Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

NILAI-NILAI ANTI KORIPSI UNTUK MENGATASI FAKTOR


INTERNAL PENYEBAB TERJADINYA KORUPSI
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Anti Korupsi
Dosen Pengampu : Dr. Wiwik Widiyati, M. Pd. I

OLEH
KELOMPOK 3

Kelas / Semester : Ambon (Pagi) / IV (Empat)

Briyan Fernando Nahakleky


Ayu F. Fanath
Cindy Fentelin Lekransi
Desi Yamin
La Sumitron
Jenabun Angkotasan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
AMBON
2020

1|Page
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur  penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul Nilai-nilai dan Prinsip Anti Korupsi. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas
Anti Korupsi, Program Studi Keperawatan.

Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai layanan
internet dan buku cetak. Oleh karena itu, Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi untuk saya maupun untuk semuanya.

Weet, 13 Mei 2020

                                                                                                 Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

Lembar Sampul.............................................................................................................................01

Kata Pengantar..............................................................................................................................02

Daftar Isi........................................................................................................................................03

BAB I. Pendahuluan.....................................................................................................................04
A. Latar Belakang.............................................................................................................04
B. Rumusan Masalah........................................................................................................04
C. Tujuan...........................................................................................................................05
D. Manfaat.........................................................................................................................05

BAB II. Pembahasan.....................................................................................................................06


A. Nilai-nilai Anti Korupsi................................................................................................06
B. Prinsip-prinsip Anti Korupsi.......................................................................................13
C. Faktor-faktor penyebab Korupsi................................................................................17

BAB III. Penutup...........................................................................................................................21


A. Kesimpulan....................................................................................................................21
B. Saran..............................................................................................................................21

Daftar Pustaka...............................................................................................................................22

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi atau Rasuah (bahasa latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, mennggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat
publik, baik pelitis maupun pegawai nergeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu
yang secara tidak wajar dan tidak legal mennyalahgunakan kepercayaan publik yang
dikuasakan mkepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Korupsi yang terjadi Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk
luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem
perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan
tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi yang
telah dilakukan selama ini belum menunjukan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai
tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang
bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa.
Hari-hari ini kita menyaksikan berita tentang tindakan pidana korupsi dan perilaku
koruptif dimana-mana. Terjadi di hampirsemua daerah di tanah air, dari semua level. Dan di
semua segi kehidupan dengan beragam jenis, modus, dan kompleksitas. Perilaku koruptif
telah merasuki semua elemen bangsa. Padahal kita semua tahu bahwa korupsi adalah perilaku
yang tidak bermoral.
Penyebab korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau individu, sedangkan faktor
eksternal berasal dari lingkungan atau sistem. Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat
dilakukan dengan menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab
korupsi tersebut.
Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknyya nilai-nilai anti korupsi tertanam
dalm diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain meliputi kejujuran,
kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan.
Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor
eksternal agar korupsi tidak terjadi. Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, selain
memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-
prinsip anti korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol
kebijakan dalam suatu organisasi/institusi/masyarakat.
Muara dari persoalan korupsi adalah hilangnya nilai-nillai anti korupsi (jujur, peduli,
mandiri, disiplin, mandiri, kerja keras, sederhana, berani, adil) dari dalam diri individu.
Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang oleh
karena tu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberannasnya. Upaya pemberantasan
korupsi yang terdiri darri dua bagian besar, yaitu penindakan dan pencegahan. Tidak akan
pernah bberhasil optimal jika hannya dilakkukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran
serta masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja nilai-nilai anti korupsi...?
2. Apa saja prinsip-prinsip antti korupsi...?
3. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi...?
4. Bagaimana upaya kita mengatasi korupsi...?

4|Page
C. Tujuann
1. Untuk mengetahui nilai-nilai dari anti korupsi
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip anti korupsi
3. Untuk menngetahui faktor penyebabb terjadinya korupsi
4. Uuntuk mengetahui upaya-upaya mengatasi terjadinya korupsi

D. Manfaat
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar mengetahui nilai serta prinsip dari anti
korupsi dan juga faktor penyebab terjadinya korupsi dan dapat mengatasi korupsi. Penulisan
makalah ini juga berfungsi untuk membantu pembaca dalam melihat kondisi awal atau tada-
tanda terjadinya korupsi..

BAB II

5|Page
PEMBAHASAN

A. Nilai-nilai Anti Korupsi


1. Jujur
Jujur didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong dan tidak curang. jujur adalah
salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan mahasiswa, tanpa sifat jujur
mahasiswa tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono,2008).
Kujujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan
integritas dari seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi pribadi
yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak
berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kejujuran juga akan terbawa dalam
bekerja sehingga akan membentangi diri terhadap godaan untuk berbuat curang atau
berbohong.
Prinsip kejujuran harus dapat dipegang teguh oleh setiap mahasiswa sejak awal
untuk memupuk dan membentuk karakter sedini mungkin dalam setiap pribadi
mahasiswa.
Nilai kejujuran juga dapat diwujudkan dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan.
misalnya, membuat laporan keuangan dalam kegiatan organisasi/kepanitiaan dengan
jujur.
Permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi fenomena dikalangan mahasiswa
yaitu, budaya ketidakjujuran mahasiswa. Fakta menunjukan bahwa, budaya ketidakjujuran
pada waktu menjadi mahasiswa indikatornya sederhana, terdapat beberapa contoh budaya
ketidakjujuran mahasiswa, misalnya mencontek, plagiarism (penjiplakan karya tulis), titip
absen.
Pertama, budaya ketidakjujuran mahasiswa adalah perilaku mencontek, maka
teman yang dicontek tentunya telah ’terampas’ keadilan dan kemampuannya. Ketika
mahasiswa yang dicontek belajar siang malam, tetapi pencontek yang suka hura-hura
dengan gampangnya mencuri hasil kerja keras temannya. Mencontek akan menghilangkan
rasa percaya diri mahasiswa. Bila kebiasaan tersebut berlanjut maka percaya diri akan
kemampuan diri menjadi luntur, sehingga semangat belajar jadi hilang, mahasiswa akan
terkungkung oleh pendapatnya sendiri, yang merasuki alam pikirannya bahwa untuk pintar
tidak harus belajar, tetapi mencontek.
Kedua, perilaku ketidakjujuran mahasiswa adalah fenomena plagiarisme
(penjiplakan karya tulis) yang selalu menjadi momok bagi pendidikan di Indonesia.
Terungkapnya kasus plagiarisme dibeberapa perguruan tinggi, menjadi tolak ukur bagi
kualitas pendidikan. Tindakan copy paste saakan menjadi ritual wajib dalam memenuhi
tugas dari dosen. Banyak mahasiswa bahkan peneliti yang ditengarai melakukan plagiat.
Ketiga, perilaku ketidakjujuran mahasiswa adalah titip absensi, absensi yang
ditanda tangani mahasiswa sering disalah gunakan. Tandatangan fiktif pun mewarnai
absensi, padahal dalam satu pertemuan adakalanya jumlah kehadiran mahasiswa tidak
sebanding dengan tandatangan yang hadir terlihat tidak banyak tapi tandatangan di absensi
penuh dan mahasiswa hadir semua.
Perilaku mencontek, plagiarisme, dan titip absen merupakan manifestasi
ketidakjujuran yang pada akhirnya memunculkan perilaku korupsi. Kejujuran merupakan
barang langka di Indonesia. Banyak orang pintar yang lulus perguruan tinggi,tetapi sangat
langka orang pintar yang jujur, sehingga berakibat sulitnya mengukur kadar kesuksesan

6|Page
proses belajar-mengajar. Proses ketidakjujuran tersebut merupakan suatu hal yang
mengkhawatirkan dan perlu perhatian serius, sebab bagaimana mungkin institusi
pendididkan justru menjadi sarang korupsi, ini jelas berbanding terbalik dengan hakekat
pendidikan yang benar, yakni ingin menciptakan manuasia yang berilu dan bermoral, dan
apabila budaya ketidakjujur mahasiswa seperti mencontek, plagiarism, titip absen,dll tidak
segera diberantas, maka perguraan tinggi akan menjadi bagian dari ‘pembibitan’ moral
yang dekstruktif di Indonesia.
2. Disiplin
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan (Sugono,2008). Disiplin
adalah kunci keberhasilan semua orang, ketekunan, dan konsisten untuk terus
mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan
dirinya dalam menjalani tugasnya. Kapatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran
menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat
terhadap nilai kedisiplan tidak akan terjerumus kedalam kamalasan yang mendambakan
kekayaan dengan cara mudah. Nilai kedisiplinan pada mahasiswa dapat diwujudkan
antara lain dalam bentuk mengatur dan mengelolah waktu untuk menyelesaikan tugas
baik dalam lingkup akademik maupun sosial kampus. Kepatuhan pada seluruh peraturan
dan ketentuan yang berlaku di kampus, mengerjakan sesuatunya tepat waktu, dan fokus
pada perkuliahan.
Manfaat dari hidup yang disiplin adalah mahasiswa dapat mencapai tujuan
hidupnya dengan waktu yang efisien. Disiplin juga membuat orang lain percaya.
Misalnya orang tua akan lebih percaya pada anaknya yang hidup disiplin untuk belajar
dikota lain dibandingkan dengan anak yang tidak disiplin. Selain disiplin dalam belajar
perlu dimiliki oleh mahasiswa agar diperoleh hasil belajar yang maksimal.
Tidak jarang dijumpai perilaku dan kebiasaan peserta didik menghambat dan tidak
menunjang proses pembelajaran. Misalnya sering kita jumpai mahasiswa yang malas,
sering tidak hadir, motivasi yang kurang dalam belajar, tidak mengerjakan tugas,
melanggar tata tertib kampus, terlambat masuk kuliah, tidak melaksanakan jadwal piket
atau dines sesuai jadwal yang ditetapkan, membuat gaduh dikelas atau kampus, tidak
duduk dengan rapih, menggangu orang lain, tidak mengumpulkan tugas tepat waktu,
berbicara sendiri atau diskusi dengan teman ketika dosen menjelaskan, tidak mengisi jam
kosong pembelajaran dengan hal-hal positif,dll. Atas hal tersebut, punishment yang tegas
harus diberikan tanpa toleransi apapun, misalnya, mahasiswa tidak diizinkan masuk kelas
apabila datang terlambat, nama mahasiswa tidak tercantum apabila tidak mengerjakan
tugas individu dengan tepat waktu. Hal tersebut merupakan pembelajaran yang sederhana
namun akan berdampak luar biasa kedepannya, seperti kata pepatah sediki demi sedikit
lama-lama menjadi bukit, begitu pula apabila kebiasaan buruk dibiarkan maka kejahatan
yang lebih besar dapat dilakukan.
Saat ini kenakalan mahasiswa cenderung mengarah kepada tindakkan kriminalitas
atau tindakkan melawan hukum. Kenakalan mahasiswa dapat dikatakan dalam batas
kewajaran apabila dilakukan dalam rangka mencari identitas atau jati diri dan tidak
merugikan orang lain. Peranan dosen dalam menanamkan nilai disiplin yaitu yang
menjadi teladan, sabar dan penuh pengertian. Dosen diharuskan mempu mendisiplinkan
mahasiswa dengan kasih sayang, khususnya disiplin diri (self discipline). Dalam usaha
tersebut dosen perlu :
1) Membantu mahasiswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, misalnya: waktu
belajar dirumah, lama mahasiswa harus membaca atau mengerjakan tugas.

7|Page
2) Menerapkan peraturan akademik sebagai alat dan cara menegakan disiplin, misalnya,
menerapkan rewerd and punishment secara adil, sesegera mungkin dan transparan
(Siswandi,2009).
Manfaat disiplin mahasiswa diantaranya hidup teratur, dapat mangatur waktu, dan
pekerjaan selesai tepat waktu
3. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya atau kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut , dipersalahkan dan diperkarakan (Sugono,2008). Pribadi
yang utuh mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa kaadaan dirinya dimuka
bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala
tindak tunduk dan kegiatan yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, Masyarakat, Negara dan Bangsanya. Dengan kesadaran
seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab akan meiliki kecenderungan
menyelesaikan tugas lebih baik dibanding mahasiswa yang tidak memiliki rasa tanggung
jawab. Seseorang yang dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apapun itu dengan
baik akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
Penerapan nilai tanggung jawab pada mahasiswa dapat diwujudkan dalam bentuk:
1) Mempunyai prinsip dan memikirkan kemana arah masa depan yang akan dituju.
2) Mempuyai attitude atau sikap yang menonjolakan generasi penerus tenaga kesehatan
yang berguna di kemudian hari dalam mengebangkan profesinya.
3) Selalu belajar untuk menjadi generasi muda yang berguna, tidak hanya dengan belajar
tetapi mempunyai sikap dan keperibadian baik.
4) Mengikuti semua kegiatan yang telah dijadwalkan oleh kapus yaitu ikut praktikum
laboratorium di kampus; praktik klinik di rumah sakit, puskesmas dan komunitas;
ujian dan mengerjakan semua tugas in atau out.
5) Menyelesaikan tugas pembelajaran dan praktik secara individu dan kelompok yang
diberikan oleh dosen dengan baik dan tepat waktu.
4. Adil
Adil adalah sama berat, tidak berat sebalah, tidak memihak. Keadialn adalah
penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai apa yang menjadi haknya, yakni
dengan bertindak proporsional dan tidak melanggar hukum. Pribadi dengan karakter yang
baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak
akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang dia upayakan. Jika ia seorang
pemimpin, ia akan memberiakan kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai
dengan kinerjanya, ia juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakuran bagi masyarakat
dan bangsanya.
Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa perkuliahannya
agar mahasiswa dapat mempertimbangakan dan mengambil keputusan secara adil dan
benar.
Nilai keadilan dapat dikembangakan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari,
baik didalam kampus maupun diluar kampus. Hal ini antara lain dapat diwujudkan dalam
bentuk:
1) Menimbang atau menakar segala sesuatu secara objektif dan seimbang ketika menilai
teman atau orang lain dapet diwujudkan dalam bentuk selalu memberikan pujian tulus
kepada kawan yang berprestasi, memilih kawan tidak berdasarkan latar belakang
sosial.

8|Page
2) Ketika ada teman berselisih, dapat bertindak bijaksana dan memberikan solusi serta
tidak memojokan salah satu pihak, memihak yang benar secara proporsional.
3) Tidak mengurangi dosis atau takaran obat yang diberiksn kepada klien.
4) Adil terhadap dirinya sendiri, seperti belajar maksimal sebagai sebuah keadilan
terhadap potensi dan bakat yang di berikan oleh Allah SWT.
5) Adil terhadap diri sendiri juga dapat diterapkan dengan cara hidup seimbang. Belajar
dan berkerja, berolahraga, beristirahat atau menunaikan hak tubuh lainnya seperti
makan atau minum dengan seimbang dan sesuai dengan kebutuhan.
6) Memberikan pelayanan perawatan yang sama kepada semua klian (tidak
membedakan status sosial, agama, ras/suku, bangsa, dll).
5. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran, berani mengaku kesalahan, berani bertanggungjawab, dan berani
menolak kebatilan. Ia tidak akan menoleransi adanya penyimpangan dan berani
menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri sendiri dalam kebenaran
walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang
menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak takut tidak
memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.
Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan, serta keberanian akan
semakin matang jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika
pengetahuannya juga kuat.
Untuk mengembangkan sikap keberanian demi mempertahankan pendirian dan
keyakinan mahasiswa, mahasiswa harus mempertimbangkan denagn sebaik-baiknya.
Pengetahuan yang mendalam menimbulkan perasaan pecaya diri sendiri. Jika mahasiswa
menguasai masalah yang dia hadapi, diapun akan menguasai diri sendiri. Dimanapun dan
dalam kondisi apapun sering kali harus diambil keputusan yang cepat dan harus
dilaksanakan dengan cepat pula.
Nilai keberanian dapat dikembangkan oleh mahasiswa dengan kehidupan
dikampus. Antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk:
1) Bertanya kepada dosen jika tidak mengerti
2) Berani mengemukakan pendapat secara bertanggungjawab ketikak berdiskusi atau
berani maju ke depan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
3) Melaporkan temannya yang membuat tugat atau makalah dengan cara copy paste dari
sumber lain tanpa memperhatikan kaidah penulisan ilmiah atau meyadur dari makalah
yang sudah jadi ( yang dibuat sendiri maupun orang lain).
4) Melaporkan teman yang berbuat curang ketika ujian seperti mencontek, membuat
ringkasan untuk mencontek, atau diskusi pada saat ujian.
5) Melaporkan jika dirinya sendiri atau teman mengalami intimidasi atau kekerasan dari
teman atau orang lain.
6) Mengakui kesalahan yang dilakukan dan bertanggungjawab untuk memperbaiki
kesalahan serta berjanji tidak mengulangi kesalahan yang sama.
7) Mengajukan saran/usul perbaikan proses balajar mengajar dengan cara santun.
8) Menulis artikel, pendapat, opini di majalah dinding, jurnal, atau publikasi ilmiah
lainnya,
9) Berani mengatakan tidak pada ajakan dan paksaaan tawuran mahasiswa serta
perbuatan tercela.

9|Page
Pengetahuan yang mendalam diperlukan untuk menerapkan nilai keberanian yang
membuat mahasiswa menjadi menguasai masalah yang dihadapi.
6. Peduli
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan (Sugono,2008).
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang.
Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya
dimana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita dan membutuhkan
uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri
sendiri dengan cara yang tidak benar, tetapi ia berupaya untuk menyisihkan sebagian
penghasilannya untuk membantu sesama.
Nilai kepedulian mahasiswa harus mulai ditimbulkan sejak berada di kampus. Oleh
karena itu, upaya untuk mengembangkan sikap peduli dikalangan mahasiswa sebagai
subjek didik sangat penting. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan:
1) Berusaha ikut memantau jalanya proses pembelajaran, memantau sistem
pengelolaan sumber daya di kampus.
2) Memantau kondisi infrastruktur lingkungan kampus.
3) Jika ada teman atau orang lain yang tertimpa musibah, mahasiswa dengan suka rela
dengan mengumpulkan bantuan dana dan barang, atau mungkin memantau dengan
tenaga langsung sesuai kebutuhn yang terkena musibah.
4) Terlibat aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan BEM, HIMA.
5) Tidak merokok, karena asap rokok yang ditimbulkan dapat merugikan diri sendiri
dan orang lain.
6) Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol atau NAPZA karena bisa menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan seperti menimbulkan perilaku adiktif, pertengkaran,
pelecehan, dan mengganggu keamanan serta ketertiban kampus.
7) Membuang sampah pada tempat, jika melihat sampah berserakan sebaiknya
mahasiswa memungutnya agar tercipta lingkungan kampus yang bersih.
8) Menghargai dan menghormati teman, dosen, dan karyawan.
9) Bersikap ramah tamah, peduli, dan suka menolong terhadap masyarakat sekitar.
Nilai kepedian juga dapat diwujudkan dalam bentuk mengindahkan seluruh
peraturan dan ketentuan yang berlaku di dalam kampus dan di luar kampus.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memberikan kesempatan bagi mahasiswa
untuk mengalang dana guna memberikan bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa yang
membutuhkan. Ini penting dilakukan baik oleh mahasiswa maupun dosen agar
memberikan dampak positif bagi tertanamnya nilai kepedulian. Pengembangan dari
tindakan ini juga dapat diterapkan dengan mengadakan kelas-kelas kecil yang
memungkinkan untuk memberikan perhatian dan eksistensi intensif. Dengan adanya
kelas-kelas ini, maka bukan hanya hubungan antara mahasiswa dengan dosen tapi
berhubungan antara mahasiswa dengan banyak mahasiswa yang saling interaktif dan
positif juga dapat terjalin dengan baik dan di situ mahasiswa dapat memberikan
pembelajaran, perhatian, dan perbaikan terus menerus.
7. Kerja Keras
Bekerja keras dapat didasari dengan adanya kemauan. Kemauan menimbulkan
asosiasi dengan keteladanan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian, pengendalian
diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, dan pantang mundur.
Perbedaan nyata akan jelas telihat antara seseorang yang mempunyai etos kerja
dengan tidak memilikinya. Individu beretos kerja upaya meningkatkan kualitas hasil

10 | P a g e
kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan
daya fikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-
baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai
dengan target. Kerja keras dapat diwujudkan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya : dalam melakukan sesuatu menghargai proses bukan hasil semata, tidak
melakukan jalan pintas, belajar dan mengerjakan tugas-tugas akademik dengan sungguh-
sungguh. Akan tetapi, bekerja keras akan tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan.
Di dalam kampus para mahasiswa diperlengkapi dalam berbagai ilmu pengetahuan. Di
situlah para dosen memiliki peran penting agar setiap usaha kerja keras mahasiswa dan
juga arahan-arahan kepada mahasiswa tidak menjadi sia-sia.
Contoh peranan nilai kerja keras pada mahasiswa dapat diwujudkan dalam bentuk :
1) Belajar dengan sungguh-sungguh untuk meraih cita-cita.
2) Memanfaatkan waktu luang untuk belajar.
3) Bersikap aktif dalam belajar, misalnya bertanya kepada dosen tentang materi yang
belum dipahami.
4) Tidak mudah putus asa dalam mengerjakan tugas yang diberikan dosen.
5) Tidak tergantung kepada orang lain didalam mengerjakan tugas-tugas kampus.
6) Rajin megikuti kegiatan ekstra kulikuler untuk meningkatkan prestasi diri.
7) Tidak membuang waktu untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna.
8. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya
dan berupaya memenuhi kebutuhan yang semestinya tanpa berlebih-lebihan. Dengan gaya
hidup yang sederhana, seseorang dibiasakan untuk tidak hidup boros yang tidak sesuai
kemampuannya. Selain itu seseorang yang bergaya hidup sederhana juga akan
memperioritaskan kebutuhan diatas keinginannya dan tidak tergoda untuk hidup dengan
gemilang kemewahan. Ilmu pengetahuan adalah kekayaan utama yang menjadi modal
kehidupannya. Ia menyadari bahwa mengajar harta tidak akan ada habisnya karena nafsu
keserakahan akan selalu menimbulkan keinginan untuk mencari harta sebanyak-
banyaknya.
Mahasiswa dapat menerapkan nilai kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari,
baik dikampus maupun diluar kampus, misalnya : dengan hidup sesuai kebutuhan, tidak
suka pamer kekayaan, dan sebagainya. Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang
penting dalam interaksi dengan masyarakat disekitarnya. Dengan gaya hidup sederhana,
mahasiswa dibiasakan untuk tidak boros, hidup sesuai kemampuannya dan dapat
memenuhi semua kemampuannya. kerap kali kebutuhan diidentikan dengan keinginan
semata, padahal tidak selalu kebutuhan sesuai dengan keinginan dan sebaliknya .
Dengan penerapan prinsip hidup sederhana, mahasiswa di bina untuk
memprioritaskan kebutuhan di atas keinginannya. Prinsip hidup sederhana ini merupakan
parameter penting dalam menjalin hubungan antara sesama mahasiswa karena prinsip ini
akan mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak, egois, dan sikap-
sikap negatif lainnya. Prinsip hidup sederhana juga menghindarkan seseorang dari
keinginan yang berlebihan.
Contoh penerapan nilai kesederhanan pada mahasiswa dapat di wujudkan dalam
bentuk :
1) Renda hati. Tidak membeda-bedakan golongan, status sosial atau pun berbagai
bentuk atribut lainya. orang yang rendah hati menyadari bahwa betapa pun besarnya

11 | P a g e
dia, masih terdapat kekurangan, sehingga Ia mau mengakui kelebihan orang lain, jauh
dari sifat gila hormat, ambisi pangkat atau jabatan serta sifat-sifat rendah lainnya .
2) Berpakaian yang sopan dan sesuai aturan yang di tetapkan.
3) Merasa cukup dengan apa yang ada, bukan lantaran pasrah, melainkan telah berusaha
menyempurkana usaha.
4) Tidak sombong atau menonjolkan diri dalam pergaulan (dalam arti negatif), sekalipun
ia mempunyai kelebihan atau kemampuan.
5) Menyelaraskan antara kebutuhan atau keinginan dengan kemampuan secara realitas
dan proporsional.
6) Bersabar serta berprasangka baik. Kejengkelan atau prasangka buruk tidak akan
mengubah keadaan atau menyelesaikan masalah, bahkan menambah masalah.
7) Selalu bersyukur dengan apa yang ia miliki, tetapi ia lakukan.
8) Tidak sombong ketika dipuji, dan tidak rendah diri ketika dikritik atau di berikan
saran oleh orang lain
9. Mandiri
Di dalam beberapa buku, di jelaskan bahwa mandiri berarti dapat berdiri di atas kaki
sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.
kemandirian di anggap sebagai suatu hal yang penting dan harus dimiliki oleh seorang
lain. Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang tidak akan mampu
memimpin orang lain. Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
untuk menjadi tidak tergantung terlalu banyak pada orang lain . mentalitas kemandirian
membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang untuk menjadi tidak tergantung
terlalu banyak kepada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang dapat
mengoptimalkan daya fikiran guna bekerja secara efektif. Jejaring sosial yang dimiliki
pribadi yang mandiri di manfaatkan untuk menunjang pekerjaannya tetapi tidak untuk
mengalihkan tugasnya. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan
pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri
yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk dapat mengerjakan tugas dan
tanggungjawabnya. Hal ini penting untuk masa depannya dimana mahasiswa tersebut
harus mengatur kehidupannya dan orang-orang yang berada di bawah tanggungjawab nya
sebab tidak mungkin orang yang tidak dapat mengatur dirinya sendiri akan mampu
mengatur hidup orang lain. Dengan karakter Kemandirian tersebut mahasiswa di tuntut
untuk mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan bukan orang lain
(Supardi, 2004).
Ciri mahasiswa mandiri adalah mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk
mandiri dan bertanggungjawab ditenga harus besar tuntutan kebebasan : seperti mengutip
ungkapan dari mendikbud Muhammad Nuh bahwa yang bisa membedakan siswa dan
mahasiswa adalah kedewasaan. Mahasiswa harus memegang 2 hal substansial, yakni
tanggung jawab dan kemandirian.
Menjadi mahasisiswa mandiri dan dewasa menjadi kedewasaan yang matang serta
dibutuhkan analictical cases yang dalam. Orang yang sudah dewasa memiliki banyak
kelebihan daripada seorang yang jati dirinya masih labil. Seseorang yang dewasa
biasanya memiliki sikap 3R (Realible, Responsible, dan Reason nable). Realible artinya
dapat diandalkan, responsible yaitu orang yang selalu bertanggung jawab apa yang
diaperbuat serta siap menanggung resiko apapun yang dihadapi, dan freasonable artinya
berasal dari setiap hal apaun yang dilakukannya harus dilandasi dengan dasar pemikiran

12 | P a g e
dan tujuan yang jelas. Selain memiliki sikap 3R, mahasiswa mandiri dan dewasa juga
harus memilik sifat-sifat seperti:
1) Sense of Reality and emotional stability
2) Mampu menghadapi tantangan dengan baik ,meskipun gagal tetap tidak pernah
menyerah dan menganggap semua rintangan sebagai sebuah tantangan yang harus di
tempuh sebagai sebuah proses dalam mencapai kesuksesan.
3) Mampu bersyukur dimasa-masa sulit, biasanya orang yang masih labil ,akan sulit
bersyukur dimasa-masa sulit yang ada masalah memberontak dan tidak mampu
mensyukuri apa yang mereka miliki
4) Dapat menentukan keputusan dan berpikir pijak dalam keadaan terdesak
5) Dapat mengontrol amarah saat ada sesuatu yang menyakitkan hati serta memiliki
toleransi dan optimis tinggi
6) Berpikir seribu kali sebelum melakukan satu kegiatan serta tidak gegabah dan selalu
berpikir matang sebelum bertindak
7) Memiliki solidaritas yang tinggi terhadap teman-teman dan orang yang membutuhkan
.
Penerapan nilai tanggung jawab pada mahasiswa dapat di wujudkan dalam bentuk :
1) Mau belajar dengan kesadaran sendiri sesuai dengan jadwal yang ia tetapkan sendiri.
2) Dengan kemauan sendiri berlatih suatu keterampilan tertentu seperti perasat personal
Higiene, pasang infus, dll.
3) Tidak terlalu banyak bergantung kepada bantuan orang lain.
Nilai kemandirian dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk mengerjakan soal
ujian secara mandiri, mengerjakan tugas-tugas akademik secara mandiri.

B. Prinsip-prinsip Anti Korupsi


Prinsip-prinsip anti korupsi merupakan langkah-langkah antisipasi yangharus dilakukan
agar laju pergerakan korupsi dapat dibendung bahkan diberantas. Prinsip-prinsip anti korupsi
pada dasarnya terkait dengan semua aspek kegiatan publik yang menuntut adanya integritas,
objektivitas, kejujuran, keterbukaan, tanggung gugat dan meletakkan kepentingan publik
diatas kepentingan individu.
Dalam konteks korupsi ada beberapa prinsip yang harus digerakkan untuk mencegah
faktor eksternal penyebab terjadinya korupsi, yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran
(fairness), dan adanya kebijakan atau aturan main yang dapat membatasi ruang gerak
korupsiserta kontrol terhadap kebijakan tersebut.
1. Akuntabilitas
Akuntabiltas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Prinsip
akuntabilitas merupakan pilar penting dalam rangka mencegah terjadinya korupsi. Prinsip
ini pada dasarnya dimaksudkan agar kebijakan dan langkah-langkah atau kinerja yang
dijalankan sebuah lembaga dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, prinsip
akuntabilitas membutuhkan perangkat-perangkat pendukung, baik berupa perundangan-
undangan (de jure) maupun dalam bentuk komitmen dan dukungan masyarakat (de facto),
baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level lembaga
(Bappenas, 2002).
Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk
mengawasi dan mengarahkan prilaku administrasi dengan cara membri kewajiban untuk
dapat memberikan jawaban untuk dapat memberikan kewajiban untuk dapat meberikan

13 | P a g e
jawaban (answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal (Dubnik,2005). Akuntabilitas
Publik dalam arti yang paling fundamental merujuk kepada kemempuan menjawab
kepada seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan (Pierre,2007). Seseorang yag
diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan
pengawasan dan mengharapkan kinerja (Prasojo,2005).
Akuntabilitas public memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain
adalah akuntabilitas program, proses, keuangan, outcome, hokum, dan politik (Puslitbang,
2001).
Untuk mewujudkan prinsip-prinsip akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,
maka dalam pelaksanaannyaa harus dapat dipertanggungjawabkan melalui:
1) Mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang
dilakukan
Pelaporan dan pertangjawaban tidak hanya diajukan kepada penanggung jawab
kegiatan pada lembaga yang bersangkutan dan Diraktorat Jenderal Anggaran
Kementrian Keuangan, melainkan kepada semua pihak khususnya kepada lembaga-
lembaga kontrol seperti DPR yang membidanginya serta kepada masyarakat.
Demekian juga dengan forum-forum untuk penentuaan anggaran dana
pembangunan mudah diakses oleh masyarakat, jika forum-forum penganggaraan
biaya pembangunan itu rumit atau terkesan rahasia maka akan menjadi sasaran
koruptor untuk memainkan peran jahatnya dengan maksimal.
2) Evaluasi
Evaluasi terhadap kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan
manfaat yang diberikan oleh setiap kegiatan kepada masyarakat, baik manfaat
langsung maupun manfaat jangka panjang setelah beberapa tahun kegiatan itu
dilaksanakan. Sektor evaluasi merupakan sektor yang wajib diakuntabilitas demi
menjaga kredibilitas keuangan yang telah dianggarkan. Ketiadaan evaluasi yang
serius akan mengakibatkan tradisi penganggaran keuangan yang buruk.
2. Transparansi
Tranparansi merupakan prinsip yang mengharuskan semua proses kebijakan
dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh
publik (Prasojo, 2007)
Transpalasi menjadi pintu masuk, sekaligus sebagai kontrol bagi seluruh proses
dinamika stuktural kelembagaan, dalam bentuk yang paling sederhana, kererikatan
interaksi antar dua individu atau lebih mengharuskan adanya transpalasi mangacu pada
keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan karena
kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sanagat
berharga bagi mahasiswa untuk dapat melanjutkan tanggungjawabnya pada masa kini dan
masa mendatang ( Kurniawan,2010).
Dalam prosesnya, terdapat lima proses dalam transparansi, yaitu penggaran,
penyusunan kegiatan, pembahsan, pengawasan, dan evaluasi.
1) Proses penganggaran
Proses penggaran bersifat dari bawah ke atas (bottom up), mulai dari perencanaan,
implementasi, laporan pertanggungjawaban, dan penilain (evaluasi) terhadap kinerja
anggaran. Hal ini dilakukan untuk memudahkan kontrol pengelolaan anggaran oleh
masyarakat.
2) Proses penyusunan kegiatan

14 | P a g e
Proses penyusunan kegiatan terkait dengan proses pembahasan tentang tentang
sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran
belanja) pada semua tingkatan
3) Proses pembahasan
Proses pembahasan adalah pembahasan tentang pembuatan rancangan peraturan yang
berkaitan dengan strategi penggalangan dana kegiatan dalam penetapan retribusi,
pajak, serta aturan lain yang terkait dengan penganggaran pemerintah.
4) Proses pengawasan
Proses pengawasan tentang tata cara dan mekanisme pengelolaan kegiatan dimulai
dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial, dan
pertanggungjawaban secara teknis.proses pengawasan dilakukan dalam pelaksanaan
program dan kegiatan yang terkait dengan kepentingan publik atau pemenuhan
kebutuhan masyarakat, khususnya kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.
5) Proses evaluasi
Proses evaluasi dilakukan terhadap penyelenggaraan kegiatan yang dilakukan secara
terbuka. Evaluasi harus dilakukan sebagai pertanggungjawaban secara administratif,
teknis dan fisik dari output kerja pembangunan.
Hal-hal tersebut diatas adalah panduan untuk mahasiswa agar dapatmelakukan
kegiatannya dengan lebih baik. Setelah pembahasan hal di atas, mahasiswa diharapkan
dapat melaksanakan kelima proses transparansi tersebut dalam kehidupan sehari-hari,
baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat, organisasi, institusi.
3. Kewajaran
Prinsip kewajaran (fairness) dimaksudkan untuk mencegah adanya ketidakwajaran
dalam penganggaran, dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran lainnya. Prinsip
kewajaran terdiri atas lima sifat, yaitu sebagai berikut.
1) Komprehensif
Mempertimbangkan semua aspek, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran, dan
tidak melampaui batas (off budget). Hal ini dimaksudkan agar anggaran dapat
dimanfaatkan sewajarnya.
2) Fleksibilitas
Tersedianya kebijakan tertentu untuk mencapai efesiensi dan efektivitas (prinsip tak
tersangka, perubahan, pergerakan, dan disentrilisasi manajemen)
3) Terprediksi
Ketetapan dalam perencanaan berdasarkan asas value for money dengan tujuan untuk
menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Adanya anggaran yang
terprediksi merupakan cerminan dari prinsip kewajaran dalam proses pembangunan.
4) Kejujuran
Merupakan bagian utama dari prinsip kewajaran. Kejujuran adalah tidak adanya bias
perkiraan penerimaan atau pengeluaran yang disengaja yang berasal dari
pertimbangan teknis maupun politis.
5) Informatif
Informatif merupakan ciri dari kejujuran. Sistem informasi pelaporan yang teratur dan
informatif adalah dasar penilain kinerja, kejujuran, dan proses pengambilan
keputusan. Pemerintah yang informatif merupakan pemerintah yang telah bersikap
wajar dan jujur dan tidak menutup-nutupi hal yang memang .
Prinsip-prinsi tersebut diatas dapat diterapkan oleh mahasiswa agar dapat bersikap
lebih waspada dalam mengatur beberapa aspek kehidupannya seperti penganggaran,

15 | P a g e
perkuliahan, sistem belajar maupun dalam organisasi, dan mahasiswa juga diharapkan
memiliki kualitas moral yang lebuh baik.
4. Kebijakan
Prinsip kebijakan adalah prinsip antikorupsi yang dimaksudkan agar mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami tentang kebijakan antikorupsi. Kebijakan berperan
untuk mengatur tata interaksi dalam ranah sosial agar tidak terjadi penyimpangan yang
dapat merugikan negara dan masyarakat.
Kebijakan antikorupsi tidak selalu identik dengan undang-undang antikorupsi, akan tetapi
bisa juga berupa undang-undang kebebasan untuk mengakses informasi, desentralisasi,
anti monopoli, maupun undang-undang lainnya yang memudahkan masyarakat untuk
mengetahui dan mengendalikan kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh pejabat
negara. Kebijakan antikorupsi dapat dilihat dalam empat aspek berikut.
1) Isi kebijakan
Isi atau konten merupakan komponen penting dari sebuah kebijakan. Kebijakan anti
korupsi akan menjadi lebih efektif apabila mengandung unsur-unsur yang terkait
dengan permasalahan korupsi sebagai fokus dri kegiatan tersebut.
2) Pembuat kebijakan
Pembuat kebikan adalah hal yang terkait erat dengan kebijakan antikorupsi. Isi
kebijakan setidaknya merupakan cermin kualitas dan integritas pembuatnya dan
pembuat kebijakan juga akan menentukan kualitas dari isi kebijakan tersebut.
3) Penegakan kebijakan
kebijakan yang telah dirumuskan akan berfungsi apabila didukung oleh faktor
penegak kebijakan, yaitu kepolisian, pengadilan, pengacara, dan lembaga
permasyarakatan. Kebijakan hanya akan menjadi instrumen kekuasaan apabila
penegak kebijakan tidak memiliki komitmen untuk meletakan kebijakan tersebut
sebagai aturan yang mengikat bagi semua, dimana hal tersebut justru akan
menimbulkan kesenjangan, ketidakadilan, dan bentuk penyimpangan lainnya.
4) Kultur kebijakan
Keberadaan suatu kebijakan memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai, pemahaman,
sikap persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap hukum undang-undang
antikorupsi. Selanjutnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi
akan ditentukan oleh kultur kebijakan.
Keempat aspek tersebut akan menentukan efektivitas pelaksanaan dan fungsi
kebijakan, serta berpengaruh terhadap efektivitas peberantasan korupsi melalui kebijakan
yang ada.
5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan adalah upaya agar kebijakan yang dibuat benar-benar efektif dan
menghapus semua korupsi. Sedikitnya terdapat tiga model atau bentuk kontrol terhadap
kebijakan pemerintah, yaitu berupa:
1) Partisipasi
Kontrol kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan
dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksaannya.
2) Evolusi
Kontrol kebijakan berupa evolusi yaitu mengontrol dengan menawarkan alternatif
kebikan baru yang dianggap lebik layak.
3) Reformasi

16 | P a g e
Kontrol kebijakan berupa reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan
yang dianggap tidak sesuai. Substansi dari tiga model tersebut adalah keterlibatan
masyarakat dalam mengontrol kebijakan negara.

C. Faktor-faktor penyebab Korupsi


Bagi Indonesia, korupsi adalah penyakit kronis hampir tanpa obat, menyelusup di
segala segi kehidupan dan tampak sebagai pencitraan budaya buruk bangsa Indonesia. Secara
sinis orang bisa menyebut jati diri Indonesia adalah perilaku korupsi. Pencitraan tersebut tidak
sepenuhnya salah, sebab dalam realitanya kompleksitas korupsi dirasakan bukan masalah
hukum semata, akan tetapi sesungguhnya merupakan pelanggaraan atas hak-hak ekonomi dan
sosial masyarakat. Korupsi telah menimbulkan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang
besar. Masyarakat tidak dapat menikmati pemerataan hasil pembangunan dan tidak
menikmati hak yang seharusnya diperoleh. Dan secara keseluruhan, korupsi telah
memperlemah ketahanan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia.
1. Kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibandingkan dengan kebutuhan yang
makin hari makin meningkat
Mengenai masalah kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri sipil di
Indonesia telah dikupas oleh B. Sodarsono yang menyatakan amtara lain.
“ Pada umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab
yang paling gampang dihubungkan misalnya kurang gaji-gaji pejabat-pejabat , buruknya
ekonomi, mental pejabat yang kurang baik, administrasi dan manajemen yang kacau
yang menghasilkan ada prosedur yang berliku-liku dan sebagainya.”
Namun demikian, kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memeng faktor
yang paling menonjol dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia.
2. Kebutuhan hidup yang mendesak
Kebutuhan yang mendesak seperti kebutuhan keluarga, kebutuhan untuk
membayar utang, kebutuhan untuk membayar pengobatan yang mahal karena istri atau
anak, kebutuhan untuk membiayai sekolah anaknya, kebutuhan untuk mengawinkan
anaknya, kebutuhan dimasa pensiun merupakan bentuk-bentuk dorongan seorang
pegawai untuk berbuat korupsi. Kebutuhan-kebutuhan yang mendesak tersebut akan
menjadikan penghasilan yang sedikit semakin terasa kurang. Hal tersebut akan
mendorong seseorang untuk melakukan korupsi bilamana kesempatan untuk
melakukannyas ada.
3. Penghasilan yang kurang memadai
Penghasilan pegawai negeri seharusnya dapat memenuhi kebutuhan hidup pegawai
tersebut beserta keluarganya secara wajar. Apabila ternyata penghasilannya sebagai
pegawai negeri tidak dapat menutup kebutuhan hidupnya secara wajar, misalnya hanya
cukup untuk hidup wajar selama sepuluh hari dalam sebulan, maka mau tidak mau
pegawai negeri tersebut harus mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.Usaha untuk mencari tambahan penghasilan tersebut tentu sudah
merupakan bentuk korupsi. Misalnya menyewakan sarana dinas, menggelapkan
peralatan kantor, perjalan dinas fiktif, mengadakan kegiatan yang tidak perlu dengan
biaya yang tidak wajar. Hai seperti itu akan parah apabila mendapatkan kesempatan
untuk melakukan korupsi terrhadap sumber daya besar yang dimiliki organisasinya.
4. Malas atau tidak mau untuk bekerja keras

17 | P a g e
Kemungkinan lain, orang yang melakukan korupsi adalah orang yang segera
mendapatkan sesuatu yang banyak atau hanya dalam waktu singkat, tetapi malas untuk
bekerja keras dan meningkatkan penghasilannya. Kalau ada kesempatan untuk mudah
untuk mendapatkan penghasilan yang besar tanpa usaha yang setimpal mangapa tidak
di manfaatkan. Akan timbul dipikiran orang tersebut, berapa tahun saya harus
membanting tulang untuk memperoleh penghasilan sebesar itu? Apakah mungkin saya
dapat mengumpulkan kekayaan seperti itu dengan gaji dari pekerjaan yang sekarang?
Lebih baik saya korupsi dengan menjual temuan-temuan pemerriksa, dua tiga kali
memeriksa bisa punya mobil bagus dan mewah serta punya rumah mewah. Asik! Tanpa
kerja keras dan sekolah lagi saya jadi kaya.
5. Kelemahan sistem pengendalian manajemen
Pada organisasi dimana pengendalian manajemennya lemah akan lebih banyak
pegawai yang melakukan korupsi dibanding pada organisasi yang pengendaliannya
manajemennya kuat. Seorang pegawai yang mengetahui bahwa sistem pengendalian
manajemen pada organisasi dimana dia bekerja lemah, maka akan timbul kesempatan
atau peluang baginya untuk korupsi.
6. Sanksi yang tidak setimpal dengan hasil korupsi
Tidak redanya perbuatan korupsi, malahan kualitas dan kuantitasnya selalu
meningkat dari tahun ke tahun dan menjalar keseluruh bidang penyelenggaraan negara
tidak saja di lingkungan eksekutif , yudikatif, dan belakang telah merasuki legislatif, dan
partai politik dikarenakan calon koruptor dan masyarakat melihat sanksi-sanksi yang
dijatuhkan kepada para pelaku korupsi sangat ringan atau tidak setimpal dengan
tindakan yang dilakukannya. Sehingga orang yang tadinya tidak korupsi atau terlibat
dalam skala kecil akan berupaya untuk bisa melakukan korupsi atau terlibat dalam
perbuatan korupsi yang lebih besar lagi.
7. Lemahnya penegakan hukum
Lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana korupsi mencakup
beberapa aspek pertama, bisa tidak adanya tindakan hukum sama sekali terhadap pelaku
korupsi dikarenakan pelaku adalah atasan dari penegak hukum atau bawahan dari
penegak hukum yang menjadi penyokong utama yang membiayai operasional kegiatan
si penegak hukum, atau si penegak hukum telah menerima bagian dari hasil korupsi si
pelaku atau si pelaku adalah kolega dari pimpinan instansi penegak hukum. Kedua,
tindakan ada tetapi penanganan si ulur-ulur dan sanksi di peringan. Ketiga, tidak
dilakukan pemindahan sama sekali karena si pelaku mendapat beking dari jajaran
tertentu atau tindak pidana korupsinya bermotif kepentingan untuk kelompok tertentu
atau partai tertentu.
8. Ajaran-ajaran agama kurang diterapkan secara benar
Secara umum, masyarakat di Indonesia adalah masyarakat yang beragama dimana
ajaran-ajaran dari setiap agama yang diakui keberadaannya di Indonesia dapat
dipastikan melarang perbuatan-perbuatan korupsi. Para pelaku korupsi secara umum
adalah orang-orang yang juga beragama. Mereka memahami ajaran-ajaran agama yang
dianutnya melarang tetapi mereka tidak peduli dan terus saja melakukan korupsi demi
mendapatkan segalanya.
9. Kurang atau tidak ada pengendalian
Korupsi yang terjadi tidak terjadi dengan sendirinya tetapi telah direncanakan
jauh-jauh sebelumnya, yaitu sejak proses perencanaan kegiatan dan anggaran. Dalam
tahap perencanaan inisiator korupsi sudah bisa melihat apakah ada pengendalian atau

18 | P a g e
pengawasan untuk pencegahan korupsi pada tahap perencanaan, apabila sebaliknya
pihak-pihak inisiator berinisiatif untuk merancang korupsi. Apabila tidak ada
pengawasan dan pengendalian pada tahap perencanaan, maka niat yang terselubung
tersebut dibulatkan untuk dijadikan perbuatan korupsi dengan menuangkannya kedalam
rekayasa perhitungan-perhitungan hasil kedalam dokumen perencanaan untuk bisa
dilaksanakan dengan melibatkan pihak pengawasan dan pngendali dalam perncanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri
pelaku, atau dari luar pelaku. Sebagai dikatakan Yamamah bahwa ketika perilaku
materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih “mendewakan”
materi maka dapat “memaksa” terjadinya permainan umang dan korupsi (Ansari Yamamah,
2009) “dengan kondisi itu hampir dapat dipastikan seluruh pejabat kemudian terpaksa korupsi
kalau sudah menjabat”.
Nur Syam (2000) memberikan pandangan bahwa penyebab seseorang melakukan
koruupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu
ditahannya.
Adapun penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam.
Akan tetapi, secara umum dapat dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi yaitu
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi/kelompok/keluarga/golongannya sendiri.
1. Faktor Internal
a. Sifat tamak
Sifat tamak merupakan sifat yang dimiliki manusia, di setiap harinya pasti
manusia meinginkan kebutuhan yang lebih, dan selalu kurang akan sesuatu yang di
dapatkan. Akhirnya munculah sifat tamak ini di dalam diri seseorang untuk memiliki
sesuatu yang lebih dengan cara korupsi.
b. Gaya hidup konsumtif
Gaya hidup konsumtif ini dirasakan oleh manusia manusia di dunia, dimana
manusia pasti memiliki kebutuhan masing masing dan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut manusia harus mengonsumsi kebutuhan tersebut,dengan perilaku tersebut
tidak bisa di imbangi dengan pendapat yang diperoleh yang akhirnya terjadilah tindak
korupsi.
c. Moral yang kurang kuat
Seorang yang moralnya kurang kuat cenderung mudah tergoda untuk
melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat,
bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor politik
Faktor politik ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak
korupsi. Di dalam sebuah politik akan ada terjadinya suatu persaingan dalam
mendapatkan kekuasaan. Setiap manusia bersaing untuk mendapat kekuasaan lebih
tinggi, dengan berbagai cara mereka lakukan untuk menduduki posisi tersebut.
Akhirnya munculah tindak korupsi atau suap menyuap dalam mendapatkan
kekuasaan
b. Faktor hukum
Faktor hukum ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak
korupsi. Dapat kita ketahui di negara kita sendiri bahwa hukum sekarang tumpul ke

19 | P a g e
atas lancip kebawah. Di hukum sendiri banyak kelemahan dalam mengatasi suatu
masalah. Sudah di terbukti bahwa banyak praktek praktek suap menyuap lembaga
hukum terjadi dalam mengatasi suatu masalah. Sehingga dalam hal tersebut dapat
dilihat bahwa praktek korupsi sangatlah mungkin terjadi karena banyak nya
kelemahan dalam sebuah hukum yang mendiskriminasi sebuah masalah.
c. Faktor ekonomi
Sangat jelas faktor ekonomi ini sebagai penyebab terjadinya tindak korupsi.
Manusia hidup pasti memerlukan kebutuhan apalagi dengan kebutuhan ekonomi itu
sangatlah di pentingkan bagi manusia. Bahkan pemimpin ataupun penguasa
berkesempatan jika mereka memiliki kekuasaan sangat lah ingin memenuhi
kekayaan mereka. Di kasus lain banyak pegawai yang gajinya tidak sesuai dengan
apa yang di kerjakannya yang akhirnya ketika ada peluang, mereka di dorong untuk
melakukan korupsi.
d. Faktor organisasi
Faktor organisasi ini adalah faktor eksternal dari penyebab terjadinya korupsi.
Di suatu tempat pasti ada sebuah organisasi yang berdiri, biasanya tindak korupsi
yang terjadi dalam organisasi ini adalah kelemahan struktur organisasi, aturan
aturan yang dinyatakan kurang baik, kemudian kurang adanya ketegasan dalam diri
seorang pemimpin. Di dalam suatu struktur organisasi akan terjadi suatu tindak
korupsi jika di dalam struktur tersebut belum adanya kejujuran dan kesadaran diri
dari setiap pengurus maupun anggota.

BAB III
PENUTUP

20 | P a g e
A. Kesimpulan
Korupsi atau Rasuah (bahasa latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, mennggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat
publik, baik pelitis maupun pegawai nergeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu
yang secara tidak wajar dan tidak legal mennyalahgunakan kepercayaan publik yang
dikuasakan mkepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Penyebab korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau individu, sedangkan faktor
eksternal berasal dari lingkungan atau sistem. Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat
dilakukan dengan menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab
korupsi tersebut.
Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknyya nilai-nilai anti korupsi tertanam
dalm diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain meliputi kejujuran,
kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan.
Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor
eksternal agar korupsi tidak terjadi. Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, selain
memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-
prinsip anti korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol
kebijakan dalam suatu organisasi/institusi/masyarakat.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan terdapat makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah
ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

21 | P a g e
https://acch.kpk.go.id/id/berkas/buku-antikorupsi/perguruan-tinggi/pendidikan-antikorupsi-untuk-
perguruan-tinggi diakses pada Rabu, 13 Mei 2020 (09.51 WIT)

https://aclc.kpk.go.id/pendidikan-antikorupsi diakses pada Rabu, 13 Mei 2020 (09.52 WIT)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Korupsi diakses pada Rabu, 13 mei 2020 (15.25 WIT)

https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2015/10/15/nilai-prinsip-anti-korupsi/ diakses pada Rabu,


13 Mei 2020 (22.29 WIT)

https://kumpulanmakalahlengkapdalamilmuisi.blogspot.com/2016/01/makalah-nilai-nilai-dan-
prinsip-prinsip.html?m=1 diakses pada Rabu, 13 Mei 2020 (22.58 WIT)

https://id.scribd.com/doc/142009895/MAKALAH-UPAYA-PEMBERANTASAN-KORUPSI-DI-
INDONESIA-docx diakses pada Kamis, 14 Mei 2020 (15.30 WIT)

https://id.scribd.com/document/368848153/Makalah-Faktor-Penyebab-Korupsi diakses pada


Kamis, 14 Mei 2020 (15.06 WIT)

https://dodialfayed12.blogspot.com/2018/02/makalah-pendidikan-anti-korupsi-faktor.html?m=1
diakses pada Kamis, 14 Mei 2020 (14.56 WIT)

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai