Anda di halaman 1dari 18

Makalah nilai kemandirian dan kedisiplinan

Disusun oleh :

Angel Yonissa Sinaga 1911008


Anwar 1911014
Christian Pratama Sinaga 1911022
Cindy arlinda 1911024
Ranika Silalahi 1911126
Risa Siregar 1911134
Susi Riski Nanda Puspita 1911161
Taufik Bagas Suganda 1911169
Widi Sahara Tanjung 1911182
Winda Permata Sari Sinaga 1911185

Dosen pembimbing
Tati murni Karo Karo S.Kep.Ns.M.Kep

Falkultas keperawatan dan fisioterapi


Program Studi Ilmu Keperawatan
Tahun ajaran 2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkanrahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesaipada waktunya.Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusidengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
danrapi.Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca.Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
katasempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifatmembangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi

Daftar Isi
i
Kata Pengantar...............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
Bab I : Pendahuluan......................................................................................................1
Latar Belakang..............................................................................................................1
Rumusan Masalah.........................................................................................................1
Tujuan Penulisan...........................................................................................................1
Bab II : Landasan Teori................................................................................................2
Pengertian Kemandirian...............................................................................................2
Bentuk Bentuk Kemandirian.........................................................................................3
Ciri ciri Kemandirian....................................................................................................3
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian.........................................................4
Pengertian Disiplin........................................................................................................5
Jenis Jenis Disiplin........................................................................................................6
Tujuan disiplin..............................................................................................................6
Pendidikan Anti Korupsi...............................................................................................7
Nilai dan Prinsip anti Korupsi.......................................................................................8
Bab III : Penutup.........................................................................................................14
Saran...........................................................................................................................14
Kesimpulan.................................................................................................................14
Daftar Pustaka.............................................................................................................15

ii
Bab I
Pendahuluan

1. Latar Belakang
Korupsi merupakan kata yang dinegasikan oleh setiap orang, namun tidak
setiaporang menyadari bahwa korupsi telah menjadi bagian dari dirinya. Hal ini
biasanyaterjadi akibat pemahaman yang keliru tentang korupsi atau karena realitas
strukturalyang menghadirkan korupsi sebagai kekuatan sistematik yang membuat tak
berdayapara perilakunya. Ada nilai-nilai kultural seperi pemberian hadiah yang
mendorongseseorang untuk melakukan tindakan korupsi, namun ada pula sistem yang
memaksaseseorang berlaku korupsi.Penyebab korupsi yang datangnya dari diri
pribadi atauindividu, sedangkanfaktor eksternal berasal dari lingkungan atausistem.
Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukandengan menghilangkan,
atau setidaknya mengurangi, kedua faktorpenyebab korupsi tersebut. Faktor internal
sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilaianti korupsi tertanam dalam diri setiap
individu. Nilai-nilai antikorupsi tersebut antara lain meliputi kejujuran,
kemandirian,kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian,dan
keadilan. Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiapindividu untuk dapat
mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidakterjadi.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1.Apa saja nilai-nilai anti korupsi?

3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai anti korupsi.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kemandirian

1. Pengertian Kemandirian
Yulita Rintyastini & Suzy Yulia berpendapat bahwa kemandirian adalah suatu
keadaan dimana individu tidak memiliki rasa ketergantungan dengan orang lain. Percaya
dan berani akan kemampuannya untuk melakukan sesuatu serta mampu bertanggung
jawab terhadap apa yang dilakukan. Selain itu kemandirian sebagai salah satu
komponen pembentuk kemampuan dasar yang harus dimiliki anak agar mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Dwi Siswoyoberpendapat bahwa adanya nilai moral dasar mandiri dan percaya diri bukan
berarti semua kegiatan dalam kehidupan sehari-hari harus dikerjakan sendirian, melaikan
adanya sikap tidak bergantung dengan orang lain. Dengan kata lain mandiri adalah
kebebasan seorang untuk melakukan kebutuhan diri sendiri tidak tergantung pada orang lain.
Erikson dalam Desmita menyatakan kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diridari
orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari
identitas ego, yaitu merupakan perkembangan ke arah individualis yang mantab dan
berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib
sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan
diri membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada
pengaruh dari orang lain.Dengan demikian dapat dilihatbahwa dengan adanya nilai
kemandirian pada anak bukan berarti anak dapat melakukan segala kegiatan dalam
kesehariannya sendiri seperti yang dilakukan oleh orang dewasa, namun dalam kemandirian
anak dapat mengurangi ketergantungan dengan orang tua atau dengan orang dewasa di
sekitarnya.Berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa kemandirian
adalah kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk mampu menyelesaikan
kegiatan dalam kehidupan sehari-harinya tanpa bergantung dengan orang yang berada
di sekitar lingkungannya, ditandai dengan adanya inisiatif, dan percaya diri dalam
menentukan pilihan atau memutuskan suatu tindakan. Kemandirian adalah hal yang
sangat penting bagi anak karena kemandirian merupakan bekal untuk mengurus dirinya
sendiri. Seorang anak dapat dikatakan mandiri apabila mampu mengerjakan
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari sendiri tanpa bantuan orang lain sesuai dengan
tingkat kemampuan anak.
2. Bentuk-Bentuk Kemandirian
Steinberg membedakan karakteristik kemandirian atas tiga bentuk, yaitu:
a. kemadirian emosional (emotional autonomy);
b. kemandirian 3Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014) hal. 185
c. 19tingkah laku (behavioral autonomy); dan
d. kemandirian nilai (value otonomy).

2
3

Lengkapnya steinberg menulis:The firs emotional autonomy that aspect of


independence related to changes in the vidual’s close relationships, especially with parent.
The second behavioral autonomy the capacity to make in dependent decisions and follow
trough with them. The third characterization involves an aspect of independence referred
to as value autonomy wich is more than simply being able to resist pressures to go along
with the demands ofother, it means having a set a principles about right and wrong
about what is important and what is not.Kutipan di atas menunjukkan karakteristik dari ketiga
aspek kemandirian, yaitu:
a. Kemandirian emosional, yakni aspek kemandirian yang menyatakan perubahan
kedekatan hubungan emosional yakni antar individu, seperti hubungan emosional
peserta didik dengan guru atau dengan orang tuanya.
b. Kemandirian tingkah laku, yakni suatu kemampuan untuk membuat keputusan-
keputusan tanpa bergantung pada orang lain dan melakukannya secara
tanggung jawab.
c. Kemandirian nilai, yakni kemampuan memaknai seperangkat prinsip tentang
benar dan salah, tentang apa yang penting dan tidak penting.

3. Ciri-Ciri Kemandirian
Anak Imam Barna di dalam Rini Aziz berpendapat kemandirian anak dapat dilihat dari
sisi sebagai berikut:
1. Anak mampu mengambil keputusan
2. Anak memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya
3. Anak mampu bertanggung jawab terhadap apa yang ia kerjakan
4. Anak berani bertindak atau berinisiatif
Ciri-cirikemandirian anak seperti anak berani memutuskan hal-hal yang berkenaan
dengan dirinya atau anak berani mengambil keputusan seperti memilih tugas yang akan ia
kerjakan terlebih dahulu dari berbagai tugas yang ada, bebas dari pengaruh orang lain,
memiliki inisiatif, dapat mengembangkan kreatifitas dan meningkatkan prestasi lebih
baik karena anak mandiri cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga apa yang
anak tidak ketahui maka akan anak cari sampai anak merasa puas dengan jawaban yang
didapatnya.Kemandirian anak dapat ditumbuhkan dengan membiarkan anak memiliki
pilihan dan berani mengungkapkan sejak dini. Anak sekolah dasar sudah mampu
diberikan tanggung jawab di setiap kegiatan dan perintah. Untuk mengembangkan
kemandirian anak tidak perlu diarahkan akan tetapi memberi tanggung jawab kepada
anak serta motivasi bahwa anak bisa dan patut bangga terhadap apa yang menjadi
pilihannya.Dari uraian di atas maka disimpulkan bahwa ciri-ciri kemandirian anak
yaitu :
a. anak mampu mengambil keputusan, misalnya anak mengambil tugas apa
yang akan iakerjakan terlebih dahulu dari beberapa tugas yang ada,
b. anak memiliki kepercayaan diri terhadap apa yang ia kerjakan, misalnya
anak memperlihatkan hasil karyanya yang ditempel di dinding,
c. anak mampu bertanggung jawab, misalnya membereskan buku dan alat-alat yang
digunakan mengerjakan kegiatan, berani meminta maaf jika bersalah,
4

memastikan dirinya tidak akan menangis dan terluka saat bermain,


menyelesaikan tugas yang ia sukai dengan baik, dan
d. berani bertindak atau berinisiatif yaitu melakukan hal yang perlu dilakukan,
misalnya membantu orangtua, berani menyalahkan bila yang dilakukan orang
lain salah.

4. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak


Solahudin mengatakan bahwa terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
kemandirian anak sekolah, yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan sautu faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri
yang meliputi:
a)Emosi Kemandirian emosional pada anak sekolah dasar merupakan dimensi
kemandirian yang berhubungan dengan perubahan keterikatan hubungan emosinal
remaja dengan orang lain. Kemandirian emosional didefinisikan sebagai kemampuan
anak untuk tidak tergantung terhadap dukungan emosional orang lain. Kemampuan
anak dalam mengurus dirinya sendiri maka waktu yang diluangkan orang tua terhadap
anak akan semakin
berkurang. Proses ini memberikan peluang bagi anak untuk mengembangkan
kemandirian emosionalnya.
b)Intelektual Aspek intelektual merupakansuatu aspek kemampuan anak dalam mengamati,
melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana yang kemudian berkembang
kearah pemahaman dan pemecahan masalah yang lebih rumit. Adapun, aspek
ini berkembang pesat pada masa anak mulai masuk sekolah dasar karena pada saat
memasuki usia sekolah anak mulai berpikir dalam mengatasi masalah ataupun kesulitan
dalam proses belajar sekolah. Aspek intelektual ini juga merupakan aspek kemandirian
pada anak. Anak yang mandiri akan memiliki kemampuan intelektual yang tinggi
karena anak belajar mengembangkan cara berpikirnya hingga anak mampu berfikir
rasional, kreatif dan inisiatif.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri anak itu sendiri. Faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap kemandirian anak, meliputi:
a)Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua yang diterapkan pada anak yang
bersifat relatif dan konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh
anak dari segi negatif maupun positif anak. Pola asuh dapat diartikan sebagai seluruh
cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Pengasuhan terhadap anak
tersebut dapat berupa suatu proses interaksi antara orang tua dengan anak.
Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti mencukupi kebutuhan makan,
mendorong keberhasilan, melindungi, maupun mangajarkan tingkah laku umum yang
diterima oleh masyarakat.
b)Stimulasi
5

Stimulasi merupakan perangsang dan latihan-latihan terhadap kepandaian anak yang


datangnya dari lingkungan luar anak. Anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan
lebih cepat mandiri dibanding dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.
C) lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapainya atau tidak tingkat
kemandirian anak usia sekolah. Lingkungan keluarga dan sekolah sangat berperan dalam
membentuk kemandirian pada anak. Keluarga yang membiasakan anak untuk mengerjakan
tugasnya dengan sendiri akan lebih cepat membentuk anak menjadi mandiri dibanding
dengan anak yang selalu dibantu dalam mengerjakan tugasnya. Di lingkungan sekolah
pembentukan kemandirian anak dipengaruhi oleh intrakurikuler dan ekstrakulikule.
Intrakurikuler adalah proses belajar guru dan siswa sedangkan eskrakulikuler yaitu kegiatan
yang dilakukan dalam mengembangkan aspek-aspek tertentu.

B. Kedisiplinan
1. Pengertian disiplin
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang mendapat awalan ke- dan akhiran -an
menurut kamus besar bahasa Indonesia disiplin mempunyai arti ketaatan dan kepatuhan pada
aturan tata tertib dan lain sebagainya.
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk
melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya. Disiplin merupakan
pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungan. Disiplin
tumbuh dari kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu
untuk berbuat agar memperoleh sesuatu, dengan pembatasan atau peraturan yang diperlukan
untuk lingkungan terhadap dirinya.
Disiplin merupakan pokok dasar dalam meningkatkan kemampuan bertindak, berfikir,dan
bekerja secara aktif dan kreatif melalui proses latihan dan belajar. Disiplin juga merupakan
suatu kepatuhan dari anggota organisasi ( keluarga, sekolah, lingkungan,dan sebagainya )
terhadap peraturan-peraturan yang telah diterapkan untuk menyesuaikan diri agar menjadi
suatu kebiasaan pada individu sehingga menimbulkan keadaan tertib.
Konsep populer dari disiplin adalah sama dengan hukuman. Menurut konsep ini disiplin
digunakan hanya bila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua,guru
atau orang dewasa yang berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu
Tinggal. Hal ini sesuai dengan sastra praja yang berpendapat bahwa : disiplin adalah
penerapan budinya kearah perbaikan melalui pengarahan dan paksaan. Begitu juga unardjan
yang merumuskan bahwa disiplin juga berarti hukuman atau latihan yang membentulkan
serta control yang memperkuat ketaatan. Dan makna lain dari kata disiplin adalah seseorang
yang mengikuti pemimpin nya.
Sementara itu Elizabet B.Hurlock dalam perkembangan anak menjelaskan bahwa disiplin
berasal dari kata yang sama dengan " disciple",yakni seorang yang belajar dari atau secara
suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak
merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju kehidupan yang berguna
dan bahagia jadi disiplin merupakan cara masyarakat ( sekolah ) mengajar anak perilaku
moral yang disetujui kelompok. The Liang Gie dalam kamus administrasi mengemukakan
6

bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib Dimana orang-orang tergabung dalam suatu
organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati.
2. Jenis-jenis disiplin
Ditinjau dari ruang lingkup bberlakunya ketentuan atau peraturan yang harus dipatuhi,
maka disiplin dapat dibedakan sebagai berikut.
a) Disiplin diri
Disiplin diri ( self-discipline ) ,yaitu apabila peraturan-peraturan atau ketentuan-
ketentuan itu hanya bagi diri seseorang. Misalnya : disiplin,belajar, disiplin
bekerja,dan disiplin beribadah. Disiplin diri ( self-discipline ) adalah control
konsistensi diri.
b) Disiplin sosial disiplin sosial adalah apabila ketentauan - ketentuan atau peraturan-
peraturan itu harus dipatuhi oleh banyak masyarakat. Misalnya : disiplin,lalu lintas
dan disiplin menghadiri rapat.
c) Disiplin nasional disiplin nasional adalah apabila peraturan-peraturan dan ketentuan-
ketentuan itu merupakan tata laku bangsa atau norma kehidupan berbangsa dan
bernegara yang harus dipatuhi oleh seluruh rakyat. Misal nya : disiplin membayar
pajak dan disiplin mengikuti upacara bendera.

Adapun yang diamksud dengan


kedisiplinan siswa dalam penelitian ini adalah disiplin siswa terhadap diri sendiri yaitu
sikap disiplin siswa dalam menepati jadwal pelajaran, mematuhi tata tertib, mengatasi
godaan yang akan menunda waktu belajar dan disiplin dalam kegiatan belajar di
rumah.Sementara jika dilihat dari segi timbulnya, disiplin dapat dibedakan menjadi
duayaitu:
a) Self discipline, yaitu sikap atau perilaku disiplin yang timbul karena
seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan telah menjadi bagian dari organisasi,
sehingga orang akan tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela mematuhi
segala peraturan yang berlaku.
b) command discipline, yaitu sikap atau perilaku disiplin yang timbul bukan dari
perasaan ikahlas akan tetapi timbul karena ada nya paksaan atau ancaman.

Dengan demikian disiplin ada yang timbul dari dorongan diri sendiri untuk taat kepada
peraturan dan ada disiplin yang timbul karena terpaksa. Sehingga disiplin yang baik adalah
disiplin yang baik adalah disiplin yang timbul dari dirinya sendiri tanpa paksaan.sesuai
dengan pendapat Goerge R.Terry yang menyatakan bahwa disiplin yang timbul dari dirinya
sendiri adalah suatu disiplin yang paling efektif.

3. Tujuan Disiplin
Secara umum tujuan disiplin adalah mendidik seseorang agar dapat
menegembangkan diri untuk melatih anak mengatur dirinya dan bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri sehingga menjadi pribadi kearah tidak ketergantungan dan
mengikuti segala peraturan. Di sekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol
tingkah laku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan
dengan optimal.
7

Adapun tujuan disiplin menurut Charles adalah:


a) Tujuan jangka pendek yaitu supaya anak terlatih dan terkontrol dengan ajaran yang
pantas.
b) Tujuan jangka panjang yaitu untuk mengembangkan dan pengendalian diri anak tanpa
pengaruh pengendalian dari luar.
Soekarto Indra Fachrudin menegaskan bahwa tujuan dasar disiplin adalah:
a)Membantu anak didik untuk menjadi matang pribadinya dan mengembangkan diri
dari sifat-sifat ketergantungan ketidaktanggung jawaban menjadi bertanggung jawab.
b) membantu anak mengatasi dan mencegah timbulnya problem disiplin dan menciptakan
situasi yang favorebel bagi kegiatan belajar mengajar dimana mereka menaati peraturan yang
ditetapkan.

A. Pendidikan Antikorupsi

Upaya pemerintah dalam memberantas tindakan korupsi secara sistematis yang sudah
pada taraf akut dinegeri ini,masih belum mampu mengurangi perilaku koruptif dan dinilai
belum optimal.korupsi yang merajalela disetiap elemen baik ditingkat pemerintah,
masyarakat, sekolah dan instansi lainnya seolah-olah telah menjadi hal yang dianggap biasa
dari kehidupan kita.jika kondisi terus berlarut dan dibiarkan maka lambat lain negeri ini akan
hancur disebabkan perilaku manusia itu sendiri.
Korupsi Haris dipandang sebagai kejahatan luar biasa ( extra ordinary crime)
Yang karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya
pemberantasan korupsi yang terdiri dari dua bagian besar yaitu :
1. Penindakan dan
2. Pencegahan ,tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja
tanpa melibatkan peran serta masyarakat. ( Puspito,2011:v)
Oleh karena itu,tidak berlebihan dikatakan jika mahasiswa sebagai salah satu agent of
change dinegeri ini diharapkan mampu memberikan perubahan dan dapat terlibat aktif dalam
upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Sekolah sebagai pusat pendidikan dapat melaksanakan pendidikan antikorupsi terutama
dalam membudayakan perilaku antikorupsi terhadap setiap individu yang berada di
lingkungan akademik.pendidikan harus mampu membangkitkan rasa ingin tahu ( curisty )
mahasiswa tentang urgensi materi ini, sehingga mereka mampu menjauhi perilaku
koruptif.pada hakikat nya, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam
dan tersembunyi. Individu itu laksana lautan dalam yang penuh mutiara dan bermacam-
macam ikan , tetapi yg tidak tampak.ia masih berada didasar laut. Ia perlu dipancing dan
digali agar dapat menjadi makanan dan perhiasan bagi manusia. Manusia mampunyai bakat
dan kemampuan yang kalau pandai mempergunakannya bisa berubah menjadi intan,bisa
menjadi kekayaan yang berlimpah - limpah.
Hal ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa pendidikan bukan sekedar urusan
mencerdaskan akal semata.akan tetapi,harus mampu mendidik spiritual,dan emosional setiap
individu. Jika Pendidikan berhasil menyeimbangkan potensi akal, spiritual,dan
emosional,maka akan melahirkan sikap Muruah pada setiap individu.muruah secara lughawi
8

berarti kehormatan dan wibawa. Dengan demikian,Muruah adalah sikap dan perilaku yang
selalu menjaga diri dari segala perbuatan yang dapat membuat seseorang jatuh dalam
kebinasaan. Salah satu tujuan dari disyariatkanmya hukum isalam adalah untuk menjaga
kehormatan.orang yang memiliki sifat Muruah dapat dipastikan terhindar dari perilaku
korupsi yang merugikan pihak lain dan diri sendiri.
Dalam konteks pendidikan antikorupsi, rancangan pendidikan harus disusun secara
komprehensif dan menerapkan prinsip cleannand goodgivernance. Korupsi dimaknai sebagai
upaya menyalahgunakan kepercayaan untuk kepentingan pribadi. Perspektif agama melihat
tindakan korupsi disebabkan lemahnya.
nilai-nilai agama dalam diri individu dan masyarakat untuk mencegah tindak korupsi kecil
(Petty corruption) apalagi tindak korupsi besar ( grand corruption ).
Upaya yang dilakukan KPK untuk memberantas korupsi di negara ini telah banyak
dilakukan, salah satunya memberikan bahan ajar berupa buku, modul, komik, novel di
tingkat SD-SMA sebagai upaya memberikan pemahaman tentang tindakan korupsi dari
skala kecil sampai sekala besar dengan tujuan memberikan infus kepada siswa agar
terhindar dari bahaya korupsi.

Pendidikan antikorupsi yang terintegrasi dengan mata pelajaran PAI dapat terlaksana dengan
efektif jika melewati jalur pendidikan dan keyakinan agama. Pada jalur pendidikan dan
keyakinan agama. Pada jalur ini pola pembinaan pengetahuan dan mental terhadap siswa
khususnya dikalangan remaja sudah terpola sehingga mampu mengubah mentalitas jika
dilakukan dengan sepenuh hati,bukan sekedar formalitas atau kepura-puraan.

B. Nilai dan Prinsip Anti Korupsi

Nilai-nilai antikorupsi berjumlah 9 buah yaitu:


1. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah tindakan maupun
ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam berbagai buku juga disebutkan
bahwa jujur memiliki makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ilah merupakan salah satu
nilai yang paling utama dalam anti korupsi, karena tanpa kejujuran seseorang tidak akan
mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termasuk dalam kehidupan sosial. Bagi seorang
mahasiswa kejujuran sangat penting dan dapat diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan
kecurangan akademik, misalnya tidak mencontek, tidak melakukan plagiarisme dan tidak
memalsukan nilai. Lebih luas, contoh kejujuran secara umum dimasyarakat ialah dengan
selalu berkata jujur, jujur dalam menunaikan tugas dan kewajiban, misalnya sebagai seorang
aparat penegak hukum ataupun sebagai masyarakat umum dengan membaya pajak.

2. Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa kepedulian
dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal yang berkembang
didalamnya.Nilai kepedulian sebagai mahasiswa dapat diwujudkan dengan berusaha
memantau jalannya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber daya
9

dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus. Selain itu, secara umum sebagai
masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli terhadap sesama seperti dengan turut membantu
jika terjadi bencana alam, serta turut membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat
tinggal maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan alam maupun sosial
terhadap individu dan kelompok lain.

3. Kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri berarti dapat berdiri diatas
kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.
Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
karena tampa kemandirian seseorang tidak akan mampu memimpin orang lain.

4. Kedisiplinan
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Sebaliknya untuk
mengatur kehidupan manusia memerlukan hidup yang disiplin. Manfaat dari disiplin ialah
seseorang dapat mencpai tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki
dampak yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu dapat menumbuhkan
kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal. Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain
dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik, kepatuhan kepada seluruh peraturan
dan ketentuan yang berlaku, mengerjakan segala sesuatu dengan tepat waktu, dan fokus pada
pekerjaan.

5. Tanggung Jawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi
apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang yang memiliki tanggung
jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang
dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik akan mendapatkan
kepercayaan dari orang lain. Penerapan nilai tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan
dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik,
mengerjakan tugas akademik dengan baik, menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan.

6. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan terkandung ketekadan,
ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian, ketabahan, keteguhan dan pantang
mundur. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai
dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya
pengetahuan.

7. Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan masyarakat
disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros,
tidak sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga
dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.
10

8. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran,
berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan sebagainya. Keberanian sangat
diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika diiringi
dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika pengetahuannya juga kuat.

9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak.
Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara jelas
dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian
dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan
bertindak proposional dan tidak melanggar hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak,
dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Dalam
konteks pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak bersifat sektoral tetapi meliputi
ideologi. Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam kemakmuran
dan makmur dalam keadilan.

Sedangkan prinsip-pronsip anti korupsi, yaitu :


1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de
facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu)
maupun pada level lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat
yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara
memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban (answerability) kepada sejumlah
otoritas eksternal (Dubnik : 2005). Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang lebih
fundamental merujuk kepada kemampuan seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan.
(Pierre : 2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki
legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja (Prasojo : 2005).
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah
akuntabilitas program, akuntablitas proses, akuntailitas keuangan, akuntabilitas outcome,
akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001). Dalam pelaksanaannya,
akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan
dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas kinerja
administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik
secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.

2. Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan
mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk
penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus
kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dlam bentuk yang paling
sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung
11

tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan
modal awal yang sangat berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa
mendatang. Dalam prosesnya transparansi dibagi menjadi lima, yaitu :
– Proses penganggaran,
– Proses penyusunan kegiatan,
– Proses pembahasan,
– Proses pengawasan, dan
– Proses evaluasi.
Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan
pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran.
Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses
pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran
(anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan peraturan yang berkaitan dengan
strategi penggalangan (pemungutan dana), mekanisme pengelolaan proyek mulai dari
pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara
teknis.
Proses pengawasan dalam pelksnaaan program dan proyek pembangunan berkaitan dengan
kepentingan publik dan lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh
masyarakat sendiri.
Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara terbuka dan
bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari
setiap output kerja-kerja pembangunan.

3. Kewajaran
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya manipulasi
(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran
dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting
komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif.
Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas
(off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi
dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas dasar asas value
for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang
terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses perencanaan
pembangunan. Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun
pengeluaran yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran
merupakan bagian pokok dari prinsip fairness. Penerapan sifat informatif agar dapat
tercapainya sistem informasi pelaporan yang teratur dan informatif. Sistem informatif ini
dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan keputusan selain
itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.

4. Kebijakan
12

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang
dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik
dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan
mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun
lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap
kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan
terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.
Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait
dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan
integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh
aktor-aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan
lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai,
pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang
anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi
dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan
dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan evolusi yaitu
dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan
reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.

Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk luar
biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem
perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan
tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi yang
telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai
tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang
bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung
maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini. Ini dapat menjadi indikator
bahwa nilai-nilai dan prinsip anti korupsi seperti yang telah diterangkan diatas penerapannya
masih sangat jauh dari harapan. Banyak nilai-nilai yang terabaikan dan tidak dengan
sungguh-sungguh dijalani sehingga penyimpangannya menjadi hal yang biasa.
Tak dapat dipungkiri untuk menanamkan nilai dan prinsip-prinsip anti korupsi perlu
diajarkan sejak dini kepada seluruh masyarakat secara umum. Saat ini sebagain besar baru
terpusat pada golongan tertentu di tempat tertentu. Untuk langkah yang lebih serius,
seharusnya penanaman nilai dan prinsip anti korupsi ini harus di terapkan bukan hanya di
bangku kuliah saja sebagai contohnya, tetapi juga dilakukan secara merata di berbagai
kalangan masyarakat agar hasil yang didapatkan juga bisa maksimal secara merata.
Yang ironisnya lagi dalam berbagai sistem pemerintahan termasuk di berbagai lembaga
negara praktik korupsi seakan dibiarkan dengan sistem yang menuntun, bahkan memaksa
yang berkepentingan untuk melakukan korupsi. Contoh nyata sistem perkorupsian itu ialah
13

sistem pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat, yang bernama Korupsi.
Sehingga penulis dapat menyebutkan bahwa “Pemilu merupakan sistem perkorupsian baru
yang terselubung menjadi penyakit di Indonesia”.
Bab III
Penutup
A. KESIMPULAN
Korupsi diartikan : sebagai bentuk penyimpangan ketidakjujuran berupa
pemberian sogokan, upeti, terjadinya pertentangan kepentingan kelalaian dan
pemborosan yang memerlukan rencana dan strategi yang akan memberikan
keuntungan kepada pelakunya, problematika korupsi merupakan probelem nilai
yang harus di berantas oleh semua pihak, Problematika korupsi yang sudah
mengakar, membudaya serta sudah menjadi cara pikir, dan mental.
Penanganan problematika korupsi harus dilakukan dengan cara yang lebih
komprehensif dan pencegahan (preventif) sejak dini, karena salah satu sebab
terjadinya korupsi adalah sudah mengakarnya mental korupsi di kalangan
masyarakata indonesia. Dan salah satu cara Untuk melakukan pencegahan
mental korupsi sejak dini adalah lewat jalur pendidikan.
B. SARAN
Pemberantasan korupsi harus dilakukan semua pihak, baik dengan
pilihan cara masisng-masing, setiap manusia mempunyai fitro kemanusian,
fitroh itu adalah manusia menjadi pemimpim bagi dunia ini ( kholifatul fil
ardi) pemimpin bagi negara, bagi masyarakat dan pemimpin bagi dirinya
sendiri, jadikan amanah pemimpin sebagai bagian dari ibadah kita jepada
tuhan yang maha esa, dengan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang
dapat menyederai nilai kemanusiaam kita dengan perbuatan korupsi,
Masyarakat harus mempunyai sikap kritis dan inovatf untuk bisa
memberantas korupsi secara bersama-sama,karena korupsi di indonesia sudah
menjadi problem mental, nilai bahkan sudah menjadi budaya,maka semua
pihak mempunyai tanggung jawab besar untuk menyelematkan bangsa ini
dari bahaya penyakit kronis yang bernama korupsi.

14
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh Hadziq. 2009. “Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi dalam Pembelajaran
PAI di Sekolah
Skripsi Semarang: Tarbiyah-IAIN Walisongo.
Agus Wibowo. 2013. Pendidikan Antikorupsi di Sekolah Strategi Internalisasi
Pendidikan Antikorupsi di Sekolah. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmad Fawaid. 2010. “Islam, Budaya Korupsi dan Good Governance” KARSA
Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Edisi Islam dan Budaya Korupsi. Vol.
XVII No. 1, April 2010. Pamekasan : SekolahTinggi Agama Islam Negeri
STAIN-Pamekasan (Online)
(http://karsa.stainpamekasan.ac.id/index.php/jks/article/download/45/36) (di
akses 13 Oktober 2012)
Ahmad Salafuddin. 2010. “Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi dalam Surat An-
Nisaa Ayat 58 (Studi Analisis dengan Pendekatan Tafsir Tahlily)” Skripsi.
Semarang :Tarbiyah-IAIN Walisongo
Al-Baqi, Muhammad Fuad. 1981. Al-Mu’jam Al-Mufahros li Al-Fādz Al-Qur’ān
al-Qattan, Manna Khalil (terj). Mudzakir AS. 2000. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an.

15

Anda mungkin juga menyukai