Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PSIKOLOGI INDUSTRI

KELOMPOK 1

Disusun Oleh:
Arini Hidayah 1820211699
Anggita Dwi Saputri 1820211705
Andre Fitra Trenggana 1820211706

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


(STIESIA)
SURABAYA
2018
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap individu adalah unik dan memiliki perbedaan baik dari sifat, karakter,
kecerdasan, maupun lainnya. Tidak ada dua individu yang sama persis, tiap
individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan pada individu
merupakan suatu karunia dari Allah SWT yang karena perbedaan tersebut dapat
menghasilkan karakter dan kecerdasan luar biasa pada setiap individu. Oleh karena
itu sebagai seorang pendidik, guru diharapkan mampu untuk mengenali dan
memahami perbedaan pada setiap sisa didiknya agar tahu bagaimana cara untuk
menangani setiap perbedaan tersebut ke arah yang baik. Perbedaan individu penting
untuk dipahami karena karakteristik individu yang berbeda seringkali
menimbulkan permasalahan. Dari permaslahan yang timbul, pendidik dapat
mengetahui berbagai macam perbedaan individu, diantaranya perbedaan kognitif,
perbedaan kecakapan, perbedaan bahasa, perbedaan fisik motorik, perbedaan
lingkungan keluarga, perbedaan tingkat pencapaian, perbedaan latar belakang dan
yang lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut perlu adanya penanganan dalam
rangka upaya pembelajaran. Pada anak usia dini yang notabenenya sangat antusias
dan aktif tentunya mempunyai kesulitan tersendiri dalam menghadapi perbedaan
karakteristiknya karena seringkali perilaku, kecerdasan dan lainnya dari anak usia
dini tidak terduga.
Oleh karena itu, sebagai calon seorang pendidik hendaknya mampu memahami
setiap karakteristik maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswa
didiknya. Dengan memahami dan mengetahuinya, pendidik akan tahu bagaimana
caranya untuk mengatasi dengan cara-cara yang yang menghibur tetapi mendidik
bagi anak usia dini dan mudah dipahami oleh mereka. Melalui pembahasan ini di
harapkan dapat memberikan pengetahuan tentang perbedaan individu dan
aplikasinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud individu?
2. Apa yang dimaksud dengan perbedaan individu dan menurut para ahli?
3. Apa saja faktor-faktor dari perbedaan individu?
4. Apa saja macam-macam perbedaan karakteristik individu?
5. Bagaimana implikasi dari perbedaan individu?

C. TUJUAN
1. Memahami pengertian individu.
2. Mengetahui dan memahamai yang dimaksud dari perbedaan individu dan
pengertiannya menurut para ahli.
3. Mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan munculnya perbedaan
individu.
4. Mengetahui macam-macamkarakteristik perbedaan individu
5. Mengetahui dan dapat menerapkan aplikasi yang tepat untuk menangani
permasalahan yang timbul dari perbedaan individu.
3.1 Perbedaan Individu
A. Pengertian Individu
Manusia atau individu adalah makhluk yang dapat di pandang dari berbagai
sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi objek filsafat,
baik objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang
memepersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya.
Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai makhluk yang berfikir atau homo
sapiens, makhluk yang berbuat atau homo faber, makhluk yang dapat dididik atau
homo educandum dan seterusnya.
Dalam kamus Echols dan Shadaly (1975), Individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Bedasarkan pengertian di atas
dapat di bentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat yang dapat merangsang
perkembanganpotensi-potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Dalam
pertumbuhan dan perkembangan manusia, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan
pada awal kehidupannya. Bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia
belum peduli dengan apa yang terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika
kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Dalam perkembngan yang selanjutnya ia akan
mulai mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa),
membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak tersebut maka
akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis yang dibutuhkan dirinya.

B. Pengertian Perbedaan Individu


Bermacam-macam aspek perkembangan individu, ada dua fakta yang di kenal
dan menonjol, yaitu: dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis
keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka
secara berkesinambungan dipengaruhi oleh macam-macam faktor lingkungan di
sekitarnya yang merangsang pertumbuhan dan perkembangannya.
1. Semua manusia mempunyai unsur - unsur kesamaan di dalam pola
perkembangannya.
2. Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara
biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda.

Perbedaan – perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat


kuantitatif dan bukan kualitatif. Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan
kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur perbedaan
tersebut. Setiap orang, apakah ia seorang anak atau sudah dewasa, dan apakah ia berada
di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia di sebut individu. Individu menunjukan
kedudukan seseorang sebagai orang perorangan maupun perseorangan, berkaitan
dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri serta sifat atau karakteristik antara
orang satu dengan yang lain berbeda-beda tidaklah sama. Perbedaan tersebut di sebut
perbedaan individu dan perbedaan individual.

Menurut Lindgren (1980) makna “perbedaan” dan “perbedaan individual”


menyangkut tentang variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik dan psikilogis.
Perbedaan Individual menurut Chaplin (1995:244) adalah “sebarang sifat atau
perbedaan kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa membedakan satu individu dengan
individu lainnya”. Gerry (1963) dalam buku perkembangan peserta didik karya Sunarto
dan B. Agung Hartono mengategorikan perbedaan individual seperti berikut:
1. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan,
dan kemampuan bertindak.
2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat kita peroleh bahwa perbedaan
individual adalah hal-hal yang berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang menjelaskan
perbedaan psikologis maupun fisik antara orang-orang dalam pemikiran, perasaan dan
perilaku

C. Sumber Perbedaan Individu


Sumber perbedaan individu dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor-faktor
tersebut adalah faktor bawaan dan faktor lingkungan. Untuk lebih jelasnya kami akan
membahas satu per satu.
1. Faktor Bawaan
Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan melalui pewarisan
genetic oleh orangtua. Pewarisan genetik ini dimulai saat terjadinya pembuahan.
Menurut Zimbardo dan Gerig (1999) penyatuab antara sebuah sperma dab sebuah sel
telur hanya menghasilkan satu diantara milyaran kemungkinan kombinasi gen. Salah
satu kromosom yaitu kromosom sex merupakan pembawa kode gen untuk
perkembangan karakteristik fisik laki-laki atau perempuan. Kkode untuk kita
mendapatkan kromosom X dari ibu, dan salah satu dari kromosom X atau Y dari ayah.
Kombinasi XX merupakan kode untuk perkembangan fisik perempuan, dan kombinasi
XY merupakan kode untuk perkembangan fisik laki-laki.
Meskipun rata-rata kita memiliki 50 persen gen yanbg sama dengan saudara kita,
kumpulan gen kita tetap khas kecuali kita adalah kembar identik. Perbedaan gen ini
merupakan satu alasab mengapa kita berbeda dengan orang lain, baik secara fisik,
psikologis, maupun perilaku, bahkan dengan saudara kita sendiri. Selebihnya adalah
dipengaruhi oleh lingkungan, karena kita pernah berada di lingkungan yang sama
persis. (Zimbardo & Gerig, 1999).
2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor yang mengakibatkan perbedaan individu yang berasal
dari luar diri individu. Faktor lingkungan berasal dari beberapa macam yaitu status
sosial ekonomi orang tua, pola asuh orang tua, budaya, dan urutan kelahiran.

a. Status Sosial Ekonomi Orang Tua


Meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan
orang tua. Tingkat orang tua berbeda satu dengan lainnya. Meskipun tidak mutlak
tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi sikap orang tua terhadap pendidikan
anak serta tingkat aspirasinya terhadap pendidikan anak. Demikian juga dengan
pekerjaan dan penghasilan orang tua yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan
membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orang tua terhadap pendidikan anak,
aspirasi anak terhadap pendidikannya, fasilitas yang diberikan pada anak dan
mungkin waktu disediakan untuk mendidik anak-anaknya. Demikian juga
perbedaan status ekonomi dapat membawa implikasi salah satunya pada perbedaan
pola gizi yang diterapkan dalam keluarga.
b. Pola Asuh Orangtua
Merupakan pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-
anak. Pola asuh yang diterapkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya.
Terdapat tiga pola asuh dalam pengasuhan anak yaitu otoriter, permisif, dan
autoritatif. Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada
pengawasan orangtua kepada anak untuk mendapatkan ketaatan atau keputuhan.
Orangtua bersikap tegas, suka menghukum, dan cenderung mengekang anak. Pola
asuh permisif adalah pola asuh dimana orangtua memberi kebebasan sebanyak
mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, dan anak tidak dituntut untuk
bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orangtua. Sedangkan pola asuh
autoritatif adalah pola asuh dimana orangtua memberikan hak dan kewajiban yang
sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab, dan
menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin.
c. Budaya
Merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga
didefinisikan sebagai adat istiadat. Adanya nilai-nilai dalam masyarkat
memberitahu pada anggotanya tentang apa yang baik dan atau penting dalam
masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut terjabarkan dalam suatu norma-norma. Norma
masing-masing masyarakat berbeda, maka perilaku yang muncul dari anggota
masing-masing masyarakat berbeda satu dengan lainnya.
d. Urutan Kelahiran
Walaupun masih menjadi kontroversi akan tetapi karakteristik kepribadian
seseorang dipengaruhi oleh urutan kelahiran. Anak yang lahir sulung atau anak
pertama cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi, dan agresif dibandingkan
dengan adik-adiknya. Anak tengah sering menjadi mediator dan pecinta damai.
Anak bungsu cenderung paling kreatif dan biasanya menarik. Anak tunggal atau
si anak semata wayang biasanya sering merasa terbebani dengan harapan yang
tinggi dari orangtua mereka terhadap diri mereka sendiri. Mereka lebih percaya
diri, supel, dan memiliki imajinasi yang tinggi. Karakteristik yang berbeda-beda
pada individu dipengaruhi oleh perilaku orangtuanya berdasarkan urutan
kelahiran.

D. Bidang-bidang perbedaan
Telah kita ketahui bahwa perbedaan–perbedaan antara satu dengan yang
lainnya dan juga kesamaan-kesamaan diantara mereka merupakan cirri-ciri dari semua
pelajaran pada suatu tingkatan belajar. Sebab-sebab dan pengaruh perbedaan individu
ini dan sejauh mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan tekhnik-tekhnik pendidikan di
tetapkan, hendaknya di sesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut. Antara lain
perbedaan tersebut seperti:
1. Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi
tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Yang berarti ia
menguasai segala segala sesuatu yang di ketahui, dalam arti dirinya terbentuk
suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk
menjadi miliknya.
2. Perbedaan Kecakapan Berbahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangatpenting dalam
kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda.
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan
pemikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis,
dan sistematik. Kemampuan berbahasa sangat di pengaruhi oleh faktor kecerdasan
dan faktor lingkungan serta faktor fisik( organ bicara).
3. Perbedaan Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan
untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf
pusat untuk melakukan kegiatan.
4. Perbedaan Latar Belakang
Perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat
memperlancar atau memperhambat prestasinya, terlepas dari potensi untuk
menguasai bahan.
5. Perbedaan Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan
tersebut akan berkebang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan
pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang sama, maka
lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang., dalam arti ada
rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
6. Perbedaan Kesiapan Belajar
Perbedaan latar belakang, yang meliputi perbedaan sosio-ekonomi, sosio-
cultural, amat penting artinyabagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada
umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat persiapan yang sama dalam
menerima pengaruh dari luar yang lebih luas.
7. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender
Istilah jenis kelamin dan gender sering dipertukarkan dan dianggap sama.
Jenis kelamin merujuk kepada perbedaan biologis dari laki-laki dan perempuan,
sementara gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan
berupa perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dibangun secara sosial
budaya. Perbedaan gender termasuk dalam hal peran, tingkah laku,
kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang menjelaskan arti menjadi seorang laki-
laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada.
8. Perbedaan Kepribadian
Kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas yang menetukan
penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan (Atkinson, dkk, 1996).
Kepribadian sesesorang dapat kita tinjau melalui dua model yaitu model big
five dan model brigg-myers.
A. Model Big Five
Merupakan model yang diajukan oleh Lewis Goldberg (1993). Yang terdiri dari
model kepribadian lima dimensi.
1. Extroversion
Orang tipe ini menikmati keberadaannya bersama orang lain, penuh energi,
serta mengalami emosi positif.
2. Agreeableness
Merupakan individu yang penuh perhatian, bersahabat, dermawan, suka
menolong, dan mau menyesuaikan keinginannya dengan orang lain.
3. Conscientiousness
Individu ini selalu menghindari kesalahan dan mencapai kesuksesan tingkat
tinggi melalui perencanaan yang penuh tujuan dan gigih. Mereka terlihat cerdas
dan dapat dipercaya. Akan tetapi individu ini juga terlihat kaku dan membosankan.
4. Neoriticism atau sebaliknya stabilitas emosional
Orang yang neoriticsm-nya tinggi memiliki reaksi emosi negativ.
Sedangkan orang yang memiliki neoriticsm rendah cenderung tidak mudah
terganggu, kurang reaktif secara emosi, tenang, serta bebas dari emosi negative
yang menetap.
5. Opennes to experience
Individu ini cenderung terbuka secara intelektual selalu ingin tau, memiliki
apresiasi terhadap seni, serta sensitive terhadap kecantikan.
B. Model Brigg-Myers
Dikemukakan oleh Isabel Brigg Myers dan Katharine C. Model ini meliputi empat
dimensi yaitu:
1. Extraversion (E) versus Introversion (I)
Orang yang introvert menemukan tenaga didalam ide, konsep, dan
abstraksi. Mereka selalu ingin memahami dunia dan merupakan pemikir reflektif
serta konsentrator. Sementara orang yang extrovert, menemukan energy pada orang
dan benda benda. Mereka memilih berinteraksi dengan orang lain dan berorientasi
pada tindakan.
2. Sensing (S) versus Intuition (N)
Orang sensing berorientasi pada detail, menginginkan fakta, dan
mempercayainya. Orang-orang yang intuitif mencari pola dan hubungan diantara
fakta fakta yang diperoleh.
3. Thinking (T) versus Feeling (F)
Individu yang thingking menghargai kebebasan, mereka membuat
keputusan dengan mempertimbangkan kriteria objektif dan logika dari situasi.
Individu yang feeling menghargai harmoni, mereka memusatkan pada nilai-nilai
dan kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan pada saat membuat keputusan atau
penilaian.
4. Judging (J) dan Perceptive (P)
Orang orang judging cenderung tegas, penuh rencana, dan mengatur diri.
Mereka fokus untuk menyelesaikan tugas hanya ingin mengetahui esensi, dan
bertindak cepat. Orang orang perceptive selalu ingin tahu, dapat menyesuaikan diri,
dan spontan.
5. Perbedaan Gaya Belajar
Gaya belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru
dan mengembangkan ketrampilan baru, serta proses menyimpan informasi atau
ketrampilan baru (Sarasin, 1999). Menurut Horne (2005) terdapat beberapa model
atau pendektan gaya belajar:
a. Modalitas belajar
b. Belajar dengan otak kiri otak kanan
c. Belajar sosial
d. Lingkungan belajar
e. Emosi belajar
f. Belajar kongkrit dan abstrak
g. Belajar global dan analitik
h. Multiple intelligence
3.2 Human Attributes
3.2.1 Kemampuan
Pada 1950-an, Edwin Fleishman memulai program penelitian untuk
menentukan kemampuan mental dan fisik paling umum yang terkait dengan kinerja
manusia, termasuk kinerja kerja. Hasilnya adalah daftar komprehensif, atau taksonomi,
dari 52 kemampuan (Fleishman & Reilly, 1992), yang dapat dibagi ke dalam kategori
luas kemampuan kognitif, fisik, dan kemampuan motorik persepsi. Daftar lengkap
kemampuan berada di luar cakupan buku pengantar ini, tetapi perlu dicatat bahwa
kemampuan yang diidentifikasi Fleishman mencakup cukup banyak variasi dan mereka
tidak mencakup kepribadian, pengaruh, atau minat.
A. Kemampuan kognitif
Banyak orang menganggap istilah "kecerdasan," "IQ," "kemampuan kognitif,"
dan "kemampuan mental" sebagai sinonim satu sama lain. Secara umum, kami
setuju - tetapi penting untuk memahami bagaimana beberapa psikolog
membedakannya. IQ adalah istilah historis yang berarti kecerdasan quotient dan
mengacu pada cara skor tes kecerdasan awal dihitung. Istilah ini tidak lagi memiliki
makna ilmiah, meskipun masih sering digunakan oleh masyarakat umum.
Kecerdasan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk belajar dan beradaptasi
dengan lingkungan. Satu atau lain variasi definisi ini telah digunakan setidaknya
sejak 1921 (Sternberg & Kaufmann, 1998). Sekelompok psikolog IO terkemuka
mendefinisikannya sebagai berikut: “Kecerdasan adalah kemampuan mental yang
sangat umum yang, antara lain, melibatkan kemampuan untuk berpikir,
merencanakan, menyelesaikan masalah, berpikir secara abstrak, memahami ide-ide
kompleks, belajar dengan cepat, dan belajar dari pengalaman "(Arvey et al., 1995 p.
67).
Mungkin lebih mudah untuk memikirkan kemampuan yang sangat umum ini
dengan cara yang sama seperti kita menganggap seseorang sebagai "atletik." Ini
tidak berarti bahwa orang tersebut adalah seorang ahli di setiap olahraga, hanya saja
seseorang terkoordinasi, mengambil olahraga baru dengan mudah, dan biasanya
lebih baik dalam olahraga daripada seseorang yang “tidak atletis.” Ada sub-bagian
khusus untuk melakukan dengan baik pada olahraga tertentu seperti golf atau
baseball atau berenang, tetapi menjadi “atletik ”Sepertinya umumnya menangkap
banyak dari sub-bagian itu. Demikian pula, ketika kita menyebut seseorang sebagai
orang yang cerdas, kita menyiratkan bahwa dia akan pandai dalam berbagai kegiatan
yang membutuhkan pembelajaran dan adaptasi.
B. Kemampuan Kognitif Tertentu Di Atas "g"
Mayoritas psikolog saat ini setuju bahwa meskipun "g" penting, kemampuan
kognitif yang lebih spesifik atau halus juga memainkan peran dalam kinerja, dengan
beberapa kemampuan spesifik yang penting untuk beberapa pekerjaan dan
kemampuan spesifik lainnya yang penting untuk pekerjaan lain. Untuk kembali ke
contoh “orang yang atletis,” teman sekamar atau pasangan Anda mungkin atletis
(luar biasa?) Tetapi tidak mungkin berhadapan langsung dengan Phil Mickelson di
lapangan golf. Pro harus memiliki sesuatu (mis., Koordinasi, ketajaman visual, daya
tahan, fleksibilitas sendi) yang tidak dimiliki teman sekamar Anda. Ini akan menjadi
kemampuan fisik tertentu. Ini berlaku untuk kemampuan kognitif juga.

Carroll (1993) mengusulkan bahwa ada tiga lapisan, atau strata, untuk
kecerdasan. Lapisan tertinggi adalah "g"; lapisan berikutnya terdiri dari tujuh
kemampuan lebih spesifik: kecerdasan cairan, kecerdasan terkristalisasi, memori,
persepsi visual, persepsi pendengaran, pengambilan informasi, dan kecepatan kognitif
(Murphy, 1996). Level terendah dan paling spesifik mencakup kemampuan yang
terkait dengan tujuh kemampuan luas di tingkat menengah. Sebagai contoh, pemesanan
informasi (salah satu kemampuan yang diusulkan Fleishman) akan dihubungkan
dengan cairan intelijen, dan hubungan spasial akan dikaitkan dengan persepsi visual.
Ada banyak teori lain tentang kemampuan kognitif spesifik (mis., Ackerman, Beier, &
Boyle, 2002, 2005), tetapi semuanya mirip dengan Carroll. Yang penting untuk diingat
adalah bahwa "g" hanya akan membuat Anda sejauh ini dalam memahami perilaku
kerja. Adalah adil untuk mengatakan bahwa seseorang dengan level "g" yang tinggi
mungkin akan berhasil pada tugas-tugas tertentu dari hampir setiap pekerjaan,
khususnya pekerjaan yang kompleks (Schmidt & Hunter, 1998), tetapi itu tergantung
pada pekerjaan, kemampuan lain seperti karena kepribadian, reaksi emosional, dan
minat juga akan berperan dalam keberhasilan pekerjaan.

3.2.2 Kemampuan Fisik, Sensorik, dan Psikomotorik


1. Kemampuan fisik
Hogan (1991a, b) mengemukakan bahwa tujuh kemampuan fisik cukup untuk
menganalisis sebagian besar pekerjaan. Guion membandingkan tujuh kemampuan
Hogan dengan kemampuan serupa yang diidentifikasi oleh Fleishman dan Reilly
(1992) dan menemukan kecocokan yang dekat. Dengan cara yang mengingatkan pada
teori kecerdasan Carroll, Hogan kemudian menggabungkan tujuh langkahnya untuk
membentuk tiga kemampuan fisik tingkat tinggi: kekuatan otot, daya tahan
kardiovaskular, dan kualitas gerakan. Untuk sebagian besar pekerjaan, taksonomi tiga-
kemampuan ini kemungkinan akan cukup karena sebagian besar pekerjaan yang
menuntut secara fisik membutuhkan ketegangan otot, kekuatan otot, dan daya tahan
otot, bukan hanya satu dari tiga. Demikian pula, fleksibilitas dan keseimbangan
biasanya berjalan bersama dalam pekerjaan yang menuntut fisik.
2. Kemampuan Sensorik
Kemampuan sensorik adalah fungsi fisik dari penglihatan, pendengaran, sentuhan,
rasa, penciuman, dan umpan balik tubuh (misalnya, memperhatikan perubahan posisi
tubuh). Hogan memasukkan umpan balik kinestetik dalam dimensi yang disebutnya
"kualitas gerakan." Kemampuan indera penglihatan dan pendengaran sangat menarik
bagi psikolog I-O terapan karena majikan sering menguji kemampuan ini pada calon
karyawan.
3. Kemampuan Psikomotorik
Kemampuan psikomotorik, kadang-kadang disebut sensorimotor atau kemampuan
motorik saja, menangani masalah koordinasi, ketangkasan, dan waktu reaksi. Sekali
lagi, Fleishman (Fleishman & Reilly, 1992) telah melakukan pekerjaan paling luas
dalam mengidentifikasi kemampuan ini. Kami dapat dengan mudah menyebutkan
beberapa pekerjaan yang penting bagi mereka (mis., Operator crane, organisator,
teknisi perbaikan jam tangan, ahli bedah, staf menunggu, dan bartender). Dari diskusi
ini, harus jelas bahwa banyak kemampuan psikomotorik (mis., Kontrol dan tujuan)
mungkin sangat terkait dengan persepsi visual dan / atau pendengaran atau kecepatan
kognitif, bagian dari teori kecerdasan Carroll.

3.3 Dasar Penilaian

Penilaian dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah Assessment yang berarti menilai
sesuatu. Menilai itu sendiri bararti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan
mengacu pada ukuran tertentu seperti menilai baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai
atau bodoh, tinggi atau rendah, dan sebagainya (Djaali & Pudji Muljono, 2007).

Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian proses,
kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh
Kumano (2001) sebagai “ The process of Collecting data which shows the development
of learning”.

Menurut Endang Purwanti (2008: 3) Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai
proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan
untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut
kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan
sekolah.

Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh Akhmad sudrajat (2008) Penilaian atau
asesmen adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab
pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai
kuantitatif (http://akhmadsudrajat. wordpress. com.2008).
Sedangkan Menurut Ign. Masidjo (1995: 18) penilaian sifat suatu objek adalah suatu
kegiatan membandingkan hasil pengukuran sifat suatu objek dengan suatu acuan yang
relevan sedemikian rupa sehingga diperoleh kuantitas suatu objek yang bersifat
kualitatif.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli diatas dapat disipulkan bahwa penilaian
adalah suatu kegiatan membandingkan atau menerapkan hasil pengukuran untuk
memberikan nilai terhadap objek penilaian.

3.4 Prosedur Penilaian


1. Kajian Materi Pembelajaran
Tahap pertama yang harus dilakukan Gadik sebagai penilai adalah mempelajari
dan mengkaji materi pembelajaran dari satu atau lebih kompetensi dasar. Kajian materi
ini dapat dilakukan melalui beberapa referensi untuk memperoleh bahan secara
komprehensif dari beragam sumber dengan bertolak pada kompetensi yang diharapkan.
2. Memilih Teknik Penilaian
Tahap kedua Gadik memilih atau menentukan teknik penilaian sesuai dengan
kebutuhan pengukuran. Secara garis besar, teknik penilaian dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu penilaian melalui tes dan non tes. Pusdik dan sekolah biasanya para
Gadik banyak menggunakan teknik pertama, yaitu dengan tes. Dalam menentukan
keakuratan perlu dipertimbangkan pemilihan teknik, yaitu tingkat ke-akurat-an dan
kepraktisan penyusunan dalam setiap butir soal. Pemberian nilai dengan cara tes lebih
mudah dibandingkan dengan non tes.
3. Perumusan Kisi – Kisi
Tahap ketiga merumuskan dan membuat matrik kisi-kisi sesuai dengan teknik
penilaian yang telah ditentukan. Kisi-kisi merupakan deskripsi mengenai informasi dan
ruang lingkup dari materi pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman untuk
menulis soal atau matriks soal menjadi tes. Pembuatan kisi-kisi memiliki tujuan untuk
menentukan ruang lingkup dalam menulis soal agar menghasilkan perangkat tes
yang sesuai dengan indikator.
Kisi kisi dibuat berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai
serta bentuk tes yang akan diberikan kepada peserta didik. Tes dapat berbentuk tes
objektif benar-salah, pilihan ganda atau tes uraian serta non tes berupa penilaian
afektif dan psikomotorik.
Kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes.
Dengan adaya kisi-kisi penulisan soal menjadi terarah, komprehensif dan representatif.
Dengan pedoman kepada kisi-kisi penyusunan soal menjadi lebih mudah dan dapat
menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes.

1. Aspek Kognitif
Menurut Taksonomi Bloom cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:

a) Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan


kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan,
metode.
b) Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang
sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
c) Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan
dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai
dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan,
memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan,
mengubah struktur.
d) Analisis (C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/
objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan,
menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.
e) Sintesis (C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara
logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan
mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan,
menghubungkan, mengkhususkan.
f) Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan
terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya
dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan
kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan.

2. Aspek Afektif
Aspek afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah:

Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran,


kerelaan, mengarahkan perhatian
Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas
dalam merespon, mematuhi peraturan
Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen
terhadap nilai
Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak,
mengorganisasi sistem suatu nilai
Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya

3. Aspek Psikomotorik
Psikomotorik meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan
perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris,
diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik,
(5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan)
meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Berikut ini contoh pembuatan kisi-kisi dalam bentuk matrik dengan bentuk tes objektif
yang bervariasi dan nomor soal dibuat berurutan sesuai dengan bentuk soal dan
indikator.

4. Penulisan Butir Soal


Tahap keempat, Gadik menulis dan membuat butir-butir soal yang sesuai dengan
kisi-kisi dan bentuk soal yang telah ditentukan. Bila Gadik menggunakan teknik non
tes, maka diperlukan untuk membuat pedoman pengisian instrumen. Misalnya untuk
observasi atau wawancara.

5. Penimbangan (review)
Dalam tahap ini, butir soal dan atau pedoman yang telah disusun Gadik, ditimbang
secara rasional (analisis rasional oleh Gadik) ; dibaca, ditelaah dan dikaji kembali
butir-butir soal dan atau pedoman yang dibuat telah memenuhi persyaratan.

6. Perbaikan
Pedoman diperbaiki sesuai dengan hasil penimbangan, bagian-bagian mana yang perlu
dikurangi atau ditambah kalimat atau kata-katanya perbaikan inipun biasanya
didasarkan kepada pemikiran peserta didik untuk memahami isi dari kalimat yang
diberikan, hal ini mengandung arti bahwa kalimat yang disusun hendaknya mudah di
pahami oleh para peserta didik .

7. Uji-coba dan Penggandaan.


Uji-coba terhadap tes/soal yang dibuat adalah untuk menentukan apakah butir soal
yang dibuat telah memenuhi criteria yang dituntut, sudahkah mempunyai tingkat
ketetapan, ketepatan, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang memadai. Untuk
bentuk non tes kriterianya dituntut adalah tingkat ketepatan (validitas) dan ketetapan
(reliabilitas) sehingga diperoleh perangkat alat tes ataupun non tes yang baku (standar)

8. Diuji (diteskan)
Setelah diperoleh perangkat alat tes ataupun non tes yang memenuhi persyaratan sudah
barang tentu perangkat alat ini diorganisasikan, disusun berdasarkan pada bentuk-
bentuk atau model-model soal bagi perangkat tes, dan untuk perangkat non tes.Setelah
perangkat tes maupun non tes digandakan kemudian siap untuk diujikan.

9. Pemberian Skor
Lembar jawaban peserta didik dikumpulkan dan disusun berdasarkan nomer induk
peserta didik untuk memudahkan dalam memasukkan skor peserta didik. Kemudian
dilakukan pemberian skor sesuai dengan kunci jawaban, sehingga diperoleh skor
setiap peserta didik. Untuk bentuk soal objektif diberi skor 1 jika benar dan 0 jika salah,
sedangkan skor bentuk essay bergantung kepada tingkat kesulitan soal. Untuk
menafsirkan siapa yang lulus dan tidak lulus bergantung pada batas lulus yang
dipergunakan oleh Gadik.

10. Putusan.
Setelah pengelolaan, sampai pada menafsirkan, Gadik memperoleh putusan akhir dari
kegiatan penilaian. Putusan yang diambil diharapkan obyektif sesuai dengan aturan.

Anda mungkin juga menyukai