PERBEDAAN INDIVIDU
DOSEN PENGAMPU :
Dr. ROMDLONI, M.Pd.I
ii
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
BAB II 2
PEMBAHASAN 2
A. Konsep Dasar Perbedaan Individu 2
B. Area Perbedaan Individu 3
C. Aplikasi Keragaman Individu Dalam Pendidikan 7
D. Faktor Penyebab Perbedaan Individu 9
BAB III 11
PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Telah kita ketahui bahwa setiap individu itu unik yaitu tidak ada dua individu yang
sama Persis baik dari sifat, karakter, maupun lainnya. Tiap masing- masing individu
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Begitu halnya siswa, antara siswa satu
dengan yang lain pasti berbeda. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis
kepribadian dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini terlihat pada cara dan hasil belajar
siswa itu sendiri. Perbedaan individu tersebut perlu adanya penanganan dari guru sebagai
pembimbing dalam rangka upaya pembelajaran.
Dalam pendidikan sekarang ini sistem pendidikan yang digunakan sendiri bersifat
klasikal yaitu melakukan pembelajaran di kelas dengan hanya melihat siswanya saja
sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan begitu juga dengan
pengetahuannya yang hampir sama tidak berbeda satu sama lain yang kurang
memeperhatikan masalah perbedaan dari masing-masing individu. Pembelajaran yang
bersifat klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan
beberapa cara.
Oleh karena itu sebagai seorang guru hendaknya mampu memahami karakteristik
maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswanya dalam kaitannya dengan
kepentingan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Konsep Dasar Perbedaan Individu?
2. Menjelaskan Area Perbedaan Individu?
3. Menjelaskan dan memberikan pemaparan terkait Faktor Penyebab Perbedaan
Individu?
C. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa mampu memaparkan Konsep Dasar Perbedaan Individu!
2. Mahasiswa mampu memberikan penjelasan bagaimana Area Perbedaan Individu!
3. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan
Individu!
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Individu
Manusia atau individu adalah Makhluk yang dapat di pandang dari berbagai
sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi objek filsafat,
baik objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material
yang memepersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai
kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai makhluk yang berfikir
atau homo sapiens, makhluk yang berbuat atau homo faber, makhluk yang dapat
dididik atau homo educandum dan seterusnya. Manusia merupakan kesatuan dari
makhluk individu dan sosial, kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk
Tuhan. Artinya manusia merupakan kesatuan individu yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.
Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan dan oknum. Setiap orang, apakah ia
seorang anak atau seorang orang dewasa dan apakah ia berada di dalam suatu
kelompok atau seorang diri, ia disebut Individu. Individu menunjukkan kedudukan
seorang sebagai orang-perorang atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang
berkaitan dengan orang-perorang, berkaitan dengan perseorangan.
Menurut Lindgren (1980) makna “perbedaan” dan “perbedaan individual”
menyangkut tentang variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik dan psikilogis.
Perbedaan Individual menurut Chaplin (1995:244) adalah “sebarang sifat atau
perbedaan kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa membedakan satu individu dengan
individu lainnya”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak
yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilkinya dan akan
membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan
sikap-sikapnya. Jadi, seorang anak harus dibantu oleh guru, orang tua dan orang
dewasa lainnya untuk memanfaatkan kapasitas dan potensi yang dibawanya dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkannya dalam pertumbuhan
dan perkembangan manusia.
2. Perbedaan Individu
Dalam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu:
Semua diri manusia mempuyai unsur-unsur kesamaan didalam pola
perkembangannya.
Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia
-secara biologis dan sosial tiap-tiap individu mempunyai kecenderungana
berbeda.
Perbedaan-perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat
kuantitatif dan bukan kualitatif. Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan
2
kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur perbedaan
tersebut.
Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut
perbedaan individu atau perbedaan individual. Makna “perbedaan” dalam
“perbedaan individual” menurut Lindgreen (1980) menyangkut variasi yang terjadi,
baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Gerry (1963) dalam buku
perkembangan peserta didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono mengategorikan
perbedaan individual seperti berikut:
Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran,
penglihatan, dan kemampuan bertindak.
Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat kita peroleh bahwa perbedaan
individual adalah hal-hal yang berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang menjelaskan
perbedaan psikologis maupun fisik antara orang-orang serta berbagai persamaannya.
Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa yang berbeda
satu sama lain. Siswa yang berada di dalam sebuah kelas, tidak terdapat seorangpun
yang sama kecmungkinan ada dua orang kelihatannya sama kalau anak tersebut
kembar tetapi antara keduanya tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang segera
dapat dikenal oleh guru tentang siswanya adalah perbedaan fisiknya : seperti tinggi
badan, bentuk badan, warna kulit, bentuk muka, dan semacamnya.
Dari fisik, seorang guru cepat mengenal sisiwa di kelasnya satu persatu. apabila
ditelusuri secara cermat siswa yang satu dengan yang lain tentu setiap individu
memiliki sifat-sifat psikis yang berbeda-beda.
Perbedaan individual diantara anak didik merupakan hal yang tidak mungkin
dihindari, karena hamper tidak ada kesamaan yang dimiliki oleh manusia kecuali
perbedaan itu sendiri. Sejauh man individu berbeda aaakan mewujudkan kualitas
perbedaan mereka atau kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut.
Setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia berada
didalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu menunjukan
kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual
adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan
individual perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain.
Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka
“perbedaan” dalam “perbedaan individual” menurut Landgren (1980) menyangkut
variasi yang terjadi, baik variasi yang aspek fisik maupun psikologis.
a. Perbedaan Kognitif
Menurut Bloom, proses belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah
menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomi Bloom,
3
yaitu kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif merupakan
kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Hasil belajar dalam hal
ini merupakan perpaduan antara pembawaan dengan pengaruh lingkungan. Proses
pembelajaran adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai positif, diatur dan
direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang dimiliki oleh anak.
Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes
hasil belajar. Tes hasil belajar menghasilkan kemampuan kognitif yang bervariasi, sebab
pada dasarnya setiap individu memiliki persepsi tentang hasil pengamatan terhadap
suatu objek yang berbeda-beda. Intelegensi (IQ) sangat mempengaruhi kemampuan
kognitif seseorang. Hasil – hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kemampuan
kognitif berkolerasi positif dengan tingkat kecerdasan seseorang.[4]
5
pengarahan oleh orang tuanya lalu anak tersebut mencoba untuk mengendarai sepeda
hingga menjadi bisa.
Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan ialah
kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu
terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang
siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami
kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan
pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku,
motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
Sedangkan Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan kesiapan belajar
pada seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan
memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses
kematangan dan belajarnya buruk. Perbedaan kesiapan individu tidak saja disebabkan
oleh keragaman dalam rentang kematangan tetapi juga oleh keragaman dalam latar
belakang sebelumnya.
Kondisi fisik yang sehat dalam kaitanya dengan kesehatan dan penyesuaian diri
yang memuaskan terhadap pengalaman-pengalaman disertai dengan rasa ingin tahu
yang amat besar terhadap orang-orang dan benda-benda membantu perkembangan
berbahasa dan belajar yang diharapkan. Sikap apatis, pemalu dan kurang percaya diri
akibat dari kesehatan yang kurang baik, cacat tubuh dan latar belakang yang miskin
pengalaman, mempengaruhi perkembangan pemahaman dan ekspresi diri.
6
j. Perbedaan Psikologis
Perbedaan psikologis pada siswa mecakup perbedaan dalam minat, motivasi, dan
kepribadian. Ketiga factor psikologis ini berkolerasi positif dengan hasil belajar yang
dicapai. Dalam kondisi minat yang besaar terhadap pelajaran, motivasi yang tinggi
untuk belajar, dan kemampuan memori yang maksimal, maka hasil belajar yang dicapai
juga akan maksimal. Perbedaan psikologis ini dapat dimanfaatkan oleh guru daalam
pengelolaan kelas, terutama dalam penempatan anak di tenpat duduk dan
pengelompokan. Anak yang memiliki minat dan motivasi yang rendah sebaiknya
dimasukan kedalam kelompok anak yang memiliki minat dan motivasi yang tinggi agar
anak yang kurang termotivasi itu menjadi lebih termotivasi.
1. Accelerated Learning
Accelerated Learning adalah sebuah metode pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan belajar siswa melalui pendekatan yang lebih cepat, efektif,
dan menyenangkan bagi siswa dan guru. Metode ini melibatkan siswa secara aktif agar
mereka dapat mencapai tingkat pemahaman yang lebih cepat terhadap pelajaran yang
di ajarkan oleh guru. Model Accelerated Learning merupakan sebuah metode
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang alami dan
menggunakan teknik-teknik yang sesuai dengan karakteristik mereka.
Accelerative Learning mengacu pada percepatan dalam pembelajaran. Metode ini
juga dikenal dengan sebutan accelerated learning, yang mengartikan proses
pembelajaran yang dipercepat. Dalam pengertian lain, Accelerated Learning
merupakan sistem komprehensif yang bertujuan untuk mempercepat dan meningkatkan
desain dan proses belajar. Berdasarkan penemuan dan penelitian tentang otak, metode
ini membuktikan efektivitasnya dalam menghemat waktu dan biaya dalam proses
belajar. Accelerated pada dasarnya berarti semakin bertambah cepat. Learning
didefenisikan sebagai sebuah proses perubahan kebiasaan yang disebabkan oleh
penambahan keterampilan, pengetahuan, atau sikap baru. Jika digabungkan,
pembelajaran cepat berarti “mengubah kebiasaan dengan meningkatkan kecepatan”.
2. Remedial Learning
Remedial Learning merupakan proses pembelajaran yang berupa kegiatan
7
perbaikan yang terprogram dan sistematis, sehingga diharapkan dapat mempercepat
ketuntasan belajar siswa. Arifin mengemukakan bahwa remedial learning adalah
kelanjutan dari pembelajaran biasa atau regular di kelas. Namun, siswa yang masuk
dalam kelompok ini yaitu siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan yang
ditetapkan. Wardani dan Kasron menyatakan bahwa kegiatan remedial adalah upaya
pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk mendapatkan
hasil belajar yang lebih baik atau mencapai tingkat ketuntasan belajar (Lidi, 2019).
Remedial learning adalah layanan pendidikan yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria
ketuntasan yang di harapkan (Sutame, 2021). Makmun mengatakan Remedial
Learning merupakan upaya guru untuk menciptakan situasi yang memungkinkan
individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan.
3. Dalton Labilatory
Dalton labilatory salah satu pendekatan yang telah dikembangkan oleh Helen
Parkhurst cukup popular pada tahun 1920-an di Amerika Serikat, Eropa dan Uni Soviet
dan bertujuan untuk menyeimbangkan kebutuhan individu dengan tuntutan
masyarakat. Rencana Dalton memungkinkan pembelajaran individual dalam sistem
pendidikan massal melalui kombinasi tugas terjadwal yang fleksibel, dan evaluasi
pencapaian individual. Menurut Helen Parkhurst, sekolah sebagai komunitas siswa dan
guru yang bekerja mendidik siswa dalam hal pekerjaan dan kontrak tugas sekolah.
Dengan menempatkan pekerjaan di tangan mereka sendiri, siswa melakukan pekerjaan
pendidikan. Efisiensi pembelajaran meningkat ketika siswa diberi lebih banyak
tanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Karena mereka dapat memutuskan apa
dan bagaimana mereka mencapai target, pembelajar membangun model mental dan
pengetahuan sesuai dengan kemampuan mereka dan di bawah kendali mereka di dalam
proses pembelajaran.
8
Diciptakan sebagai model masyarakat nyata, di mana siswa belajar untuk
berinteraksi dan berkomunikasi secara setara tanpa memandang usia. Ciri khas dari
rencana Dalton juga dapat dilihat dalam bimbingan belajarpendampingan dalam
mengajar, yang diberikan oleh seorang guru dan ditujukan kepada masing-masing siswa
secara individu.
Pembelajaran Dalton Laboratory menekankan pada pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan individu dan minat murid. Dalam model ini, murid di
izinkan untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri dalam konteks yang
terstruktur. Dalton Laboratory menggunakan pendekatan "unit study" di mana murid
mempelajari topik tertentu melalui berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan topik
tersebut (Vorobiova, 2019).
4. Winnetka Plan
Di kembangkan oleh Profesor Winnetka dari the City University of New York pada
tahun 1920-an, mengizinkan siswa belajar dengan kecepatannya sendiri untuk mata
pelajaran membaca, menulis, berhitung di pagi hari, kemudian belajar berkelompok
untuk ilmu sosial,olahraga, atau kreativitas pada sore hari. Model ini didasarkan pada
gagasan bahwa setiap anak unik dan memiliki kebutuhan belajar yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, model ini menekankan pada pembelajaran yang individual dan
berpusat pada murid, dengan fokus pada pembelajaranindividual dan kolaboratif.
Model ini juga menekankan pada pembelajaran melalui pengalaman, di mana murid
belajar melalui kegiatan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Perbedaan yang dimiliki antar satu individu dan individu yang lain sangat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor bawaan dan juga faktor lingkungan. Dibawah ini
penjelasan singkat pengaruh dari kedua faktor tersebut dalam membentuk karakteristik
seorang individu.
1. Faktor Bawaan
Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang dimiliki oleh seorang
individ yang diturunkan melalui pewarisan genetik dari orangtua. Setiap gen
membawa potensi ciri bawaan fisik dan mental yang berbeda pada tiap individu
sesuai dengan gen yang didapat dari kedua orangtua.Meskipun rata-rata kita
memiliki 50% gen yang sama dengan saudara kita, kumpulan gen kita tetap khas
kecuali kita adalah kembar identik. Perbedaan gen ini merupakan suatu alasan
mengapa kita berbeda dengan orang lain, baik secara fidik, psikologis maupun
perilaku bahkan dengan saudara kita sendiri. Selebihnya dipengaruhi oleh
lingkungan, karena kita tak pernah berada dilingkungan yang sama persis.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merujuk pada segala sesuatu yang berada di luar diri seorang
individu. Faktor lingkungan ini meliputi banyak hal, mulai dari status sosial ekonomi
9
orangtua, pola gizi, pola asuh, budaya, dan lain sebagainya. Faktor lingkungan ini
juga terbagi kedalam dua bagian yaitu.
o Faktor lingkungan statis yang meliputi pada wilayah tempat tinggal seseorang
yang menentukan karakteristiknya seperti orang pedesaan, orang pesisir
pantai,keadaan tempat dan alam lebih banyak bersifat statis sedangkan
lingkungan sosial bersifat dinamis. Lingkungan statis membawa pengaruh
pada individu yang berbeda di lingkungan tersebut.
o Faktor lingkungan dinamis, faktor ini merupakan faktor sosial yang akan terus
berkembang seiring waktu, dan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis
seorang individu. Seperti status sosial, budaya yang berkembang.Hal-hal
semacam itu akan membuat perbedaan sifat di antara mereka.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan
guru memainkan peran penting dalam mengembangkan karakter dan kemampuan
belajar siswa. Setiap individu memiliki perbedaan fisik dan psikis yang memengaruhi
proses pembelajaran, sehingga penting bagi pendidik untuk memahami perbedaan
tersebut dan memilih metode pembelajaran yang sesuai.
Manusia atau individu adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut
pandang. Individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan,
dan oknum. Perbedaan individual secara umum adalah hal-hal yang berkaitan dengan
“psikologi pribadi” yang menjelaskan perbedaan psikologis antara orang-orang serta
berbagai persamaannya. Sumber perbedaan individu disebabkan faktor bawaan dan
faktor lingkungan. Terdapat beberapa macam bidang perbedaan individu yaitu
perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan berbahasa, perbedaan kecakapan motorik,
perbedaan latar belakang, perbedaan bakat, perbedaan kesiapan belajar, perbedaan jenis
kelamin dan gender, perbedaan kepribadian, dan perbedaan gaya belajar. Perbedaan
individual disebabkan oleh dua faktor, ialah faktor keturunan atau bawaan kelahiran, dan
faktor pengaruh lingkungan. Kedua faktor ini memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan siswa/peserta didik. Mungkin salah satu factor ada yang
lebih dominan, namun tetap kedua faktor tersebut masing-masing berpengaruh, dan pada
gilirannya ternyata tidak ada dua individu yang sama
Setelah guru menemukan perbedaan-perbedaan dari setiap individu, maka langkah
berikutnya adalah melakukan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran yang
disesuaikan dengan perbedaan tersebut agar setiap individu mampu berkembang sesuai
dengan kemampuan dan kecepatan yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa.
Mengajar siswa dengan kemampuan belajar cepat akan berbeda dengan mengajar siswa
dengan kemampuan belajar kurang/lambat. Kemampuan yang berbeda dari setiap
individu memerlukan pelayanan tersendiri bagi guru dalam upaya penyesuaian program
pengajaran yang akan dibuat dan dilaksanakan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, akan tetapi penulis telah memberikan yang maksimal dalam penyusunan
makalah ini. Penulis mengharapkan umpan balik baik berupa kritik maupun saran agar
dalam penyusunan makalah berikutnya akan lebih baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
12