Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PERBEDAAN INDIVIDU (BUDAYA, ETHNIS DAN GENDER


SERTA KEBUTUHAN PENDIDIKAN KUSUS)

Disusun oleh:

1. GAGUK SAMUDRA

2. MUHAMMAD SYAIFUL ANWAR

3. ANSORI

4. AGUS MARYONO

5. MUHAMMAD SYAHRUDDIN

Kelas 1A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Telah kita ketahui bahwa setiap individu itu unik yaitu tidak ada dua individu
yang sama Persis baik dari sifat, karakter, maupun lainnya. Tiap masing- masing
individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Begitu halnya siswa, antara
siswa satu dengan yang lain pasti berbeda. Perbedaan itu terdapat pada
karakteristik psikis kepribadian dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini terlihat
pada cara dan hasil belajar siswa itu sendiri.

Perbedaan individu tersebut perlu adanya penanganan dari guru sebagai


pembimbing dalam rangka upaya pembelajaran. Dalam pendidikan sekarang ini
system pendidikan yang di gunakan sendiri bersifat klasikal yaitu melakukan
pembelajaran di kelas dengan hanya melihat siswanya saja sebagai individu dengan
kemampuan rata-rata, kebiasaan begitu juga dengan pengetahuannya yang hampir
sama tidak berbeda satu sama lain yang kurang memeperhatikan masalah
perbedaan dari masing-masing individu.

Pembelajaran yang bersifat klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat


diperbaiki dengan beberapa cara. Antara lain penggunaan metode atau straegi
belajar mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan perbedaan kemampuan siswa
dapat di atasi. Selain itu penggunaan media akan membantu mengatasi perbedaan
siswa dalam cara belajar. Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran klasikal
adalah dengan memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi
siswa yang pandai, dan memberikan bimbingan belajar bagi anak yang kurang.
Disamping in dalam memberikan tugas hendaknya disesuikan dengan minat dan
kemampuan siswa sehingga bagi siswa yang pandai, sedang, maupun kurang akan
merasakan berhasil didalam belajar.

Oleh karena itu sebagai seorang guru hendaknya mampu memahami karakteristik
maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswanya. Dengan cara maupun
metode yang telah didipelajari dalam perkuliaahan dan mengaplikasikannya
langsung dalam dunua pendidikan, sehingga mengetahui perbedaan peserta
didiknya dan bagaimana cara untuk mengatasinya dengan cara-cara yang mudah di
tangkap atau di pahami peserta didik. Melalui pembahasan ini di harapkan dapat
memberikan pengetahuan tentang perbedaan individu.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan individu ?

2. Apa yang dimaksud dengan perbedaan individu ?

3. Apa yang menjadi sumber perbedaan individu ?

4. Apa saja bidang-bidang perbedaan individu ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Memahami pengertian dari individu.

2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan perbedaan individu.

3. Mengetahui apa saja yang menjadi sumber perbedaan individu.

4. Mengetahui apa saja bidang-bidang individu.

D. MANFAAT PENULISAN

Dengan di susunnya makalah psikologi pendidikan mengenai materi perbedaan


individu serta aplikasinya dalam dunia pendidikan , diharapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca untuk mengetahui lebih dalam tentang materi ini. Materi ini di harapkan dapat
memberikaniilmu pengetahuan tentang perbedaan individu.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Individu

Manusia atau individu adalah Makhluk yang dapat di pandang dari berbagai
sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum nabi Isa as, manusia telah menjadi
objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun
obyek material yang memepersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia
dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai
makhluk yang berfikir atau homo sapiens, makhluk yang berbuat atau homo faber,
makhluk yang dapat dididik atau homo educandum dan seterusnya.

Dalam kamus Echols dan Shadaly (1975), Individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Bedasarkan pengertian di
atas dapat di bentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat yang dapat
merangsang perkembanganpotensi-potensi yang di milikinya dan akan membawa
perubahan-perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikap-
sikapnya. Dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia, manusia mempunyai
kebutuhan-kebutuhan pada awal kehidupannya. Bagi seorang bayi mementingkan
kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa yang terjadi di luar dirinya
sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Dalam
perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai mengenal lingkungannya,
memebutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan
yang lainnya. Semakin besar anak tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan
non fisiknya atau psikologis yang di butuhkan dirinya.

B. PENGERTIAN PERBEDAAN INDIVIDU

Bermacam-macam aspek perkembangan individu, ada dua fakta yang di


kenal dan menonjol, yaitu: dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan
garis keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang
baru, maka secara berkesinambungan dipengaruhi oleh macam-macam faktor
lingkungan di sekitarnya yang merangsangpertumbuhan dan perkembangannya.

1. Semua manusia mempunyai unsur- unsur kesamaan di dalam pola


perkembangannya.
2. Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan
manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai
kecenderungan berbeda.

Perbedaan – perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat


kuantitatif dan bukan kualitatif. Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan
kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur
perbedaan tersebut. Setiap orang, apakah ia seorang anak atau sudah dewasa, dan
apakah ia berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia di sebut individu.
Individu menunjukan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan maupun
perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri serta sifat
atau karakteristik antara orang satu dengan yang lain berbeda-beda tidaklah sama.
Perbedaan tersebut di sebut perbedaan individu da perbedaan individual.

Menurut Lindgren (1980) makna “perbedaan” dan “perbedaan individual”


menyangkut tentang variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik dan psikilogis.
Perbedaan Individual menurut Chaplin (1995:244) adalah “sebarang sifat atau
perbedaan kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa membedakan satu individu
dengan individu lainnya”. Gerry (1963) dalam buku perkembangan peserta didik
karya Sunarto dan B. Agung Hartono mengategorikan perbedaan individual seperti
berikut:

1. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran,


penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan
suku.
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat kita peroleh bahwa perbedaan
individual adalah hal-hal yang berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang
menjelaskan perbedaan psikologis maupun fisik antara orang-orang serta berbagai
persamaannya.
C. SUMBER PERBEDAAN INDIVIDU

Sumber perbedaan individu dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor-faktor


tersebut adalah faktor bawaan dan faktor lingkungan. Untuk lebih jelasnya kami
akan membahas satu per satu.

1. Faktor Bawaan

Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan melalui pewarisan


genetic oleh orangtua. Pewarisan genetik ini dimulai saat terjadinya pembuahan.
Menurut Zimbardo dan Gerig (1999) penyatuab antara sebuah sperma dab sebuah
sel telur hanya menghasilkan satu diantara milyaran kemungkinan kombinasi gen.
Salah satu kromosom yaitu kromosom sex merupakan pembawa kode gen untuk
perkembangan karakteristik fisik laki-laki atau perempuan. Kkode untuk kita
mendapatkan kromosom X dari ibu, dan salah satu dari kromosom X atau Y dari
ayah. Kombinasi XX merupakan kode untuk perkembangan fisik perempuan, dan
kombinasi XY merupakan kode untuk perkembangan fisik laki-laki.

Meskipun rata-rata kita memiliki 50 persen gen yanbg sama dengan saudara kita,
kumpulan gen kita tetap khas kecuali kita adalah kembar identik. Perbedaan gen ini
merupakan satu alasab mengapa kita berbeda dengan orang lain, baik secara fisik,
psikologis, maupun perilaku, bahkan dengan saudara kita sendiri. Selebihnya adalah
dipengaruhi oleh lingkungan, karena kita pernah berada di lingkungan yang sama
persis. (Zimbardo & Gerig, 1999).

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor yang mengakibatkan perbedaan individu


yang berasal dari luar diri individu. Faktor lingkungan berasal dari beberapa macam
yaitu status sosial ekonomi orang tua, pola asuh orang tua, budaya, dan urutan
kelahiran.

A. Status sosial ekonomi orang tua

Meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan
orang tua. Tingkat orang tua berbeda satu dengan lainnya. Meskipun tidak mutlak
tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi sikap orang tua terhadap pendidikan
anak serta tingkat aspirasinya terhadap pendidikan anak. Demikian juga dengan
pekerjaan dan penghasilan orang tua yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan
membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orang tua terhadap pendidikan anak,
aspirasi anak terhadap pendidikannya, fasilitas yang diberikan pada anak dan
mungkin waktu disediakan untuk mendidik anak-anaknya. Demikian juga perbedaan
status ekonomi dapat membawa implikasi salah satunya pada perbedaan pola gizi
yang diterapkan dalam keluarga.

B. Pola asuh orangtua

Merupakan pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-


anak. Pola asuh yang diterapkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya.
Terdapat tiga pola asuh dalam pengasuhan anak yaitu otoriter, permisif, dan
autoritatif. Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada
pengawasan orangtua kepada anak untuk mendapatkan ketaatan atau keputuhan.
Orangtua bersikap tegas, suka menghukum, dan cenderung mengekang anak. Pola
asuh permisif adalah pola asuh dimana orangtua memberi kebebasan sebanyak
mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, dan anak tidak dituntut untuk
bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orangtua. Sedangkan pola asuh
autoritatif adalah pola asuh dimana orangtua memberikan hak dan kewajiban yang
sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab, dan
menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin.

C. Budaya

Merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga
didefinisikan sebagai adat istiadat. Adanya nilai-nilai dalam masyarkat memberitahu
pada anggotanya tentang apa yang baik dan atau penting dalam masyarakatnya.
Nilai-nilai tersebut terjabarkan dalam suatu norma-norma. Norma masing-masing
masyarakat berbeda, maka perilaku yang muncul dari anggota masing-masing
masyarakat berbeda satu dengan lainnya.

D. Etnis

Kelompok etnik, etnis atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang
anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya
berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku ditandai oleh
pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut seperti kesamaan
budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis.

Menurut pertemuan internasional tentang tantangan-tantangan dalam


mengukur dunia etnis pada tahun 1992, "Etnisitas adalah sebuah faktor fundamental
dalam kehidupan manusia. Ini adalah sebuah gejala yang terkandung dalam
pengalaman manusia" meskipun definisi ini sering kali mudah diubah-ubah.[3] Yang
lain, seperti antropolog Fredrik Barth dan Eric Wolf, menganggap etnisitas sebagai
hasil interaksi, dan bukan sifat-sifat hakiki sebuah kelompok.[4] Proses-proses yang
melahirkan identifikasi seperti itu disebut etnogenesis. Secara keseluruhan, para
anggota dari sebuah kelompok suku bangsa mengklaim kesinambungan budaya
melintasi waktu, meskipun para sejarawan dan antropolog telah
mendokumentasikan bahwa banyak dari nilai-nilai, praktik-praktik, dan norma-norma
yang dianggap menunjukkan kesinambungan dengan masa lalu itu pada dasarnya
adalah temuan yang relatif baru.

E. Kebutuhan pendidikan Kusus (Pendidikan inklunsif)


Istilah pendidikan inklusif atau pendidikan inklusi merupakan kata atau istilah yang
dikumandangkan oleh UNESCO berasal dari kata Education for All yang artinya
pendidikan yang ramah untuk semua, dengan pendekatan pendidikan yang
berusaha menjangkau semua orang tanpa terkecuali. Mereka semua memiliki hak
dan kesempatan yang sama untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari
pendidikan. Hak dan kesempatan itu tidak dibedakan oleh keragaman karakteristik
individu secara fisik, mental, sosial, emosional, dan bahkan status sosial ekonomi.
Pada titik ini tampak bahwa konsep pendidikan inklusif sejalan dengan filosofi
pendidikan nasional Indonesia yang tidak membatasi akses peserta didik
kependidikan hanya karena perbedaan kondisi awal dan latarbelakangnya.
Inklusifpun bukan hanya bagi mereka yang berkelainan atau luar biasa melainkan
berlaku untuk semua anak. Dengan demikian yang dimaksud pendidikan inklusif
adalah sitem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus
belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya (
Sapon Shevin dalam O’Neil (1994). Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif
adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini
menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan
dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan
yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil (Stainback, 1980).
Berdasarkan batasan tersebut pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem
layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar
bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat
tinggalnya. Semangat penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah memberikan
kesempatan atau kases yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu
peserta didik tanpa diskriminasi.
Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan
penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana prasarana pendidikan, maupun sistem
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik. Untuk itu
proses identifikasi dan asesmen yang akurat perlu dilakukan oleh tenaga yang
terlatih dan atau profesional di bidangnya untuk dapat menyusun program
pendidikan yang sesuai dan objektif.

D. BIDANG-BIDANG PERBEDAAN

Telah kita ketahui bahwa perbedaan–perbedaan antara satu dengan yang


lainnya dan juga kesamaan-kesamaan diantara mereka merupakan cirri-ciri dari
semua pelajaran pada suatu tingkatan belajar. Sebab-sebab dan pengaruh
perbedaan individu ini dan sejauh mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan tekhnik-
tekhnik pendidikan di tetapkan, hendaknya di sesuaikan dengan perbedaan-
perbedaan tersebut. Antara lain perbedaan tersebut seperti:

1. Perbedaan Kognitif

Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan


penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi
tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Yang berarti ia
menguasai segala segala sesuatu yang di ketahui, dalam arti dirinya terbentuk suatu
persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi
miliknya.

2. Perbedaan Kecakapan Berbahasa

Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangatpenting dalam


kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan
berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan pemikirannya
dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematik.
Kemampuan berbahasa sangat di pengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor
lingkungan serta faktor fisik( organ bicara).

3. Perbedaan Kecakapan Motorik

Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan


untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf
pusat untuk melakukan kegiatan.

4. Perbedaan Latar Belakang

Perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat


memperlancar atau memperhambat prestasinya, terlepas dari potensi untuk
menguasai bahan.

5. Perbedaan Bakat

Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan


tersebut akan berkebang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan
pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang sama, maka
lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang., dalam arti ada
rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.

6. Perbedaan Kesiapan Belajar

Perbedaan latar belakang, yang meliputi perbedaan sosio-ekonomi, sosio-


cultural, amat penting artinyabagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada
umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat persiapan yang sama dalam
menerima pengaruh dari luar yang lebih luas.

7. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender

Istilah jenis kelamin dan gender sering dipertukarkan dan dianggap sama. Jenis
kelamin merujuk kepada perbedaan biologis dari laki-laki dan perempuan,
sementara gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan
berupa perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dibangun secara sosial
budaya. Perbedaan gender termasuk dalam hal peran, tingkah laku, kecenderungan,
sifat, dan atribut lain yang menjelaskan arti menjadi seorang laki-laki atau
perempuan dalam kebudayaan yang ada.

8. Perbedaan Kepribadian

Kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas yang menetukan
penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan (Atkinson, dkk, 1996). Kepribadian
sesesorang dapat kita tinjau melalui dua model yaitu model big five dan model brigg-
myers.

a. Model Big Five

Merupakan model yang diajukan oleh Lewis Goldberg (1993). Yang terdiri dari
model kepribadian lima dimensi.

1. Extroversion

Orang tipe ini menikmati keberadaannya bersama orang lain, penuh energi,
serta mengalami emosi positiv.

2. Agreeableness

Merupakan individu yang penuh perhatian, bersahabat, dermawan, suka


menolong, dan mau menyesuaikan keinginannya dengan orang lain.

3. Conscientiousness

Individu ini selalu menghindari kesalahan dan mencapai kesuksesan tingkat


tinggi melalui perencanaan yang penuh tujuan dan gigih. Mereka terlihat cerdas dan
dapat dipercaya. Akan tetapi individu ini juga terlihat kaku dan membosankan.

4. Neoriticism atau sebaliknya stabilitas emosional

Orang yang neoriticsm-nya tinggi memiliki reaksi emosi negativ. Sedangkan


orang yang memiliki neoriticsm rendah cenderung tidak mudah terganggu, kurang
reaktif secara emosi, tenang, serta bebas dari emosi negative yang menetap.

5. Opennes to experience

Individu ini cenderung terbuka secara intelektual selalu ingin tau, memiliki
apresiasi terhadap seni, serta sensitive terhadap kecantikan.
b. Model Brigg-Myers

Dikemukakan oleh Isabel Brigg Myers dan Katharine C. Model ini meliputi empat
dimensi yaitu:

1. Extraversion (E) versus Introversion (I)

Orang yang introvert menemukan tenaga didalam ide, konsep, dan abstraksi.
Mereka selalu ingin memahami dunia dan merupakan pemikir reflektif serta
konsentrator. Sementara orang yang extrovert, menemukan energy pada orang dan
benda benda. Mereka memilih berinteraksi dengan orang lain dan berorientasi pada
tindakan.

2. Sensing (S) versus Intuition (N)

Orang sensing berorientasi pada detail, menginginkan fakta, dan


mempercayainya. Orang-orang yang intuitif mencari pola dan hubungan diantara
fakta fakta yang diperoleh.

3. Thingking (T) versus Feeling (F)

Individu yang thingking menghargai kebebasan, mereka membuat keputusan


dengan mempertimbangkan kriteria objektiv dan logika dari situasi. Individu yang
feeling menghargai harmoni, mereka memusatkan pada nilai-nilai dan kebutuhan-
kebutuhan kemanusiaan pada saat membuat keputusan atau penilaian.

4. Judging (J) dan Perceptive (P)

Orang orang judging cenderung tegas, penuh rencana, dan mengatur diri.
Mereka fokus untuk menyelesaikan tugas hanya ingin mengetahui esensi, dan
bertindak cepat. Orang orang perceptive selalu ingin tahu, dapat menyesuaikan diri,
dan spontan.

9. Perbedaan Gaya Belajar

Gaya belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru dan
mengembangkan ketrampilan baru, serta proses menyimpan informasi atau
ketrampilan baru (Sarasin, 1999). Menurut Horne (2005) terdapat beberapa model
atau pendektan gaya belajar:
a. Modalitas belajar

b. Belajar dengan otak kiri otak kanan

c. Belajar sosial

d. Lingkungan belajar

e. Emosi belajar

f. Belajar kongkrit dan abstrak

g. Belajar global dan analitik

h. Multiple intelligence


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Manusia atau individu adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai
sudut pandang. Individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang,
perseorangan, dan oknum. Perbedaan individual secara umum adalah hal-hal yang
berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang menjelaskan perbedaan psikologis antara
orang-orang serta berbagai persamaannya. Sumber perbedaan individu disebabkan
faktor bawaan dan faktor lingkungan. Terdapat beberapa macam bidang perbedaan
individu yaitu perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan berbahasa, perbedaan
kecakapan motorik, perbedaan latar belakang, perbedaan bakat, perbedaan
kesiapan belajar, perbedaan jenis kelamin dan gender, perbedaan kepribadian, dan
perbedaan gaya belajar. Perbedaan individu dapat diaplikasikan dalam beberapa
cara yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran fleksibel, memahami pilihan
gaya belajar siswa, memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang
menggabungkan pilihan cara belajar siswa, gunakan kombinasi cooperative
learning, berikan waktu yang cukup untuk memproses dan memahami informasi,
dan gunakan alat-alat multi sensory untuk memproses, mempraktekkan dan
memperoleh informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Kholidah, Nur Enik. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPY.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Anda mungkin juga menyukai