Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
BAB I...................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................2
A. TUJUAN..................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
A. Pengertian Individu................................................................................................4
B. Pengertian Perbedaan............................................................................................4
C. Perbedaan Individu................................................................................................5
D. Area Perbedaan Yang Ada Pada Individu...............................................................6
BAB III...............................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................12
A. KESIMPULAN........................................................................................................12
B. SARAN..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Telah kita ketahui bahwa setiap individu itu unik yaitu tidak ada dua
individu yang sama Persis baik dari sifat, karakter, maupun lainnya. Tiap
masing- masing individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Begitu halnya siswa, antara siswa satu dengan yang lain pasti berbeda.
Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis kepribadian dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini terlihat pada cara dan hasil belajar siswa itu sendiri.
Perbedaan individu tersebut perlu adanya penanganan dari guru sebagai
pembimbing dalam rangka upaya pembelajaran.
Dalam pendidikan sekarang ini sistem pendidikan yang digunakan sendiri
bersifat klasikal yaitu melakukan pembelajaran di kelas dengan hanya melihat
siswanya saja sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan begitu
juga dengan pengetahuannya yang hampir sama tidak berbeda satu sama lain
yang kurang memeperhatikan masalah perbedaan dari masing-masing
individu. Pembelajaran yang bersifat klasikal yang mengabaikan perbedaan
individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara.
Oleh karena itu sebagai seorang guru hendaknya mampu memahami
karakteristik maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswanya
dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
2. Apa pengertian dari individu?
3. Apa sajakah Area perbedaan yang ada pada individu?
4. Apa saja faktor-faktor penyebab perbedaan individu?

1
A. TUJUAN
1. Menjelaskan definisi individu secara keseluruhan.
2. Menjelaskan Area perbedaan yang ada pada individu.
3. Mengetahui apa saja yang menjadi faktor perbedaan individu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Dasar Perbedaan individu

A. Pengertian Individu
Manusia atau individu adalah Makhluk yang dapat di pandang dari
berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah
menjadi objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat
manusia maupun obyek material yang memepersoalkan manusia sebagai apa
adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya
manusia sebagai makhluk yang berfikir atau homo sapiens, makhluk yang
berbuat atau homo faber, makhluk yang dapat dididik atau homo educandum
dan seterusnya. Manusia merupakan kesatuan dari makhluk individu dan
sosial, kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk Tuhan. Artinya
manusia merupakan kesatuan individu yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan dan oknum. Setiap orang, apakah
ia seorang anak atau seorang orang dewasa dan apakah ia berada di dalam
suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut Individu. Individu menunjukkan
kedudukan seorang sebagai orang-perorang atau perseorangan. Sifat
individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang-perorang, berkaitan
dengan perseorangan.

B. Pengertian Perbedaan
Menurut Lindgren (1980) makna “perbedaan” dan “perbedaan individual”
menyangkut tentang variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik dan
psikilogis. Perbedaan Individual menurut Chaplin (1995:244) adalah

3
“sebarang sifat atau perbedaan kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa
membedakan satu individu dengan individu lainnya”[1].
Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk
anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya
dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam
kebiasaan dan sikap-sikapnya. Jadi, seorang anak harus dibantu oleh guru,
orang tua dan orang dewasa lainnya untuk memanfaatkan kapasitas dan
potensi yang dibawanya dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan
yang diinginkannya dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia.

C. Perbedaan Individu
Dalam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang
menonjol, yaitu (i) semua diri manusia mempuyai unsur-unsur kesamaan
didalam pola perkembangannya dan (ii) di dalam pola yang bersifat umum
dari apa yang membentuk warisan manusia-secara biologis dan sosial tiap-tiap
individu mempunyai kecenderungana berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut
secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif.
Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka
atau kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut[2].
Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini
disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Makna “perbedaan”
dalam “perbedaan individual” menurut Lindgreen (1980) menyangkut variasi
yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Gerry (1963)
dalam buku perkembangan peserta didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono
mengategorikan perbedaan individual seperti berikut:
1. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran,
penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga,
dan suku.
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.

4
4. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat kita peroleh bahwa perbedaan
individual adalah hal-hal yang berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang
menjelaskan perbedaan psikologis maupun fisik antara orang-orang serta
berbagai persamaannya.[3]

Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa yang
berbeda satu sama lain. Siswa yang berada di dalam sebuah kelas, tidak
terdapat seorangpun yang sama kecmungkinan ada dua orang kelihatannya
sama kalau anak tersebut kembar tetapi antara keduanya tentu terdapat
perbedaan. Perbedaan yang segera dapat dikenal oleh guru tentang siswanya
adalah perbedaan fisiknya : seperti tinggi badan, bentuk badan, warna kulit,
bentuk muka, dan semacamnya.
Dari fisik, seorang guru cepat mengenal sisiwa di kelasnya satu persatu.
apabila ditelusuri secara cermat siswa yang satu dengan yang lain tentu setiap
individu memiliki sifat-sifat psikis yang berbeda-beda.

D. Area Perbedaan Yang Ada Pada Individu


Berikut adalah beberapa Area perbedaan pada individu:
1. Perbedaan Kognitif
Menurut Bloom, proses belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah
menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai
taxonomi Bloom, yaitu kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya kemampuan
kognitif merupakan hasil belajar. Hasil belajar dalam hal ini merupakan
perpaduan antara pembawaan dengan pengaruh lingkungan. Proses
pembelajaran adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai positif,
diatur dan direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang dimiliki
oleh anak.

5
Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang
diukur dengan tes hasil belajar. Tes hasil belajar menghasilkan
kemampuan kognitif yang bervariasi, sebab pada dasarnya setiap individu
memiliki persepsi tentang hasil pengamatan terhadap suatu objek yang
berbeda-beda. Intelegensi (IQ) sangat mempengaruhi kemampuan kognitif
seseorang. Hasil – hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kemampuan
kognitif berkolerasi positif dengan tingkat kecerdasan seseorang.[4]
2. Perbedaan dalam Kecakapan Bahasa
Bahasa adalah salah satu kemampuan individu yang penting sekali
dalam kehidupannya. Kemampuam berbahasa merupakan kemampuan
individu untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata
dan kalimat yang bermakna, logis, dan sistematis. Kemampuan berbahasa
setiap individu berbeda. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh faktor
kecerdasan dan faktor lingkungan termasuk faktor fisik (organ untuk
bicara).
Lancar atau tidaknya kemampuan berbahasa seseorang bergantung
pada kondisi lingkungan dan pembiasaannya dalam berkomunikasi.[5]

3. Perbedaan dalam Kecakapan Motorik


Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan
kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja syaraf motorik yang
dilakukan oleh syaraf pusat (otak) untuk melakukan kegiatan. Kegiatan ini
terjadi karena kegiatan kerja syaraf yang sistematis. Alat indra menerima
rangsangan, rangsangan tersebut diteruskan melalui syaraf sensoris ke
syaraf pusat (otak) untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh syaraf motorik
untuk memberikan reaksi dlamm bentuk gerakan- gerakan atau kegiatan.
Dengan demikian ketepatan kerja jaringan syaraf akan menghasilkan
suatu bentuk kegiatanh yang tepat (sesuai antara rangsangan dan
responnya). Kerja ini akan menggambarkan tingkat kecakapan motorik.
Syaraf pusat (otak) yang melaksanakan fungsi sentral dalam proses
berfikir merupakan faktor penting dalam koordinasi kecakapan motorik.

6
Ketidak tepatan dalam pembentukan persepsi dan penyampaian perintah
akan menyebabkan kekeliruan respon atau kegiatan yang kurang sesuai
dengan tujuan[6].
Bertambahnya umur seseorang mengindikasikan adanya
kematangan. Hal ini akan menunjukkan kemampuan yang lebih baik
dalam berbagai hal, seperti kekuatan untuk mempertahankan perhatian,
koordinasi otot, kecepatan berpenampilan, keajegan untuk mengontrol,
dan resisten terhadap kelelahan. Sehingga semakin bertambahnya usia
seseorang akan menunjukkan kecakapan motorik yang makin tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik dipengaruhi oleh
kematangan fisik dan tingkat kemampuan berfikir. Karena kematangan
fisik dan kemampuan berfikir setiap individu berbeda sehingga kecakapan
motorik setiap individu akan berbeda pula.
4. Perbedaan dalam Latar Belakang
Sekelompok individu dengan perbedaan latar belakang dan
pengalaman dapat memperlancar atau sebaliknya menghambat prestasi
belajar mereka. Misalnya, pengalaman-pengalaman belajar yang dimiliki
anak dirumah mempengaruhi prestasinya dalam situasi belajar yang
disajikan di sekolah.
Latar belakang individu dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan
luar. Faktor dari dalam misalnya, kecerdasan, kemauan, bakat, minat,
emosi, perhatian, kebiasaan bekerja sama, dan kesehatan yang mendukung
belajar. Anak-anak juga berbeda diapandang dari segi latar belakang
budaya dan etnis. Motivasi untuk belajar berbeda antara budaya yang satu
dengan budaya yang lainnya. Perbedaan latar belakang, yang mliputi
perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting artinya bagi
perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak
selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh
dari luar yang lebih luas.
5. Perbedaan dalam Bakat

7
Bakat adalah kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Bakat
dapat juga diartikan sebagai kemampuan dasar yang menentukan sejauh
mana keberhasilan seseorang untuk memperoleh keahlian atau
pengetahuan tertentu bilamana seseorang diberi latihan-latihan tertentu.
Misalnya seseorang yang mempunyai bakat numerical yang baik, bila
diberi latihan-latihan akuntansi keuangan, akan mudah untuk menguasai
masalah akuntansi, begitu pula sebaliknya.
Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan
atau ketrampilan yang relatif bisa bersifat umum (misalnya bakat
intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus). Bakat khusus
juga disebut juga talent.[7]
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap
perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia
perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, kalau sedang bermain
seperti anak seusianya, tetapi kalau membaca seperti anak berusia 10
tahun, kalau mengerjakan matematika seperti anak usia 12 tahun, dan
kalau berbicara seperti anak berusia lima tahun. Yang perlu dipahami
adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat,
tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman
seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalami
kesulitan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu.
Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan
menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus.
Perkembangan bakat dimiliki secara individual. Bakat akan
berkembang dengan baik jika mendapat rangsangan atau kesempatan dan
pemupukan secara tepat. Sebaliknya, bakat tidak dapat berkembang sama
sekali manakala lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk
berkembang.
6. Perbedaan dalam Kesiapan Belajar
Belajar adalah sebuah proses yang berkesinambungan dari sebuah
pengalaman yang akan membuat suatu individu berubah dari tidak tahu

8
menjadi tahu (kognitif), dari tidak mau menjadi mau (afektif) dan dari
tidak bisa menjadi bisa (psikomotorik), misalnya seseorang anak yang
belajar mengendarai sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh
orang tuanya lalu anak tersebut mencoba untuk mengendarai sepeda
hingga menjadi bisa.

Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan


kesiapan ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar.
Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar
untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk
melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau
malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan
pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar
yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan
seseorang dapat belajar. Sedangkan Proses kematangan dan belajar akan
sangat menentukan kesiapan belajar pada seseorang, misalnya seseorang
yang proses kematangan dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan
belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses kematangan
dan belajarnya buruk. Perbedaan kesiapan individu tidak saja disebabkan
oleh keragaman dalam rentang kematangan tetapi juga oleh keragaman
dalam latar belakang sebelumnya.
Kondisi fisik yang sehat dalam kaitanya dengan kesehatan dan
penyesuaian diri yang memuaskan terhadap pengalaman-pengalaman
disertai dengan rasa ingin tahu yang amat besar terhadap orang-orang dan
benda-benda membantu perkembangan berbahasa dan belajar yang
diharapkan. Sikap apatis, pemalu dan kurang percaya diri akibat dari
kesehatan yang kurang baik, cacat tubuh dan latar belakang yang miskin
pengalaman, mempengaruhi perkembangan pemahaman dan ekspresi diri.
7. Perbedaan Tingkat Pencapaian.
Salah satu bentuk nyata untuk melihat perbedaan anak adalah
dengan memeriksa hasil pencapaian dalam tes matematika standar.

9
Tingkat pencapaian anak merupakan suatu fungsi yang menunjukkan nilai
belajar anak. Murid dalam posisi puncak di suatu kelompok biasanya
mampu belajar matematika dengan cepat, sementara murid dengan posisi
terendah di dalam kelas biasanya merupakan pebelajar yang lambat. Pada
posisi tengah-tengah, sekitar 50 persen diantaranya memiliki kemampuan
yang merata dalam pencapaian matematika[8].
8. Perbedaaan Lingkungan Keluarga
Anak-anak berasal dari berbagai lingkungan keluarga. Anak dari
keluarga berada dengan pendidikan yang memadai biasanya datang ke
sekolah dengan latar belakang berbagai pengalaman lebih cenderung
menjadi pebelajar yang cepat. Sebaliknya, anak yang berasal dari keluarga
kurang mampu dan dengan latar belakang orang tua tanpa pendidikan
cenderung menjadi pebelajar yang lambat.
Lingkungan keluarga selalu memberikan pengaruh terhadap sikap
anak dalam menghargai matematika. Penelitian menujukkan adanya
korelasi positif antara sikap anak terhadap matemtika dengan sikap orang
tua terhadap mata pelajaran ini.
9. Latar Belakang Budaya dan Etnis
Anak-anak juga berbeda diapandang dari segi latar belakang
budaya dan etnis. Motivasi untuk belajar berbeda antara budaya yang satu
dengan budaya yang lainnya, layaknya anak-anak tertarik dan menilai
pencapaiannya dalam suatu pendidikan.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manusia atau individu adalah makhluk yang dapat dipandang dari
berbagai sudut pandang. Individu adalah kata benda dari individual yang
berarti orang, perseorangan, dan oknum. Perbedaan individual secara umum
adalah hal-hal yang berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang menjelaskan
perbedaan psikologis antara orang-orang serta berbagai persamaannya. Sumber
perbedaan individu disebabkan faktor bawaan dan faktor lingkungan. Terdapat
beberapa macam bidang perbedaan individu yaitu perbedaan kognitif,
perbedaan kecakapan berbahasa, perbedaan kecakapan motorik, perbedaan
latar belakang, perbedaan bakat, perbedaan kesiapan belajar, perbedaan jenis
kelamin dan gender, perbedaan kepribadian, dan perbedaan gaya belajar.
Setelah guru menemukan perbedaan-perbedaan dari setiap individu, maka
langkah berikutnya adalah melakukan perencanaan dan pelaksanaan program
pengajaran yang disesuaikan dengan perbedaan tersebut agar setiap individu
mampu berkembang sesuai dengan kemampuan dan kecepatan yang dimiliki
oleh masing-masing individu siswa. Mengajar siswa dengan kemampuan
belajar cepat akan berbeda dengan mengajar siswa dengan kemampuan belajar
kurang/lambat. Kemampuan yang berbeda dari setiap individu memerlukan
pelayanan tersendiri bagi guru dalam upaya penyesuaian program pengajaran
yang akan dibuat dan dilaksanakan.

B. SARAN
Demikianlah makalah ini disusun dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan.
mohon maaf bila ada ketidak sempurnaan di dalamnya. kritik dan saran yang

11
bersifat membangun kami harapkan guna menyempurnakan dalam penyusunan
makalah selanjutnya. Atas kritik dan saran dari pembaca, terimakasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dalyono. M. 2007. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta Jakarta.


Hartono S., 1999. Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta, Jakarta
Makmun.S.A. 2003. Psikologi Pendidikan. Rosda Karya Remaja. Bandung
Nawawi, Hadori. 2000. Intereksi Sosial. Jakarta : Gunung Agung.
Suryabrata, S. 2010.Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sunarto dan B.Agung Hartono .2008 .Perkembangan Peserta Didik .Jakarta
: PT. Rineka Cipta.

13
TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“KONSEP DASAR SERTA


AREA PERBEDAAN INDIVIDU”

KELOMPOK 3:
ENDANG BACHTIAR
MAKBULLAH

DOSEN :
ITA RAHMAH MA’RUFAH M.Pd

STKIP INDRA BANGSA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

14
TAHUN 2002

15

Anda mungkin juga menyukai