Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Karakteristik dan Perbedaan Individu”


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu : Dra. Ariantje Dimpudus, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 5:


1. Ananda Maria Ulfa Sabila 2005046052
2. Suci Ade Fitrah Ramadhan 2005046059
3. Kevin Ely Asar Greas 2005046066
4. Shahibatun Nadiyah 2005046073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Karakteristik dan Perbedaan Individu”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ibu Dra. Ariantje Dimpudus, M.Pd pada mata kuliah Perkembangan Peserta
Didik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
karakteristik dan perbedaan dari masing-masing individu bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Ariantje Dimpudus,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu,
kritik dan saran akan senantiasa kami terima dengan senang hati. Dengan segala
keterbatasan, kami menyadari pula bahwa makalah ini takkan terwujud tanpa
bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca baik sebagai refrensi maupun informasi terkait
Karakteristik dan Perbedaan Individu.

Samarinda, 16 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan..................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II Pembahasan.................................................................................................3
A. Pengertian Individu......................................................................................3
B. Karakteristik Individu..................................................................................3
C. Perbedaan Individu......................................................................................5
BAB III Penutup....................................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................10
Daftar Pustaka........................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut
pandang. Sejak ratusan tahun sebelum masehi manusia telah menjadi salah
satu objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat
manusia maupun objek materiil yang mempersoalkan manusia sebagai apa
adanya manusia dan dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana manusia
dikenal sebagai mahluk yang berfikir atau “Homo Sapiens”, mahluk yang
dapat dididik atau “Homo Educandum”, dan seterusnya. Hal-hal tersebut
merupakan pandangan tentang manusia yang dapat digunakan untuk
menetapkan cara pendekatan yang akan dilakukan terhadap manusia
tersebut.
Berbagai pandangan tentang manusia membuktikan bahwa
manusia adalah mahluk yang kompleks. Kini bangsa Indonesia telah
menganut satu pandangan, bahwa yang dimaksud manusia secara utuh
adalah manusia sebagai pribadi yang merupakan pengejawantahan
manunggalnya berbagai ciri atau sifat kodrati manusia yang secara
seimbang dari berbagai segi yaitu, (1) individu dan sosial, (2) jasmani dan
rohani, (3) dunia dan akhirat. Keseimbangan hubungan tersebut
menandakan keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya,
manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam atau lingkungan
sekitarnya, dan manusia dengan Tuhan.
Dari pandangan-pandangan tersebut pada hakikatnya manusia
merupakan pribadi yang utuh, khas dan memiliki sifat-sifat sebagai
individu. Kehidupan pribadi individu menyangkut berbagai aspek, antara
lain aspek emosional, sosial psikologis, sosial budaya, dan kemampuan
intelektual yang terpadu secara integratif dengan faktor lingkungan
kehidupannya.

1
Berbagai aspek kehidupan individu tidaklah dapat disamakan
dengan aspek kehidupan individu lainnya, disini terlihat bahwa setiap
individu adalah khas dan unik, artinya ia memiliki perbedaan dengan yang
lainnya. Selain perbedaan aspek dalam kehidupan, individu juga berbeda
dengan hal lainnya, seperti perbedaan fisik, perbedaan cara berfikir, dalam
hal belajar individu memiliki kekurangan dan kelebihan dalam menyerap
materi pelajaran. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan memiliki
berbagai metode untuk memenuhi berbagai tuntutan perbedaan individu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu individu?
2. Bagaimana karakteristik antar individu?
3. Bagaimana perbedaan antar individu dalam aspek kognitif, afektif,
psikomotorik dan sosial?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami makna individu
2. Mengetahui karakteristik antar individu
3. Mengetahui perbedaan antar individu dalam aspek kognitif, afektif,
psikomotorik dan sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Individu
Istilah individu berasal dari kata individera yang berarti suatu
kesatuan organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa
dipisahkan.
Manusia adalah makhluk yang kompleks, dimana dapat disebut
sebagai makhluk yang dapat berfikir (homo sapiens); makhluk yang
berbuat (homo faber); mahluk yang dapat dididik (homo educandum).
Manusia merupakan kesatuan dari makhluk individu dan sosial, kesatuan
jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk Tuhan. Artinya manusia
merupakan kesatuan individu yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata
benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk
anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang
dimilikinya dan akan membawaperubahan-perubahan apa saja yang
diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya.

B. Karakteristik Individu
Secara etimologis, istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris
yakni characteristic, yang berarti mengandung sifat khas yang
mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa karakteristik individu adalah suatu sifat yang khas, yang melekat
pada diri seorang individu.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan
(heradity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan.
Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki
sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis, maupun faktuor sosial-

3
psikologis. Pada masa lalu ada sebuah keyakinan kepribadian terbawa
pembawaan (heradity) dan lingkungan, keduanya memengaruhi
kepribadian dengan terpisah dengan caranya masing-masing. Namun,
kemudian makin disadari bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan oleh
seseorang atau apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja atau dewasa,
merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada diantara faktor-faktor
biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
Natur dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk
menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental,
dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Karakteristik yang
berkaitan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat
tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis
keluarga, yaitu garis keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak terjadinya
pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara
kesinambungan dipengaruhi oleh faktor keturunan (heradity) dan faktor
lingkungan.
Faktor bawaan kelahiran merupakan faktor keturunan yang ada
sejak lahir, baik yang menyangkut biologis maupun sosial psikologis,
sedangkan faktor yang dipengaruhi lingkungan adalah faktor yang banyak
dipengaruhi dengan keadaan masyarakat sekitar ataupun faktor-faktor
yang lebih dominan, namun tetap kedua faktor tersebut berpengaruh dan
pada gilirannya ternyata faktor-faktor ini yang menyebabkan perbedaan
antar individu, karena meski individu memiliki kesamaan dalam pola
pertumbuhan dan perkembangannya, namun warisan manusia secara
biologis dan sosial tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan yang
berbeda.

4
C. Perbedaan Individu
Perbedaan individual merupakan pokok bahasan dasar dalam
psikologi modern. Perbedaan individual berkaitan dengan “psikologi
pribadi”, yang menjelaskan perbedaan psikologis antara orang-orang serta
berbagai persamaannya. Psikologi perbedaan individual menguji dan
menjelaskan bagaimana orang-orang berbeda dalam berpikir, berperasaan,
dan bertindak.
Garry 1963 (Oxendine 1984:317) mengategorikan perbedaan
individu ke dalam bidang-bidang berikut:
1. Peredaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin,
pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertinda
2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga
dan suku.
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh terhadap perilaku mereka
dirumah maupun disekolah. Gejala yang dapat diamati adalah bahwa
mereka menjadi lebih atau kurang dalam bidang tertentu dibandingkan
dengan orang lain.
1. Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya kemampuan
kognitif merupakan hasil belajar. Inteligensi sangat mempengaruhi
kemampuan kognitif seseorang. Dikatakan bahwa antara kecerdasan
dan nilai kemampuan kognitif berkorelasi tinggi dan positif, semakin
tinggi nilai kecerdasan seseorang semakin tinggi kemampuan
kognitifnya.
Ranah kognitif  memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
b. Pemahaman (comprehension)

5
c. Penerapan (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (syntesis)
f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah
subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang
sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling
tinggi yaitu evaluasi.
Menurut Piaget, proses asimilasi dan akomodasi terus berlangsung
pada diri seseorang. Dalam perkembangan kognitif, diperlukan
keseimbangan antara kedua proses ini. Keseimbangan itu disebut
ekuilibrium, yakni pengaturan diri secara mekanis yang perlu untuk
mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Piaget
membagi proses perkembangan fungsi fungsi dan perilaku kognitif ke
dalam empat tahapan utama yang secara kualitatif setiap tahapan
memunculkan karakteristik yang berbeda-beda. Tahapan
perkembangan kognitif itu adalah:

a. Tahap Sensorimotor (0 – kurang lebih 2 tahun)


Pada tahap ini tingkah laku anak ditentukan oleh
perasaan (senses) dan aktivitas motorik.
Kesan (impression) anak tentang dunia dibentuk oleh persepsi
mengenai perasaannya dan oleh manipulasi dari
lingkungannya. Pembentukan konsep/ide pada tahapan ini
terbatas kepada objek yang bersifat permanen atau objek yang
tampak dalam batas pengamatan anak. Perkembangan skema

6
verbal dan kognitif masih sangat sedikit dan tidak
terkoordinaikan.

b. Tahap Operasi Awal/Preoperational (2 – 6 tahun)


Pada tahapan ini anak mulai menggambarkan kejadian-
kejadian dan objekobjek melalui simbol-simbol, termasuk
simbol-simbol verbal bahasa. Artinya, mereka sudah mulai
berpikir tentang benda-benda dengan tidak terikat pada
kehadiran benda konkrit. Anak sudah menghubungkan tentang
kejadian atau objek yang dihadapinya dengan skema yang
sudah ada dalam ingatannya. Tetapi anak relatif masih belum
dapat menerima perbedaan persepsi dengan orang lain,
kemampuan yang berkembang pada saat ini masih
bersifat egosentrik, sehingga cara-cara dan pengetahuan yang ia
miliki itulah yang dianggapnya benar, sepertinya tidak ada
alternatif cara dan pengetahuan benar yang lainnya. Anakanak
pada tahapan ini juga sudah mulai memecahkan jenis-jenis
masalah, tetapi hanya mengenai masalah-masalah mengenai
barang-barang yang tampak/kelihatan.
c. Tahap Operasi Konkrit (7 – 11 tahun)
Pada tahap ini, skema kognitif anak berkembang, terutama
berkenaan dengan keterampilan berpikir dan memecahkan
masalah. Perkembangan keterampilan berpikirnya yaitu
berkenaan dengan keterampilan menggolonggolongkan
(mengklasifikasi) berdasarkan ciri dan fungsi sesuatu;
mengurutkan sesuatu misalnya dari yang terkecil ke yang
terbesar; membandingkan bendabenda; memahami konsep
konservasi, yaitu kemampuan memahami bahwa sesuatu itu
tidak berubah walaupun misalnya sesuatu itu dipindahkan
tempatnya, tali yang dilingkarkan panjangnya tidak berubah
walaupun ditarik menjadi memanjang, dsb., memahami

7
identitas, yaitu kemampuan mengenal bahwa suatu objek yang
bersifat fisik akan mengambil ruang dan memiliki volume
tertentu, dan kemampuan membandingkan pendapat orang.
d. Tahap Operasi Formal (12 tahun ke atas)
Pada tahap ini anak memiliki kecakapan berpikir simbolik,
tidak tergantung kepada keberadaan objek secara fisik. Anak
pada tahapan operasi formal mampu berpikir logis, matematis,
dan abstrak. Anak bahkan mungkin dapat memahami hal-hal
yang secara teortis mungkin terjadi sekalipun ia belum pernah
melihat kejadiannya secara nyata.
2. Perbedaan individual dalam afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang
dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki
kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan
tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif
menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
a. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
b. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi
aktif”
c. Valuing (menilai atau menghargai)
d. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
e. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi
dengan  suatu nilai atau komplek nilai)
3. Perbedaan dalam psimotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak

8
dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah
psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari,
melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1)
pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama
proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti
pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa
waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan
kerjanya.
4. Perbedaan dalam hubungan sosial
Hubungan sosial merupakan interaksi antar individu, individu
dengan kelompok, dan antar kelompok dengan lingkungannya dan
saling mempengaruhi satu sama lain dalam kehidupannya. Hubungan
sosial ini sering kali dikonotasikan dengan interaksi sosial, keduanya
memang terkait erat sebagai bentuk paling dasar dari hubungan sosial.
Tidak ada hubungan sosial tanpa adanya interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah adalah hubungan timbal balik (sosial)
berupa aksi saling mempengaruhi antarindividu, antara individu dan
kelompok, dan antar kelompok. Ada 6 faktor yang mempengaruhi
terbentuknya interaksi sosial yaitu imitasi, sugesti, identifikasi,
simpati, empati dan motivasi.
Sama seperti faktor-faktor pendukung terciptanya interaksi sosial,
terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk terciptanya interaksi
sosial, yaitu jumlah pelaku, kontak sosial, dan komunikasi.
Secara umum, bentuk-bentuk interaksi berdasarkan tujuannya
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu interaksi sosial asosiatif yang
mengarah pada persatuan, contohnya kerja sama, akomodasi, asimilasi,
dan kontroversi. Sedangkan yang kedua adalah interaksi sosial
disosiatif yang menciptakan perpecahan atau bertujuan negatif.

9
Contohnya, kontravensi, persaingan (kompetisi), pertentangan
(konflik).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam rentang kehidupan manusia sejak adanya konsepsi
kehidupan, manusia merupakan kesatuan psikofisis (jasmani dan rohani)
yang khas (unik) dan akan terus mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya,
individu mempunyai sifat, karakteristik yang unik dan khas yang berbeda
antara satu individu dengan individu yang lainnya. Perbedaan tersebut
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor biologis (heradity)
yang menyangkut faktor biologis maupun sosial biologis dan dipengaruhi
oleh faktor eksternal lainnya. Meskipun pola pertumbuhan dan
perkembangan individu cenderung sama, namun warisan manusia secara
biologis dan sosial tiap-tiap individu cenderung berbeda.
Pertumbuhan dan perkembangan pada aspek-aspek tersebut dapat
menimbulkan adanya perbedaan pada tiap individu seperti perbedaan
kognitif, perbedaan individual dalam afektif , perbedaan dalam
psikomotorik, perbedaan dalam hubungan sosial.

10
DAFTAR PUSTAKA

@&@$ (^_^). (2012, October 18). Dipetik February 10, 2021, dari Definisi
Kognitif, Afektif, dan Psikomotor:
https://abazariant.blogspot.com/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-
psikomotor.html

Burhanuddin, A. (2016, May 19). Perkembangan Peserta Didik. Dipetik February


19, 2021, dari Aspek Perkembangan Peserta Didik:
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2016/05/19/aspek-perkembangan-
peserta-didik/

Cahyanto, D. (2013, Oktober 12). Dipetik 02 07, 2021, dari Karakteristik dan
Perbedaan Individu:
https://areknerut.wordpress.com/2013/10/12/karakteristik-dan-perbedaan-
individu/#:~:text=Sifat%20individu%20adalah%20sifat%20yang,variasi
%20aspek%20fisik%20maupun%20psikologis

Fatimah, E. (2010). Dalam Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta


Didik). Bandung : Pustaka Setia.

Hartono, S. d. (2008). Dalam Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka


Cipta.

jon sastro. (2015, May 27). Dipetik February 08, 2021, dari KARAKTERISTIK
DAN PERBEDAAN INDIVIDU:
http://jonsastro.blogspot.com/2015/05/karakteristik-dan-perbedaan-
individu.html

Kelas Pintar. (2020, August 28). Dipetik February 16, 2021, dari Pengertian
Individu, kelompok, dan Hubungan Sosial:
https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/pengertian-individu-kelompok-
dan-hubungan-sosial-6789/

11
Sugandhi, S. Y. (2011). Dalam Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Sugiyanto. (t.thn.). Psikologi Pendidikan. Dalam Perbedaan Individual.


Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai