kalau bukan membuat negeri kita yang kaya raya itu masih belum
juga bisa mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan. Segala potensi yang dimiliki
pun seakan tidak berarti. Layanan publik masih buruk, tingkat kesehatan rendah,
pendidikan yang tidak terjamin, tingkat pendapat yang masih memprihatinkan, dan
banyak lagi indikator negara makmur yang belum bisa dicapai. Dengan kata lain,
harapan untuk mewujudkan Indonesia sebagaimana negeri impianpun, bak jauh
panggang dari api. Maka itu, korupsi memang harus dimusnahkan anata lain dengan
cara; represif, perbaikan sistem dan edukasi dan kampanye. Agar berjalan lebih efektif,
ketiganya harus dilakukan.
a. Represif
Melalui strategi represif, KPK menyeret koruptor ke meja hijau,
membacakan tuntunan, serta menghadirkan saksi-saksi dan alat bukti yang
menguatkan. Beberapa tahap yang dilakukan:
1) Penanganan laporan pengaduan masyarakat
Bagi KPK, pengaduan masyarakat merupakan salah satu sumber informasi
yang sangat penting. Hampir sebagian besar kasus korupsi terungkap,
berkat adanya pengaduan masyarakat. Sebelum memutuskan apakah suatu
pengaduan bisa dilanjutkan ketahap penyelidikan, KPK melakukan proses
verifikasi dan penelaahan.
2) Penyelidikan
Kegiatan yang dilakukan KPK dalam rangka menemukan alat bukti yang
cukup. Bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila telah
ditemukan sekurang-kurangnya dua alat bukti. Jika tidak diketemukan bukti
permulaan yang cukup, penyelidik menghentikan penyelidikan. Dalam hal
perkara tersebut diteruskan, KPK melaksanakan penyidikkan sendiri atau
dapat melimpahkan perkara tersebut kepada penyidik kepolisian atau
kejaksaan. Jika penyidikan dilimpahkan kepada kepolisian atau kejaksaan,
kepolisian atau kejaksaan wajib melaksanakan koordinasi dan melaporkan
perkembangan penyidikkan kepada KPK.
3) Penyelidikan
Tahap ini, salah satunya ditandai dengan ditetapkannya seseorang menjadi
tersangka. Atas dasar dugaan yang kuat adanya bukti permulan yang cukup,
penyidik dapat melakukan penyitaan tanda ijin ketua pengadilan negara.
Ketentuan juga membebaskan penyidik KPK untuk terlebih dahulu
memperoleh izin untuk memanggil tersangka atau menahan tersangka yang
berstatus pejabat negara yang oleh undang-undang, tindakan kepolisian
terhadapnya harus memerlukan izin terlebih dahulu.
Untuk kepentingan peyidikan, seorang tersangka wajib memebrikan
keterangan kepada penyidik tentang seluruhharta bendanya dan harta benda
istri atau suami, anak, dan ahrta benda setiap orang atau korporasi yang
diketahui atau diduga mempunyai hubungan dengan korupsi yang
dilakukan oleh tersangka. KPK tidak berwenang mengeluarkan surat
perintah penghentian penyidikan dan penuntutan dalam perkara tindak
pidana korupsi. Artinya sekali KPK menetapkan seseorang menjadi
tersangka, maka proses ahrus berjalan terus hingga ke penuntutan.
4) Penuntutan
Kegiatan penuntutan dilakukan penuntut umum setelah menerima berkas
perkara dari penyidik. Paling lama 14 hari kerja terhitung sejak diterimanya
berkas tersebut, wajib melimpakan berkas perkara tersebut ke pengadilan
negeri. Dalam hal ini, penuntut umum KPK dapat melakukan penahanan
terhadap tersangka selama 20 hari dan dapat diperpanjang lagi dengan izin
pengadilan untuk paling lama 30 hari. Pelimpahan ke pengadilan Tipikor
serta berkas perkara dan surat dakwaan. Dengan di limpahkannya ke
pengadilan, kewenangan penahanan secara yuridis beralih ke hakim yang
menangani.
5) Pelaksanaan Penuntutan Pengadilan (Eksekusi)
Eksekusi yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dilakukan oleh
jaksa. Untuk itu, panitera mengirimkan salinan putusan kepada jaksa.
b. Perbaikan sistem
Tak dimungkiri, banyak sistem di Indonesia yang justru membka celah
terjadinya tindak pidana korupsi. Misalnya, prosedur pelayanan publik menjadi
rumit, sehingga memicu terjanya penyuapan, dan sebagainya. Lainnya tentu
masih banyak. Tidak saja yang berkaitan dengan pelayanan publik, tetapi juga
perizinan, pengadaan barang dan jasa, dan sebagainya. Tentu saja harus dilakukan
perbaikan. Karena sistem yang baik, bisa menimalisasi terjadinya tindak pidana
korupsi misalnya melalui pelayanan publik yang serba online, sistem pengawasan
terintegrasi, dan sebagainya.
c. Edukasi dan kampanye
Salah satu hal penting dalam pemberantasan korupsi, adalah kesamaan
pemahaman mengenai tindak pidana korupsi itu sendiri. Dengan adanya presepsi
yang sama, pemberantasan korupsi bisa dilakukan secara tepat dan terarah.
Sayangnya, tidak semua masyarakat memiliki pemahaman seperti itu. Contoh
paling mudah, adalah pandangan mengenai pemberian “uang terima kasih”
kepada aparat pelayan publik, yang dianggap sebagai hal yang wajar. Contoh lain,
tidak semua orang memiliki kepedulian yang sama terhadap korupsi. Hanya
karena merasa “tidak kenal” si pelaku, atau karena merasa “hanya masyarakat
biasa”, banyak yang menganggap dirinya tidak memiliki kewajiban moral untuk
turut berperan serta.
Itulah sebabnya, edukasi dan kampanye penting dilakukan. Sebagai bagian
dari pencegahan, edukasi dan kampanye memiliki peran strategi dalam
pemberatasan korupsi. Melalui edukasidan kampanye, KPK membangkit
kesadaran masyarakat mengenai dampak korupsi, mengajak masyarakat untuk
terlibat dalam gerakan pemberantasan korupsi, serta membangun perilaku dan
budaya anti korupsi. Tidak hanya bagi mahasiswa dan masyarakat umum, namun
juga anak usia dini, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar. Dengan sasaran yang
luas tersebut KPK berharap, pada saatnya di negeri ini akan dikelola oleh
generasi anti korupsi, pencegahan korupsi harus dilakukan sejak dini agar
terbentuk generasi pelurusan berintegritas tak heran jika KPK sangat serius
melakukan penanaman nilai-nilai anti korupsi sejak dini kepada pelajaran dari
jenjang PAUD/TK hingga SMA. Selain menerbitkan buku dalam permainan,
KPK juga melakukan beragam aktivitas yang di tujukan kepada pelajar. Selain
anak dan pelajar, KPK juga tak lupa melakukan pendidikan anti korupsi yang di
tujukan untuk mahasiswa, PNS, dan perempuan. Alasannya, karena mereka
berperan penting dalam pemberantasan korupsi. Mahasiswa adalah agen
perubahan, perempuan adalah tiang negara dan PNS adalah pelayanan
masyarakat.
1) Pencegahan
Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya bisa
berlangsung dimanapun, di lembaga negara, lembaga privat, hingga di
kehidupan sehari-hari. Melihat kondisi seperti itu, maka pencegahan
menjadi layak didudukkan sebagai strategi perdananya. Melalui strategi
pencegahan, diharapkan muncul langkah berkesinambungan yang
berkontribusi bagi perbaikan ke depan. Strategi ini merupakan jawaban
atas pendekatan yang lebih terfokus pada pendekatan represif.
2) Penegakan Hukum
Masih banyak kasus korupsi yang belum tuntas, padhal animo dan ekspetasi
masyarakat sudah tersedot sedemikian rupa hingga menanti-nanti adanya
penyelesaian secara adil dan transparan. Penegekkan hukum yang
inkonsisten terhadap hukum positif dan transparan, pada akhirnya,
berpengaruh pada tingkat kepercayaan masyarakt terhadap hukum dan
aparatnya. Dalam tingkat kepercayaan yang lemah, masyarakat tergiring ke
arah opini bahwa hukum tidak lagi di percaya sebagai wadah penyelesaian
konflik. Masyarakat cenderung menyelesaikan konflik dan permasalahan
mereka melalui caranya snediri yang celakanya acap berseberangan dengan
hukum.
3) Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan
Meratifikasi UNCAC, adalah bukti konsistensi dari komitmen
Pemerintahan Indonesia untuk mempercepat pemberantasan korupsi.
Sebagai konsekuensinya, klausul-klausul di dalam UNCAC harus dapat
diterapkan dalam mengikat sebagai ketentuan hukum di Indonesia.
Beberapa klausul ada yang merupakan hal baru, sehingga perlu
diatur/diakomodasi lebih lanjut dalam regulasi terkait pemebrantasan
korupsi selain juga merevisi ketentuan di dalam regulasi yang masih
tumpang-tindih menjadi prioritas dalam strategi ini. Tingkat keberhasilan
strategi ini diukur berdasarkan persentase kesesuaian regulasi anti korupsi
Indonesia dengan klausul UNCAC. Semakin mendekati seratus persen,
maka peraturan peundang-undangan terkait pencegahan dan pemberantasan
korupsi di Indonesia semakin lengkap dan sesuai dengan common practice
yang terdapat pada negara-negara lain.
4) Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor
Brkenaan dengan upaya pengembalian aset hasil tipikor, baik di dalam
maupun luar neger, perlu diwujudkan suatu mekanisme pencegahan dan
pengembalian aset secara langsung sebagaiman ketentuan UNCAC.
Peraturan perundang-undangan Indonesia belum mengatur pelaksanaan dari
putusan penyitaan (perampasan) dari negara lain, lebih-lebih terhadap
perampasan aset yang dilakukan tanpa adanya putusan pengadilan dari
suatu kasus korupsi.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Korupsi ialah perilaku yang buruk yang tidak legal dan tidak wajar untuk
mengambil keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur
“penyelewengan” atau dishonest (ketidak jujuran). Korupsi dinilai dari sudut manapun
ia tetap suatu pelanggaran. Korupsi mengakibatkan kurangnya pendapatan negara dan
kurangnya kampanye. Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia yaitu selalu
muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namum sebenarnya banyak
diantara mereka yang tidak mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan
kepentingan pribadinya dengan dalih “kepentingan rakyat”.
Oleh karenanya, di setiap negara harus memiliki strategi dan berupaya menindak
dan mencegah tindakan korupsi dengan kebijakan pemerintah masing-masing. Seperti
di Indonesia yang memberikan hukum pidana kepada pelaku korupsi dan di tangani
oleh lembaga-lembaga seperti BPK, KPK, dan lain-lain. Yang paling penting agar tidak
terjadi korupsi adalah di setiap diri harus memiliki nilai-nilai kejujuran dan rasa takut
akan hal-hal yabg haram.
3.2. Saran
Tindak pidana korupsi sangat merugikan bangsa dan negara, terutama bagi negara
yang masih berkembang. Karena hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan negara. Sebagai insan bermoral dan berpendidikan, marilah jauhi segala
tindakan yang menjurus pada tindak pidana korupsi demi kemajuan bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA

Tim penulis buku pendidikan anti korupsi. (2021) Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan
Tinggi. JAKARTA: kementrian pendidikan dan kebudayaan RI Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 Tentang “Strategi
Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang (2012-2025) Dan
Jangka Menengah (2012-2014)”
KPK. (2014). Panduan Modul Pencegahan korupsi berbasis keluarga. Jakarta:Direktorat
Pendidikan dan Pelayanan masyarakat kedeputian Bidang Pencegahan komisi
pemberantasan Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai